PENGERTIAN
Depresi merupakan Gangguan afektif yang ditandai adanya mood depresi (sedih), hilang minat, dan
mudah lelah. Pada umumnya pasien datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan somatic.
DIAGNOSIS
Gejala A
1. Perasaan sedih (depresif), tidak bisa menikmati hidup
2. Kurang atau tidak ada perhatian pada lingkungan
3. Mudah lelah
Gejala B
4. Konsentrasi da perhatian kurang
5. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
6. Perasaan bersalah/tidak berguna
7. Pandangan masa depan suram/persimis
8. Tidur terganggu
9. Nafsu makan kurang/bertambah
Diagnosis ditegakkan apabila ada gejala-gejala tersebut dengan ataupun tanpa gejala somtik. Derajat
depresi:
1. Ringan : 2 gejala A dan 2 gejala B
2. Sedang : 2 gejala A dan 3 gejala B
3. Berat : 3 gejala A dan 4 gejala B
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan campuran ansietas, gangguan somatisasi, kelainan organ yang ditemukan (koinsidensi)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, leukosit, ureum, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap
AGD, K, Na, Ca T3, T4, TSH, sesuai indikasi
Foto toraks, bila perlu
EKG, elektromiogram, elektroensefalogram, bila perlu
Endoskopi, kolonoskopi, USG, bila perlu
TERAPI
Nonfarmokologis : edukasi, reassurance, psikoterapi
Farmakologis :
Antidepresan : maprotilin, amineptin, moklobemid, dan obat golongan SRRI seperti sertralin,
paroksetin dan lain-lain
Simtomatik, sesuai indikasi
KOMPLIKASI
Kurang / tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (bekerja), bunuh diri
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Departemen Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Semua sub-bagian dilingkungan departemen ilmu penyakit dalam
RS non pendidikan :-
REFERENSI
1. Mudjaddid E, Shatri H. Depresi Berorientasi Organ. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I,
Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakti
Dalam. Jakarta; Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p. 193-
4.
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psycho physiologic Reaction. 3 rd
Edition. London 1957
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991.
5. Neuroimmunomodulation : Molecular aspects, integrative system and clinical advances. In:
McCann SM, Lipton JM, Sterberg EM, CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editors, Annal of New
York Academy of Sciences. 1998; 840.
DISPEPSI FUNGSIONAL
PENGERTIAN
Disepsi fungsional adalah perasaan dispesia tanpa disertai adanya kelainan organic
DIAGNOSIS
Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati
Perih, mual, kembung, cepat kenyang, muntah, sering bersendawa, regurgitasi.
Keluhan dirasakan terutama berhubungan / dicetuskan dengan adanya stress
Berlangsung lama dan sering kambuh
Sering disertai gejala-gejala ansietas dan depresi
Pemeriksaan endoskopi normal
DIAGNOSIS BANDING
Dispepsia oleh sebab organic misalnya ulkus peptikum, gastritis erosif dsb.
Gangguan pada system hepato-bilier.
Dispepsia yang disebabkan penyakit kronik lain misalnya Gagal ginjal, diabetes melitus, dsb
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, leukosit, kreatinin, ureum, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap.
Radiologis : Foto lambung dan duodenum dengan kontras.
Endoskopi
Pemeriksaan laboratorium lain sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis banding
TERAPI
Simptomatik diberikan antaida, obat-obatan H2 antagonis, seperti : simetidin, ranitidine, famotidin ;
penghambat pompa proton seperti omeprazol dan obat-obatan prokinetik.
Bila jelas terdapat ansietas depresi diberikan ansiolitik atau anti depresan yang sesuai.
Psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku.
KOMPLIKASI
Dehidrasi bila muntah berlebihan, gangguan gizi.
PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
1. RS pendidikan : Divisi Gastroenterologi
2. RS non pendidikan : -
REFERENSI
1. Mudjaddid E. Sindrom Kolon Iritabel. In : Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p.197-8.
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3th
Edition. London 1957
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994.
4. Carlos NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991.
5. Neuroimmunomodulation : Molecular aspects, integrative system and clinical advances.McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editor. Annal of New York
Academy of Sciences. 1998; 840.
PENGERTIAN
Sindrom lelah kronik adalah rasa lelah yang berlangsung lama dan tidak hilang dengan istirahat tanpa
penyebab organic yang jelas.
DIAGNOSIS
Gejala Utama : rasa lelah kronis yang dirasakan terus menerus atau berulang. Rasa lelah bertambah
bila melakukan aktivitas atau saat mengalami stress emaosi dan tidak pulih sepenuhnya dengan
istirahat.
Gejala tambahan yang dapat menyertai ialah mialgia, sefalgia, nyeri sendi, nyeri tenggorok
(faringitis), demam, limfadenopati, terutama daerah leher atau aksila. Juga didapatkan adanya
gejala-gejala neuropsikologis seperti depresi, kecemasan, insomnia.
Gejala utama dalam 6 bulan atau lebih desertai minimal 4 gejala tambahan dan tidak didapatkan
penyakit kronis lain yang spesifik.
DIAGNOSIS BANDING
Chronic fatique, fibromialgia, keganasan, infeksi kronis, penyakit autoimun, penyalahgunaan obat
(drug abuse)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik
Pemeriksaan penunjang sesuai dengan gejala yang dominant dan bila diperlukan untuk
menyingkirkan diagnosis
TERAPI
Terapi simotomatik sesuai gejala yang dominant
Antidepresan
Latihan (rehabilitasi) psikis dan fisik
Terapi penunjang lain, diet rendah lemak, vitamin, tidak merokok, tidak minum alcohol.
KOMPLIKASI
Isolasi sosial, tidak mampu bekerja
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
3. RS pendidikan : Semua sub-bagian dilingkungan departemen ilmu penyakit dalam
4. RS non pendidikan : -
REFERENSI
1. Mudjaddid E. Chronic Fatique Syndrome. In:Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani
RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p. 198-9
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3th
Edition/. London 1957
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994
4. Neuroimmunomodulation : Molecular aspects, intergrativ system and clinical advances. McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editor, Annal of New York of
Academy of Sciences. 1998; 840.
ANSIETAS
PENGERTIAN
Ansietas merupakan kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat suyektif. Pada umumnya pasien
datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan somatic.
DIAGNOSIS
1. Perasaan cemas berlebihan, subyektif, tidak realistis
2. Terdapat keluhan dan gejala-gejala sbb:
Ketegangan motorik : kedutan otot, kaku, pegal, sakit dada, sakit persendian
Hiperaktif otonom : sesak napas, jantung berdebar, telapak tangan basah, mulut kering, rasa
mual, mules, diare dan lain-lain.
Bila ditemukan adanya kelainan organis pada umumnya keluhan tidak sebanding dengan
kelainan organ yang ditemukan.
Kewaspadaan berlebihan dan daya tangkap berkurang : mudah terkejut, cepat tersinggung sulit
konsentrasi, sukar tidur, dan lain-lain.
3. Aktivitas sehari-hari terganggu : kemampuan kerja menurun, hubungan sosial terganggu, kurang
merawat diri, dan lain-lain.
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan campuran ansietas dan depresi, deptresi, gangguan somatisasi, kelainan organ yang
ditemukan (koinsidensi).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, leukosit, ureum, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap
Analisis gas darah, K, Na, Ca, T3, T4, TSH, sesuai indikasi
Foto toraks, bila perlu
EKG, elektromiogram, elektroensefalogram, bila perlu
Endoskopi, kolonoskopi, USG, bila perlu
TERAPI
Nonfarmakologis : edukasi, reassurance, psikoterapi
Farmakologis :
Benzodiazepin : Diazepam, Alprazolam, clobazam
Non benzodiazepine : Buspiron, penyekat beta bila gejala hiperaktivitas otonom menonjol
Simtomatik, sesuai indikasi
KOMPLIKASI
Kurang / tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (bekerja).
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Semua sub-bagian dilingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RS non pendidikan : -
REFERENSI
1. Mudjaddid E, Shantri H. Ansietas Berorientasi Organ. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I,
Maryantoro, Gani GR, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
1999.p. 192-3
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3 rd
Edition. London 1957
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991
5. Neuroimmunomodulation : Molecular aspects, integrative system and clinical advances. McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, CHrousos GP, Gold PW. Smith CC editor. Annal of New York
Academy of Sciences. 1998; 840
SINDROM HIPERVENTILASI
PENGERTIAN
Sindrom hiperventilasi adalah sesak napas disertai adanya takhipnu tanpa kelainan organik
DIAGNOSIS
1. Sesak napas tidak khas
2. Merasa adanya kekurangan udara sehingga harus menarik napas panjang
3. Sering disertai adanya takhipneu dan rasa sempit didada
4. Kadang-kadang disertai adanya keluhan pada jantung
5. Parestesi
6. Badan terasa enteng, melayang, penglihatan kabur
7. Gejala-gejala fisik lain yang tidak khas
8. Kejang pada tangan dan kaki seperti keadaan histerik
9. Adanya gangguan emosional terutama rasa takut
10. Stresor psikososial
DIAGNOSIS BANDING
Angina pektoris, terutama pada organ tua, proses local di otak, gangguan elektrolit dan asam-basa,
hipoparotiroidisme, tetanus, ansietas panic.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, leukosit, ureum, kretinin, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap
AGD, K, Na, Ca
Foto toraks, EKG, sesuai diagnosis banding
Hormon paratiroid
TERAPI
Nonfarmakologis :
Istirahat, psikoterapi, suportif
Farmakologis :
1. Sungkup dan oksigen nasal
2. Ansiolitik golongan benzodiazepine
3. Koreksi bila ada gangguan elektrolit dan asam-basa
4. Simptomatik sesuai keperluan
KOMPLIKASI
Sesuai dengan penyakit organic yang menyertai
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Divisi Pulmonologi, Kardiologi
RS non pendidikan : -
REFERENSI
1. Shatri H. Sindrom Hiperventilasi. In : Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA,
Mansjoer A. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p. 195-6
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine: A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3 rd
Edition. London 1957.
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiactric
Assosiation. Washington 1994
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991. Neuroimmunomodulation : Molecular
aspects, integrative system and clinical advances. McCann SM, Lipton JM, Sternberg EM,
CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editor. Annal of New York Academy of Sciences. 1998; 840
NYERI PSIKOGENIK
PENGERTIAN
Nyeri psikogenik adalah keluhan nyeri yang penyebabnya bukan penyebab penyakit organic
DIAGNOSIS
1. Adanya nyeri tanpa kelainan organic yang jelas, misalnya nyeri kepala, migren, mialgia, artralgia,
kolik abdomen dll.
2. Stresor psikososial (+)
3. Sering disertai adanya gejala-gejala depresi atau ansietas
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri organik sesuai dengan lokasi nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, leukosit, hitung jenis, urin lengkap
Foto roentgen, EKG dll sesuai diagnosis banding nyeri organic
TERAPI
Nonfarmokologis : istirahat, psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
Farmakologis :
Analgetik, NSAID, antispasmodik, ansiolitik dan anti depresan simtomatik lain bila perlu, analgetik
narkotik, obat yang menghambat saraf local
KOMPLIKASI
Kurang / tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (bekerja), bunuh diri
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
1. RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
2. RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
5. RS Pendidikan : Semua sub-bagian di lingkungan departemen ilmu penyakit dalam
6. RS non pendidikan : -
REFERENSI:
1. Shatri H. Nyeri Psikogenik. In Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A.
Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta; Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1999: 199-200.
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3 th
Edition. London 1957.
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994.
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition/ 1991.
5. Neuroimmunomodulation: Molecular aspects, integrative system and clinical advances. McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, Chrousos GP, Gold PW, Smith CC editor. Annal of New York
Academy of Sciences. 1998; 840
SINDROM KOLON IRITABEL
PENGERTIAN
Sakit perut disertai gangguan buang air besar tanpa dijumpai kelainan organic
DIAGNOSIS
Rasa nyeri/tidak enak diperut disertai diare dan atau konstipasi
Perut kembung yang tampak dengan jelas.
Rasa nyeri di perut hilang setelah buang air besar
Buang air besar lebih sering pada saat timbulnya rasa sakit
Keluhan-keluhan psikis menonjol seperti gejala-gejala ansietas atau depresi
Feses lembek pada saat timbulnya rasa sakit
Feses campur lender dan tidak berdarah
Penurunan berat badan tidak lebih dari 5% dalam satu tahun terakhir
Pemeriksaan feses tidak ditemukan parasit
Pemeriksaan barium enema maupun kolonoskopi normal
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit kolon inflamasi (colitis)
Laktos intolerans
Karsinoma kolon
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium rutin : Hb, leukosit, hitung jenis, ureum, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati
Faeses lengkap (cacing, amuba)
Barium emema
Kolonoskopi
TERAPI
Diet tinggi serat untuk memperbaiki konstipasi, sedangkan laksatif diberikan bila perlu dan hanya
dalam jangka pendek
Untuk nyeri yang mengganggu dapat diberikan antispasmodic seperti mebeverin hidroklorid, atau
obat-obat anti kolinergik
Keluhan diare diobati dengan loperamid 2-4 mg empat kali sehari
Bila gejala psikis menonjol diberikan ansiolitik atau anti depresan yang sesuai
Psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
KOMPLIKASI
Rasa sakit yang sulit dikendalikan sehubungan faktor psikis yang menonjol
Sosial : Kurang atau tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Semua sub-bagian dilingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RS no pendidikan : -
REFERENSI
1. Mudjaddid E. Sindrom Kolon Iritabel. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA,
Mansjoer A. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta ; Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1999:197-8.
2. Ewiss E, English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3th
Edition. London 1957.
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994.
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991.
5. Neuroimmunomodulation : Molecular apects, integrative system and clinical advances. McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editorl. Annal of New York
Academy of Sciences. 1998; 840
PENYAKIT JANTUNG FUNGSIONAL
(NEUROSIS KARDIAK)
PENGERTIAN
Penyakit jantung fungsional (neurosis kardiak) adalah kelainan dengan keluhan seperti penyakit
jantung tanpa disertai kelainan organik
DIAGNOSIS
Nyeri dada menyerupai angin pektoris biasanya dicetuskan oleh suatu stressor tertentu
Berdebar-debar/ palpitasi, sesak napas atau napas terasa berat
Adanya keluhan-keluhan vegetatif seperti kesemutan, tremor, sakit kepala, tidak bisa tidur dsb.
Terdapat keluhan psikis seperti rasa takut, risau/waswas, gelisah dsb.
Keluhan-keluhan umum lainnya seperti pandangan mata gelap, berkunang-kunang, lemas
Stresor psikososial (+)
Pemeriksaan EKG, ekokardiografi, maupun tes treadmill normal
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit jantung koroner (angina pektoris, infark miokard).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrokardiografi, ekokardiografi dan tes treadmill.
TERAPI
Analgetik untuk rasa nyeri.
Pemberian ansiolitik yang sesuai, biasanya untuk ansietas panic
Psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
KOMPLIKASI
Merasa memiliki penyakit jantung organic sehingga menghindari aktivitas/kerja sehari-hari
Pada orang tua dengan faktor psikis yang menonjol dapat mencetuskan timbulnya penyakit jantung
organic
Timbulnya aritmia
PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Divisi Kardiologi
RS non pendidikan : -
REFERENSI
1. Shatri H. Penyakit Jantung Fungsional (Functional Heart Disease). In: Simadibrata M, Setiati S,
Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
1999.p. 194-5.
2. Ewiss E. English OS. Psychosomatic Medicine : A clinical of Psychophysiologic Reaction. 3th
Edition. London 1957.
3. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4th edition. American Psychiatric Assosiation.
Washington 1994.
4. Carlson NR. Physiology of Behaviour. 4th Edition. 1991.
5. Neuroimmunomodulation: Molecular apects, intergrative system and clinical advances. McCann
SM, Lipton JM, Sternberg EM, CHrousos GP, Gold PW, Smith CC editor. Annal of New York
Academy of Sciences. 1998; 840.