Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan
kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil
(mikroskopis) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang
relatif sederhana tanpa nukleus / inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah organisme yang paling berkelimpahan dari semua organisme.
Bakteri tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari
organisme lain. Banyak bakteri yang bersifat patogen. Bakteri biasanya hanya
berukuran 0,5-5 m. Bakteri umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan
jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda. Banyak yang bergerak menggunakan
flagella, yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karaktristik serta ciri dari bekteri Metilotrof?
2. Bagaimana sifat fermentasi bakteri Metilotrof?
3. Bagaimana habitat bakteri Metilotrof?
4. Apa peran dan manfaat bakteri Metilotrof?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami karaktristik serta ciri dari bekteri Metilotrof
2. Mengetahui sifat fermentasi bakteri Metilotrof
3. Mengetahui habitat bakteri Metilotrof
4. Mengetahui peran dan manfaat dari bakteri Metilotrof
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 BAKTERI METILOTROF


Bakteri metilotrof merupakan salah satu kelompok bakteri yang ditemukan pada
mulut manusia. Dalam penelitian ini beragam bakteri metilotrof diisolasi dari mulut 63
orang subyek, yaitu pada daerah lidah, gingivalis, dan subgingivalis dengan
menggunakan media padat minimal yang disuplementasi metanol 1%. Isolat yang
didapatkan dikarakterisasi secara biokimia dan dilanjutkan dengan uji resistensi
terhadap antibiotik. Keragaman isolat yang diperoleh dianalisis dengan metode
Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA). Selanjutnya, beberapa
isolat yang memiliki karakteristik berbeda diidentifikasi menggunakan metode
sekuensing berdasarkan gen penyandi 16S rRNA. Dari penelitian ini diperoleh 21 isolat
bakteri metilotrof yang berhasil dimurnikan dan dipisahkan menjadi tujuh kelompok
berbeda dengan karakteristik fenotipe yang berbeda. Mayoritas isolat resisten terhadap
trimetoprim namun resisten terhadap kanamisin, sterptomisin, dan tetrasiklin. Hasil uji
resistensi terhadap ampisilin bervariasi pada tiap isolat. Analisis dengan ARDRA
menghasilkan sembilan profil digesti yang berbeda. Empat isolat yang secara fenotipe
berbeda serta menunjukkan profil digesti yang berbeda diidentifikasi sebagai
ethylobacteriaceae bacterium, Gordonia sp. Microbacterium sp. dan Pseudomonas sp.
Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat keragaman bakteri metilotrof pada mulut
manusia (Diana, 2011).
Bakteri Metilotrof terdiri dari berbagai mikroorganisme aerobik obligat, yang
mampu berkembang biak pada (sejumlah) senyawa yang memiliki ikatan karbon-
karbon lemah. Kontribusi ini pada dasarnya terbatas pada organisme yang mampu
memanfaatkan metanol dan mencakup aspek-aspek fisiologis, biokimia dan genetik
kelompok organisme ini masih beragam.
Dalam beberapa tahun terakhir banyak kemajuan yang telah dibuat dalam
karakterisasi biokimia dan genetik dari jalur dan pengetahuan reaksi tertentu yang
terlibat dalam katabolisme metanol. Hanya beberapa dari lokus genetik sampai saat ini
telah ditemukan percobaan biokimia melalui isolasi atau demonstrasi produk gen
tertentu. Sebaliknya, beberapa faktor telah diidentifikasi dengan cara biokimia dan
terbukti terlibat dalam reaksi metanol dehidrogenase atau transfer elektron berikutnya.
Sebagian besar komponen ini, lokus genetik mereka tidak diketahui. Kumpulan enzim
metanol dehidrogenase, peran pyrrolo-quinoline kuinon, keterlibatan faktor aksesori,
translokasi jelas dari semua komponen ini ke periplasma dan link didedikasikan untuk
rantai transpor elektron sekarang diterima dan baik fenomena dipelajari dalam beberapa
dipilih metilotrof fakultatif. regulasi metabolisme ekspresi gen, efisiensi konservasi
energi dan pertanyaan apakah aturan universal yang berlaku untuk metilotrof pada
umumnya, sejauh ini telah diberikan kurang diperhatikan. Dalam rangka memperluas
studi ini kurang dikenal spesies methylotrophic hasil awal mengenai daerah seperti
pemetaan genetik, karakterisasi molekuler gen tertentu dan genetika ekstrakromosomal
juga akan lulus dalam ulasan.
Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan
kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat
kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang
mampu menggunakan senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya. Di
dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan
dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak
memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini
menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.
Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada
sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu
tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin.
Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.
Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai
lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan
steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang
dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%). Tedapat pula
beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil),
kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.
Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan hidup di dalam awan dengan
ketingian hingga 10 kilometer. Sebuah tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8
yang dimodifikasi sebagai laboratorium terbang berhasil menggambil sampel sejumlah
bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa
badai dan bertahan dalam ionisasi awan.
2.2 KARAKTERISTIK BAKTERI METILOTFROF

Metilotrof adalah kelompok mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk


tumbuh dan berkembang dengan menggunakan senyawa berkarbon tunggal.
Mikroorganisme ini pertama kali ditemukan pada awal tahun 1900-an dan barulah pada
tahun 1960-an bakteri ini teridentifikasi lebih lanjut, terutama jalur metabolismenya.
Proses biokimia pada metilotrof terkait dengan penggunaan senyawa berkarbon tunggal
telah berhasil dipaparkan pada tahun 1982. Pada dasarnya, terdapat dua jenis enzim
yang terlibat langsung dalam reaksi oksidasi senyawa karbon, yaitu metanol
dehidrogenase dan metilamin dehidrogenase (Christoserdova L, 2003).
Karbon dioksida hanya digunakan sebagai sumber karbon utama, sedangkan
senyawa berkarbon tunggal lainnya, seperti metanol dan metil sulfida, digunakan
sebagai sumber energi utamanya (Anesti V, 2005). Di alam bebas, senyawa berkabon
tunggal untuk pertumbuhan metilotrof dapat diperoleh dari hasil respirasi tumbuhan
yang menghasilkan senyawa metanol, proses degradasi hewan laut dan tumbuhan yang
menghasilkan senyawa metilamina, dan dari alga laut yang menghasilkan metil halida
dan metil sulfida.
Kaki manusia di mulut dan ada sekelompok bakteri yang dikenal sebagai
metilotrof, sekelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal
untuk mendukung pertumbuhannya.

2.3 SIFAT FERMENTASI

Kelompok organisme ini dapat memenuhi kebutuhan energinya dengan oksidasi


kelompok metil yang melekat pada atom-atom selain karbon. Diantaranya adalah
metilotrof obligat, yang tumbuh hanya dengan menggunakan unsur-unsur yang tidak
mengandung ikatan karbon-karbon (metan, metanol). Organisme lainnya adalah
metilotrof fakultatif, yang sanggup tumbuh pada sumber-sumber karbon yang
bervariasi, termasuk unsur-C1. Oksidasi metan menjadi karbondioksida berlangsung
melalui serangkaian langkah-langkah oksidasi dua electron. Pada metabolisme metan,
formaldehid menempati posisi kunci, karena pada tingkat ini karbon terasimilasi
menjadi biomassa, juga terdisimilasi menjadi karbondioksida sebagai sumber energi
(Kusnadi, 2014)

Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber energi pada proses reaksi penyusunan
(sintesis) molekul gula (karbohidrat) dari molekul CO2 dan H2O yang berlangsung di
dalam sel makhluk hidup, adalah cahaya (foton) matahari, tetapi tidak semua makhluk
hidup menggunakan cahaya sebagaisumber energinya. Contohnya pada beberapa
mikroorganisme seperti bakteri belerang, bakteri nitrit, bakteri nitrat, dan bakteri besi
memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa kimia. Jadi, jika pada proses
penyusunanbahan organik yang menggunakan sumber energi dengan cara
pengoksidasian (pemecahan) senyawa kimia disebut kemosintesis.

Beberapa bakteri kemosintesis ini mempunyai kemampuan seperti organism


berklorofil, yaitu mampu membuat karbohidrat dari bahan mentah anorganik, tetapi
mereka tidak menggunakan energi cahaya untuk melakukan hal itu. Pengubahan karbon
dioksida menjadi karbohidrat dapat pula terjadi dalam sel-sel hewan seperti pada sel-sel
tumbuhan. Reaksi "gelap" yang menentukan juga diketahui berlangsung dalam sel-sel
bakteri kemoautotrop. Mereka memperoleh energi dan elektron-elektron dengan
melaksanakan oksidasi beberapa substansi tereduksi yang ada di alam sekitarnya.
Energi bebas tersedia oleh oksidasi ini kemudian digunakan untuk pembuatan
karbohidrat. Bakteri belerang yang kemoautotrop mengoksidasi H2S di tempat
tinggalnya (mata air belerang) sehingga menghasilkan energi. Reaksinya sebagai
berikut.

2H2S + O2 2S + 2H2O G = 100 kkal

Kemudian energi ini dapat mereka pakai untuk mereduksi karbondioksida menjadi
karbohidrat dengan cara yang sama seperti yang dilakukan bakteri belerang fotosintetik.

2H2S + CO2 (CH2O) + H2O + 2S

Kelompok bakteri kemoautotrop lainnya ialah bakteri besi. (mereka bertanggung


jawab atas sisik kecoklat-coklatan yang terbentuk di dalam tangki air atau toilet kakus).
Mereka menyelesaikan oksidasi senyawa besi yang teroksidasi sebagian dan mampu
merangkaikan energi yang dihasilkan oksidasi ini untuk mensintesis karbohidrat.
Bakteri nitrifikasi juga kemoautotrof, mereka melakukan oksidasi NH3 yang dihasilkan
dari protein oleh bakteri heterotrof dari hasil perombakan menjadi nitrat. Oksidasi ini
menghasilkan energi untuk mendorong reaksi sintesis bakteri tersebut. Nitrat yang
dihasilkan menyediakan keperluan nitrogen bagi tumbuhan (Anshori, 1989).

Ada dua macam energi yang digunakan oleh makhluk hidup:


Sinar matahari. Organismanya disebut dengan organisma fotosintesis atau di
kenal juga dengan organisma fototrofik.
Oksidasi senyawa kimia. Organismanya disebut dengan organisma kemosintesis
kemotrofik atau autotrofik

Karbon dioksida hanya digunakan sebagai sumber karbon utama, sedangkan


senyawa berkarbon tunggal lainnya, seperti metanol dan metil sulfida, digunakan
sebagai sumber energi utamanya. Di alam bebas, senyawa berkabon tunggal untuk
pertumbuhan metilotrof dapat diperoleh dari hasil respirasi tumbuhan yang
menghasilkan senyawa metanol, proses degradasi hewan laut dan tumbuhan yang
menghasilkan senyawa metilamina, dan dari alga laut yang menghasilkan metil halida
dan metil sulfida

Terdapat tiga buah protein yang berperan dalam mengoksidasi senyawa


berkarbon tunggal pada bakteri metilotrof. Ketiga protein ini terletak pada ruang
periplasma sel bakteri metilotrof. Protein tersebut antara lain enzim metanol
dehidrogenase yang termasuk dalam golongan kelas quinoprotein, sitokrom cL yang
merupakan molekul penerima elektron, dan sitokrom c yang merupakan donor elektron
pada membran sitokrom oksidase. Dengan adanya molekul-molekul tersebut, senyawa
berkarbon tunggal akan diubah menjadi senyawa formaldehida yang masuk ke dalam
siklus metabolisme lanjutan (Chistoserdova L, 2004). Proses inilah yang menjadi kunci
dari produksi energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri metilotrof (Anthony
C, 1986). Pada bakteri fakultatif metilotrof, konsentrasi enzim metanol dehidrogenase
di dalam selnya dapat mencapai 10-15% (Anthony C, 2003). Konsentrasi enzim ini pun
meningkat dengan adanya penambahan senyawa metilamina sebagai sumber karbon
tambahannya (Machlin SM, 1988).

2.4 HABITAT

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan


banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam; lingkungan
perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam
organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka
bumi ini adalah 5x1030. Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di
dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah
total sel tubuh manusia. Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi
kondisi tubuh manusia.
Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran
pencernaan manusia, terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri asam laktat
dan kelompok enterobacter. Di samping itu, terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu
probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan
mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar. Selain di dalam saluran pencernaan,
bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di
dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama
metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal
untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan
senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak
memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini
menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.
Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada
sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu
tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin.
Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.
Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai
lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan
steril). Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang
dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%). Tedapat pula
beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil),
kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.

2.5 MANFAAT
Terdapat satu jenis bakteri metilotrof yang sering digunakan sebagai subjek
penelitian karena sifat dan karakteristiknya telah dikenal dengan baik, yaitu
Methylobacterium extroquens. Pada awal tahun 1960-an, bakteri ini digunakan sebagai
model dalam pengkarakterisasian siklus serin dalam rangkaian asimilasi senyawa
berkarbon tunggal. Enzim metanol dehidrogenase dan metilamin dehidrogenase dari
bakteri ini merupakan salah satu enzim pengoksidasi senyawa berkarbon tunggal
pertama yang berhasil dikarakterisasi.

2.6 AKTIFITAS ENZIM

Bakteri metilotrof merupakan bakteri yang dapat hidup pada lingkungan dengan
senyawa C1 seperti methanol dan metilamina sebagai sumber karbonnya. Habitat dari
bakteri ini sangat luas, antara lain pada mulut dan kaki manusia. Kemampuan bakteri
ini untuk hidup pada lingkungan dengan senyawa C1 dimungkinkan karena adanya
enzim metanol dehidrogenase Beberapa literatur mengemukakan enzim metanol
dehidrogenase yang dihasilkan oleh bakteri metilotrof pada habitat mulut dan kaki
manusia dapat menguraikan senyawa metantiol yang bersifat volatile dan menimbulkan
bau. Namun, literatur yang ada sampai saat ini hanya merujuk pada bakteri metilotrof
dari habitat kaki dan mulut manusia yang berasal dari daerah subtropis. Sejauh ini
belum ada studi tentang bakteri metilotrof pada habitat mulut dan kaki manusia untuk
daerah beriklim tropis, mengingat kondisi temperatur dan kelembaban yang berbeda,
besar kemungkinan komunitas bakterinyapun berbeda. Dalam penelitian ini telah
berhasil diisolasi sebanyak 31 isolat dari habitat mulut dan 20 isolat dari kaki. Uji Gram
menunjukkan sebagian besar isolat merupakan Gram negatif dan sebagian besar juga
menunjukkan oksidase positif. Seluruh isolat menunjukkan hasil positif pada uji
katalase, empat isolat menunjukkan hasil positif pada deteksi gen mxaF dengan PCR.
Uji aktivitas enzim metanol dehidrogenase menunjukkan isolat dengan aktivitas tiga
tertinggi ialah M41L3 memiliki aktivitas 67.96, isolat M27G2 dengan aktivitas 42.78,
isolat M28L1 dengan aktivitas 34.91. Hasil purifikasi enzim pada isolat M27G2,
M27L3, dan M41L3 dengan menggunakan teknik pengendapan amonium sulfat dan
AKTA FPLC menunjukkan peningkatan kemumian yang sangat baik, dimana nilai
aktivitas pada isolat M27G2 meningkat 69,1 kali, isolat M27L3 meningkat 8,8 kali, dan
isolat M4IL3 meningkat 14,6 kali.

Penelitian ini perlu dilanjutkan dimana enzim dengan aktivitas tinggi dilakukan
karakterisasi, purifikasi lanjutan, dan produksi enzim. Isolat dengan aktivitas enzim
tertinggi dapat dikarakterisasi secara molekuler (Diana, 2011).
2.7 METABOLISME

Kelompok organisme ini dapat memenuhi kebutuhan energinya dengan oksidasi


kelompok metil yang melekat pada atom-atom selain karbon. Diantaranya adalah
metilotrof obligat, yang tumbuh hanya dengan menggunakan unsur-unsur yang tidak
mengandung ikatan karbon-karbon (metan, metanol). Organisme lainnya adalah
metilotrof fakultatif, yang sanggup tumbuh pada sumber-sumber karbon yang
bervariasi, termasuk unsur-C1. Oksidasi metan menjadi karbondioksida berlangsung
melalui serangkaian langkah-langkah oksidasi dua elektron. Pada metabolisme metan,
formaldehid menempati posisi kunci, karena pada tingkat ini karbon terasimilasi
menjadi biomassa, juga terdisimilasi menjadi karbondioksida sebagai sumber energi
(Stevia, 2014).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Metilotrof adalah kelompok mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk tumbuh


dan berkembang dengan menggunakan senyawa berkarbon tunggal.
2. Kelompok organisme ini dapat memenuhi kebutuhan energinya dengan oksidasi
kelompok metil yang melekat pada atom-atom selain karbon. Diantaranya adalah
metilotrof obligat, yang tumbuh hanya dengan menggunakan unsur-unsur yang tidak
mengandung ikatan karbon-karbon (metan,metanol).
3. Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit,
mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok
bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof.
4. Pada awal tahun 1960-an, digunakan sebagai model dalam pengkarakterisasian siklus
serin dalam rangkaian asimilasi senyawa berkarbon tunggal.
DAFTAR PUSTAKA

Anesti V, dkk. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the
human mouth. Environ Microbiol. 2005

Anshori, Rohman. Pengantar Teknologi Fermentasi. Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi


PAU Pangan dan Gizi. Bogor: IPB. 1989

Anthony C, Williams P. The structure and mechanism of methanol dehydrogenase. Biochim


Biophys Acta. 2003

Anthony C. Bacterial oxidation of methane and methanol. Adv Microb Physiol. 1986

Anthony C. The Biochemistry of Methylotrophs. London: Academic Press. 1982

Chistoserdova L, dkk. Multiple formate dehydrogenase enzymes in the facultative


methylotroph Methylobacterium extorquens AM1 are dispensable for growth on Methanol. J
Bacteriol. 2004

Diana Waturangi. 2011. Deteksi gen dan purifikasi metanol dehidrogenase bakteri metilotrof
(methylotroph) dari kaki dan mulut manusia.
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=198132 diakses pada 31 Mei
2016 pukul 15:35 WIB

Evanendra. 2014. Bakteri. http://vannendra.weebly.com/bakteri.html diakses pada 31 Mei


2016 pukul 19:13 WIB

Kusnadi. 2014. Metabolisme Mikroba.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/REV._BAB_5.pdf
diakses pada 30 Mei 2016 pukul 19:32 WIB

Machlin SM, Hanson R. Nucleotide sequence and transcriptional start site of the
Methylobacterium organophilum XX methanol dehydrogenase structural gene. J Bacteriol
170(10):4739-4747. 1988
Stevia Ladisa. 2014. Fermentasi. http://stevialadisa.blogspot.co.id/2014/12/fermentasi.html
(diakses pada 31 Mei 2016 pukul 09:15 WIB)

The Metabolism of Methylotrophic bacteria. http://www.docstoc.com/docs/518893/the-


metabolism-of-methylotrophic-bacteria (diakses pada 30 Mei 2016 pukul 19:46 WIB

Anda mungkin juga menyukai