Mengkritisi Kebijakan Zonasi
Mengkritisi Kebijakan Zonasi
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2017/06/06/Mengkritisi-Kebijakan-Zonasi
Meratakan akses
Kedua, sekolah menjadi lebih heterogen jika dilihat dari profil siswa, baik
dari sisi latar belakang keluarga, tingkatan ekonomi, maupun kemampuan
akademis. Heterogenitas dapat membuka wawasan komunitas sekolah
(guru, karyawan, peserta didik) tentang keragaman yang menjadi fondasi
kebinekaan bangsa Indonesia.
Kebijakan zonasi dalam PPDB tidak hanya memiliki dampak, baik yang
positif maupun negatif, melainkan juga menyisakan persoalan yang harus
diselesaikan dengan cepat pada masa depan. Persoalan yang muncul
bisa terjadi karena faktor demografis, psikologis, dan budaya.
Agenda mendesak
Kedua, pemerintah perlu merombak mentalitas para guru yang selama ini
hanya ingin mengajar di sekolah elite dan perkotaan yang memiliki
peserta didik dengan kemampuan akademis baik. Guru perlu didorong
agar memiliki komitmen pengajaran kepada semua peserta didik tanpa
diskriminasi. Paradigma pendidikan yang berpusat pada siswa perlu
menjadi acuan untuk menentukan pendampingan dan fasilitasi peserta
didik dalam belajar sesuai dengan minat, bakat, dan perbedaan cara
belajar yang mereka miliki.