Itulah mengapa semangat dan api dialog agama tidak boleh meredup.
Dialog agama di sini dimaksudkan mencakup interaksi antar dan intra-
agama. Tentu saja ada banyak alasan lain mengapa diskursus dan
aktivitas tersebut perlu terus dikembangkan. Dalam masyarakat yang
plural dan terpolarisasi seperti Indonesia, dialog agama dapat dijadikan
alat untuk mengurangi ketegangan dan intoleransi yang melibatkan
pemeluk agama-agama berbeda.
Untuk meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi, saya kerap
menganalogikan dengan orang yang belajar bahasa asing. Jika Anda
belajar bahasa Inggris, semakin Anda lancar berbahasa Inggris dan
mengetahui budaya mereka yang menggunakannya, yang terjadi
bukanlah bahasa Indonesia Anda akan hilang. Sebaliknya, belajar bahasa
lain justru akan memperkaya penguasaan bahasa ibu Anda.
Ada dua kesalahan umum tentang tujuan dialog agama. Pertama, tujuan
utama dialog ialah mengubah pandangan partisipan lain. Sebagian orang
terlibat dalam dialog dengan ambisi untuk mengubah pandangan pihak
lain. Jika ini yang menjadi tujuan, besar kemungkinan dialog menjadi
ajang perdebatan. Memang, keterlibatan dalam dialog diharapkan
menumbuhkan sikap yang lebih apresiatif terhadap keyakinan pihak lain.
Artinya, apabila seseorang memang tidak akan pernah mengubah sikap
dan pendiriannya karena sudah memiliki pandangan yang fixed, tidak ada
manfaatnya ia ikut serta dalam forum dialog.
Akan tetapi, apakah orang lain berubah atau tidak, seharusnya bukan
concern peserta dialog. Tujuan pertukaran pikiran adalah agar kita
menjadi lebih informed sebagai bekal untuk menyikapi keyakinan orang
lain. Dengan kata lain, dengan terlibat dalam dialog, seseorang dapat
melihat agamanya sendiri dari berbagai sudut pandang. Banyak peserta
pemula dialog agama yang mengekspresikan pengalaman menarik yang
tidak pernah terjadi sebelum punya kesempatan berinteraksi dengan
orang-orang dari agama berbeda.
Beberapa pedoman