KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis
lainnya..
- Sifat geometri, memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan lumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
- Perkembangan dan pertumbuhan serta kenampakan luar mempelajari tentang bentuk-
bentuk dasar yaitu suatu bidang pada dituasi permukaan serta kombinasi antara satu
bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi.
- Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal serta
menghitung parameter dan parameter rasio.
- Sifat fisis kristal, mempelajari struktur (susunan atom-atomnya) berdasarkan bidang-
bidang kristalnya, sehingga akan terbagi menjadi 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan
dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom
atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai
bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya
selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis
bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut
mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter
1
A. Kimia Kristalografi
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi penurunan
suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang
elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi,
kimia, fisika yang mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat
mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada
komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-
atom penyusun kristal / mineral.
Komposisi kimia kerak bumi
a. Kerak
b. Mantel, dan
c. Isi bumi
Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak samudra
berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal dengan Mohorovicic
discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X, penyelidikan kristalografi sinar X telah
mengembangkan pengertian kita tentang hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis
kristal.
2. Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi
struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua macam ikatan
yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
a.) Isomorfisme
Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta
keamanan dari pada kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.
b.) Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam kristal.
perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai morfic, trimorficdan
seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal tidak hanya ditentukan oleh unsur
kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh unsur dari susunan atom yang dibangaun kristal.
1. Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik
2. Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal balik
Contoh : Markasit menjadi pyrite
2
c.) Pseudomorfisme
Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya proses ini
dikenal sebagai proses pseudomorfisme.
Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan sistem dari pada
kristalografinya.
2. Unsur lama diganti unsur baru.
Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang baru.
Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi
dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi
menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
KRISTAL
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air serta menuruti
hukum-hukum ilmu pasti, sehingga bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan
kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air, mengandung pengertian :
- tidak termasuk didalamnya cair dan gas
- tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses
fisika.
Menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri,
mengandung pengertian :
- jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
- macam bentuk dari bidang kristal tetap.
3
- sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Identifikasi Kristal
Untuk dapat mengelompokan Kristal kedalam tujuh sistem serta 32 kelas, maka dipanjang perlu
untuk mengrtahui cara-cara penentuan dari sistem dan kelas kristal adalah :
1. Langkah-langkah dalam penentuan sistem kristal adalah :
a. Ambil sampel kristal yang akan di diskripsikan.
b. Perkiraan letak sumbu-sumbu simetri utama dengan mengingat bahwa sumbu
c. Vertikal c adalah sumbu yang terpendek atau terpanjang, kecuali sistem cubic.
d. Tentukan konstanta Kristalografi, meliputi : besar sudut antara sumbu dan Axial Rationya.
e. Kelompok kristal tersebut kedalam sistemnya berdasarkan konstanta Kristalografinya.
2. Langkah dalam penentuan kelas kristal adalah :
a. Ambil sampel kristal yang akan di diskripsikan
b. Tentukan sistem kristalnya.
c. Tentukan unsur-unsur simetrinya, meliputi : sumbu-sumbu simetri berikut nilai sumbunya dan
bidang simetrinya serta pusat simetrinya.
d. Tentukan kelas kristalnya berdasarkan pada ciri-ciri pemilikan simetri di atas, dengan cara
menyusun :
1. Isi/Formula Simetri
Merupakan notasi penulisan terhadap suatu kandungan simetri yang dimiliki oleh
suatu kristal secara berurutan mulai dari : pusat simetri, sumbu simetri dan bidang simetri.
2. Notasi Simetri Herman Mangulin
Merupakan penilisan simetri yang dilakukan oleh Herman Manguin dalam
pengelompokan kelas kristalnya notasi ini dituliskan dan memperhatikan :
- Terdapatnya sumbu-sumbu simetri utama (a,b,c) serta bidang simetrinya yang akan
lurus pada sumbu tersebut.
4
- Terdapatnya sumbu diagonal dan juga sumbu oblique serta bidang simetrinya dan tegak
lurus pada sumbu tersebut.
GEOMETRI KRISTALOGRAFI
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal
mempunyai 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya
dibuat dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal. Sumbu yang tegak lurus pada bidang
kertas adalah sumbu a. Sumbu horizontal pada bidang kertas adalah sumbu b. Sumbu yang
vertikal pada bidang kertas adalah sumbu c.
Sistem kristalografi berdasarkan letak sumbu kristalografi, jumlah sumbunya, nilai sumbu C serta
perbandingan panjang sumbu-sumbunya dibagi menjadi 7 sistem, yaitu :
1) sistem regular
2) sistem tetragonal
3) sistem hexagonal
4) sistem trigonal
5) sistem orthohombic
6) sistem monoklin
7) sistem triklin
5
Simbol Kristalografi
KLAS SIMETRI
Pengelompokan dalam klas simetri berdasarkan pada :
1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana apabila kristal
tersebut sebagai poros putarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan
6
menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula. Ada 4 jenis sumbu simetri yaitu :
sumbu simetri gyre, sumbu simetri gyre polair, sumbu cermin putar dan sumbu invers putar.
- Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (kondigurasi) satu sam lain pada kedua
belah pihak/ kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre)
dituliskan pada kanan atas atau kanan bawah. Misal L4 = L4 = g4 = g4.
Trigyre(L3 = L3 = g3 = g3)
7
Apabila Kristal diputar 360 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan
muncul tiga kali kenampakkan yang sama
Tetagyre (L4 = L4 = g4 = g4)
8
- Sumbu simetri gyre polair berlaku bila kenampakkan satu sama lain pada kedua belah
pihak berbeda/ tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut maka pada sisi
lainnya berupa bidang. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Misal L2 = g2.
9
Sumbu cermin putar bernilai 2,besar perputarannya 180. 1 putaran sebesar 180
menuju 1, dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran
menempati 2. 2 diputar 180 menuju 2, kemudian dicerminkan menempati 1 kembali.
b. Trigyroide (S3)
10
d. Hexagyroide (S6)
12
4. Penentuan Klas Simetri
Penentuan klas simetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang dimiliki
oleh setiap bentuk kristal.
Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
1. Sistem Reguler
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu a (sumbu a, b, c) mungkin bernilai 4 atau 2
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
4 2
Bagian ini dinotasikan dengan : ,4, 4, ,2
m m
Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf , menunjukkan adanya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian kedua : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3
Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri diagonal bernilai 2 dan ada
tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu
diagonal tersebut.
2
Bagian ketiga dinotasikan dengan ,2, m atau tidak ada.
m
Contoh :
4 2 4 2
- klas hexoctahedral ... , 3, --- , 3,
m m m m
- klas hextetrahedral .4 3 2 --- 4 3 2
- klas tetratohedris .2 3 --- 2 3 -
2. Sistem Tetragonal
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
4
Bagian ini dinotasikan dengan : ,4, 4
m
Bagian kedua : menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan dengan : ,2, m atau tidak ada
m
13
Bagian ketiga :menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet
tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : 2,2,m atau tidak ada
Contoh :
4 2 2 4 2 2
- klas ditetragonal bipyramidal. , , , ,
m m m m m m
- klas tetragonal trapezohedral.....4 2 2 4 2 2
- klas ditetragonal pyramidal..4 m m 4 m m
3. Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
2
- klas prismatic..
m
- klas sphenoidal..2
4. Sistem Triklin
Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri, yaitu :
- mempunyai titik simetri.. klas pinacoidal 1
- tidak mempunyai titik simetri. klas asymmetric 1
14
Bagian kedua : menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h)
- bidang simetri vertikal (v) dinotasikan h
- bidang simetri diagonal (d)
kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d
Contoh :
- klas hexoctahedral .. Oh
- klas pentagonal icostetrahedral ... O
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan
agak ke bawah dari notasi D atau C.
Misal D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bidang simetrinya
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h
15
- bidang simetri vertikal (v)
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d
Contoh :
- klas ditetragonal pyramidal C4V
- klas ditetragonal bipyramidal D4h
- klas tetragonal scalenohedral D2d
- klas tetragonal trapezohedral D4
- klas tetragonal bipyramidal C4h
- klas tetragonal pyramidal C4
- klas tetragonal bispenoidal S4
- klas dihexagonal bipyramidal D6h
- klas dihexahedral pyramidal C6v
Bentuk-Bentuk Kristal
Bentuk kristal terbagi atas bentuk tunggal, bentuk kombinasi dan bentuk pertumbuhan.
Bentuk tunggal adalah kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar dengan bentuk dan ukuran
yang sama.
Contoh :
- 4 bidang kristal Tetrahedron {111}
- 6 bidang kristal Hexahedron {100}
- 8 bidang kristal Oktahedron {111}
- 12 bidang kristal Tetrahedron {110}
16
Bentuk kombinasi adalah bentuk kristal yang pada bentuk tersebut didapatkan dua atau lebih
simbol bidang yang dipakai sebagai g terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk tunggal
yang tidak sama, sehingga simbol bentuk dan hanya pada sistem kristal yang sama.
Contoh :
- kombinasi hexahedron {100} + octahedron {111}
- kombinasi rhomben dodecahedron {110} + tetrakishexahedron {210}
Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau kombinasi dari
bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri persekutuan yang sama. Tetapi
apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut kedudukannya tidak beraturan maka kumpulan
bentuk kristal tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).
Contoh :
- tetrakishexahedron {210}
- trikisoktahedron {211}.
Gambar 1.15 Tujuh Prinsip Terhadap Susunan Salib Letak Bidang Kristal Sumbu Kristalografi
17
1.1.Sistem Reguler
(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)
Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem
kubus/kubik Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Masing-masing sumbu sama panjangnya.
18
Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3
Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri diagonal bernilai 2 dan ada
tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu
diagonal tersebut.
2
Bagian ketiga dinotasikan dengan ,2, m atau tidak ada.
m
Contoh :
4 2 4 2
- klas hexoctahedral ... , 3, --- , 3,
m m m m
- klas hextetrahedral .4 3 2 --- 4 3 2
- klas tetratohedris .2 3 --- 2 3 -
Menurut schoenfies
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c. untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu
sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
- kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal
untuk sumbu c bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.
- kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T
(tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal
untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk tetrahedron.
kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
19
kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d
Contoh :
- klas hexoctahedral .. Oh
Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem
ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992).
1.2.Sistem Tetragonal
(quadratic)
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang).
21
Cara menggambar :
a+ ^ b- = 30
a:b:c=1:3:6
Menurut Schoenflish
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet.
Ada 2 kemungkinan :
- Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.
- Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.
Kalau mempunyai :
- bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h
- bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri vertikal (v) dinotasikan v
- bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :
- bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d
Contoh :
- klas ditetragonal pyramidal C4V
- klas ditetragonal bipyramidal. D4h
- klas tetragonal scalenohedral D2d
- klas tetragonal trapezohedral D4
- klas tetragonal bipyramidal C4h
- klas tetragonal pyramidal C4
- klas tetragonal bispenoidal S4
- klas dihexagonal bipyramidal D6h
- klas dihexahedral pyramidal.. C6v
- klas hexagonal trapezonhedral. D6
23
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan )
tegak lurus satu sama lain (90).
24
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
25
(a)
(b)
Gambar 1.21 sistem triklin ( a dan b )
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut
80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
1. Pedial
2. Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).
26
1.4. Sistem Monoklin
(oblique=monosymetric= clonorhombic = hemiprismatik = monoclonihedral)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek.
Ketentuan :
Sumbu a b c
Sudut 90 90
Sumbu a disebut sumbu brachy.
Sumbu b disebut sumbu macro.
Sumbu c disebut sumbu basal/ vertikal.
Cara menggambar :
a+ ^ b- = 45
a : b : c = sembarang
Sumbu c adalah sumbu terpanjang.
Sumbu a adalah sumbu terpendek.
27
Gambar 1.23 Sistem monoklin
28
BAB II
MINERALOGI FISIK
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik
dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan bukan
ormanik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui
walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
- L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-
atom yang tersusun secara teratur.
- D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
- A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu
dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan
hasil dari suatu kehidupan.
29
Definisi mineral komplikasi :
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat
berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen,
dapat berupa padat, cair dan gas.
Batasan-batasan definisi mineral :
- Suatu bahan alam menerangkan bahwa harus terjadi secara alamiah serta tanpa campur
tangan tenaga manusia atau di laboratorium disebut dengan mineral. Walaupun
pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal
yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan kristal dialam, tetapi
pembuatan zat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mineral.
Nacl dibuat dialam disebut mineral Halite
Dibuat dilaboratorium disebut Natrium klorida
- Mineral mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :
a. Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan kristal,
gores, belahan, dll.
b. Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api
oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan, dll.
- Mineral berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :
a. Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Native Silver (Ag), dll.
b. Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Barit (BaSO4), Zircon
(ZrSi0 ), Cassiterite (Sn02), Magnetite (FesO3)
c. Mineral dapat berupa senyawa kimia komplek, misalnya : Epistalite (NaCa)
(CbTiMgFeMn) SiO4 (OH)
- Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral yang luas.
Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang
merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organic.
Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.
- Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi
senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika.
- Dapat berupa padat, cair, dan gas.
a. Berupa zat padat : quartz (SiO2)
b. Berupa zat cair : air raksa (HgS)
30
Dalam buku Minerals and Mining in Indonesia compiled Soetarjo Sigit, M. M. Purbo
Hadiwidjojo, Bambang Sularsmoro, Suharsono Wirjosudjono, 1969, ditulis bahwa
Petrolium (minyak bumi) dikelompakan dalam Mineral Fuels bersama dengan Naturan
Gas, Coal,Natural Stream.
A. Kimia mineral
Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-19, setelah
dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun 1799, teori atom Dalton pada
tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia
mineral didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan
analisis kimia mineral harus diketaui dengan baik. Analisis kimia kuantitatif bertujuan untuk
mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun suatu substansi dan menentukan jumlah relatif
masing-masing unsur tersebut. Analisis harus lengkap .seluruh unsur-unsur yang ada pada mineral
harus ditentukan. dan harus tepat.
Komposisi kimia sebagian besar mineral yang diketahui, menunjukkan suatu kisaran
tertentu mengenai penyusun dasarnya. Dalam analisis kimia, jumlah kandungan unsur dalam suatu
senyawa dinyatakan dengan persen berat dan dalam analisis yang lengkap jumlah total persentase
penyusunnya harus 100. Namun dalam prakteknya, akibat keterbatasan ketepatan, jumlah 100
merupakan suatu kebetulan; umumnya kisaran 99,5 sampai 100,5 sudah dianggap sebagai
analisis yang baik.
31
Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral
1. Hukum komposisi tetap
(The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"
2. Teori atom Dalton (1805)
Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti bola yang disebut
atom.
a) Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur
yang berbeda bersifat berbeda pula.
b) Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.
B. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah
mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik
yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah
tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia
dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang
mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
C. Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada
mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan
atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi
dan perputaran warna.
D. Proses Pembentukan Mineral
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang
tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis
dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi
mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan,
pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari
beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia,
aspek biologis dan fisika.
32
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral
ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral
baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan
dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas
beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun
mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
E. Mineral Pembentuk Batuan
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis
besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
A. Felsic Mineral
- Quartz (Kuarsa)
- Feldspar
34
Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat
jenis mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah
monoklin, mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini
digunakan sebagai bahan baku dalam industri keramik.
b. Plagioklas feldspar
- Feldspatoid
35
a. Nepheline (KNaAl2Si2O4)
b. Leucite (KaISi2O8)
36
Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai berat
jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih keabu-abuan.
B. Mafic Mineral
a. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
37
yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan
dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana
symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan
beku vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam batuan
plutonik, piroksin adalah Augite.
c. Amphibole (Horblende)
38
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan
air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4
mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya
diwakili oleh (Si2O10)-4.
Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na dalam
Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al.
39
B. Analisis kimia basah
Cara ini biasanya dilakukan di laboratorium kimia. Setelah sampel digerus menjadi
bubuk, langkah pertama yang dilakukan adalah menguraikan sampel. Biasanya pada
tahap ini digunakan satu dari beberapa larutan asam, seperti asam klorida (HCl), asam
sulfat (H2SO4), atau asam fiorida (HF), atau campuran dari larutan asam tersebut. Jika
sampel sudah dalam bentuk larutan, langkah selanjutnya adalah colorimetry, volumetri
atau gravimetri untuk menentukan unsur-unsur yang diinginkan.
Tabel 2.1 Kisaran konsentrasi unsur-unsur berdasarkan teknik analisis
Keuntungan menggunakan cara basah adalah reaksi dapat terjadi dengan cepat dan relatif mudah
untuk dikerjakan.
40
D. Analisis _uoresen sinar X (XRF)
Analisis ini juga dikenal dengan spektrografi emisi sinar X, yang banyak digunakan
untuk laboratorium penelitian yang mempelajari kimia substansi anorganik.
Di samping untuk laboratorium penelitian analisis ini juga digunakan untuk keperluan
industri, seperti: industri tambang (untuk kontrol kualitas hasil yang akan dipasarkan),
industri kaca dan keramik, pabrik logam dan bahan baku logam, dan dalam perlindungan
lingkungan dan pengawasan pulusi.
Pada analisis ini sampel digerus menjadi bubuk dan ditekan dalam bentuk pelet
bundar. Pelet ini nantinya akan ditembak dengan sinar X. Spektrum emisi sinar X yang
dihasilkan merupakan ciri-ciri tiap-tiap unsur yang terkandung dalam sampel.
Analisis ini dapat digunakan untuk penentuan sebagian besar unsur, dan juga sangat
sensitif untuk penentuan secara tepat beberapa unsur jejak (seperti Y, Zr, Sr, Rb dalam
kisaran ppm).
41
G. Sistematika mineral
Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari
Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana
membagi mineral menjadi beberapa golongan (Klein & Hurlbut, 1993), yaitu:
1. Unsur murni (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia,
sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak,
tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan, dan granit.
2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam
dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3), dll.
3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeOOH).
4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan fluorit (CaF2).
5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan
anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat.
42
Gambar 2.11 Beberapa kebiasaan mineral dan asal mulanya (BO3).
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral
disebut dengan nama chromophroses. Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan
chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
Chlorite - Hijau Cholor (greak)
Albite - Putih Albus (latin)
Melanite - Hitam Melas (greek)
Erythrite - Merah Erythrite (greek) (sel darah merah)
Rhodonite - Merah muda Erythrite (greek)
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan tak berwarna hexagonal
Graphite hitam hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Mineral : Silica tak berwarna
Jasper merah
Chalsedon coklat hitam
Agate asap/putih
48
2.3. Kilap(luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap
tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin
besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari
kilapnya contohnya batubara.
Macam-macam kilap :
a) Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama
dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.
b) Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,
6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)
c) Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan
dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak
berwarna atau berwarna muda.
Macam-Macam Kilap bukan logam :
a) Kilap Kaca (Vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.
Contoh : - Quartz - Carbonates - Sulphates
49
- Spinel - Silicates - Fluorite
- Garnet - Leucite - Corondum
- Halite yang segar
b) Kilap intan (adamantile luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile
c) Kilap Lemak (greasy luster)
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak,
akibat proses oksidasi.
Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi.
- Halite yang sudah terkena udara.
50
Contoh :
- Kaoline
- Diatoea
- Montmorilonite
- Pyrolusite
- Chalk
- variasi ochres
Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam, `
perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis kilap bukan logam
akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi
mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.
2.4. Kekerasan (hardness)
51
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs :
Tabel 2.2 SKALA MOHS
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Fluorit
5 Apatit
6 Orthoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korundum
10 Intan
Misal suatu mineral digores dengan calsite (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores,
tetapi dapat tergores dengan fluorite (H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan
antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat
sederhana yang terdapat disekitar kita.
Kuku 2,5
Kawat tembaga 3
52
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk
membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keeping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara
menumbuk sampai halus menjadi tepung.
Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : quartz - putih/ tak berwarna
Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari
pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : luecite - warna abu-abu dan gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih
gelap daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : pyrite - warna kuning dan gores hitam
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
53
Contoh : cinnabar - warna dan gores merah
Gambar 2. 18 Quartz
- hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi.
Contoh : copper
55
Gambar 2.19 Copper
- even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung
pecahan masih mendekati bidang dasar.
Contoh : muscovite
56
Gambar 2.22 Kaoline
57
- malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : gold
2.10. Kemagnetan
Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam
beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Paragmagnetik
Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak menyeluruh).
Contoh : Limonit (FeO2).
59
Gambar 2.30 Hematite
60
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah penulis kemukakan dalam penulisan sebagai berikut :
1. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
Kristal dibagi menjadi 4 yang terdiri dari :
Sistem Regular
Ketentuan:
Sumbu = b = c
Sudut = 90o
Karena sb = sb b = sb c
Disebut juga sb a
Cara Menggambar :
A+ b- = 30o
A;b:c:=1:3:3
61
Sistem Tetragonal
(quadratic)
Ketentuan :
Sumbu a = b c
Sudut 90
Karena sb a = sb b disebut juga sb a.
Sumbu c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari a atau b. Sumbu c lebih
panjang dari sumbu a dan b disebut bentuk Columnar (panjang). Sumbu c lebih
pendek dari sumbu a dan b disebut bentuk stout (gemuk).
Cara menggambar :
a+ ^ b- = 30
a:b:c=1:3:6
. Sistem Triklin
(anorthic = asymetric = clinorhombohidral)
62
Ketentuan :
Sumbu a b c
Sudut 90 90
Semua sumbu a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar.
Sumbu a disebut sumbu brachy.
Sumbu b disebut sumbu macro.
Sumbu c disebut sumbu basal/ vertikal.
Cara menggambar :
a+ ^ b- = 45
b+ ^ c- = 80
. Sistem Monoklin
(oblique=monosymetric= clonorhombic = hemiprismatik = monoclonihedral)
Ketentuan :
Sumbu a b c
Sudut 90 90
Sumbu a disebut sumbu brachy.
Sumbu b disebut sumbu macro.
Sumbu c disebut sumbu basal/ vertikal.
Cara menggambar :
a+ ^ b- = 45
a : b : c = sembarang
Sumbu c adalah sumbu terpanjang.
Sumbu a adalah sumbu terpendek.
63
2. Mineralogi adalah salah satu cabang imu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan antara lain mempelajari
sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Sifat-sifat fisik yang diselidiki dalam mineralogi fisik adalah:
1. warna(colour)
2. perawakan kristal (crystal habit)
3. kilap(luster)
4. kekerasan (hardness)
5. gores(streak)
6. belahan(cleavage)
7. pecahan (fracture)
8. daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
9. berat jenis (specific gravity)
10. kemagnetan
11. derajat ketransparanan
3.2. Saran
Saya sebagai penyusun, ingin menyampaikan bahwa :
Diharapkan para pengajar dapat memberikan penjelasan yang lebih mudah dan dapat
dimengerti dan bahan-bahan praktikum supaya lebih banyak, waktu dan tempat praktikum
supaya lebih disesuaikan lagi, sehingga dapat menjalani kegiatan praktikum dengan baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Hepryandi L.Dj. Usup. 2011. Buku Panduan Praktikum Kristalografi Mineralogi. Palangka Raya
Laboratorium Kristalografi Mineralogi Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Palangka Raya.
http://geologikita.blogspot.com/2008/11/kemagnetan-kristal.html
http://dave.ucsc.edu/myrtreia/photos/allochromatic.html
65