Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengetian Tauhid
Ilmu Kalam juga dinamakan Ilmu Tauhid, tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, tidak ada sekutu baginya. Ilmu Kalam dinamakan Ilmu Tauhid, karena tujuannya
ialah menetapkan keesaan Allah dalam Zat dan perbuatan-Nya dalam menjadikan alam
semesta dan hanya Allah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam ini.
Ilmu Kalam juga dinamakan Ilmu Aqaid atau Ilmu Ushuludin, karena persoalan
kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah yang menjadi pokok pembicaraannya.
Ilmu kalam menyerupai Ilmu Theologi, terdiri dari dua kata yaitu Theo artinya
Tuhan dan Logos artinya Ilmu jadi theologi bermakna ilmu tentang ketuhanan.

B. Dasar-Dasar Tauhid/ilmu Kalam Dan Akhlak


a. Dasar-Dasar Tauhid/Ilmu Kalam
1. Al-Quran : Banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan,
diantaranya:
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang
melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri
dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala
yang besar.
2. Al-Hadis : Banyak juga Al-Hadits yang menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah
ketuhanan, diantaranya:
Pemikiran Manusia Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat
islam sendiri atau pemikiran luar umat islam. Sebelum filsafat masuk dan berkembang di
dunia islam, umat islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionya untuk
menjelaskan ayat-ayat al-quran yang masih samar. Ternyata keharusan menggunakan
rasio telah mendapat pijakan dari beberapa ayat al-quran salah satunya: (

( 24 : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah
hati mereka terkunci?. Adapun sumber ilmu kalam yang berasal dari pemikiran luar
umat islam dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, pemikiran non muslim
yang telah menjadi peradapan lalu di transfer dan diasimilasikan dengan pemikiran umat
islam. Kedua, berupa pemikiran-pemikiran nonmuslim yang bersifat akademis seperti
filsafat (terutama dari Yunani) sejarah dan sains.
Insting Manusia Secara instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Karenanya,
kepercayaan adanya Tuhan berkembang sejak adanya manusia pertama. Menurut Abas
Mahmoud Al-Akkad, mitos merupakan asal-usul agama dikalangan primitif. Tylor, justru
mengatakan bahwa animisme (anggapan adanya kehidupan pada benda mati) merupakan
asal-usul keperyacaan kepada Tuhan, adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia
mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah paling
tua.
b. Dasar-Dasar Akhlak
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk
menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika
ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.
Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah) sebagai
dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya
hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam
perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dhaif/palsu). Melalui
kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan
pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa
sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Selain
itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam. Al-Quran
menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia
yang diandaikan seperti pohon iman yang indah.

C. Sejarah Perkembangan Dan Alirannya


Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi yang bergairah kepada Alquran dan lebih
berpegang teguh kepadanya, yang oleh Nabi semasa hidupnya pernah disebut sebagai orang
yang paling mungkin menjadi utusan Tuhan, seandainya Nabi sendiri bukan Rasul yang
terakhir. Khalifah kedua ini oleh mayoritas umat islam disepakati sebagai orang beriman
yang paling berhasil. Namun keadaan gemilang masa Umar itu tak berlangsung lama.
Utsman bin Affan, penggantinya selaku khalifah ketiga, sekalipun banyak mempunyai
kelebihan dan jasa di bidang lain, namun dalam kepemimpinannya dicatat sebagai orang
yang lemah. Mulailah bermunculan berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada Utsman
sebagai bertindak kurang adil dan menderita nepotisme. Utsman dihadapkan kepada berbagai
gerakan protes masyarakat, yang umumnya menghendaki turunnya Utsman dari
kekhalifahan. Sekelompok orang orang dari Mesir datang ke Madinah, dan setelah tidak
berhasil memaksa Utsman turun dari jabatannya, mereka membunuh Khalifah ketiga itu.
Ali bin Abi Thalib terpilih sebagai pengganti Utsman, tetapi pilihannya tidak mendapat
suara bulat, ada kelompok tertentu yang tidak setuju atas pengangkatan Ali. Kelompok
pendukung Ali dikenal dengan golongan Syiah.
Sedangkan golongan yang terang terangan menentang Ali adalah kelompok Muawiyah.
Sehingga perang pun tak terhindarkan lagi yang dikenal dengan perang Shiffin, yang berakhir
dengan jalan kompromi. Peristiwa itu menyebabkan sebagian pendukung Ali keluar dari
kelompok Ali.
Kemudian mereka bertindak sendiri dengan membentuk golongan Khawarij. Prinsip
utama kaum Khawarij bahwa, orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti keluar dari
islam atau tegasnya murtad dan oleh karena itu wajib dibunuh.
Pernyataan itu ditentang oleh suatu golongan yang dikenal dengan sebutan Murjiah.
Golongan murjiah yang prinsipnya masih memberi harapan memang telah ada sebelum
lahirnya Khawarij, tetapi dapat dikenal setelah Khawarij melontarkan masalah status orang
yang berdosa besar. Aliran murjiah menegaskan bahwa orang yang berbuat besar tetap masih
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, terserah kepada Allah SWT
untuk mengampuni atau tidak.
Oleh karena itu muncul berbagai aliran lagi yang menambah deretan sekte dalam islam
yaitu Qadariyah dan Jabariyah. Menurut Qadariyah manusia mempunyai kemerdekaan
dalam kehendak dan perbuatannya. Sedangkan jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kehendak dalam perbuatannya. Manusia dalam segala tingkah lakunya bertindak
dengan paksaan dari Tuhan.
Aliran itulah yang menjadi terbentuknya aliran Mutazilah. Aliran ini tidak sependapat
dengan prinsip khawarij dan murjiah. Menurut aliran mutazilah ini orang yang berdosa besar
bukan kafir tetapi bukan pula mikmin. Orang yang serupa dengan ini kata mereka mengambil
posisi diantara kedua posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa arabnya terkenal dengan
istilah al-manzilah bainal manzilataini (posisi diantara dua posisi).
Aliran mutazilah pada masa ketika al-Makmun, al-watsiq, dan al-Mutashim menjadi
khalifah, umat islam yang tidak sepaham dengan mutazilah mendapatkan perlakuan yang
menyakitkan, yang dikenal dengan mihnah. Keresahan dan ketakutan masyarakat akibat
mihnah tadi mendorong al-Asyari untuk segera bertindak, mengatasi dan mengakhirinya.
Al-Asyari menempuh sistem jalan tengah antara akal dan wahyu. Sikap inilah yang
kemudian memberi ciri khusus mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Pikiran pikirannya
yang timbul denga jalan tengah dan moderat, maka aliran ini tumbuh menjadi kekuatan yang
paling berpengaruh bagi umat islam diseluruh dunia hingga saat ini.
Kemudian hampir bersamaan waktunya dengan Asyariyah muncul aliran Maturidiyah,
yang dibangun oleh Abu Mansur Al-Maturidi. Menurutnya semua perbuatan manusia adalah
dikehendaki oleh Tuhan. Dan perbuatan perbuatan yang jahat tidaklah diiringi oleh ridha
tuhan. Sekalipun aliran Maturidiyah dan aliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah nampak ada
perbedaan pandangan, namun keduanya memiliki kesamaan dalam hal membangun teologi
yang benar menurut Al-Quran dan Hadits.

D. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Dan sebagai titik
tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah.
2. Akhlak terhadap Rasulullah
Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia
kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia
kejalan yang benar. Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho
dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw;Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai
agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.
3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri (Individual)
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun
bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan
yang sesungguhnya bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah. Keyakinan pokok ini merupakan
kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk
keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri
atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani
(jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan
manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara
satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya
masing-masing.
4. Akhlak Terhadap Masyarakat (Sosial)
Berbuat baik dalam segala sesuatu adalah karakteristik islam, demikian juga pada
tetangga. Imam Al Marwazi meriwayatkan dari Al Hasan Al Bashriy pernyataan beliau:
Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik
terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya. Sehingga Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Sebaik-baiknya sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik
kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik pada
tetangganya.
Di antara ihsan kepada tetangga adalah memuliakannya. Sikap ini menjadi salah satu
tanda kesempurnaan iman seorang muslim.Di antara bentuk ihsan yang lainnya adalah
taziyah ketika mereka mendapat musibah, mengucapkan selamat ketika mendapat
kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit, memulai salam dan bermuka manis ketika bertemu
dengannya dan membantu membimbingnya kepada hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat
serta memberi mereka hadiah.
5. Akhlak Terhadap Lingkungan
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan
dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang
menanam pohon sebagai shadaqah.
6. Akhlak Muslim terhadap Negara
Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para bangsa,yang di dalamnya tedapat
peraturan-peraturan yang mengikat baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita
menumphkan kemerdekaan kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan yang tak
mengenal darah juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan perjuangan mereka yang
telah rela meberikan darahnya untuk tanah air ini untuk kebahagiaan kita menghuni tanah air
ini.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan
pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertama aliran
Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliaran Konvergensi.
1. Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang
adalah faktor pembawaan dapat berupa kecenderungan, bakat, akal. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya
orang tersebut menjadi baik, begitu juga sebaliknya. Aliran ini tampaknya begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan hal ini erat kaitannya dengan
pendapat aliran intuisisme dalam penentuan baik dan buruk. Namun dalam aliran ini
tampaknya kurang menghargai peran pembinaan dan pendidikan.
2. Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan akhlak
seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkunagn sosial, termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan itu baik, maka
orang itu akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya. Aliran ini lebih percaya kepada
peranan pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3. Konvergensi
Menurut aliran ini berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
seseorang adalah faktor internal, yaitu pembawaan seseorang dan disertai dengan faktor
eksternal, yaitu pembinaan, pendidikan, dan interaksi dalam lingkungan sosial.
Dengan demikan faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak manusia ada dua, yaitu
faktor dari dalam diri yaitu potensi fisik, intelektual, serta hati nurani yang dibawanya
sejak lahir, dan faktor dari luar yaitu pembinaan, pendidikan, serta interaksi dengan
lingkungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai