RANCANGAN
PELEDAKAN JENJANG
Terminologi Peledakan Jenjang
Desain Pola Peledakan pada
Peledakan Jenjang
Pattern Shape
Timing
4
Pendekatan Teoritik
Richard L. Ash
The Modern Technique of Rock Blasting
Free Face
2
3 1
2
1
Two Free Faces
Three Free Faces
6
Quality of Free Face
Videos_3,4,5,6 7
What is the burden?
Burden – Distance from the explosive charge to the nearest free face
8
Burden Cratering &
Fly rock
Poor
Fly rock & Fragmentation
throw
9
R.L. Ash
1 1
Energi potensialbahan peledak yang dipakai BP x [VOD BP ]2
3 3
AF1 2
Energi potensialbahan peledak standar 1.2 x [12000]
1 1
Bobot Isi batuan standar 160 pcf
3 3
AF2
Bobot Isi batuan yg diledakkan
Batuan
Penentuan Kb Empirik
12B
KB
De
Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan dan massa batuan,
diameter lubang, dan jenis bahan peledak.
Bobot Isi BP 0,8 – 1,6 gr/cc & Bobot Isi batuan yg diledakkan 2,2 - 3,2 gr/cc
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang tembak (inci)
B = Burden (m)
De =Diameter lubang tembak pada (mm)
e = Bobot isi bahan peledak
r = Bobot isi batuan
Matriks Parameter Penentu Burden
Untuk Peledakan Jenjang
Langefors
Andersen
L.Jimeno
Olofsson
Fraenkel
Allsman
Hansen
Foldesi
Pearse
Praillet
Konya
Konya
Berta
Ucar
Hino
Carr
Ash
Parameter
Bench height X X X X
Length of blasthole X X
Stemming X
Subdrilling
Length of charge X X X
Inclination of blasthole X X X
Rock density X X X X X X X
Detonation velocity X X X X X X
Detonation pressure X X X
Binomial rock-explosive constant X
Burden/spacing ratio X
Strength of explosive X X
Loading equipment X
Pengaruh Variasi Burden Terhadap
Lingkungan
Koreksi Geologi Untuk Burden
A B
Kd
Koreksi Deposisi Batuan
B’ = Kd x Ksg x B
Arah Peledakan vs Orientasi Kekar
(Nitro Nobel, 1985)
Berlawanan
No Parameter Searah Dip Berlawanan Dip Searah Strike
Strike
1. Back break Lebih banyak Lebih sedikit Tidak menentu Lebih banyak
Pergerakan
3. batuan dari Lebih besar Lebih kecil Lebih kecil Lebih besar
face
Penggunaan
4. energi Lebih Baik Lebih kecil Kurang Kurang
peledakan
Kondisi Kurang
Menguntung Tidak mengun- Tidak mengun-
5. permukaan Mengun-
Kan tungkan tungkan
kerja tungkan
Daerah Pengaruh Energi Lubang
Tembak
S = 1,15 B S = 1,5 B
S=B S=B
Square pattern
Burden = spasinya. Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada tepat sejajar di belakang lubang tembak pada
baris di depannya.
Rectangular pattern
Spasi > burden. Dalam penerapannya di lapangan, pola ini memiliki jarak spasi maksimal sebesar dua kali jarak burden.
Staggered Pattern
Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada di tengah spasi baris di depannya. Keuntungan menghasilkan
distribusi energi peledakan lebih baik & cenderung memberikan keseragaman fragmentasi. Mampu memberikan ukuran
fragmentasi yg optimal pada spasi = 1,15 burden. Pola square juga dapat diperoleh efek staggered pattern dgn
mengatur pola penyalaan sedemikian hingga diperoleh sistem penyalaan selang seling.
Diameter Lubang
Tembak
Tinggi jenjang
Tingkat produksi
Jenis alat bor
Fragmentasi batuan
Dampak terhadap lingkungan (GV, air blast, fly rock)
Ekonomi peledakan.
B H B H
Sebaiknya dirancang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
ulang
Terkontrol dan
3 Baik Baik Baik Baik
fragmentasi memuaskan
Tidak menambah
keuntungan bila stifness
4 Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
ratio dinaikkan lebih dari
4
Pengaruh Kemiringan Lubang
Tembak Pada Collar & Overbreak
Bising, Airblast & Flyrock Disebabkan
a) Burden Atas: b) Burden Kaki
Offset -
Offset +
Lubang Tegak vs Lubang Miring
Tinggi jenjnag H - (m) Dia lubang tembak D - (mm) Rekomendasi alat muat
Stemming
Lobang kering
Isi :1. ANFO
Nonel 94% Ammonium Nitrate Prilled
Tube 6% Fuel Oil (solar)
Primer HDP 400 gram
2. Heavy Anfo
30% Emulsion matrix
70% Anfo
Lobang Basah
Isi : Titan Black
50% Emulsion matrix
50% ANFO
Detonator
Booster
400 gram
Pola Lubang
Tembak – Burden
- Spasi
Pola Control Row & Echelon
HDP 400 gr
Subdrilling (J)
Stemming = collar, bagian lubang tembak bagian atas yg tidak diisi BP, tapi
diisi oleh material hasil pemboran & kerikil yg dipadatkan & berfungsi
sebagai pemampat & menentukan "stress balance" dalam lubang bor.
Untuk memampatkan gas-gas peledakan agar tidak keluar terlalu dini
melalui lubang tembak sehingga gas-gas peledakan tersebut terlebih
dahulu dapat mengekspansi rekahan-rekahan pada batuan yang
disebabkan gelombang kejut.
Untuk mendapatkan "stress balance" → T = B.
Pada batuan kompak, jika KT < 1 terjadi "cratering" atau "back breaks",
terutama pada "collar priming"
Kt = T/B = 0,7 B nilai ini cukup untuk mengontrol air blast & fly rock.
Karakteristik Material Stemming
KS = S/B
Jarak antar lubang tembak dalam satu baris & diukur sejajar dgn bidang bebas.
Spasi tergantung pada burden, kedalaman lubang tembak, letak primer, delay & arah
umum struktur batuan.
Konya (1968): nisbah spasi tergantung pada waktu penyalaan peledakan & perbandingan
burden (B) dgn tinggi jenjang (L).
Bila lubang-lubang bor dlm satu baris diledakkan secara sequence delay → KS = 1, S = B.
Bila lubang-lubang bor dlm satu baris diledakkan secara simultan, → KS = 2, S = 2B.
Bila multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay,
lubang-lubang bor dalam arah lateral dari baris yang berlainan diledakkan secara simultan
→ pola pemborannya harus dibuat square arrangement.
Bila suatu multiple rows lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan,
tetapi antara baris yg satu dgn yg lainnya beruntun, → harus digunakan pola staggered.
Penentuan Spasi Menurut Konya
(Konya, 1968)
Serentak S = ( L + 2B )/3 S = 2B
Waktu tunda Ks
Long interval delay 1
Short period delay 1–2
Normal 1,2 – 1,8
Tahapan Inisiasi & Waktu Tunda
Batu gamping kompak, marmer, granit, kuarsa, gneiss, dan gabro 3,8 – 4,7
Lakukan pengisian pemampat yang berasal dari cuttings di atas kolom isian bahan
peledak setinggi 1,5 kali diameter lubang tembak. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi stemtite dari gas yang sangat panas pada saat peledakan.
Masukkan stemtite ke dalam lubang tembak dengan menggunakan tongkat dan
menempatkan stemtite tersebut pada dudukan yang tepat
Timbun stemtite dengan material pemampat
Lepaskan tongkat dari stemtitenya secara perlahan hingga stemtite tertinggal di
dalam material pemampat
Lanjutkan pengisian pemampat ke dalam lubang tembak hingga mencapai
permukaan
Powder Factor
PF - bilangan untuk menyatakan jumlah material yg diledakkan atau
dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak; dapat dinyatakan dalam
ton/lb atau lb/ton.
PF dipengaruhi oleh pola peledakan dan free face
Untuk menghitung PF harus diketahui luas daerah yang diledakkan (A),
tinggi jenjang (L), panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), loading
density (de) dan material density ratio (dr).
dr = 0,0312 (SG) (ton/cuft)
W = AL (dr) (ton)
E = (de) (PC) N (lb)
PF= W/E ( ton/lb)
W = batuan atau material yang diledakkan (ton)
N = jumlah lubang bor
Dalam kenyataan di lapangan harga W didapat dari pengukuran sebelum
peledakan dan pengukuran setelah hasil ledakan habis terangkut
Powder Factor Peledakan Beberapa
Jenis Batuan (Bandhari, 1997)
No. Batuan PF - kg/m3
Fat soft clay, heavy clay, morainic clay, slate clay, heavy loam,
1 0,3 - 0,5
coarse grit
Marl, brown coal, gypsum, tuff, pumice stone, anthracite, soft
2 0,35 - 0,55
limestone, diatomite
Clayey sandstone, conglomerate, hard clay shale, marly
3 0,45 - 0,6
limestone, anhydrite, micaceous shale
Granites, gneisses, synites, limestone, sandstone, siderite,
4 0,6 - 0,7
magnesite, dolomite, marble
Coarse-grained granite, serpentine, audisite and basalt,
5 0,7 - 0,75
weathered gneiss, trachyte
Hard gneiss, diabase, porphyrite, trachyte, granite-gneiss,
6 0,85
diorite, quartz
Andesite, basalt, hornfels, hard diabase, diorite, gabbro,
7 0,9
gabbro diabase
Volume Setara
Suatu peledakan batu kapur direncanakan kurang lebih 2000 ton per hari,
bobot isi (density) = 168 lb/cu ft.
1. Kondisi
a. KT = 0,7 ; KJ = 0,3 ; KS = 1
L = 20 ft dan dr = 0.084 ton/cu ft
b. E1 = Extra 60 % dynamite, SG = 1,28 ; Ve = 12.200 fps
c. E2 = Field-mixed AN-FO, 94/6, SG = 0,85; Ve = 11.100 fps
d. Diameter lubang tembak 3 inci
Kompresor dengan 500 cfm
Kecepatan rata-rata pemboran 400 ft per 8 jam/gilir.
1 1
2 3
KB = KBstd x AF1 x AF2 = 30 x 1.28 x (12.200) 160 3
1.20 x (12.000)2 168
KB = 30,5
1
KB = 12 B
De
KB De
B1 = = 13,5 x 3 = 7.625 ~ 8 ft
12 12
T1 = KT B1 = 0,7 x 8 ~ 5,5 ft
JT = KJ B1 = 0,3 x 8 ~ 2,5 ft
H1 = L + J1 = 20 + 2,5 = 22,5 ft
PC1 = H1 - T1 = 22,5 - 5,5 = 17 ft
berat batuan W
= maka,
dr
W 2.250
Pj = = = 84 ft
(12B) x L x Dr 16 x 20 x 0,084
(P - 2B)
j
N1 = + 2 x 2
S
(84 - (2 x 8)
N1 = + 2 x 2 = 17,6 = 18 lubang bor
10
Pj1 (yang telah dikoreksi) = (2B) + (7 x s) = 16 + 70 = 86 ft
W1 = A x L x dr = Pj1 x (2 B) x L x dr
de1 =
π De2 x SG x 62,4
4 x 144
= 3,9 lb/ft
E1 = de1 x (PC1) x N1
= 3,9 x 17 x 18 = 1.193,4lb
W
Pf1 = 1
E
1
=
2.312 = 1,94 ton/lb
1.193,4
Total kedalaman pemboran = N1 x H1
= 18 x 22,5 = 405 ft
Pola yang akan dipakai 6,5 x 8 ft, 2 baris, "corner cut".
Volume batuan yang akan diledakkan = A x L = (2B) x Pj x L = W/dr
Pj = W
(2B) x L x dr
= 2.250 = 103 ft
13 x 20 x 0,084
de2 = D x SG x 62,4
2
4 x 144
2
de2 = 3,14 x 3 x 0,85 x 62,4
4 x 144
Tujuan
Penggalian dan pemberaian – fungsi peralatan penggaliant
Cast %
Kehilangan dan kerusakan
Stabilitas lereng
Vibrations & kebisingan
Ketersediaan bidang bebas
Geometri peledakan
Orientation of structure
Ketersediaan delay detonators
60
Urutan Penyalaan – Baris per Baris
Free face
Good forward movement and low profile (Cast blasts)
Fragmentation? Can be slabby
Soft and friable rocks
Higher Vibrations
109ms
Cord
61
Urutan Penyalaan V
Free face
Restricted forward movement
High muckpile profile
Good fragmentation
Increase Damage at Base of V
42ms
176ms 176ms
42ms
62
Urutan Penyalaan – Echelon
More free faces
Side movement
Fragmentation 109ms
Simple
42ms
176ms
42ms
63
176ms
Choke Blast
Blasted
muckpile
64
Centre Lift Patterns
Top free face
Good for box cut
Restricted forward movement
Top movement
Big heave
Damage?
109ms 42ms
109ms 42ms
65
42ms 109ms
Centre Lift Patterns 67ms
Tingkat fragmentasi batuan yang diinginkan dapat diperoleh dari percobaan peledakan
di lapangan dengan mengevaluasi perubahan variabel-variabel peledakan.
Variabel tersebut adalah sifat-sifat batuan, pola peledakan, dan jumlah pengisian bahan
peledak.
Sebuah model yang banyak dipakai oleh para ahli untuk memperkirakan fragmentasi
hasil peledakan adalah model Kuz-Ram.
Kuznetsov (1973) telah melakukan penelitian untuk mengukur fragmentasi, yang
hasilnya dikenal dengan persamaan Kuznetsov:
0,8
V
X A 0 Q1/6
Q
X - Rata-rata ukuran fragmen, cm
A - Faktor batuan, diperoleh dari pembobotan batuan berdasarkan nilai
blasting index (Lilly, 1986) yang merupakan fungsi dari deskripsi massa
batuan, jarak antar kekar, orientasi kekar, berat jenis batuan, dan
kekerasan Mohs.
V0 - Volume batuan pecah per lubang tembak, Vo = B x S x Hjenjang
Q - Jumlah bahan peledak TNT (kg) pada setiap lubang tembak
Qe - massa bahan peledak per lubang tembak
E : Relatif weight strength bahan peledak, ANFO = 100, TNT = 115
Qe x E = Q x 115
0,8 0,8
V0
1/6
E E
X A Q
1/6
e
Qe 115 115
V0
k kebalikan Powder Factor/Spe cific Charge kg/m 3
Qe
19/30
115
X A k
0,8
Q
1/6
e
E
Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan
digunakan persamaan Rosin-Rammlel yaitu:
x n
Re xc
x
Xc
0,6931/n
B W A 1 L
n 2,2 14 1 1
d B 2 H
Joint Spacing Close ( < 0,1 meter ) Intermediate (0,1–1m) Wide ( > 1 meter )
Bobot 10 20 50
Joint Horizontal Dip Out of Strike Normal to Face Dip Into Face
Orientation Face
Bobot 10 20 30 40
Skala Kekerasan Mohs
(a)
(b)
Single
Objec
t Dual
Objec
t
1 41 30 11 18
2 32 32 18 18
3 44 30 12 14
4 59 21 12 8
5 60 21 12 7
6 48 22 18 12
7 56 17 11 16
8 35 28 17 20
9 50 32 12 6
10 41 23 15 21
11 44 31 15 10
12 38 33 20 9
41 – 80 cm 25,9% 26,7%
40
Distribusi fragmentasi (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
<40 41-80 81-120 >120
ukuran (cm)
Contoh Distribusi Fragmentasi Hasil
Peledakan Batuan. Kasus-2
SPLIT
No Blok Peledakan
P20 (mm) P50 (mm) P80 (mm) Top Size (mm)
90
80
Prosentase (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0-25(cm) >25-50(cm) >50-75(cm) >75(cm)
Selang ukuran (cm)
Bmax =
d p.s
33 C . f. S/B
lb = 7,85 d2 x P
dimana :
d = diameter lubang tembak
P = "packaging degree", kg/liter
KONSENTRASI MUATAN BAHAN PELEDAK
H = K + V 0,05 (K + V)
H = 1,05 (K + V) (m)
E = d + 0,03 x H (m)
100
Pratical Burden
B = Bmax - E (m)
Pratical Spacing
S = 1,25 x B (m)
Apabila nisbah S/B dirubah sedangkan specific drilling atau specific charge tidak dirubah
maka :
Specific drilling adalah pemboran yang diperlukan untuk meledakkan 1 meter kubik
batuan (kebalikan "equivalent volume").
nH
b= (m/m3), untuk kuari dan tambang terbuka
n xBxSxK
nH
b= (m/m3), untuk jalan dll., dimana peledakan dilaksanakan di daerah
W xBxK
yang terbatas,
W = lebar dari round
Pemuatan lubang tembak
"Specific charge"
n Q tot
q (kg/cu m)
n xBxSxK
n Q tot
q (kg/cu m)
W xB xK