Anda di halaman 1dari 32

Dipersembahkan oleh:

MARIA ANTONIA GOO KEO


(T@nia)

Untuk:
Sahabat Terbaikku
HENDRIKA ENO
(Eka)
Pada Acara Ulang Tahun ke-9
2008 - 10 JUNI 2017

Sahabatku yang baik,


Tak dapat aku berikan kado yang
mewah dihari bahagiamu. Aku tahu
bahwa Eka suka membaca cerita
dongeng, maka terimalah buku ini
sebagai kenangan dariku di hari
Ulang Tahunmu.
SELAMAT ULANG TAHUN
Tuhan Yesus Memberkatimu

1
Teka-Teki
Alkisah, ada
seorang
pangeran
yang
memiliki
keinginan
sangat besar
untuk
melakukan
perjalanan
melihat
dunia luar.
Dia pun memulai perjalanannya tanpa
ditemani oleh siapapun kecuali seorang
pelayan kepercayaannya.
Suatu hari dia tiba di suatu hutan besar,
pada saat itu menjelang malam dan dia
tidak dapat menemukan tempat
berlindung. Dia tidak bisa berpikir di mana
lagi dia bisa beristirahat menghabiskan
malamnya.
Tiba-tiba dia melihat seorang gadis yang
berjalan menuju sebuah rumah kecil, dan
ketika gadis tersebut semakin dekat, maka

2
terlihatlah bahwa gadis tersebut masih
muda dan cantik. Sang Pangeran pun
bertanya kepadanya, "Bisakah aku dan
pelayanku menginap menghabiskan malam
di dalam rumah ini?"
"Oh ya," kata gadis dengan nada sedih,"
Anda bisa menginap jika Anda suka, tapi
aku tidak menyarankan Anda untuk tinggal
di sini. Lebih baik Anda tidak masuk ke
dalam."
"Mengapa tidak boleh?" tanya sang
Pangeran.
Gadis itu menghela napas dan menjawab,
"Ibu tiriku belajar ilmu hitam, dan dia tidak
senang dengan kehadiran orang asing."
Sang Pangeran menebak dengan mudah
bahwa rumah tersebut adalah rumah
seorang penyihir, tapi karena saat itu
sudah cukup gelap dan dia tidak bisa
melanjutkan perjalanan lagi, maka dia
memutuskan untuk tetap menginap di
rumah itu. Lagipula, dia sebenarnya tidak
takut kepada penyihir manapun.
Tak lama kemudian, dia pun melangkah
masuk. Di dalam rumah, seorang wanita
tua duduk di kursi dekat pendiangan api

3
unggun. Ketika dia melihat sang Pangeran
dan pelayannya masuk, maka sertamerta
dia menatap dengan mata merahnya
kepada mereka.
"Selamat malam," gumam si wanita tua itu,
berpura-pura ramah. "Silakan duduk."
Di perapian, dia terlihat sedang memasak
sesuatu dalam panci kecil. Putri si wanita
tua itu diam-diam sudah memperingatkan
sang Pangeran untuk sangat berhati-hati
dan tidak makan atau minum apapun yang
disuguhkan, karena apapun yang dimasak
oleh wanita tua itu semuanya terlihat
berbahaya. Sang Pangeran dan pelayannya
pun masuk ke dalam kamar yang
disediakan, dan tertidur nyenyak sampai
pagi. Ketika mereka bersiap untuk memulai
kembali perjalanan, saat sang Pangeran
menaiki kudanya, wanita tua itu berkata:
"Tunggu sebentar, saya harus memberikan
Anda segelas minuman."
Sementara wanita tua itu pergi untuk
mengambil minuman, putra Raja
menjalankan kudanya dan tinggallah
pelayannya yang masih mengencangkan

4
pelana kudanya sendirian sampai penyihir
itu kembali.
"Berikanlah minuman ini untuk tuanmu,"
katanya.
Akan tetapi ketika dia berbicara, gelas
kacanya retak dan racun di dalam gelas itu
pun tumpah di atas kuda. Racun tersebut
begitu kuatnya sehingga kuda malang
tersebut langsung terkapar dan
mati. Pelayan itu ketakutan dan berlari
mengejar tuannya dan menceritakan apa
yang telah terjadi. Karena sang Pangeran
tidak ingin kehilangan pelana kudanya, dia
kembali berputar untuk mengambilnya.
Ketika dia sampai ke tempat di mana kuda
pelayannya mati, dia melihat bahwa seekor
gagak telah bertengger di bangkainya dan
mulai mematuk bangkai kuda yang telah
mati tadi.
"Siapa yang bisa tahu, apakah kita bisa
mendapatkan makanan yang lebih baik
dari (gagak) ini untuk bekal nanti!" kata
pelayan sambil menembak burung gagak
itu hingga jatuh, lalu memungutnya dan
kemudian pergi.

5
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan
sepanjang hari melalui hutan yang seperti
tanpa ujung. Pada malam hari, mereka
mencapai sebuah penginapan, dan sang
Pelayan memberikan gagak yang tadi
ditangkapnya kepada pemilik penginapan
agar dimasak dan dijadikan makan malam
mereka.
Yang mereka tidak sadari adalah bahwa
penginapan yang mereka tumpangi ini
merupakan tempat berkumpulnya
sekelompok pembunuh, termasuk penyihir
tua yang dijumpai sebelumnya. Saat malam
semakin larut dan gelap, 12 orang
pembunuh tiba di penginapan itu dengan
niat membunuh dan merampok orang-
orang asing yang menginap di sana.
Namun, sebelum mereka mulai melakukan
aksi kejahatannya, mereka duduk bersama
di meja makan, di mana sang pemilik
penginapan dan penyihir tua turut
bergabung dengan mereka untuk makan
bersama hidangan berupa kaldu yang di
dalamnya terdapat daging gagak yang telah
direbus tadi.

6
Tidak lama, hanya dengan menyuap
sesendok kaldu, mereka semua langsung
terkapar dan meninggal karena racun
berbahaya yang meresap dalam bangkai
kuda tadi pagi. Racun itu pun telah
berpindah ke burung gagak yang memakan
bangkai kuda, dan akhirnya masuk ke
kaldu masakan. Setelah itu, tidak ada lagi
kawanan pembunuh dan perampok yang
tersisa, kecuali putri pemilik penginapan
sekaligus putri tiri dari penyihir yang baik
hati dan tidak pernah ikut berbuat jahat.
Putri penyihir itu pun membuka semua
pintu, dan menunjukkan kepada sang
Pangeran, di mana harta para perampok
tadi dikumpulkan. Akan tetapi sang
Pangeran menolak menerimanya, dan
menyuruh agar dia saja yang menjaga dan
menyimpannya untuk keperluan dirinya
sendiri.
"Aku tidak menginginkan harta itu,
simpanlah dan pakailah untuk
keperluanmu sendiri," seru sang Pangeran
sembari melanjutkan perjalanan pada
keesokan harinya.

7
Setelah beberapa lama melakukan
perjalanan, mereka mencapai sebuah kota
di mana di tinggallah seorang putri yang
cantik tetapi angkuh. Dia telah membuat
sayembara bahwa pria manapun yang bisa
memberinya teka-teki, dan apabila dirinya
tidak mampu menebak, dia akan menerima
pria tersebut sebagai suaminya, tetapi
apabila dia dapat menebaknya maka pria
tersebut akan dihukum oleh ayahnya, sang
Raja.
Di sayembara tersebut, dia meminta waktu
tiga hari lamanya untuk menebak jawaban
teka-teki yang diberikan, tetapi karena
sang Putri sangat sangat pintar, dia selalu
dapat menjawabnya dalam waktu yang
singkat.
Sembilan peserta sayembara telah
mendapatkan hukuman ketika sang
Pangeran tiba, dan karena sang Pangeran
terpesona oleh kecantikan putri angkuh
itu, sang Pangeran pun bertekad untuk
memenangkan sayembara itu.
Sang Pangeran pun memberikan teka-teki
kepada sang Putri. "Apakah ini? Satu tidak

8
membunuh apapun, tetapi 12 orang yang
terbunuh."
Sang Putri mencoba untuk berpikir dan
mencari jawaban dari teka-teki sang
Pangeran. Dia berpikir dan terus berpikir,
dan membuka semua buku teka-tekinya
tetapi dia tetap tidak menemukan hal yang
bisa membantunya untuk menjawab. Saat
sang Putri hampir kehabisan akal, dia lalu
memerintahkan pelayannya untuk masuk
ke kamar sang Pangeran dengan diam-
diam, dan mendengarkan semua
pembicaraan ataupun igauan sang
Pangeran karena dia berpikir bahwa sang
Pangeran mungkin akan berbicara keras
dalam mimpinya dan memberikan jawaban
tanpa disadarinya.
Tetapi pelayan setia Pangeran, tanpa
disangka-sangka telah bertukar tempat
dengan sang Pangeran dengan menyamar
sebagai sang Pangeran. Ketika pelayan
suruhan sang Putri masuk, dia pun
merebut jubah yang membungkus diri
pelayan suruhan sang Putri itu, dan
mengejarnya dengan sabetan cambuk.

9
Pada malam kedua, sang Putri
mengirimkan dayangnya dengan harapan
bahwa dayangnya akan lebih berhasil,
tetapi pelayan setia sang Pangeran juga
berhasil merebut jubah sang dayang dan
juga mengejarnya dengan cambuk.
Pada malam ketiga, sang Pangeran telah
merasa aman, sehingga dia tidak bertukar
tempat lagi dengan pelayannya. Namun di
tengah malam, sang Putri datang sendiri,
meringkuk masuk diam-diam dengan
jubah kelabunya, duduk di samping tempat
tidur sang Pangeran. Karena sang Putri
menyangka bahwa sang Pangeran telah
tertidur pulas, dia pun berbicara dengan
sang Pangeran, dengan harapan bahwa
sang Pangeran akan menjawabnya di
tengah mimpinya seperti yang biasa
dilakukan orang kebanyakan.
Namun pada saat itu, sang Pangeran
ternyata tidak tidur dan tetap terjaga
sepanjang malam. Ketika sang Putri
bertanya, "Satu tidak membunuh apapun,
apakah itu?"

10
Sang Pangeran menjawab, "Seekor gagak
yang memakan bangkai kuda yang mati
keracunan."
Sang Putri lalu bertanya lagi, "Dan dia
membunuh dua belas, apakah itu?"
"Itu adalah 12 orang pembunuh yang
makan daging gagak, dan meninggal
karenanya," jawab sang Pangeran.
Setelah mendapatkan jawaban, sang Putri
pun pergi meninggalkan kamar sang
Pangeran, tetapi sang Pangeran berhasil
merebut jubah yang dipakai oleh sang Putri
sebelum sang Putri menghilang.
Keesokan pagi, sang Putri mengumumkan
bahwa dia telah menebak teka-teki sang
Pangeran, dan memberikan jawaban teka-
teki kepada 12 orang juri. Namun sebelum
mereka mengumumkan pemenangnya,
sang Pangeran berkata: "Dia datang ke
kamarku tadi malam, dan bertanya tentang
jawaban teka-teki ini. Apabila dia tidak
datang bertanya, dia tidak akan mampu
menjawabnya."
Para juri pun berkata, "Berikan kami
bukti!"

11
Sang pelayan Pangeran membawa tiga
buah jubah, dan saat para juri melihat
jubah abu-abu yang biasa dipakai oleh
sang Putri, seorang juri lalu berkata kepada
sang Putri, "Sulamlah jubah ini dengan
emas dan perak, karena ini akan menjadi
jubah yang akan kamu pakai pada acara
pernikahanmu."

12
Anak Gembala yang Bijaksana
Dahulu kala, ada
seorang gembala
kecil yang terkenal
sampai jauh
dimana-mana
karena bisa
memberi jawaban
yang bijaksana atas
semua pertanyaan
yang diberikan
kepadanya. Kabar
tersebut sampai ke
telinga Raja di kerajaan itu, tetapi sang
Raja sendiri kurang percaya dengan apa
yang orang kabarkan tentang gembala
kecil itu, karena itu, anak gembala
tersebut diperintahkan untuk datang dan
menghadap ke istana. Ketika dia tiba,
Raja berkata kepadanya: "Jika kamu
dapat memberikan jawaban dari tiga
pertanyaan yang akan saya berikan
kepadamu, aku akan menganggap kamu
sebagai anak saya sendiri, dan kamu

13
akan hidup berbahagia dengan saya di
istanaku."
"Apakah ketiga pertanyaan itu, paduka?"
tanya anak gembala itu.
"Yang pertama adalah, berapa banyak
tetesan air yang ada di laut?"
"Tuanku Paduka," jawab anak gembala,
"hentikanlah semua tetesan air yang ada di
bumi sehingga tidak ada satu tetespun
yang akan masuk ke laut sebelum saya
menghitungnya, dan saat itu, saya akan
memberitahu Paduka berapa banyak
tetesan yang ada di laut!"
"Pertanyaan kedua," kata Raja, "Berapa
banyak bintang yang ada di langit?"
"Beri aku selembar kertas besar," kata anak
itu, kemudian ia membuat begitu banyak
lubang dengan sebuah jarum sehingga
terlalu banyak dan tidak memungkinkan
untuk dihitung. Saat selesai si Anak
Gembala berkata : "Jumlah bintang yang
ada di langit
sama banyaknya dengan lubang yang ada
di kertas ini, adakah yang mampu
menghitungnya?" Tapi tak seorang pun
bisa menghitungnya. Kemudian Raja

14
berkata lagi "Pertanyaan ketiga adalah,
berapa detik yang ada dalam keabadian"
"Di kerajaan ini, terletak gunung
adamantine, satu mil tingginya, satu mil
lebarnya, dan satu mil dalamnya, dan tiap
seribu tahun, seekor burung datang untuk
menggosok paruhnya ke gunung tersebut,
dan, saat seluruh gunung telah di gosok
oleh sang Burung, maka detik pertama dari
keabadian pun berlalu."
"Kamu telah menjawab tiga pertanyaan
saya secara bijak," kata sang Raja, "dan
untuk selanjutnya kamu akan hidup
bersama saya di istana, dan saya akan
memperlakukan kamu sebagai anak saya
sendiri."
Ayam Jantan yang Cerdik dan
Rubah yang Licik
Suatu senja saat matahari
mulai tenggelam, seekor
ayam jantan terbang ke
dahan pohon untuk
bertengger. Sebelum dia
beristirahat dengan santai,

15
dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan
berkokok dengan keras. Saat dia akan
meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya,
mata nya menangkap sesuatu yang
berwarna merah dan sekilas hidung yang
panjang dari seekor rubah."Sudahkah
kamu mendengar berita yang bagus?"
teriak sang Rubah dengan cara yang sangat
menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan
dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit
aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya
sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu dan keluarga saya dan semua
hewan lainnya telah sepakat untuk
melupakan perbedaan mereka dan hidup
dalam perdamaian dan persahabatan mulai
dari sekarang sampai selamanya. Cobalah
pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi
tidak sabar untuk memeluk kamu!
Turunlah ke sini, teman, dan mari kita
rayakan dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan.
"Saya sangat senang mendengar berita ini."
Tapi sang Ayam berbicara sambil
menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat

16
dan menantikan kedatangan sesuatu dari
kejauhan.
"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah
sedikit cemas.
"Saya melihat sepasang Anjing datang
kemari. Mereka pasti telah mendengar
kabar baik ini dan -"
Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih
lama lagi untuk mendengar perkataan sang
Ayam dan mulai berlari menjauh.
"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan
tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang
anjing adalah teman-teman kamu juga!"
"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin
tidak pernah mendengar berita itu. Selain
itu, saya mempunyai tugas yang sangat
penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil
membenamkan kepalanya kembali ke
bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia
telah berhasil memperdaya musuhnya yang
sangat licik.
Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.

17
Gembala dan Janji-Janjinya
Seorang gembala
domba, suatu
hari menghitung
jumlah
gembalaannya,
dan menemukan
bahwa sejumlah
domba telah
hlang.
Karena marah, sang Gembala berkata
dengan lantang bahwa dia akan
menangkap dan menghukum pencuri yang
mengambil dombanya. Sang Gembala
menduga bahwa seekor serigalalah yang
memangsa domba-dombanya dan untuk
itu, sang Gembala berjalan menuju ke
pergunungan berbukit di mana pada
pegunungan tersebut terdapat sebuah gua
yang menjadi sarang serigala. Sebelum
berangkat, sang Gembala berdoa kepada
Tuhan agar menolongnya menemukan
pencuri ternaknya, dan untuk itu, sang
Gembala berjanji akan mengurbankan

18
seekor domba yang gemuk sebagai rasa
syukurnya nanti.
Sang Gembala kemudian mencari kesana-
kemari sepanjang hari, tetapi dia tak
menemukan seekor serigalapun, dan saat
dia melewati gua besar di sisi pegunungan,
seekor singa besar berjalan keluar dengan
membawa seekor domba dimulutnya.
Dalam rasa ketakutan yang amat sangat,
dengan badan dan kaki gemetaran, sang
Gembala langsung berlutut dan berdoa
kembali kepada Tuhan.

"Ya Tuhan, hamba tidak sadar bahwa apa


yang tadinya saya minta akan menjadi
seperti ini. Tolonglah hamba-Mu ini
sekarang, hamba berjanji akan
memberikan hewan kurban berupa seekor
sapi yang besar apabila pencuri domba ini
pergi menjauh dari sini!"

Janganlah meminta sesuatu secara


gamblang, hal-hal yang membuat kamu
menyesal apabila benar-benar terjadi.

19
Kakek Tua dan Cucunya
Dahulu, ada seorang kakek
yang sangat tua, yang matanya
telah menjadi rabun,
pendengarannya hampir tuli,
lututnya gemetaran, dan ketika
dia duduk di meja untuk
makan, dia hampir tidak bisa
memegang sendok sehingga
sering menumpahkan kaldu
dari sendoknya ke atas taplak
meja dan terkadang kaldu pun
menetes turun dari mulutnya.
Anaknya dan istri anaknya menjadi muak
dengan keadaan ini, sehingga mereka
mendudukkan sang Kakek Tua di sudut
dekat dapur sendirian, dan mereka
memberinya makanan dalam sebuah
mangkuk gerabah. Makanan yang
diberikan pun selalu sedikit dan tidak
cukup.
Sambil makan, sang Kakek Tua sering
melihat ke arah meja makan dengan mata
berlinang air mata. Suatu ketika,

20
tangannya yang gemetaran tidak bisa
menahan mangkuk, dan mangkuk tersebut
jatuh ke lantai dan pecah berhamburan.
Anaknya beserta Istri anaknya pun menjadi
marah, tetapi orang tua tersebut tidak
berkata apa-apa dan hanya bisa menghela
napas panjang.
Kemudian mereka membelikan sebuah
mangkuk kayu yang murah untuk sang
Kakek Tua agar mangkuk kayu tersebut
tidak pecah saat jatuh.
Pada saat mereka duduk di meja untuk
makan, cucunya yang masih kecil dan
berusia empat tahun mulai mengumpulkan
beberapa potongan-potongan kayu di
tanah.
"Apa yang kamu lakukan di sana, Anakku?"
tanya sang Ayah.
"Saya akan membuat mangkuk kayu yang
kecil," jawab si Anak Kecil, "untuk ayah dan
ibu, untuk nantinya kalian pakai saat
makan ketika saya telah dewasa."
Laki-laki dan istrinya saling berpandangan
selama beberapa saat, dan akhirnya
mereka pun menangis karena tersadar dan
menyesali perlakuan buruk mereka.

21
Kemudian mereka mengajak sang Kakek
Tua ke meja makan, dan untuk selanjutnya
sang Kakek Tua selalu makan bersama
mereka di satu meja. Sejak saat itu pula,
mereka tidak pernah lagi berkata apapun
ataupun mengeluh apabila sang Kakek Tua
menumpahkan sesuatu ke atas meja.

Bagaimana mengakali anak


yang jahat
Seorang tua yang sangat kaya,
membayangkan dirinya tidak
akan dapat hidup lama lagi,
karena itu, dia membagi-
bagikan harta dan
rumahnya secara merata ke anak-anaknya.
Tetapi ternyata dia tidak meninggal dunia
dan malah hidup menderita setelah itu
karena di usianya yang tua, anak-anaknya
memperlakukan dia dengan kejam. Betapa
jahat dan egoisnya anak-anaknya! Sebelum
membagikan hartanya, anak-anaknya
berlomba-lomba menyenangkan sang ayah

22
karena berharap akan mendapatkan uang
yang lebih banyak dibanding anak yang
lain, tetapi sekarang setelah menerima
warisan, mereka tidak peduli lagi terhadap
ayahnya, mereka bahkan berharap
ayahnya cepat meninggal karena hanya
membebani mereka saja.
Suatu hari orang tua tersebut bertemu
dengan temannya dan menceritakan segala
kesedihannya. Temannya merasa sangat
simpati dan berjanji untuk membantunya.
Tidak berapa lama, temannya tersebut
mendapatkan satu cara untuk membantu
orang tua tersebut. Dalam beberapa hari
dia mengunjungi orang tua tersebut dengan
membawa empat kantung yang penuh
dengan batu dan kerikil.
"Lihatlah disini, teman," katanya. "Anak-
anak mu akan tahu bahwa saya datang ke
sini beberapa hari berturut-turut dan akan
bertanya-tanya tentang hal ini. Kamu
harus berpura-pura bahwa saya datang
untuk mengembalikan uang yang saya
pinjam dari kamu, dan berpura-puralah
seolah-olah uang pinjaman yang saya
kembalikan, lebih banyak lagi dari yang

23
engkau pernah miliki. Simpanlah kantung-
kantung batu ini, dan jangan biarkan anak-
anakmu mendapatkannya atau
membukanya selama kamu masih hidup.
Saya yakin mereka akan mengubah tingkah
laku mereka terhadap kamu. Selamat jalan,
saya akan mengungjungi engkau apabila
saya sempat."
Ketika anak-anaknya mendengar bahwa
ayahnya memiliki kekayaan yang luar biasa
banyaknya kembali, mereka mulai
berlomba-lomba memberikan perhatian
kepada ayahnya, dan hal ini berlanjut
hingga orang tua tersebut meninggal dunia.
Saat anak-anaknya membuka dengan
rakus keempat kantong-kantong yang
terlihat berat itu, mereka hanya
menemukan batu dan kerikil di dalamnya.

Angsa dan Telur Emas


Dahulu kala, ada seorang
petani yang memiliki seekor
angsa yang sangatlah cantik,
dimana setiap hari ketika
petani

24
tersebut mendatangi kandang angsa, sang
Angsa telah menelurkan sebuah telur emas
yang berkilauan.
Petani tersebut mengambil dan membawa
telur-telur emas tersebut ke pasar dan
menjualnya sehingga dalam waktu yang
singkat petani tersebut mulai menjadi
kaya. Tetapi tidak lama kemudian
keserakahan dan ketidak-sabaran petani
itu terhadap sang Angsa muncul karena
sang Angsa hanya memberikan sebuah
telur setiap hari. Sang Petani merasa dia
tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara
begitu.
Suatu hari, setelah menghitung uangnya,
sebuah gagasan muncul di kepala petani,
gagasan bahwa dia akan mendapatkan
semua telur emas sang Angsa sekaligus
dengan cara memotong sang Angsa. Tetapi
ketika gagasan tersebut dilaksanakan,
tidak ada sebuah telur yang dapat dia
temukan, dan angsanya yang sangat
berharga terlanjur mati dipotong.
Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah,
tetapi serakah dan menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan
semua yang dimilikinya.

25
Angin Utara dan Matahari
Angin Utara dan
Matahari berdebat
tentang siapa
diantara mereka
yang lebih kuat.
Sementara mereka
berdebat dengan
hebat, seorang
pengembara

berjalan melewati suatu jalan dengan


badan terbungkus jubah.
"Mari kita buktikan" kata Matahari, "bahwa
yang terkuat diantara kita adalah siapa
saja yang bisa membuat pengembara itu
membuka jubahnya. "
"Baiklah," kata Angin Utara , dan seketika
itu juga meniupkan angin kencang yang
dingin kepada pengembara itu. Dengan
hembusan angin yang kencang, ujung
jubah yang dipakai pengembara, tertiup ke
belakang. Tetapi ia segera membungkus
erat jubah itu ke tubuhnya, dan semakin
kuat angin bertiup, semakin erat ia

26
membungkus tubuhnya. Angin utara
berusaha merobek jubah pengembara itu
dengan tiupan anginnya, namun semua
usahanya sia-sia.
Tibalah giliran matahari. Matahari mulai
memancarkan sinarnya. Pada awalnya
sinar yang dikeluarkan cukup lembut , dan
dalam sekejap, kehangatan menggantikan
rasa dingin dari Angin Utara. Sang
Pengembara kemudian melonggarkan
jubahnya dan membiarkannya tergantung
dari bahunya. Sinar matahari kemudian
bersinar lebih terik dan makin terik. Pria itu
melepaskan topinya dan mengusap alisnya
yang basah oleh keringat. Akhirnya ia
menjadi kepanasan sehingga ia
melepaskan jubahnya, dan untuk
menghindari sinar matahari yang terik, ia
berteduh di bawah naungan bayangan
pohon di pinggir jalan.
Kelembutan lebih unggul dibandingkan
kekerasan.

27
Anjing di dalam Kandang
Kerbau
Seekor anjing yang
tidur pulas di
sebuah kandang
sapi yang penuh
dengan tumpukan
jerami,
dibangunkan oleh
kerbau-kerbau
yang kelelahan
dan kelaparan sehabis bekerja di ladang.
Tetapi sang Anjing tidak membiarkan
kerbau-kerbau tersebut mendekati
kandang. Anjing tersebut menggeram-
geram dan mengancam menggigit seolah-
olah kandang tersebut penuh dengan
daging dan tulang yang semuanya adalah
untuk dirinya sendiri.
Kerbau-kerbau tersebut menatap sang
Anjing dengan tatapan jengkel. "Betapa
egoisnya dia!" kata salah satu kerbau. "Dia
tidak makan jerami tetapi dia tidak
membiarkan kita yang sudah sangat

28
kelaparan untuk memakan jerami
tersebut!"
Saat itulah petani datang. Ketika dia
melihat bagaimana tingkah laku sang
Anjing, sang Petani lalu mengambil sebuah
kayu dan mengusir sang Anjing sambil
memukulnya karena tingkah lakunya yang
egois dan mementingkan diri sendiri.

Anak Penggembala dan


Serigala
Seorang anak gembala
selalu
menggembalakan
domba milik tuannya
dekat suatu hutan
yang gelap dan tidak
jauh dari
kampungnya. Karena
mulai merasa bosan
tinggal di daerah
peternakan,
dia selalu menghibur dirinya sendiri
dengan cara bermain-main dengan
anjingnya dan memainkan serulingnya.

29
Suatu hari ketika dia menggembalakan
dombanya di dekat hutan, dia mulai
berpikir apa yang harus dilakukannya
apabila dia melihat serigala, dia merasa
terhibur dengan memikirkan berbagai
macam rencana. Tuannya pernah berkata
bahwa apabila dia melihat serigala
menyerang kawanan dombanya, dia harus
berteriak memanggil bantuan, dan orang-
orang sekampung akan datang
membantunya. Anak gembala itu berpikir
bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-
pura melihat serigala dan berteriak
memanggil orang sekampungnya datang
untuk membantunya. Dan anak gembala
itu sekarang walaupun tidak melihat seekor
serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah
kampungnya dan berteriak sekeras-
kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang
kampung yang mendengarnya berteriak,
cepat-cepat meninggalkan pekerjaan
mereka dan berlari ke arah anak gembala
tersebut untuk membantunya. Tetapi yang
mereka temukan adalah anak gembala

30
yang tertawa terbahak-bahak karena
berhasil menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu
kembali berteriak, "Serigala! serigala!",
kembali orang-orang kampung yang berlari
datang untuk menolongnya, hanya
menemukan anak gembala yang tertawa
terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai
terbenam, seekor serigala benar-benar
datang dan menyambar domba yang
digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu
berlari ke arah kampung dan berteriak,
"Serigala! serigala!" Tetapi walaupun orang-
orang sekampung mendengarnya berteriak,
mereka tidak datang untuk membantunya.
"Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata
mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam
dan memakan banyak domba yang
digembalakan oleh sang anak gembala, lalu
berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi,
walaupun saat itu mereka berkata benar.

31
Sampai di sini cerita dongengnya
sahabatku, sampai ketemu di kesempatan
mendatang.

T@nia

32

Anda mungkin juga menyukai