Anda di halaman 1dari 17

CIVIL ENGINEERING2013

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Tebal Sub Base (Weight On Main Gear)


MSTOW x 95% = 572000 x 0,95 = 543400 lb
CBR Sub Base = 50 %
Equivalent Annual departure (R1) = 3648,86 pesawat/tahun
Tebal perkerasan di Plot pada Gambar 3.12 diperoleh tebal Sub Base = 7,7 inchi =
19,558 cm 20 cm

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Tebal Sub Base :


Tebal sub base = 41 20 = 21 cm

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Maka Tebal Sub Base Rencana = 21 cm


Tebal Lapisan Surface :
a) Untuk daerah kritis = 5 inchi = 13 cm
b) Untuk daerah non kritis = 4 inchi = 11 cm
Tebal surface yang digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal
surface rencana = 13 cm

Tebal Base Course :


Tebal Base Course digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal
Base Course rencana = 20 13 = 7 cm

Cek terhadap tebal minimum Base Course dengan


Table 3.11. Minimum Base Course Thickness
Minimum Base Course
Design Design Load Range
Thickness
Aircraft
lbs. (Kg) In. (mm)
Single 30.000 50.000 (13.600 22.700) 4 (100)
Wheel 50.000 75.000 (22.700 34.000) 6 (150)
50.000 100.000
Dual (22.700 45.000) 6 (150)
100.000
Wheel (45.000 90.700) 8 (200)
200.000
100.000
(45.000 113.400)
Dual 250.000 6 (150)
(113.400
Tandem 250.000 8 (200)
181.000)
400.000
757 200.000
(90.700 181.000) 6 (150)
767 400.000
DC-10
400.000 (181.000
L1011/ 8 (200)
600.000 272.000)
MD-11
400.000
(181.000
600.000 6 (150)
B-747 272.000)
600.000 8 (200)
(272.000 385.700)
850.000
75.000 125.000
(34.000 56.700) 4 (100)
C-130 125.000
(56.700 79.400) 6 (150)
175.000

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Di peroleh base course minimum = 8 inchi = 20 cm.


Syarat : Tebal Base Course Rencana > Tebal Base Course Minimum
20 cm = 20 cm

Untuk daerah kritis

Surface Course 13 cm

Base course 20 cm

Sub base course 21 cm

Gambar 4.15. Tipikal Lapisan Perkerasan Untuk Daerah Kritis

Untuk daerah nonkritis

Surface Course 11 cm

Base course 20 cm

Sub base course 23 cm

Gambar 4.16. Tipikal Lapisan Perkerasan Untuk Daerah Non Kritis

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

4.2.1 Struktur Perkerasan Apron


Langkah-langkah perhitungan
a. Tipe pesawat rencana = DC-10-30
MSTOW = 259688 kg
= 572000 lb
a. Beton dengan Flexural Strength (FS)
FS = 600 Psi
b. Menentukan Harga K (Modulus of Subgrade Reaction)
Dengan nilai CBR tanah dasar 23% maka diperoleh harga K sebagai berikut:
1500 0,7788
=[ ]
26
150023 0,7788
=[ ]
26
= 270,441 Psi 270 Psi

Karena beban pesawat yang besar maka lapis pondasi bawah harus distabilisasi.
Dengan cara plot pada grafik untuk nilai K =270 Psi dan tebal sub base 20 cm =
200 mm, maka diperoleh K = 310 Pci

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

c. Tebal Perkerasan Kaku


Tipe Pesawat Rencana = DC-10-30
K effective = 310 Pci
MSTOW = 572000 lb
Weight On Main Gear = 572000 x 95% = 543400 lb

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Dengan memplot Grafik Kurva Evaluasi Perkerasan Rigid MD-11 dengan


data-data diatas, maka didapatkan tebal slab beton = 9,9 inchi = 25,15 25,5
cm.

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

d. Perhitungan Jumlah Tulangan


Berdasarkan Tabel 2.9 didapatkan jarak joint
Tebal Slab Beton Melintang Memanjang
< 9 inchi (25 cm) 15 ft (4,6 m) 12,5 ft (3,8 m)
9 12 inchi (25 31 cm) 20 ft (6,1 m) 20 ft (6,1 m)
> 12 inchi (31 cm) 25 ft (7,6 m) 25 ft (7,6 m)
Maka jarak joint untuk melintang dan memanjang adalah 20 ft = 6,1 m

e. Perhitungan penulangan arah memanjang dan melintang


Diketahui:
Tebal Slab Beton (H) = 25,5 cm = 255 mm
Panjang atau lebar slab (L) = 20 ft x 20 ft = 6,1 m x 6,1 m
Tegangan Tarik Baja (Fs) = 40000 Psi = 275,600 MN/m2 (1 Psi= 0,00689
MN/m2)
Perhitungan Luas Tulangan:
0,64L 0,646,16,1255
As = =
Fs 275,6

= 0,559 cm2 x 100 = 55,900 mm2/m

Buat penampang melintang untuk penulangan minimum sebesar 0,05 % kali luas
penampang melintang beton (As) :
As min = 0,05 % x As beton
= 0,05 % x ( H x L )
= 0,05 % x ( 255 mm x 1000 mm )
= 127,500 mm2/m

Karena Asmin (127,500 mm2/m) > Asperlu (55,9 mm2/m) digunakan Asmin 128
mm2/m

Dicoba memakai tulangan dengan 9 490


1000
As10 - 200 = ( x 3,14 x 92) x 490

= 129,800 mm2/m > Asmin (128 mm2/m)

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Sehingga digunakan tulangan berdiameter 9 mm jarak tulangan 490 mm ( 9 490)

6,1 m

6,1 m

f. Dowel (Besi Pemindah Beban)


Diketahui Slab Beton tebal = 9,9 inchi = 25,5 cm
Berdasarkan tebal slab beton, dengan melihat tabel 4.15 dapat ditentukan ukuran dan jarak
dowel :
Tabel 4.15. Ukuran dan Jarak Dowel
Tebal Slab Beton Diameter Panjang Jarak

6 7 inch (15 18 cm) inch (20 mm) 18 inch (46 cm) 12 inch (31 cm)
8 12 inch (21 31 cm) 1 inch (25 mm) 19 inch (46 cm) 12 inch (31 cm)
13 16 inch (33 41 cm) 1 inch (30 mm) 20 inch (51 cm) 15 inch (38 cm)
17 20 inch (43 51 cm) 1 inch (40 mm) 20 inch (51 cm) 18 inch (46 cm)
21 24 inch (54 61 cm) inch (50 mm) 24 inch (61 cm) 18 inch (46 cm)

Maka : Diamater Dowel = 1 inch (25 mm)


Panjang Dowel = 19 inch (46 cm)
Jarak Dowel = 12 inch (31 cm)

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

DOWEL 25-310

9-490

6,1 m

9-490

6,1 m

Gambar 4.17 Sketsa Penulangan


4.2.3 Marking (tanda-tanda visual)
Tanda-tanda garis dan nomor dibuat pada perkerasan landasan dan taxiway agar
pilot mendapat alat bantu dalam mengemudikan pesawatnya mendarat ke landasan serta
menuju apron melalui taxiway. Marking ini hanya berguna pada siang hari saja,
sedangkan malam hari fungsi marking digantikan dengan sistem perlampuan.
Warna yang dipakai biasanya putih pada landasan yang mempunyai perkerasan
aspal, sedangkan warna kuning untuk taxiway dan apron. Pada dasarnya warnanya
harus mencolok terhadap sekitarnya. Jadi, kalau landasan berwarna putih (landasan
beton) harus diberi warna lain untuk markingnya. Kedua organisasi penerbangan telah
membuat standar marking. FAA dalam Advisory Circular 150/6340 1E kita pakai edisi
tanggal 11-4-1980.
ICAO dalam Annox 14 Chapter 5, 6. 7 dipakai edisi kedelapan Maret 1983. Ada
4 macam tipe marking:
a.Marking landasan.
Rudi Setiawan / F 111 13 086
CIVIL ENGINEERING2013

b. Marking taxiway.
c.Marking untuk area yang dibatasi.
d. Marking untuk objek tetap.

ICAO membagi marking landasan menjadi tiga :


a. Landasan approach presisi.
b. Landasan approach non presisi.
c. Landasan non instrument.

Yang ketiga menurut FAA adalah basic runway, memang antara keduanya
(FAA dan ICAO) mengatur marking sama, hanya istilah yang kadang berbeda.
Landasan non presisi dioperasikan di bawah kondisi VFR (Visual Flight Rule).
Landasan approach non presisi, adalah landasan yang dibantu dengan peralatan VOR
(Very High Frequency Omny Radio Range) bagi pesawat yang mendarat ke landasan
dengan VOR sebagai pedoman. Landasan instrument presisi adalah landasan yang
dilengkapi dengan ILS(Instrument Landing System).

4.2.3.1 Marking Landasan


a. Marking Landasan (runway marking)
Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan itu, terdiri
dari dua angka. Pada landasan sejajar harus dilengkapi dengan huruf L (Left), R
(Right), atau C (Central). Dua angka tadi merupakan angka persepuluhan terdekat dari
utara magnetis dipandang dari arah approach, ketika pesawat akan mendarat.

b. Marking sumbu (runway center line marking).


Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir pada nomor
landasan, kecuali pada landasan yang bersilangan, landasan yang lebih dominan,
sumbunya terus, yang kurang dominan sumbunya diputus. Merupakan garis putus-
putus, panjang garis dan panjang pemutusan sama. Panjang strip bersama gapnya
tidak boleh kurang dari 50 m, tidak boleh lebih dari 75 m. Panjang strip = panjang
gap atau 30 m mana yang terbesar, lebar strip antara 0,30 m sampai 0,90 m tergantung
kelas landasannya

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

c. Marking threshold.
Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung landasan membujur
landasan, panjang paling kurang 30 m, lebar 1,8 m. Banyaknya strip tergantung lebar
landasan.
Jumlah strip landasan

Lebar Landasan Banyaknya Strip


18 m 4
23 m 6
30 m 8
45 m 12
60 m 16
Sumber : Heru Basuki. Hal 233

d. Marking untuk jarak-jarak tetap (fixed distance marking).


Berbentuk empat persegi panjang, berwarna menyolok. Biasanya orange.
Ukuran panjangnya 45 m 60 m, lebar 6 m 10 m terletak simetris kanan kiri sumbu
landasan. Marking ini yang terujung berjarak 300 m dari threshold.
e. Marking touchdown zone.
Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bisa juga dipasang pada
landasan non presisi atau landasan non instrument, yang lebar landasannya lebih dari
23 m. Terdiri dari pasangan-pasangan berbentuk segi empat di kanan kiri sumbu
landasan lebar 3 m dan panjang 22,5 m untuk strip-strip tunggal. Untuk strip ganda
ukuran 22,5 x 1,8 dengan jarak 1,5 m (Lihat gambar 5.2). Jarak satu sama lain 150 m
diawali dari threshold, banyaknya pasangan tergantung panjang landasan.

Tabel Marking Touchdown

Banyaknya Pasangan
Panjang Landasan
< 90 m 1
900 1200 m 2
1200 1500 m 3
1500 2100 m 4
> 2100 m 6

Sumber : Heru Basuki. Hal 234

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

f. Marking tepi landasan (runway side stripe marking).


Merupakan garis lurus di tepi landasan, memanjang sepanjang landasan
dengan lebar strip 0,9 m. Bagi landasan yang lebarnya lebih dari 30 m atau lebar strip
0,45 m bagi landasan kurang dari 30 m. Berfungsi sebagai batas landasan terutama
apabila warna landasan hampir sama dengan warna shouldernya.
4.3.3 Perencanaan Bangunan Pelengkap
4.3.3.1. Hanggar
Yaitu tempat reparasi pesawat yang terlindung. Hanggar
direncanakan untuk menampung 3 buah pesawat yaitu: DC-10-30, A-300,
B-727-200.
Turning Radius ( R ) = (Wing Span + Wheel Track + Forward roll)
a. DC-10-30, dengan turing radius = 75 m

b. A-300, dengan turing radius = 23 m

c. B-737-400, dengan turing radius = 23 m

Keterangan: Nilai Turing Radius (R) diambil dari perhitungan


perencanaan Apron.
Sehingga, untuk panjang hanggar (P).

P = (2 x Turning Radius) + (Clearance x 4)


P = (2 (75) + 2(23)) +(6,096 (3))
= 214,288 m 215 m
Lebar hanggar (L).

L = (2 x turning radius terbesar) +(2 x Clearance)


L = (2 (75) ) + (6,096 (2))
= 162,192 m 163 m

4.3.3.2. Terminal Building


Diperhitungkan berdasarkan jumlah penumpang pesawat pada saat sibuk
(3..pesawat/jam). Kepadatan penumpang pesawat rata-rata pada setiap
kali penerbangan diambil 65%.

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

Dengan data penumpang sebagai berikut:

a. DC-10-30 = 320
b. A-300 = 345
c. B-727-200 = 165

Dengan demikian, pay load per jam adalah:


a. DC-10-30 = (0,65) (1) (320) = 208 orang/barang
b. A-300 = (0,65) (1) (345) = 225 orang/barang
c. B-727-200 = (0,65) (1) (165) = 108 orang/barang +
Total = 541 orang/barang

4.3.3.3. Tempat Parkir


Tempat parkir di suatu bandar udara harus disediakan untuk:
1. Penumpang pesawat.

Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat dalam 1 jam adalah


541 orang/barang. Dengan asumsi bahwa sebagian () dari
jumlah penumpang menggunakan mobil pribadi ke bandar udara.
Maka, jumlah penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi
adalah:
1/2 (541) = 271 orang/barang

2. Pengunjung atau pengantar yang datang bersama-sama dengan


pesawat. Diasumsikan jumlah kendaraan (1/8) dari jumlah
penumpang.

1/8 (541)= 68 orang/barang

3. Penumpang yang datang hanya untuk melihat-lihat 50 orang.

4. Karyawan-karyawan bandar udara direncanakan 100 kendaraan.

5. Mobil-mobil sewaan diperkirakan 250 kendaraan.

6. Orang-orang yang melaksanakan bisnis di bandar udara


diperkirakan 100 kendaraan.
Rudi Setiawan / F 111 13 086
CIVIL ENGINEERING2013

Dengan demikian, total kendaraan =271+68 + 50+100+250+100


= 839 kendaraan

Adapun luas dari tempat parkir yang direncanakan tergantung pada tipe parkir. Dalam
hal ini digunakan tipe parkir 900. Tipe parkir dengan sudut 900 untuk sebuah
kendaraan diperkirakan membutuhkan tempat parkir seluas:

Panjang = 5,50 m

Lebar = 2,60 m

Luasnya = (5,5 m) (2,6 m)

= 14,30 m2 (untuk 1 kendaraan)


(Tipe Parkir. Ir. Heru Basuki. Hal. 122)
Jadi, mobil tiap jalur = L/2,6 dimana L= Panjang Jalur, diambil 200 m
= 200/2,6
= 77 buah mobil

Jumlah baris parkir = Total Kendaraan / Total tiap jalur


= 839/77
= 11 baris kendaraan
Masing masing parkir berhadapan, sehingga :
Jumlah Lintas Jalur = 11/2 = 5,5 jalur 6 jalur
Lebar Area Parkir = (2,6 x 11) + (6 x 6)
= 64,6 m 65 m
Sehingga, Luas Area Parkir :
Luas Area Parkir = Panjang x Lebar
= 200 x 65
=13000 m2

Rudi Setiawan / F 111 13 086


CIVIL ENGINEERING2013

65 m

200 m

Gambar 4.11 Sketsa Rencana Parkir

Rudi Setiawan / F 111 13 086

Anda mungkin juga menyukai