Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
perluasan lahan pertanian ditentukan oleh jenis tanaman yang ditanam
dan jenis tanah. Oleh karena itu, kegiatan pengukuran debit air pada
saluran irigasi merupakan kegiatan yang penting untuk usaha
pertanian di Indonesia karena debit pada musim kemarau dengan
musim penghujan sangat berbeda.
Modulus irigasi suatu tanaman, didalam perhitungannya belum
memasukkan factor efisiensi karena kehilangan air akibat sistem irigasi
yang digunakan seperti evaporasi, perkolasi dll. Modulus irigasi dari
suatu tanaman akan berbeda dengan tanaman lainnya, juga tidak
kalah pentingnya adalah keadaan curah hujan dan evapotranspirasi di
lokasi kegiatan budidaya berlangsung. Analisis modulus irigasi
dilakukan setelah pola tanam dan kalender tanam dari tanaman yang
akan dibudidayakan ditentukan. Pola tanam dan kalender tanam yang
baik akan mengoptimalkan modulus irigasi dari setiap jenis tanaman,
dengan demikian akan mengoptimalkan pula efisiensi penggunaan air
irigasi.
Suatu luasan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman akan
memerlukan penanganan managemen air irigasi yang cukup kompleks
dan harus terpadu untuk dapat terpenuhinya kebutuhan air bagi
pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Oleh
karena itu selain dari analisis perhitungan modulus irigasi perlu pula
dilakukan analisis perhitungan interval irigasi yang tergantung dari
jenis tanah lahan yang dibudidayakan terutama laju deplesi kandungan
air tanahnya.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh
manusia dan makhluk hidup ainnya. Manusia memerlukan air baik
untuk proses kimia fisika maupun untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam
pengelolaannya. Kualitas total air tawar yang ada dibumi jumlahnya
relatif dapat menurun jumlahnya.
2
1.2 Tujuan
Laporan praktikum pengelolaan air ini bertujuan untuk
mengetahui cara merakit dan menerapkan irigasi sprinkler, irigasi
tetes, irigasi bawah permukaan (subsurface), tensiometer, sistem
vertikultur tanaman hias, pengolahan lahan padi sawah serta cara
pembuatan pematang sawah.
1.3 Manfaat
Laporan praktikum pengelolaan air ini bermanfaat dalam
efisiensi penggunaan air dan meningkatkan pertumbuhan bagi
tanaman vertikultur tanaman hias Lidah Buaya dan melalui penerapan
irigasi sprinkle, irigasi tetes, irigasi bawah permukaan (subsurface),
tensiometer, sistem vertikultur dan untuk membuat petakan sawah.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan laporan akhir praktikum
Pengelolaan Air ini, yaitu:
Bab I : Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan.
Bab II : Bab ini berisikan berbagai teori dasar yang meliputi
semua materi tentang praktikum dan penjelasan alat-alat yang
digunakan selama praktikum pengelolaan air dilaksanakan.
Bab III : Bab ini berisikan tentang alat dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan praktikum Pengelolaan Air.
Bab IV : Bab ini menjelaskan tentang berbagai prosedur kerja
dalam praktikum meliputi prosedur kerja irigasi curah atau sprinkle,
prosedur kerja irigasi tetes, irigasi bawah permukaan (subsurface),
prosedur kerja vertikultur dan prosedur kerja pematang sawah serta
prosedur kerja pengambilan data dari masing-masing irigasi.
Bab V : Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dari semua
kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan. Hal ini meliputi sistem
irigasi curah (sprinkle), irigasi tetes, irigasi bawah tanah, vertikultur
dan tensiometer.
3
Bab VI : Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari
laporan akhir yang dibuat.
4
II. TEORI DASAR
5
digunakan sebagai tempat untuk mengalirkan air dari sumber ke
sprinkler (Najiyati dan Danarti, 1996).
6
sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai
beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
Keuntungan Irigasi Sprinkler yaitu :
Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga
dapat mengurangitingkat pertumbuhan tanaman yang
vegetatif dan memperbesar peluang,tanaman untuk tumbuh
secara generatif dimana akan meningkatkanproduktivitas
hasil panen.
Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis
tanaman, tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energy.
Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman
melalui system irigasi.
Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan
tanaman. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok
bagi pertumbuhan seedling (persemaian).
Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen.
Kerugian Sistem Sprinkler yaitu :
Memerlukan biaya investasi yang tinggi.
Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan
waktu.
Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air.
Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan
mendatangkan penyakit tanaman.
Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan.
7
efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan air secara lambat
untuk menjaga kelembaban tanah dalam rentang waktu yang
diinginkan bagi tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Irigasi tetes dapat dibedakan atas dua yaitu irigasi tetes dengan
pompa dan irigasi tetes dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan
pompa yaitu irigasi tetes yang sistem penyaluran air diatur dengan
pompa. Irigasi tetes pompa ini umumnya memiliki alat dan
perlengkapan yang lebih mahal daripada sistem irigasi gravitasi. Irigasi
tetes dengan sistem gravitasi yaitu irigasi tetes dengan menggunakan
gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber. Irigasi ini biasanya
terdiri dari unit pompa air untuk penyediaan air, tangki penampungan
untuk menampung air dari pompa, jaringan pipa dengan diameter
yang kecil dan pengeluaran air yang disebut pemancar emiter yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam (Hansen, dkk, 1986).
Irigasi tetes pompa ini umumnya memiliki alat dan
perlengkapan yang lebih mahal daripada sistem irigasi gravitasi. Irigasi
tetes dengan sistem gravitasi yaitu irigasi tetes dengan menggunakan
gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber. Irigasi ini biasanya
terdiri dari unit pompa air untuk penyediaan air, tangki penampungan
untuk menampung air dari pompa, jaringan pipa dengan diameter
yang kecil dan pengeluaran air yang disebut pemancar emiter yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam (Hansen, dkk, 1986).
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan
meneteskan air melalui pipa-pipa secara setempat di sekitar tanaman
atau sepanjang larikan tanaman. Hanya sebagian dari daerah
perakaran yang terbasahi, tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat
diserap dengan cepat pada keadaan kelembaban tanah yang rendah.
Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang efisien
(Hakim, dkk, 1986).
Irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
(James, 1982) :
1. Meningkatkan nilai guna air
8
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit
dibandingkan dengan metode lain.
2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada
tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian.
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur
dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang
digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi
dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran
4. Menekan resiko penumpukan garam.
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan
menjauhkan garam dari daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma.
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar
tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan
f. Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar
tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan
g. Menghemat tenaga kerja.
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara
otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit.
Sedangkan kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai
berikut (James, 1982) :
1. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi
pada irigasitetes, karena akan mempengaruhi debit dan
keseragaman pemberian air.
2. Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada
daerah yangkering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
3. Membatasi pertumbuhan tanaman
9
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko
kekurangan airbila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam
pembangunannya.Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk
merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.
2.4 Irigasi Bawah Permukaan Tanah (Subsurface irrigation)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan
meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui
sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus.
Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran
dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman. Air dialirkan kedalam
jaringan pipa-pipa dari tanah liat yang dipasang sesuai dengan larikan
tanamannya (Kartasapoetra, dkk, 2002).
Sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation)
membutuhkan alat aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit
yang rendah secara terus-menerus. Tingkat kelembaban tanah harus
dapat dipertahankan jika menggunakan sistem irigasi ini. Syarat alat
aplikasi sistem irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari
bahan yang poros sehingga dapat merembeskan air. Selain itu alat
aplikasi irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari bahan-
bahan yang kuat sehingga dapat menerima tekanan dari dalam/luar
permukaan tanah. Alat alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah
yang biasa digunakan yaitu pot/kendi, pipa poros, selang dan lain
sebagainya. Cara penggunaan alat aplikasi irigasi bawah permukaan
tanah berbeda satu sama lain tergantung dengan perancang yang
membuat alat tersebut. (Susanto, dkk, 2006).
Menurut Hermantoro (2006) irigasi bawah permukaan tanah
menggunakan pipa gerabah layak diaplikasikan. Desain berbentuk
pipa/lorong merupakan desain yang baik dan ekonomis sebagai
kontruksi irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Air
dalam pipa gerabah merembes secara perlahan melalui selah-selah
10
pipa mengakibatkan tingkat efisiensi penggunaan air tinggi. Hasil
pengamatan yang dilakukan didapatkan data bahwa debit air yang
merembes dari pipa tanah liat tersebut sebesar 4,66 liter/hari. Sifat
pipa gerabah yang mampu merembeskan air secara perlahan dan
kontinyu tersebut dapat dijadikan sebagai sistem irigasi defisit.
2.5 Vertikultur
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan
secara vertikal atau bertingkat (BPTP Sumatera Selatan, 2011). Sesuai
dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture,
maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan
secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan
konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan
terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20
batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal,
namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan
khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur
vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya.
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenangkan (Lukman, 2012).
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal
disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah
berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga,
dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat
berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran
karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan
vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang
akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki
nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman
sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain
11
selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat,
pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya
(Maya,2012).
Gambar 2. Vertikultur
2.6 Tensiometer
Tensiometer adalah adalah alat untuk menentukan berapa besar
tekanan atau gaya yang dibutuhkan untuk menarik air. Adapun prinsip
kerja dari alat ini yaitu perbedaan potensial dari tinggi ke rendah. Air
dalam tanah berasal sebelumnya dari udara / atmosfir. Terutama di
daerah tropis air hujan merupakan sumber terbanyak yang jatuh
dipermukaan bumi. Sebagian dari air itu dapat merembes ke dalam
tanah yaitu yang disebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di
permukaan tanah sebagai aliran air permukaan (runoff).
Agar dapat melepaskan air dari ikatan tanah maka di perlukan
suatu kekuatan, tenaga atau energi yang harus dimiliki oleh akar
tanaman agar akar tersebut mampu menarik air. Sebagai contoh
untuk melepaskan air dari tanah harus dipanaskan sampai menguap
biasanya mencapai temperature 105o C, atau dengan mengadakan
tekanan atau isapan sehingga air bisa terlepas dari partikel tanah.
Tensiometer adalah suatu alat praktis untuk mengukur
kandungan air tanah, tinggi hidrolik, dan gradien hidrolik. Alat ini
terdiri atas cawan sarang, secara umum terbuat dari keramik yang
12
dihubungkan melalui tabung ke manometer, dengan seluruh bagian
diisi air. Saat cawan diletakkan di dalam tanah pada waktu
pengukuran hisapan dilaksanakan, air total di dalam cawan melakukan
kontak hidrolik, dan cenderung untuk seimbang dengan air tanah
melalui pori-pori pada dinding keramik.
Pada saat tensiometer diletakkan di permukaan tanah, air yang
terdapat dalam tensiometer umumnya berada pada tekanan atmosfer,
sedangkan air tanah secara umum mempunyai tekanan lebih kecil dari
tekanan atmosfer, sehingga terjadi hisapan dari alat tensiometer
karena perbedaan tekanan, dan air dari alat tersebut keluar, serta
tekanan dalam alat turun yang ditunjukkan oleh manometer.
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
Gambar 3. Tensiometer
13
Tensiometer bisa digunakan terbatas pada nilai matriks di
bawah hisapan satu atmosfer atau yang terbaik sekitar 0,8 bar pada
kisaran maksimum. Oleh karena keramik umumnya dibuat dari bahan
yang permeabel dan sarang, maka hisapan yang terlalu besar dapat
menyebabkan masuknya udara ke dalam cawan yang membuat
tekanan bagian dalam sama dengan tekanan atmosfer. Pada kondisi
seperti ini, hisapan tanah akan terus meningkat, meskipun tensiometer
tidak mampu merekamnya.
2.7. Pengolahan tanah lahan Sawah
Pematang sawah atau galengan sawah adalah batas dari
petakan sawah dari satu petak ke petak lainnya.Pematang sawah
adalah pembatas sawah untuk dapat menampung air.Pematang sawah
dibuat harus cukup tinggi dan kuat untuk menahan genangan
air.Tinggi pematang sebaiknya antara 25 40 cm, tergantung pada
tinggi permukaan air.Lebar pematang bagian dasar tidak kurang dari
50 cm, sedangkan lebar galengan bagian atas cukup 25 cm saja.
Pematang dapat dibuat dari tanah yang dipadatkan dengan cara
menginjak injak hingga terbentuk pematang yang sesuai dengan
harapan.
Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang
sangat stategis karena lahan tersebut digunakan sebagai sumber daya
lahan utama untuk memproduksi padi atau beras yang mana padi ini
adalah bahan pangan pokok utama di Indonesia yang memengaruhi
ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi sosial (Suryana, 2004).
Tanah sawah merupakan tanah yang digunakan untuk bertanam
padi sawah, baik secara terus menerus sepanjang tahun. Tanah sawah
berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian disawahkan atau dari
rawa-rawa yang dikeringkan yang dibuat dengan saluran drainase.
Dalam berbudidaya baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar
perlu memerhatikan beberapa hal, salah satunya adalah pengolahan
tanah. Pengelolaan lahan tanaman merupakan proses pekerjaan
mengelolah tanah untuk menjadi lahan siap tanam. Mengelolah tanah
14
memiliki arti membalik-balik tanah, membersihkan tanah dari sisa-sisa
akar tanaman gulma, dan pekerjaan itu dengan menggunakan alat
pertanian, baik yang tradisional maupun yang sudah modern
(Suparman, 2009).
Pengolahan tanah merupakan pengolahan dimana sisa-sisa
tanaman dicacah dan disatukan ke dalam tanah. Pengolahan tanah
yang seperti ini biasanya membutuhkan energi yang tinggi, untuk
pengolahan tanah yang diikuti dengan pengolahan tanah kedua yang
digunakan untuk membasmi gulma dan menyiapkan lahan pertanaman
(Hunt dalam Yazid, dkk, 2011).
Pengolahan tanah minimum (conservation tillage) adalah cara
pengolahan tanah yang bertujuan untuk mengurangi besarnya erosi,
aliran permukaan dan kalau mung-kin dapat mempertahankan atau
mening-katkan produksi. Untuk memenuhi kriteria tersebut,
pengolahan tanah harus dapat menghasilkan permukaan tanah yang
kasar sehingga simpanan defresi dan infiltrasi meningkat, serta dapat
mening-galkan sisa-sisa tanaman dan gulma pada permukaan tanah
agar dapat menahan energi butir hujan yang jatuh. Hal ini menjadi
sangat penting pada masa per-tanaman, karena pada saat tersebut
inten-sitas hujan umumnya sudah besar dan tidak ada tajuk tanaman
yang dapat me-nahan energi butir hujan yang jatuh (Muminah, 2009).
Dalam pengolahan lahan, kegiatan pertama yang dilakukan
yaitu pembersihan lahan dari jenis tumbuhan lain. Kemudian,
dilanjutkan dengan pengolahan lahan areal tanam, baik secara
manual, semimekanis, atau mekanis sesuai kondisi lahan serta
pertimbangan nilai ekonomisnya. Pengelohan lahan oleh petani
biasanya hanya dicangkul atau dibajak (Sumarna, 2010).
15
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan parang, tali, gergaji, cangkul, soldering
iron, gelas ukur, ombrometer, sprinkle microspin, pipa PVC, botol air
mineral, solder, pipet, polibag, kayu, polytank, kran, selotip, meteran,
emiter,solder, penggaris, spidol, karet ban, nampan, netpot, ember,
selang air,sambungan pipa T, sprinkle combie (20o, 30o, 45o) sprinkle
combie (30o, 45o), sprinkle mikrospin, sprinkle 2 noozle, sambungan
kran, sambungan elbo, gelas ukur, gelas piala, ombrometer,
waterplast, penggaris, sambungan drat LSD,spray jet 360, nozzle
combination, pipet penyangga, alat tulis, stopwach dan mistar.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan berupa tanah, serbuk gergaji, air, benih
kangkung, ijuk, pasir, kerikil, tanah mineral.
16
IV. PROSEDUR KERJA
17
9. Letakkan plastik di tiap tiang yang dipasangi nozzle. Pegang plastik
erat erat lalu ukur air yang keluar dari nozzle selama 1 menit.
Catat hasilnya.
10.Hitung waktu berputar nozzle combine sebesar 360o. Ukur juga
jarak terjauh lemparan air.
18
7. Angkaian irigasi subsurface selesai.
19
4.5 Pengambilan Data Irigasi Tetes
1. Ambil stopwach lalu hidupkan
2. Hitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk 1 tetesan air
3. Kemudian dihitung pula berapa waktu yang dibutuhkan untuk
tetesan 1 ml air.
4. Catat hasil yag diperoleh.
4.6 Pengambilan Data Irigasi Sprinkle
1. Untuk menghitung debit air pada nozzle biasa dan double nozzle,
Volume air dihitung dengan cara menampung air yang keluar dari
sprinkle menggunakan kantong plastik bening selama 1 menit.,
kemudian air dipindahkan ke gelas ukur.
2. Untuk pengukuran jarak lemparan air terjauh yang keluar dari
sprinkler dihitung menggunakan meteran.
3. Lakukan pengambilan data pada Sprinkler 360o Double Nozzel
dengan menghitung waktu yang dibutuhkan satu kali putar, dan
debit air yang keluar selama 60 detik.
4. Lakukan pengambilan data pada sprinkler 360 microspin
pancaran 23o
4.7 Pengambilan Data Irigasi Microspin
1. Lakukan perangkaian / pemasangan pipa irigasi microspin yang
telah disiapkan.
2. Selanjutnya direkatkan sambungan pipa menggunakan lem pereka
agar air tidak dapat merembes keluar dari pipa rangkaian irigasi.
3. Lakukan penyambungan pipa ke sumber air irigasi(tanki air).
4. Lakukan pengambilan data dan Ukur volume air yang keluar dari
sprinkle dengan menggunakan plastik penampung kemudian di
ukur dengan gelas ukur.
5. Pengukuran volume air dilakukan dua kali yaitu pada waktu 1
menit dan 10 menit
4.8 Pengamatan Tensiometer
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
20
2. Tampung air AC (Air Conditioner) dengan menggunakan beaker
glass.
3. Masukkan air tersebut kedalam tabung tensiometer sampai penuh
dan tidak ada gelembung dalam tabung.
4. Tunggu sampai di dinding keramik ada butiran-butiran air dan
tunggu hingga jarum menunjukkan tekanan 0 (warna kuning atau
basah).
5. Lap butiran air sampai air tidak keluar.
6. Lubangi tanah lalu masukkan alat tensiometer dengan kedalaman
20cm.
7. Tunggu selama 1jam kemudian catat hasilnya.
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
22
yang tertampung selama pengamatan 15 menit adalah 145 ml, hal ini
dapat disesuaikan dengan kebutuhan air pada pertumbuhan tanaman.
1 2,6 549
2 2,77 550
23
3 2,71 728
4 3,3 790
24
20o, 30o dan 45o, setiap sudut yang digunakan untuk mencari volume
air yang keluar, jarak pancaran dan waktu yang di butuhkan untuk
satu kali putaran. Volume air, jarak pancaran dan waktu putaran
tertinggi yaitu pada sudut 45o dengan jarak 4,28 m, dan waktu 73
detik dalam satu kali putaran.
25
air nya lebih sedikit sehingga dapat menghemat air dan cocok untuk
tanaman sayuran karna tanaman sayuran tidak menyukai kelebihan
air. Berdasarkan tabel 5 dari hasil pengambilan data single sprinkle
maksimum dalam waktu 1 menit diperoleh volume air sebanyak 2740
ml.
5.3 Tensiometer
Tabel 6. Data hasil Pengamatan Tensiometer
Waktu Kelembaban awal Kelembaban akhir
60 menit 0 kpa 20 kpa
Dari hasil kegiatan pratikum didapat data pengamatan pratikum
ini didapatkan bahwa tensiometer menunjukan kelembaban pada
kelembaban 20 kpa dan masih tergolong aman karena berada pada
daerah berwarna hijau. Hasil pengamatan ini diambil setelah 60 menit
pengamatan. Berdasarkan pengamatan tersebut pengukuan
didapatkan kelembaban yang terpenting dalam pertumbuhan tanaman.
Di bawah ini merupakan parameter nilai hasil pengukuran
tensiometer;
010, menunjukkan bahwa tanah berada dalam kondisi jenuh air/field
capacity
1025, menunjukkan bahwa tanah yang ideal untuk pertumbuhan
tanaman
2535, menunjukkan bahwa tanahh memerlukan pemberian air untuk
tanah pasir.
3545, menunjukkann bahwa tanah memerlukan air untuk tanah
berat,misalnya tanah liat
>45, menunjukkan bahwa tanaman akan layu.
Pengukuran kelembaban tanah terhadap air ini dilakukan
dengan prinsip memasukan air kedalam sebuah tabung yang tertutup,
kemudian tabung tersebut dimasukan kedalam tanah selamjutnya
dengan menentukan tekanan yang tercatat dari kehilangan kadar air
maka kelembaban tanah ini pun dapat ditentukan. Dari data maka
didapat udara dan perkembangan akar didalam tanah terganggu jika
26
tanah jenuh air. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan kadar air dalam
berbagai kondisi. Nilai-nilai Kpa yang penting bagi pertumbuhan
tanaman adalah berkisar dari 2-4. Pada Kpa 2 keadaan air terlalu
basah, keadaan udara mulai terbatas dan air mulai turun merembes.
Gambar 8. Tensiometer
Air yang tersedia bagi tanaman adalah pada keadaan diantara
Kpa 2,54 4,2. Tensiometer adalah suatu alat praktis untuk mengukur
kandungan air tanah, tinggi hidrolik, dan gradien hidrolik. Alat ini
terdiri atas cawan sarang, secara umum terbuat dari keramik yang
dihubungkan melalui tabung ke manometer, dengan seluruh bagian
diisi air.
Saat cawan diletakkan di dalam tanah pada waktu pengukuran
hisapan dilaksanakan, air total di dalam cawan melakukan kontak
hidrolik, dan cenderung untuk seimbang dengan air tanah melalui pori-
pori pada dinding keramik. Alat Tensiometer terdiri dari 3 warna yaitu
kuning menunjukkan tanah basah, hijau menunjukkan tanah sesuai
dengan syarat tanam dan merah menunjukkan tanah kering.
Kedalaman sistem perakaran menentukan kedalaman tensiometer
pada setiap stasionataulokasi.
Pada tanaman muda, tensiometer dipasang pada kedalaman
beberapa centimeter, dan pada sistem perakaran yang lebih
berkembang, tensiometer dipasang pada kedalaman yang lebih dalam
sampai tanamaan mencapai pertumbuhan akar maksimum. Banyak
tanaman yang sistem perakarannya antara 30-90cm. untuk tanaman
tersebut harus dipasang pada kedalaman kurang lebih seperempat dari
kedalaman zone perakaran, dan tiga perempat untuk tensiometer yang
27
lebih panjang. Hubungan pengukuran tekanan kelembaban tanah
dengan alat tensiometer pada media tanam dengan sistem irigasi yaitu
dengan pengukuran menggunakan tensiometer kita dapat menentukan
waktu irigasi yang tepat yang telah banyak digunakan untuk
pertumbuhan tanaman. Penggunaan tensiometer untuk menentukan
waktu irigasi yang tepat telah banyak digunakan untuk pertumbuhan
tanaman sayuran di rumah kaca dan tanaman di lapangan.
Tensiometer bisa mengukur hubungan potensial air tanah dengan
kandungan air tanah dengan menggunakan kurva karakteristik air
tanah.
5.4. Irigasi Subsurface
Irigasi subsurface atau irigasi bawah permukaan merupakan
suatu sitem irigasi yang didesain dengan sedemikian rupa untuk
mengairi pertanaman dari bawah media tanam dengan sistem laju
evaporasi pori media tanam. Sistem irigasi bawah permukaan dapat
dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona
perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan
menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler
menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
Irigasi subsurface yang pratikan kerjakan dengan membuat
rangkaian ember dengan masing-masing dihubungkan oleh pipa.
Ember-ember tersebut disusun sedemikian rupa yang telah diberi
lubang dan pipa tempat masuknya air. Kemudian pada masing-masing
ember diisi media tanam dengan urutan sebagai berikut: Ijuk dari
pohon enau, lalu diisi dengan batu kerikil kecil, lalu kerikil kasar/besar,
kemudian pasir, dan diakhiri dengan tanah mineral.
28
Gambar 9. Irigasi subsurface
Masing-masing komponen diisi kedalam wadah ember sesuai
dengan urutannya. Setelah itu dimasukkan kedalam ember baru di
susun dengan menghubungkan pipa lalu dihubugkan kesumber airnya
dan diukur ketinggian muka air. Tujuan dari penggunaan serabut
kelapa, ijuk berguna untuk menghindari tersumbatnya lubang oleh
partikel tanah atau pasir halus sehingga lubang tersebut harus ditutup
menggunaan bahan tersebut dan juga sabut kelapa juga memiliki
kemampuan menyimpan air yang sangat baik.
5.5. Vertikultur
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penanaman tanaman hias
secara vertikultur yang telas dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tanaman hias yang dibawa telah ditanam pada media tanam.
2. Tanaman hias yang selesai di tanam, sudah disusun rapi pada
tempat yang telah ditentukan.
3. Tanaman hias yang telah ditanam terlihat tumbuh segar.
Vertikultur adalah salah satu contoh urban farming yang
diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal dengan
penanamandilakukan secara bertingkat untuk memaksimalkan
penggunaan lahan dalammenghasilkan tanaman (Anonim, 2006).
Pemanfaatan teknik vertikultur memungkinkan untuk berkebun
dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam budidaya
tanaman secara vertikultur salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalahmenentukan jumlah populasi tanaman atau menentukan jarak
tanam dalam satuareal penanaman karena jumlah populasi dapat
29
mempengaruhi produksi tanaman. Selain menentukan populasi
tanaman, dalam budidaya dengan system vertikultur neraca unsur
hara sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Dengan mengetahui neraca unsur hara tanah kita dapat
mengetahui jumlah input (pupuk) yang harus diberikan sehingga tidak
berlebihan ataukekurangan unsur hara oleh tanaman (Suwandi, 2009)
Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yaitu vertical dan culture
yang artinya teknik bercocok tanam di ruang sempit dengan
memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam. Teknik
vertikal berawal dari ide vertical garden yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan di Swiss pada tahun 1944. Setelah ide vertical garden
dilontarkan pemilik rumah kaca komersial di Guensey (the chennel
Islands) dan di Inggris yang mengadaptasi teknik tersebut
untukmemproduksi strowberi (Lukman, 2011). Popularitas bertanam
bertingkatberkembang pesat di Negara Eropa. Pertanian dengan
menggunakan sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi
yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau
lahan sangat terbatas.
Menurut Sutaminingsih (2003) ada beberapa kelebihan dari
teknik budidaya secara vertikultur, di antaranya sebagai berikut : a)
Populasi tanaman per satuan luas lebih banyak karena tanaman
disusun ke atas dengan tingkat kerapatan yang dapat diatur sesuai
keperluan. b) Media tanam yang disterilisasi meminimalkan risiko
serangan hama dan penyakit sehingga mengurangi biaya untuk
pengendalian hama dan penyakit, c) Kehilangan pupuk oleh guyuran
air hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang sudah
ditentukan hanya berada di sekitar perakaran tanaman di dalam
wadah terbatas, d) Perlakuan penyiangan gulma sangat berkurang
atau bahkan tidak ada sama sekali karena sedikit media tanam
terbuka yang memungkinkan media tanam tersebut ditumbuhi gulma,
e) Berbagai bahan di sekitar rumah seperti karung bekas, batang
bambu, pipa peralon, dan bekas gelas air mineral dapat dimanfaatkan
30
sebagai wadah budi daya vertikultur, f) Tempat dibangunnya
bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau dapat dikatakan
sebagai tanaman hias, g) Bangunan vertikultur dapat dipindah-
tempatkan ke tempat yang diinginkan, terutama untuk vertikultur
dengan konstruksi yang dapat dipindah-pindahkan.
Di samping banyaknya nilai kelebihan, teknik budidaya
vertikultur ini pun memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sebagai
berikut : a) Investasi atau biaya awal yang diperlukan cukup tinggi
karena harus membuat srtruktur bangunan khusus dan penyiapan
media tanam, b) Oleh karena jarak tanamnya rapat, tercipta suatu
kondisi kelembapan udara yang tinggi. Hal ini menyebabkan tanaman
rentan terhadap serangan penyakit akibat cendawan (Andoko, 2004).
Media tanam adalah komponen utama dalam menunjang
pertumbuhan tanaman. Bagi tanaman, media tanam memiliki banyak
peran seperti sebagai tempat bertumpu agar tanaman tetap tumbuh
tegak. Di dalam media tanam terkandung air, hara, dan udara yang
diperlukan oleh tanaman, selain itu media tanam juga berfungsi untuk
menjaga kelembaban daerah di sekitar akar, penyedia udara yang
cukup dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Lukman, 2011).
Untuk itulah diperlukan media tanam yang sesuai untuk diterapkan
dalam teknik vertikultur. Media dapat berupa media cair maupun padat
seperti kompos, pasir, sekam, dan tanah. Di beberapa negara maju,
penggunaan vertikultur telah dipadukan dengan sistem hidroponik
maupun aeroponik. Media tanam dapat ditampung dalam kaleng-
kaleng, paralon PVC, bambu, atau papan kayu yang disusun secara
bertingkat (Suwandi, 2009).
Bentuk atau susunan vertikultur tentunya harus disesuaikan
dengan morfologi tanaman agar semua tanaman memperoleh sinar
matahari (Sutaminingsih,2003). Dalam budidaya sistem vertikultur
banyak jenis tanaman yang dapat ditanam. Beberapa diantaranya
misalnya adalah: a) tanaman sayuran semusim(sawi, selada, kubis,
wortel, tomat, terong, cabai, kangkung, dan lain-lainnya), b)tanaman
31
bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dan
c)tanaman obat-obatan.
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan
rak, menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara,
sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air
kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Dengan teknik
vertikultur, maka setiap rumah tangga bisa memproduksi sayuran
organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa diupayakan
dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah
berkat tanaman hias (Lukman, 2011).
Tanaman yang ditanam secara vertikultur pada praktikum ini
adalah tanaman hias. Dimana setiap praktikan wajib membawa dua
jenis tanaman hias yang akan ditanam dengan teknik vertikultur.
Tanaman hias yang saya tanam adalah Aglaonema (Sri Rezeki) dan
jenis tanaman sukulen yaitu lidah buaya.
Aglaonema meskipun tanpa bunga, tanaman yang tengah
menjadi primadona ini sangat mempesona. Bermacam variasi daun,
baik motif, warna, bentuk, dan ukuran menyebabkan tanaman ini
menjadi satu-satunya tanaman yang dijual dengan menghitung
daunnya dengan harga mencapai jutaan rupiah perhelai daun.
Pantaslah bila Aglaonema mendapat julukan sang ratu daun.
Harganya yang fantastis, mencapai jutaan rupiah, menjadikan
tanaman ini dilirik orang untuk diperbanyak. Budidaya Aglaonema
relatif mudah untuk dilakukan karena diketahui tanaman ini mudah
tumbuh.
Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya Aglaonema yaitu
faktor cahaya, kelembaban dan media tumbuh. Perbanyakan
Aglaonema juga cukup mudah dilakukan. Perbanyakan secara
generatif melalui biji, sedangkan secara vegetatif dapat dengan stek
batang, pemisahan anakan, cangkok dan kultur jaringan. Akan tetapi
untuk mendapatkan tanaman jenis baru sulit untuk dilakukan, karena
harus didapatkan dengan cara penyilangan. Lidah buaya merupakan
32
jenis tanaman sukulen berdaging tebal dan banyak mengadung lendir
atau gel. Lidah buaya dapat digunakan sebagai tanaman hias,
tanaman obat serta berpotensi untuk dikembangkan dalam memenuhi
kebutuhan industri farmasi, pangan dan kosmetik.lidah buaya
merupakan tanaman hias yang dapat ditanam dalam pot dan dengan
teknik vertikultur.
Hasil dari tanaman hias yang ditanam pada praktikum ini
dengan teknik vertikultur menunjukkan bahwa tanaman tersebut
tumbuh sehat dan subur tanpa mengalami kelayuan atau mati. Hal
tersebut terlihat selama seminggu pengamatan bahwa tanaman yang
telah ditanam pda minggu lalu dengan menggunakan media tanam
tanah dalam gelas aqua dan di masukkan ke dalam botol aqua yang
berisi air tersebut pertumbuhannnya baik dan tidak ada yang mati.
Tanaman tersebut masih diletakkan di lantai karena rak
penyususannya belum ada sehingga nilai estetikanya belum terlihat
secara nyata dan jelas. Akan tetapi jika kita bisa membuat dan
mengatur susunannya pada rak maka akan terlihat sangat indah dan
rapi dengan berbagai jenis tanaman hias yang ditanam. Sebab salah
satu keuntungan dari bercocok tanam secara vertikultur adalah
bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika, atau dapat dikatakan
sebagai tanaman hias yang dapat memberikan dan meningkatkan nilai
estetika atau keindahan yang dapat menyejukkan mata bila
memandangnya.
33
5.6. Pematang Sawah
Pematang sawah atau galengan sawah adalah batas dari
petakan sawah dari satu petak ke petak lainnya.Pematang sawah
adalah pembatas sawah untuk dapat menampung air. Pematang dapat
dibuat dari tanah yang dipadatkan dengan cara menginjak injak hingga
terbentuk pematang yang sesuai dengan harapan.
Lubang-lubang yang terdapat di sepanjang galengan sebaiknya
ditambal dengan tanah untuk menghindari perembesan dari
sawah.Jika lubang terlalu besar, sebaiknya galengan yang terdapat di
sekitar lubang dibongkar terlebih dahulu dan kemudian dibangun
kembali.Ada beberapa fungsi dari pematang sawah atau galengan
sawah selain sebagai pembatas dari setiap petakan lahan pesawahan,
fungsi lain itu adalah sebagai tempat menanam tanaman tumpang sari
seperti kacang panjang, mentimun, terong dan lai-lain, bahkan
didaerah tertentu pematang sawah bisa dijadikan akses jalan usaha
tani oleh para petani untuk mengangkut hasil panen maupun
mengangkut pupuk pada saat masa pemupukan tanaman padi.
34
gulma, pematan perlu untuk di popok atau di tambah lumpur
kemudian di rapihkan yang berfungsi untuk menahan pematang sawah
atau galengan agar tidak longsor.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pembuatan pematang
sawah sudah sesuai dengan teori yang mana dilakukannya
penambalan pada pematang untuk menghindari kekeringan pada
pematang.
35
V. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
1. Irigasi tetes merupakan salah satu jenis irigasi yang digunakan
dalam sistem pemberian air pada tanaman pertanian, dimana air
menetes pada tiap detiknya yang langsung mengarah pada sekitar
perakaran tanaman.
2. Irigasi sprinkler merupakan salah satu metode pemberian air
dengan menggunakan tekanan dan mendistribusikannya ke lahan
pertanian dalam bentuk menyerupai rintik hujan.
3. Perhitungan volume air tertampung dan jarak curahan sprinkle
berperan dalam menyesuaikan kebutuhan air bagi tanaman,
sehingga lama aliran air dapat ditentukan.
4. Tensiometer adalah alat yang dapat mengukur matriks potensial air
tanah, yang merupakan variabel penting dari lingkungan tanah
yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
produksi/hasil tanaman.
5. Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat. Vertikultur sangat erefisiensi dalam
penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih
banyak.Tanaman vertikultur yang ditanam ialah tanaman hias
bunga pukul sembilan.
6. Pematang sawah atau galengan sawah adalah batas dari petakan
sawah dari satu petak ke petak lainnya.
6.2. Saran
Saran yang dapat penulis tuliskan adalah lakukan pemeliharaan
yang intensif terhadap semua kegiatan budidaya yang dilakukan. Hal
ini dikarenakan jenis tanaman yang dibudidayakan merupakan jenis
tanaman yang memiliki syarat tumbuh berbeda dengan lokasi
36
penanaman, sehingga akan mengalami masalah pertumbuhan jika
tidak adanya pemeliharaan dengan baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Indonesia: Jakarta
Retno Nuningsih. 2001. Potensi wilayah dan masalah
pembangunan pertanian di wilayah kering dan
sumberdaya kelautan, Kajian Nusa Tenggara Timur.
Prosiding Konfrensi Internasional Pembangunan Pertanian Semi
Arid Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur dan Maluku
Tenggara, Tanggal 10 16 Desember 1995 di Kupang.
Salisbury, B. F. dan C. C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid
3: ITB Bandung.
Salisbury, B. F. dan Ross, C. C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Sanchez. P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Suryana, 2004.Selayang Pandang Pembangunan Pertanian
Tanaman Pangan di Nusa Tenggara Barat.Dinas pertanian
Tanaman Pangan Propinsi Dati I NTB, Mataram.
Susanto, E., dkk. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase.Departemen
Teknologi Pertanian.Fakultas Pertanian.Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Susanto, R. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan
Kenyataan.Yogyakarta.
Suswojo. 1977. Pengelolaan Tanah I. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto.
Sutarminingsih. Ch. L. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suwandi. 2009. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
39
LAMPIRAN
Tensiometer
irigasi
40