Anda di halaman 1dari 3

ANALISA HASIL PENELITIAN

57 orang yang berpartisipasi dalam penelitian ini, 49 diantaranya memiliki penyakit


paru obstruksi menahun. Semua partisipan diminta mendeskripsikan dengan mengingat
kembali apa yang mereka rasakan saat mengalami sesak napas, kemudian akan dibandingkan
dengan sensasi sesak napas akibat setelah melakukan latihan/excersie dengan test berjalan
selama 6 menit selama dua kali dengan interval 30 menit. Penelitian ini bertujuan untuk
menelusuri apakah ada consistency antara respon yang mereka berikan disaat mereka diminta
mengingat kembali sensasi dengan intervensi aktual setelah melakukan latihan.

Dalam figure 1, didapatkan respon untuk recalled-breathlessness, 65% partisipan


mendeskripsikan sesak napasnya dengan emotive (Annoying, suffocating, frightening, etc),
sedangkan hanya 11% partisipan yang mendeskripsikan dengan emotive pada sesak napas
akibat setelah melakukan latihan.
Sedangkan pendeskripsian secara physical (unique physical, short of breath,labour,
cant breath, etc), untuk recalled-breathlessness terdapat 35% partisipan yang
menggunakannya dan 89% atau mayoritas partisipan menggunakan respon physical untuk
sesak napas setelah melakukan latihan. (Liat table 2)
Table 3 telah merangkum hasil respon untuk recalled-breathlessness dan exercise-induced
breathlessness dengan statements yang telah disediakan dan partisipan hanya perlu memilih
1-3 statement yang menurut mereka paling tepat mewakili sensasi sesak napas yang mereka
rasakan setelah tiga intervensi dalam penelitian ini.

Selama ini dalam pengkajian klinis dispnea, yang biasa dikaji adalah ada tidaknya
sesak napas, intensitas, behavior, dan efek dalam beraktifitas. Tetapi tidak seperti pengkajian
pada nyeri, banyak pertimbangan yang harus dikaji tidak hanya sekedar pendeskripsian
dengan mengingat kembali sensasi. Kekonsistenan bahasa atau ekspresi yang digunakan
untuk mendekripsikan juga harus diperhatikan.
Dalam penelitian ini, sementara tidak ada perbedaan yang cukup signifikan dari
pendeskripsian sensasi exercise-induced breathlessness sesaat setelah dua kali tes berjalan
selama 6 menit, akan tetapi didapatkan perbedaan atau ketidak-konsisten-an ketika mereka
diminta melaporkan sensasi sesak napas dengan hanya mengingat kembali tanpa ada sesuatu
kegiatan yang melatarbelakangi untuk mengalami sesak napas. Penelitian ini secara tidak
langsung memeberikan pernyataan bahwa mendeskripsikan sensasi sesak napas dengan
hanya mengingat kembali tidak mencerminkan pengalaman nyata saat mengalami serangan
sesak napas.
Penemuan dalam penelitian ini mengimplikasikan untuk para peneliti dan tim
kesehatan yang dalam berkeja sering menemui dan berinteraksi dengan klien yang menderita
penyakit paru kronis yang memiliki manifestasi utama sesak napas, bahwa dalam mengkaji
pengalaman sesak napas harus mempertimbangkan dalam konteks yang spesifik apa yang
mendasarinya. Memang sangat bervariasi, tapi pertimbangan itu diperlukan untuk mendapat
informasi yang signifikan sehingga dapat memahami kondisi dispnea pada setiap individu,
karena dispnea itu multidimensional.

Anda mungkin juga menyukai