Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN DEMAM


TIFOID PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIYOSO
KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

oleh :

AGUS WIDODO
J 210 080 088

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN


UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN DEMAM
TIFOID PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIYOSO
KARANGANYAR

Agus Widodo*
Abi Muhlisin,SKM,M.Kep**
Ambarwati,S.Pd,M.Si**

Abstrak
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Demam
tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri
Salmonella typhi. Banyaknya kejadian demam tifoid dapat dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tenteng penyakit demam tifoid. Kuranngnya
pengetahuan ini menjadikan kekambuhan demam tifoid menjadi tinggi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Jatiyoso bulan Maret 2012,
jumlah penderita demam tifoid berjumlah 139 orang, sedangkan jumlah
kunjungan penderita demam tifoid di tahun yang sama berjumlah 411 orang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid pada penderita demam tifoid di
wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian Kuantitatif. Metode penelitian adalah Deskriptif korelatif, Desain yang
digunakan adalah survey dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian
sebanyak 139 pasien. Jumlah sampel sebanyak 58 responden, dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random sampling.
Instrument penelitian diperoleh melalui kuesioner pengetahuan demam tifoid dan
upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid. Alat analisis data menggunakan uji
Chi Square. Hasil penelitian diperoleh data. 18 responden (31%) mempunyai
pengetahuan yang tinggi, 17 responden dengan pengetahuan sedang, 23 responden
(39,7%) dengan pengetahuan rendah. Sebanyak 19 responden (32,8%) upaya
pencegahan kekambuhan demam tifoid sudah baik, 18 responden (31%) upaya
pencegahan kekambuhan demam tifoid cukup dan 21 responden (36,2%) upaya
pencegahan kekambuhan demam tifoid masih kurang. Hasil uji statistic diperoleh
nilai 2 hitung= 12.656 dengan p = 0,013. Artinya terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid pada penderita
demam tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar.

Kata kunci : pengetahuan, pencegahan kekambuhan, demam tifoid


2

CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL WITH TYPHOID


FEVER PREVENTION RELAPSE OF TYPHOID FEVER PATIENTS
AT JATIYOSO PUBLIC HEALTH SERVICE AREAOF
KARANGANYAR

Abstract

Typhoid fever is an endemic disease in Indonesia. Typhoid fever is


transmitted through food and drink contaminated by Salmonella typhi. Number of
occurrences of fever typhoid be affected by the lack of public knowledge about
typhoid fever. Poor of knowledge make a high recurrence of typhoid fever. Based
on the results of preliminary studies on the health center Jatiyoso on March 2012,
the quantity typhoid fever patients amounted to 139 people, while the number of
visited of patients with typhoid fever in the same year amount to 411 people. Of
this study aim to know correlation between knowledge level with typhoid fever
prevention relapse of typhoid fever patients at Jatiyoso Public Health Service
Area of Karanganyar. The kind of research was quantitative research.Research
method was descriptive correlative,design used Cross sectional
approach. Research population is 139 patients. Total sample were 58
respondents, with taking sample were using proportional random
sampling. Instrument research obtained through questionnaires typhoid fever
knowledge and effort prevention of relapse of typhoid fever. Data analysis was
using Chi Square test. The results obtained data 18 respondents (31%) had high
knowledge, 17 respondents with moderate knowledge, 23 respondents (39.7% 0
with poor knowledge. 19 respondents (32.8%) of relapse prevention of typhoid
fever has been good, 18 respondents (31 %) enough and 21 respondents (36.2%)
was still lacking. statistical test results obtained values 2 count = 12 656 with
p = 0.013. It means that there was a correlation between knowledge level with
typhoid fever prevention relapse of typhoid fever patients at Jatiyoso public
Health Service Area of Karanganyar.

Keywords: knowledge, prevention of recurrence, typhoid fever

PENDAHULUAN wabah. Kelompok penyakit menular


ini dapat menyerang banyak orang
Latar Belakang Masalah sehingga dapat menimbulkan wabah.
Demam tifoid masih merupakan Data pada tahun 2009 menunjukkan
penyakit endemik di Indonesia. bahwa kasus demam tifoid menduduki
Penyakit ini termasuk penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh jenis
menular yang tercantum dalam Undang penyakit pada pasien rawat inap di
undang nomor 6 Tahun 1962 tentang rumah sakit seluruh Indonesia. Total

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

kasus demam tifoid mencapai 80.850 Menurut Notoatmodjo (2010)


penderita yang terdiri dari 39.262 laki- ada beberapa proses yang terjadi untuk
laki, 41.588 perempuan, dan 1.013 memperoleh pengetahuan antara lain ;
penderita telah meninggal dunia. Case awarenes (kesadaran), dimana orang
fatality rate (CFR) demam tifoid pada tersebut menyadari dalam arti
tahun 2009 sebesar 1,25% (Kemenkes mengetahui terlebih dahulu terhadap
RI, 2009). Di Kabupaten Karanganyar stimulus (obyek), interes (tertarik)
jumlah penderita demam tifoid terhadap stimulus atau obyek tersebut,
mencapai 1.259 penderita dengan evaluation (menimbang-nimbang)
persentase 3,15% (Dinkes Kab. terhadap baik dan tidaknya stimulus
Karanganyar, 2002) tersebut bagi dirinya, trial ( mencoba)
Berdasarkan studi pendahuluan dimana subyek sudah mulai mencoba
dari hasil wawancara dengan petugas melakukan sesuatu sesuai dengan apa
puskesmas bahwa banyak penderita yang dikehendaki oleh stimulus, dan
demam tifoid yang mengalami adopsi (meniru) dimana subyek
kekambuhan. Pada tahun 2011 berperilaku baru sesuai dengan
diperoleh data jumlah keseluruhan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
pasien rawat inap maupun rawat jalan terhadap stimulus.
di Puskesmas Jatiyoso berjumlah Demam tifoid atau tifus
19.016 pasien. Pasien dengan diagnosa abdominalis adalah penyakit infeksi
demam tifoid sebanyak 139 pasien, akut pada saluran pencernaan yang
sedangkan jumlah kunjungan penderita berpotensi menjadi penyakit
demam tifoid di tahun yang sama multisistemik yang disebabkan oleh
berjumlah 411 orang. (Profil Salmonella typhi (Muttaqin & Sari,
Puskesmas Jatiyoso, 2012). 2011). Penyakit yang sejenis dengan
Tujuan penelitian ini adalah demam tifoid adalah demam paratifoid
untuk mengetahui hubungan tingkat yang disebabkan oleh Salmonella
pengetahuan dengan upaya pencegahan paratyphi A, B dan C (Widoyono,
kekambuhan demam tifoid pada 2008). Penyakit ini menyerang pada
penderita demam tifoid di wilayah usus halus dan terkadang pada aliran
kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar. darah. Dalam masyarakat penyakit ini
sering dikenal dengan nama Tipes atau
LANDASAN TEORI Thypus (Zulkoni, 2010). Demam tifoid
Pengetahuan merupakan hasil tahu merupakan demam enterik. Masa tunas
manusia, yang sekedar menjawab sekitar 14 hari, infeksi biasanya berat,
pertanyaan apa sesuatu itu. Beberapa menimbulkan malaise, rasa lelah,
faktor yang mempengaruhi muntah, dan nyeri abdomen. Tempat
pengetahuan antara lain; pengalaman, yang lazim adalah kandung empedu,
tingkat pendidikan yang luas, tetapi organ lain termasuk hati, dapat
keyakinan tanpa adanya pembuktian, terkena (Brooker & Gould, 2003).
fasilitas (televisi, radio, majalah, koran, Demam tifoid disebabkan oleh
buku), penghasilan, dan sosial budaya Salmonella typhi. Basil tifoid yang
(Notoatmodjo, 2010). gejala utama pada demam tifoid adalah
panas tinggi terus menerus selama 2

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

minggu (Slamet, 2002). Demam lebih demam tifoid yang tidak mengalami
dari tujuh hari adalah gejala yang kekambuhan.
paling menonjol. Demam ini bisa
diikuti oleh gejala tidak khas lainnya Instrumen Penelitian
seperti diare, anoreksia, atau batuk Pengukuran pengetahuan pada
(Widoyono, 2008). penderita demam tifoid menggunakan
Pencegahan dapat dilakukan kuesioner berupa 21 pertanyaan
dengan menjaga kebersihan makanan tertutup dengan menggunakan skala
dan minuman serta upaya mengobati Guttman (Hidayat, 2011). Pernyataan
carrier yang berpotensi menjadi disusun menurut skala Guttman. Upaya
sumber infeksi. Selain itu, pencegahan pencegahan juga menggunakan
juga dapat dilakukan dengan kuesioner 20 pertanyaan menurut skala
memberikan imunisasi vaksin Guttman. Alat analisis menggunakan
monovalen salmonella typhi (Radji, uji chi square.
2010).
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden
Penelitian ini adalah penelitian Berdasarkan karakteristik di
Kuantitatif. Metode penelitian yang Puskesmas Jatiyoso Karanganyar
digunakan adalah Deskriptif korelatif, Umur (tahun) n (%)
Desain yang digunakan adalah survey
dengan pendekatan Cross sectional . Dewasa Muda (18-25) 9 15.5
Jumlah populasi penelitian ini sebesar Dewasa Awal (25-40) 38 65.5
139 orang yang menderita demam Dewasa Tengah (40-65) 11 19.0
tifoid. Sampel sebanyak 58 Responden Jenis kelamin n (%)
dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan proportional random Laki-laki 29 50.0
sampling. Perempuan 29 50.0
Kriteria inklusi Pendidikan n (%)
Orang yang menderita penyakit
SD 11 19.0
Penderita demam tifoid yang pernah
menjalani rawat inap di tahun 2011, SMP 17 29.3
bersedia menjadi responden dalam SMA 30 51.7
penelitan, bisa di temui saat penelitian
berlangsung, tercatat sebagai penduduk Status pekerjaan n (%)
di wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso Pelajar 2 3.4
IRT 14 24.1
Kriteria eksklusi Petani 19 32.8
Orang yang menderita demam tifoid
Wiraswasta 23 39.7
yang sedang tidak ada saat dilakukan
penelitian, penderita yang tidak
bersedia menjadi responden, penderita

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso


58 responden penelitian, banyaknya Karanganyar
responden yang berumur antara 29-39
tahun sebesar 55,2%. respoden Upaya pencegahan
penelitian baik laki-laki maupun kekambuhan n (%)
perempuan berjumlah sama, masing- demam tifoid
masing sebesar 50%, berpendidikan Baik 19 32.8
SMA yaitu 51.7%. pekerjaan
wiraswata lebih banyak 39,7%. Cukup 18 31.0
Analisis univarite Kurang 21 36.2
Pengetahuan tentang demam tifoid
Total 58 100.0
Tabel 2. Tingkat pengetahuan
responden tentang demam tifoid di Tabel 3 menunjukkan bahwa
Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso upaya responden dalam melakukan
Karanganyar pencegahan kekambuhan demam tifoid
lebih banyak yang masih kurang
Pengetahuan
sebesar 36,2%, meskipun selisih
tentang demam
respoden yang telah melakukan upaya
tifoid n (%)
pencegahan dengan baik maupun
Tinggi 18 31.0 cukup hanya sedikit. Banyaknya
Sedang 17 29.3 responden yang masih kurang dalam
Rendah 23 39.7 melakukan upaya pencegahan
Total 58 100.0 kekambuhan demam tifoid karena
kurangnya memperhatikan faktor
risiko yang dapat mengakibatkan
Tabel 2 menunjukkan bahwa
seseorang dapat terkena demam tifoid,
masih banyak responden penelitian
kurangnya kesadaran dalam hal
yang mempunyai pengetahuan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu
demam tifoid yang rendah sebesar
bersihnya dalam masalah Buang Air
39,7%. Rendahnya pengetahuan
Besar (BAB), kurangnya kebersihan
responden tentang demam tifoid
tangan saat makan dan minum
sebagai akibat kurangnya informasi
maupun alat untuk makan yaitu piring,
yang diterima dalam hal masalah
sendok dan gelas maupun kondisi
kesehatan khususnya demam tifoid
tangan yang tidak bersih sehingga
seperti tanda, gejala, cara penularan.
memungkinkan kuman masih
menempel di tangan.
Upaya pencegahan kekambuhan
demam tifoid
Tabel 3. Upaya responden terhadap
pencegahan kekambuhan demam tifoid

Analisis bivariat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

Tabel 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan


kekambuhan demam tifoid pada penderita demam tifoid di wilayah
kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar.

upaya pencegahan kekambuhan


demam tifoid
Pengetahu
an tentang Baik Cukup Kurang Total 2 P
demam
tifoid n % n % n % n %

Tinggi 10 17.2 7 12.1 1 1.7 18 31


Sedang 4 6.9 6 10.3 7 12.1 17 29.3
12.656 0,013
Rendah 5 8.6 5 8.6 13 22.4 23 39.7

Total 19 32.8 18 31 21 36.2 58 100

Table 4 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pengetahuan


18 responden dengan pengetahuan dengan upaya pencegahan
yang baik, 10 responden dalam kekambuhan demam tifoid pada
melakukan upaya pencegahan penderita demam tifoid di Wilayah
kekambuhan demam tifoid sudah baik, Kerja Puskesmas Jatiyoso
7 responden sudah cukup baik, dan 1 Karanganyar.
responden masih kurang. Tujuh belas
responden dengan pengetahuan yang Pembahasan
sedang tentang demam tifoid, terdapat
Berdasarkan hasil penelitian
4 responden dapat melakukan upaya
mengenai umur responden dewasa
pencegahan dengan baik, 6 responden
awal antara (25-40) sebanyak 65.5%.
kategori cukup dan 7 dalam kategori
Banyaknya responden yang menderita
kurang. Terdapat 5 lima responden
sakit demam tifoid berkaitan dengan
dengan pengetahuan rendah, namun
aktivitas yang dilakukan yaitu berkerja
upaya pencegahan kekambuhan
sebagai wiraswasta yaitu tukang kayu.
demam tifoid sudah baik, 5 responden
Responden selama bekerja sangat
cukup dan 13 responden kurang dalam
kurang memperhatikan dalam hal
pencegahan kekambuhan demam
personal hygiene, menjaga pola makan
tifoid.
yang benar, harus mengkonsumsi
Hasil uji statistic diperoleh nilai
makanan yang lunak, kemudian
2 hitung= 12.656 lebih besar dari 2 tebel = menghindari makanan yang
3,84, dengan signifikansi 0,013. berminyak, pedas, dan asam, serta
Keputusan yang diambil adalah Ho kurangi kegiatan yang terlalu menguras
ditolak, yang artinya terdapat tenaga. Faktor risiko terbesar pada

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

penyakit ini adalah mereka yang kurang sesuai dengan pendapat


mempunyai kebiasaan kurang bersih Notoatmodjo (2007) yang menyatakan
dalam mengkonsumsi makanan. bahwa pendidikan adalah proses
Menurut Zulkoni (2010) bahwa tifoid belajar, semakin tinggi pendidikan
banyak menyerang anak usia 12-13 responden, diharapkan wawasan yang
tahun (70%-80%), pada usia 30-40 dimilikinya akan semakin luas
tahun (10%-20%) dan di atas usia anak sehingga pengetahuanpun juga akan
12-13 tahun sebanyak (5%-10%). meningkat, sebaliknya rendahnya
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan responden, akan
mengenai jenis kelamin diperoleh data mempersempit wawasan sehingga akan
bahwa jumlah responden laki-laki menurunkan pengetahuan, termasuk
maupun perempuan sama banyak pengetahuan responden dalam upaya
dengan masing-masing sebesar 50%. mencegah terjadinya kekambuhan
Menurut Zulkoni (2010) menyatakan demam tifoid.
bahwa demam tifoid dapat menyerang Faktor pekerjaan juga ikut
semua umur dan siapa saja yang mempengaruhi responden tentang
mempunyai kebiasaan kurang bersih pengetahuan. Hasil penelitian
dalam hal mengkonsumsi makanan. menunjukkan 39.7% adalah
Faktor lain yang mempangaruhi wiraswasta. Seorang wiraswasta dalam
pengetahuan responden adalah tingkat bekerja memiliki pola jam kerja yang
pendidikan. Hasil penelitian berbeda dengan orang yang bekerja
menunjukkan banyak responden secara teratur seperti pegawai negeri
berpendidikan SMA sebesar 51,7%. sipil (PNS), ataupun pekerja di sektor
Undang-undang Nomor 33 tahun 2003 swasta. Irama kerja seorang wiraswasta
tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat berubah-ubah, artinya jam kerja
menyebutkan bahwa tingkat tidak dibatasi oleh waktu. Jam kerja
pendidikan wajib belajar adalah 9 yang panjang dapat menjadikan
tahun yang meliputi pendidikan SD responden kurang berkesempatan
selama 6 tahun dan pendidikan SMP untuk menambah pengetahuan tentang
selama 3 tahun. SMA dan sederajat penyakit demam tifoid.
adalah pendidikan menengah, Akibat dari perbedaan
sedangkan pendidikan tinggi adalah pengetahuan responden tentang demam
DI, DII, DIII, Sarjana dan seterusnya tifoid dengan berbagai latar belakang
adalah pendidikan lanjutan. yang mempengaruhi yaitu umur,
Responden dengan pendidikan pendidikan dan pekerjaan, maka upaya
SMA sudah dianggap dapat menerima responden dalam mencegah terjadinya
dari berbagai informasi pengetahuan kekambuhan demam tifoid juga dapat
tentang demam tifoid baik dari berbeda. Berdasarkan tabel 4
pelajaran sekolah ataupun dari sumber menunjukkan bahwa responden dengan
lain seperti televisi, radio, majalah pengetahuan yang sudah baik, upaya
kesehatan, namun pada hasil penelitian pencegahan demam tifoidnya banyak
ini memperlihatkan bahwa pendidikan yang baik, namun terdapat 1 responden
responden belum mampu menjadikan yang kurang dalam melakukan upaya
pengetahuan meningkat. kondisi ini pencegahan kekambuhan dengan baik.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

Kurangnya upaya pencegahan yang dapat membawa dampak besar dalam


baik dapat diakibatkan oleh faktor kehidupan dan tingkat kesehatan
sosial ekonomi. Responden anggota keluarga di dalamnya.
mengetahui bahwa salah satu upaya Terwujudnya masyarakat yang sehat
agar tidak terkena sakit demam tifoid tidak terlepas dari perilaku hidup
adalah menjaga kebersihan lingkungan bersih dan sehat dilingkungan rumah
seperti kebersihan jamban maupun tangga. Sebab rumah tangga
kebersihan rumah, hasil dari observasi merupakan lingkungan terkecil dalam
pada saat pengambilan data penelitian masyarakat. Dengan terciptanya
diperoleh gambaran bahwa satu kehidupan masyarakat yang sehat,
responden hidup dalam keluarga yang merupakan modal utama dan aset yang
sederhana. Lantai dalam rumah masih sangat berharga untuk melaksanakan
belum diplester semen sehingga masih pembangunan yang perlu dijaga,
memungkinkan lantai tidak kedap air ditingkatkan dan dilindungi
yang pada akhirnya dapat kesehatannya.
meningkatkan risiko penyebaran Tiga belas responden dengan
bakteri Salmonella typhi (Saputra, pengetahuan yang rendah menjadikan
2009). upaya pencegahan kekambuhan
Berbeda dengan 5 responden yang menjadi kurang. Responden yang
mempunyai pengetahuan kurang banyak bekerja sebagai wiraswasta
tentang demam typoid, namun upaya menjadikan waktu kuang yang sedikit
pencegahan kekambuhan demam tifoid untuk digunakan dalam meningkatkan
sudah baik. Responden kurang pengetahuan tentang demam tifoid
mengerti mengenai penyakit tifoid, seperti menerima pendidikan kesehatan
cara penularan dan tanda gejala bagi dari petugas kesehatan, ataupun
penderita tifoid, namun dalam hilangnya kesempatan untuk membaca
keseharian responden telah melakukan buku kesehatan yang diakibatkan
perilaku hidup bersih dan sehat. responden sibuk bekerja. Hal ini
Responden melakukan kebersihan menunjukkan bahwa pengetahuan
lingkungan, melakukan perilaku cuci merupakan faktor yang cukup penting
tangan sebelum makan, cukup istirahat. untuk dapat menjadikan responden
Departemen Kesehatan RI melakukan upaya sebaik mungkin
(Depkes RI 2006) menyaakan Program dalam pencegahan kekambuhan
PHBS dalam rumah tangga adalah demam tifoid.
upaya pemberdayaan anggota rumah Menerapkan perilaku hidup bersih
tangga agar tahu, mau dan mampu dalam kaitannya agar tidak mengalami
mempraktekkan perilaku hidup bersih kekambuhan demam tifoid, merupakan
dan sehat, serta ikut berperan aktif langkah baik untuk menangkal
dalam gerakan gerakan peningkatan penyakit, namun dalam praktiknya,
kesehatan masyarakat. Program PHBS upaya pencegahan yang kesannya
dalam rumah tangga ini perlu terus sederhana tidak selalu mudah
dipromosikan karena rumah tangga dilakukan terutama bagi mereka yang
merupakan suatu bagian masyarakat tidak terbiasa, kurangnya pengetahuan
terkecil di mana perubahan perilaku dan sedikitnya kesadaran diri bahwa

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

demam tifoid dapat diderita oleh siapa 1. Sebagian besar responden (39,7%)
saja terutama pada orang yang hidup di penelitian mempunyai pengetahuan
lingkungan kurang bersih, (Depkes, yang kurang tentang demam tifoid
2004). Hasil penelitian Evan (2007) 2. Sebagian besar responden (36,3%)
dalam penelitiannya dengan masih kurang dalam upaya
kesimpulan bahwa diperlukan upaya pencegahan kekambuhan demam
advokasi dan komunikasi kepada tifoid
masyarakat yang miskin untuk 3. Terdapat hubungan antara tingkat
meningkatkan kesadaran pengetahuan pengetahuan dengan upaya
tentang demam tifoid, dan pengenalan pencegahan kekambuhan demam
vaksin yang bermanfaat bagi tifoid pada penderita demam tifoid
peningkatan pengetahuan. di wilayah kerja Puskesmas
Adanya responden dengan Jatiyoso Karanganyar
pengetahuan yang tinggi dan dapat
melakukan upaya pencegahan Saran
kekambuhan demam tifoid serta 1. Instansi Puskesmas dan Dinas
adanya responden dengan pengetahuan Kesehatan
yang kurang dan mengakibatkan Petugas kesehatan lebih
kurangnya pencegahan kekambuhan meningkatkan perannya dalam
tifoid menjadikan adanya hubungan memberikan pendidikan kesehatan
yang signifikan antara tingkat kepada masyarakat mengenai
pengetahuan dengan upaya pencegahan demam tifoid, cara pencegahan
kekambuhan demam tifoid pada penyakit, dan berkoordinasi dengan
penderita demam tifoid di wilayah instansi terkait untuk melakukan
kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar. kebersihan lingkungan yang masih
Namun dari hasil penelitian ini kotor agar masyarakat tidak
bahwa masih ada responden yang terjangkit demam tifoid
berpengetahuan tinggi dalam 2. Bagi responden
pelaksanaan upaya pencegahan demam Meningkatkan informasi dan
tifoid masih kurang. Sebaliknya ada kesadaran diri tentang perilaku
responden yang berpengetahuan hidup bersih dan sehat dengan cara
kurang namun upaya pencegahan selalu membersihkan rumah seperti
kekambuhan demam tifoid justru baik, menyapu rumah, membersihkan
hal ini menunjukkan perlunya sanitasi secara teratur, cukup
pendidikan kesehatan pada masyarakat istirahat, meningkatkan asupan gizi
untuk meningkatkan pengetahuan yang baik agar terhindar dari
tentang demam tifoid dan adanya demam tifoid
pelaksanaan kebersihan lingkungan 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
agar masyarakat tidak terjangkit Diharapkan dalam penelitian
penyakit demam tifoid. selanjutnya tentang upaya
pencegahan demam tifoid lebih
variatif dan lebih luas yaitu dari
Simpulan adanya observasi dalam penelitian,
menambah variable seperti factor

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

10

social ekonomi, factor budaya Hidayat, A.A. (2011). Metode


masyarakat setempat mengenai Penelitian Keperawatan dan
kebisaan BAB. Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. (2009). Profil
Brooks, G.P., Butel, J.S., & Morse, kesehatan Indonesia 2009.
S.A. (2005). Mikrobiologi Jakarta: Kementrian Kesehatan
Kedokteran:Medical Republik Indonesia.
Microbiologi (Bagian
Mikrobiologi Fakultas Muttaqin, A & Sari, K. (2011).
Kedokteran Universitas Gangguan Gastrointestinal:
Airlangga, Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medical Bedah.
Depkes RI, 2004. Misi Nasional Jakarta: Salemba Medika.
Promosi Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI Notoatmojo, S. 2010. Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.
Depkes, 2006. Kesehatan Bagi Pekerja Jakarta : PT Rineka Cipta
Wanita. // www. Depkes. go. id.
Diakses tanggal 10 Juni 2009 Radji, M. (2010). Buku Ajar
Mikrobiologi: Panduan
Dinas Kesehatan. (2002). Kabupaten Mahasiswa Farmasi dan
Karanganyar Dalam Angka Kedokteran. Jakarta: EGC.
2002. Karanganyar: Badan
Riwidikdo, H. (2008). Statistik
Pusat Statistik.
Kesehatan. Jogyakarta: Mitra
Dinkes, 2006. Profil Kesehatan Cendikia Press.
Propinsi Jawa Tengah Tahun Slamet, J.S. (2002). Kesehatan
2005. Semarang : Dinas Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Kesehatan Propinsi Jawa Mada University Press.
Tengah
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis:
Evan S, , Scott Wittet, Josefina B, Epidemiologi, Penularan,
Kateryna , Laura C and Jennifer Pencegahan dan
(2007) Use of formative research Pemberantasannya. Semarang:
in developing a knowledge Erlangga.
translation approach to rotavirus
vaccine introduction in Zulkoni, A. (2010). Parasitologi.
developing countries. BMC Yogjakarta: Nuha Medika.
Public Health
http://www.biomedcentral.com/c
ontent/pdf/1471-2458-7-281.pdf

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

11

Agus Widodo* : Mahasiswa S-1


Keperawatan FIK UMS
Abi Muhlisin,SKM,M.Kep**:
Dosen Keperawatan FIK UMS
Ambarwati,S.Pd,M.Si**:
Dosen Keperawatan FIK UMS

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid


Pada Penderita Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar

Anda mungkin juga menyukai