Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional.Sebab kebutaan
menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah.Hal ini berdampak pada
kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan
pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996,
angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan
Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor
dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. Sekitar 1,5 % dari jumlah
penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang
kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran
lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di
malam hari, merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru
merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup,
lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang
dapat merusak akan membuat kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam
stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit katarak?
2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien katarak?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan paper ini yaitu untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa sehingga mampu memahami dan
mengerti tentang konsep dasar penyakit katarak, serta mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien katarak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Brunner &
Suddarth,2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
(Mansjoer,2000).
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang lebih dari 65 tahun (Doenges,2000).
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009). Katarak
menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air
terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga
ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah
suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu (Iwan,2009).
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk
menangkap cahaya dan gambar.Retina merupakan jaringan yang berada di
bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan
normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata,
kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau
gambartadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak

2
melalui saraf penglihatandan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat
dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak
maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa
diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika
katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari
cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah.
Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan
menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan
pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa
itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. Sekitar 1,5 % dari jumlah
penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang
kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran
lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di
malam hari, merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru
merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.

3. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,
2000):
a. Usia lanjut dan proses penuaan.
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

3
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada
mata.
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

4. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut :
a. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata.
d. Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1) Katarak Kongenital
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh
infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini
(Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun.Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai

4
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter
seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada
kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama
kehamilan.Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus,
atau hepatosplenomegali pada ibu hamil.Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia.Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi
prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan
karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus,
fosfor, dan kalsium.Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang
menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria.

2) Katarak Juvenil
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya
lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Katarak
yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.
3) Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu

5
Penyakit Mata,ed.3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium,
yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata
masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa.Pada saat ini seringkali
penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.Kekeruhan
mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta: Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih
tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan
mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan
menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed.
2,)
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui

6
kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga
masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.Akibat pencairan
korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam6)
(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa
lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat
timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

4) Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

7
5) Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes
militus dan miopia tinggi.Sering tajam penglihatan lebih baik dari
dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak
kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaucoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:


a. Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi.Lokasinya terletak pada
nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi:
1) Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan
untuk melihat dekat melepas kacamatanya.
2) Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak
perlu kaca mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau
lebih menguning. Lensa lebih coklat.
3) Menyetir malam silau dan sukar.

8
4) Sukar membedakan warna biru dan ungu.

b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks.Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang
biasa terjadi:
1) Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
2) Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
c. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada
lajur jalan sinar masuk.DM, renitis pigmentosa dan pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan
kelainan ini.Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.Keluhan yang biasa
terjadi:
1) Mengganggu saat membaca.
2) Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar
sumber cahaya.
3) Mengganggu penglihatan.

5. Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior.
Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di
dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%)
dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk

9
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase
dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua.Serat
lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah
sentral.Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan
kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering
terjadi pada kedua mata.

10
6. PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit metabolik


proses penuaan bisa diturunkan. (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang terpapar
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
7. Manifestasi Klinis
subjektif dari pasien dengan Degenerasi pd lensa
Gejalaperseptual katarak antara lain:
penglihatan

11 KATARAK

Post op Nyeri
7. Manifestasi Klinis
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
tadi.
b. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:


a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:


1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a) Peka terhadap sinar atau cahaya.
b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e) Kesulitan melihat pada malam hari.
f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata.
g) Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)

12
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata.
2. Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang katarak menyebabkan
pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma
) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut :
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

13
9. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang,
atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak
diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan
tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa
menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari.Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
a. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
b. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal
sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih
tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh
c. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.Peradangan
yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut
koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma,
dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi
jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin
terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3) Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan
dalam melakukan rutinitas pekerjaan
b. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma

14
c. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari
dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1.) ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk
kapsulnya.Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg
tersedia.Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini dilakukan,
sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami retinal
detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery,
lensa dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.
2.) ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
a) Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan
mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa.
Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan
lebih lama.
b) Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang
terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk
menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek
dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm. Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal,
sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa
buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih
cepat.

15
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan
antibiotik jangka pendek.Kacamata baru dapat diresepkan setelah
beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak
jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa
intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf
mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi
katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi
saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata
orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh.Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

16
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1) Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi
pada umumnya pada usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak
konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-
40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40
tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar
matahari secara langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau
yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar
radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi
lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
utama katarak).
b) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
c) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
d) Perubahan daya lihat warna.
e) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar
sangat menyilaukan mata.
f) Lampu dan matahari sangat mengganggu.
g) Sering meminta ganti resep kaca mata.
h) Lihat ganda.
i) Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat
(hipermetropia).
j) Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.

17
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien
seperti:
1) DM
2) Hipertensi
3) Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan
kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan
(glukoma berat dan peningkatan air mata)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri
tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan
sakit kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji
riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan

18
diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas
fenotiazin.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah
dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh (iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada
katarak matur.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan
kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau
jalan optic.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED): menunjukkan anemi
sistemik/infeksi.
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control
diabetes.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
1) Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima
sensori/status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.

19
2) Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan-kehilangan vitreus, pandangan kabur
3) Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur
tindakan pembedahan
b. Post Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
2) Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan
dengan fungsi mata terpasang bebat
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan,
kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.
4) Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).

3. Intervensi
A. Pre-Operatif
Hari/ No Rencana Tindakan TTD
tgl Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
- 1 Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
asuhan keperawatan 1) Kaji ketajaman peng- 1) Kebutuhan tiap
selama 3x24jam lihatan, catat apakah individu dan
diharapkan dapat satu atau dua mata pilihan intervensi
meningkatkan terlibat. bervariasi sebab
ketajaman penglihatan kehilangan
dalam batas situasi penglihatan terjadi
individu dengan kriteria lambat dan
hasil : progresif.
Mengenal gangguan 2) Orientasikan klien 2) Memberikan
sensori dan tehadap lingkungan. peningkatan
berkompensasi kenyamanan dan
terhadap perubahan. kekeluargaan,
Mengidentifikasi/me menurun-kan
mperbaiki potensial cemas dan

20
bahaya dalam disorientasi pasca
lingkungan. operasi.
3) Observasi tanda-tanda 3) Terbangun dalam
disorientasi. lingkungan yang
tidak di kenal dan
mengalami
keterbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan
terhadap orang tua
4) Pendekatan dari sisi 4) Memberikan
yang tak dioperasi, rangsang sensori
bicara dengan tepat terhadap
menyentuh. isolasi dan
menurunkan
bingung.
5) Ingatkan klien 5) Perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata katarak kedalaman persepsi
yang tujuannya dapat
memperbesar kurang menyebabkan
lebih 25 persen, bingung
penglihatan perifer penglihatan dan
hilang dan buta titik meningkatkan
mungkin ada. resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
6) Letakkan barang yang 6) Memungkinkan
dibutuhkan/posisi bel pasien melihat
pemanggil dalam objek lebih mudah

21
jangkauan/posisi yang dan memudahkan
tidak dioperasi. panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan.
- 2 Setelah dilakukan Mandiri: Mandiri:
asuhan keperawatan 1) Diskusikan apa yang 1) Membantu
selama 3x24jam terjadi pada mengurangi rasa
diharapkan tidak terjadi pascaoperasi tentang takut dan
cedera dengan criteria nyeri, pembatasan meningkatkan
hasil: aktivitas, penampilan, kerja sama dalam
Menyatakan balutan mata. pembatasan yang
pemahaman faktor diperlukan.
yang terlibat dalam 2) Beri pasien posisi 2) Menurunkan
kemungkinan bersandar, kepala tekanan pada
cedera. tinggi, atau miring ke mata yang sakit,
Mengubah sisi yang tak sakit meminimalkan
lingkungan sesuai sesuai keinginan. risiko perdarahan
indikasi untuk atau stress pada
meningkatkan jahitan/jahitan
keamanan. terbuka.
3) Batasi aktivitas 3) Menurunkan
seperti menggerakkan stress pada area
kepala tiba-tiba, operasi/menurunk
menggaruk mata, an TIO.
membongkok.
4) Ambulasi dengan 4) Memerlukan
bantuan; berikan sedikit regangan
kamar mandi khusus daripada
bila sembuh dengan penggunaan
anastesi. pispot, yang dapat
meningkatkan
TIO.

22
5) Anjurkan 5) Meningkatkan
menggunakan teknik relaksasi dan
manajemen stres koping,
contoh, bimbingan menurunkan TIO.
imajinasi, visualisasi,
nafas dalam, dan
latihan relaksasi.
6) Pertahankan 6) Digunakan untuk
perlindungan mata melindungi dari
sesuai indikasi. cedera kecelakaan
dan menurunkan
gerakan mata.
7) Observasi 7) Menunjukkan
pembekakan luka, prolaps iris atau
bilik anterior kempis, rupture luka
pupil berbentuk buah disebabkan oleh
pir. kerusakan jahitan
atau tekanan
mata.
Kolaborasi: Kolaborasi:
8) Berikan obat sesuai 8) Mual/muntah
indikasi: dapat
Antiemetic, contoh meningkatkan
proklorperazin TIO. Memerlukan
(Compazine), tindakan segera
Asetazolamid untuk mencegah
cedera okuler.
Diberikan untuk
menurunkan TIO
bila terjadi
peningkatan.
Membatasi kerja

23
enzim pada
produksi akueus
humor
- 3 Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat 1) Derajat kecemasan
asuhan keperawatan kecemasan pasien dan akan dipengaruhi
2x24 jam diaharapkan catat adanya tanda- bagaimana
kecemasan px tanda verbal dan informasi tersebut
berkurang dengan nonverbal. diterima oleh
criteria hasil: individu.
Pasien 2) Beri kesempatan 2) Mengungkapkan
mengungkapkan pasien untuk rasa takut secara
dan mendiskusikan mengungkapkan isi terbuka dimana
rasa pikiran dan perasaan rasa takut dapat
cemas/takutnya. takutnya. ditujukan.
Pasien tampak 3) Observasi tanda vital 3) Mengetahui respon
rileks tidak tegang dan peningkatan fisiologis yang
dan melaporkan respon fisik pasien. ditimbulkan akibat
kecemasannya kecemasan.
berkurang sampai 4) Beri penjelasan pasien 4) Meningkatkan
pada tingkat dapat tentang prosedur pengetahuan pasien
diatasi. tindakan operasi, dalam rangka
Pasien dapat harapan dan mengurangi
mengungkapkan akibatnya. kecemasan dan
pemahaman kooperatif.
mengenai informasi 5) Beri penjelasan dan 5) Mengurangi
pembedahan yang suport pada pasien kecemasan dan
diterima. pada setiap melakukan meningkatkan
prosedur tindakan pengetahuan.

6) Lakukan orientasi dan 6) Mengurangi


perkenalan pasien perasaan takut dan
terhadap ruangan, cemas.

24
petugas, dan peralatan
yang akan digunakan.

B. Post Operatif
Hari/ No Rencana Tindakan TTD
Tgl Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
- 1 Setelah diberikan 1) Kaji tngkat nyeri 1) skala nyeri yang
asuhan keperawatan pasien dengan tinggi dan disertai
selama 3 x 24 jam menggunakan skala peningkatan nadi dapat
diharapkan nyeri pasien nyeri dan pengukuran menggambarkan tingkat
dapat berkurang / hilang TTV nyeri yang di rasakan
Kriteria hasil : oleh pasien
- klien dapat 2) Berikan kompres 2) mengurangi edema
mengontrol nyerinya dingin sesuai dengan akan mengurangi nyeri
Skala nyeri 0 (0-10) permintaan untuk
trauma tumpul
3) Kurangi tingkat 3) cahaya yang kuat
pencahayaan menyebabkan rasa tak
nyaman
4) Berikan obat untuk 4) pemakaian sesuai
mengontrol nyeri dan resep akan mengurangi
TIO sesuai dengan nyeri dan TIO
resep
- 2 Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
asuhan keperawatan 1. Kaji ketajaman peng- 1. Kebutuhan tiap
selama 3x24jam lihatan, catat apakah individu dan pilihan
diharapkan dapat satu atau dua mata intervensi bervariasi
meningkatkan terlibat. sebab kehilangan
ketajaman penglihatan penglihatan terjadi
dalam batas situasi lambat dan
individu dengan progresif.
Kriteria Hasil : 2. Orientasikan klien 2. Memberikan

25
Mengenal gangguan tehadap lingkungan. peningkatan
sensori dan kenyamanan dan
berkompensasi kekeluargaan,
terhadap perubahan. menurun-kan cemas
Mengidentifikasi/me dan disorientasi
mperbaiki potensial pasca operasi.
bahaya dalam 3. Observasi tanda-tanda 3. Terbangun dalam
lingkungan. disorientasi. lingkungan yang
tidak di kenal dan
mengalami
keterbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan
terhadap orang tua .
4. Pendekatan dari sisi 4. Memberikan
yang tak dioperasi, rangsang sensori
bicara dengan tepat terhadap
menyentuh. isolasi dan
menurunkan
bingung.
5. Ingatkan klien 5. Perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata katarak kedalaman persepsi
yang tujuannya dapat menyebabkan
memperbesar kurang bingung penglihatan
lebih 25 persen, dan meningkatkan
penglihatan perifer resiko cedera
hilang dan buta titik sampai pasien
mungkin ada. belajar untuk
mengkompensasi.
6. Letakkan barang yang 6. Memungkinkan

26
dibutuhkan/posisi bel pasien melihat objek
pemanggil dalam lebih mudah dan
jangkauan/posisi yang memudahkan
tidak dioperasi. panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan.
- 3 Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri:
asuhan keperawatan 1) Kaji informasi tentang 1) Meningkatkan
selama 3x24jam kondisi, prognosis, tipe pemahaman dan
diharapkan pengetahuan prosedur/lensa. meningkatkan kerja
px bertambah dengan sama dengan
criteria hasil: program pasca
Menyatakan operasi.
pemahaman 2) Tekankan pentingnya 2) Pengawasan
kondisi/proses evaluasi perawatan periodik
penyakit dan rutin. Beritahu untuk menurunkan resiko
pengobatan. melaporkan komplikasi serius.
Melakukan dengan penglihatan berawan. Pada beberapa
prosedur benar dan pasien kapsul
menjelaskan alasan posterior dapat
tindakan. menebal atau
menjadi berkabut
dalam dua minggu
sampai beberapa
tahun pasca
operaasi,
memerlukan terapi
laser untuk
memperbaiki
defisit penglihatan.
3) Informasikan pasien 3) Dapat bereaksi
untuk menghindari silang/campur

27
tetes mata yang dijual dengan obat yang
bebas. diberikan.
4) Diskusikan 4) Penggunaan obat
kemungkinan efek atau mata topikal,
interaksi antara obat contoh agen
mata dan masalah simpatomimetik,
medis pasien, contoh penyekat beta, dan
peningkatan hipertensi, agen anti
PPOM, diabetes. kolinergik dapat
Ajarkan metode yang menyebabkan TD
tepat memasukkan meningkat pada
obat tetes untuk pasien hipertensi;
meminimalkan efek pencetus dispnea
sistemik. pada pasien PPOM;
gejala krisis
hipoglikemik pada
diabetes tergantung
pada insulin.
Tindakan benar
dapat membatasi
absorbsi dalam
sirkulasi sistemik,
meminimalkan
masalah seperti
interaksi obat dan
efek sistemik tak
diinginkan.
5) Anjurkan pasien 5) Aktivitas yang
menghindari membaca, menyebabkan mata
berkedip: mengangkat lelah atau regang,
berat, mengejan saat manufer Valsalva,
defekasi, membongkok atau meningkatkan

28
pada panggul, meniup TIO dapat
hidung; penggunaan mempengaruhi
sprei, bedak bubuk, hasil bedah dan
merokok mencetuskan
(sendiri/orang lain). pendarahan.
Catatan: iritasi
pernafasan yang
menyebabkan
batuk/bersin dapat
meningkatkan TIO.
6) Dorong aktivitas 6) Memberikan
pengalih seperti masukan sensori,
mendengar radio, mempertahankan
berbincang-bincang, rasa normalitas,
menonton televisi. melalui waktu lebih
mudah bila tak
mampu
menggunakan
penglihatan secara
penuh. Catatan:
menonton televisi
frekuensi sedang
menuntut sedikit
gerakan mata dan
sedikit
menimbulkan stres
dibanding
membaca.
7) Anjurkan pasien 7) Dapat
memeriksa ke dokter meningkatkan TIO,
tentang aktivitas menyebabkan
seksual. cedera kecelakaan

29
pada mata.
8) Tekankan kebutuhan 8) Mecegah cedera
untuk menggunakan kecelakaan pada
kaca pelindung selama mata dan
hari menurunkan resiko
pembedahan/penutup peningkatan TIO
pada malam. sehubungan dengan
berkedip atau
posisi kepala.
9) Anjurkan pasien tidur 9) Mencegah cedera
terlentang, mengatur kecelakaan pada
intensitas lampu dan mata.
menggunakan kaca
mata gelap bila
keluar/dalam ruangan
terang, keramas
dengan kepala
kebelakang (bukan
kedepan), batuk
dengan mulut/mata
terbuka.
10) Anjurkan mengatur 10) Menurunkan
posisi pintu sehingga penglihatan perifer
mereka terbuka atau atau gangguan
tertutup penuh: pindah kedalaman persepsi
kan perabot dari lalu dapat menyebabkan
lalang. pasien jalan ke
dalam pintu yang
terbuka sebagian
atau menabrak
perabot.
11) Dorong pemasukan 11) Mempertahankan

30
cairan adekuat, makan konsistensi feses
berserat atau kasar: untuk menghindari
gunakan pelunak feses mengejan.
yang dijual bebas bila
diindikasikan.
12) Identifikasi 12) Intervensi dini
tanda/gejala dapat mencegah
memerlukan upaya terjadinya
evaluasi medis, komplikasi serius,
contoh nyeri tajam kemungkinan
tiba-tiba, penurunan kehilangan
penglihatan, kelopak penglihatan.
bengkak, drainase
purulen, kemerahan,
mata berair, fotofobia.

- 4 Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


asuhan keperawatan 1) Diskusikan 1) Menurunkan
selama 3x24jam pentingnya mencuci jumlah bakteri pada
diharapkan tidak terjadi tangan sebelum tangan, mencegah
infeksi dengan criteria menyentuh/mengobati kontaminasi area
hasil : mata. operasi.
Meningkatkan 2) Gunakan/tunjukkan 2) Teknik aseptik
penyembuhan luka teknik yang tepat menurunkan risiko
tepat waktu, bebas untuk membersihkan penyebaran bakteri
drainase purulen, mata dari dalam ke dan kontaminasi
eritema dan demam luar dengan tisu silang.
Mengidentifikasi basah/bola kapas
intervensi untuk untuk tiap usapan,
mencegah/menurunk ganti balutan dan
an risiko infeksi. masukan lensa kontak
bila menggunakan.

31
3) Tekankan pentingnya 3) Mencegah
tidak menyentuh/ kontaminasi dan
menggaruk mata yang kerusakan sisi
dioperasi. operasi.
Kolaborasi: Kolaborasi:
4) Berikan obat sesuai 4) Sediaan topical
indikasi : digunakan secara
Antibiotic (topical, profilaksis, dimana
parenteral,atau terapi lebih agresif
subkonjungtival). diperlukan bila
Steroid terjadi infeksi.
Catatan:
steroidmungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi IOL.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan
terhadap pasien yang mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang
telah dirancang atau disusun sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Dx 1 : Peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu dengan criteria
2) Dx 2 : tidak terjadi cedera
3) Dx 3 : Pasien Tidak Cemas
b. Post Operasi
1) Dx 1 : nyeri dapat berkurang / hilang

32
2) Dx 2 : Peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
3) Dx 3 : Pengetahuan tentang penyakit bertambah
4) Dx 3 : Tidak terjadi infeksi

33
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran Katarak adalah
terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat
dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang lebih dari 65 tahun.
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan
pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.

B. Saran

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan katarak


sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu,
pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien secara utuh, terencana dan
sistematis.

34
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC


Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta; Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Smeltzer,Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
3. Jakarta; EGC
Istiqomah, Indriana. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta;
EGC

35

Anda mungkin juga menyukai