Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Chandra Adiwijaya (2316100179)
Nauli Rahmi (2316100701)
Kelas TK141221
Fakultas Teknologi Industri
Mata Kuliah: Pengantar Industri Kimia
Dosen: Dr. Ir. Susianto, DEA
PROSES PRODUKSI UREA
PENDAHULUAN
Urea merupakan hasil penguraian alami metabolisme putih telur, baik dari
manusia maupun hewan yang dibuang bersama urin. Sintesis urea pertama kali
berhasil dilakukan oleh Friedrich Wohler pada tahun 1928. Urea pertama kali
diproduksi secara skala industri dengan hidrasi kalsium sianiamida namun
keberadaan amonia yang paling mudah mengarah pada pengembangan teknologi
amonia-karbon dioksida. Sintesis urea dalam jumlah besar dilakukan langsung
dari amonia dan karbon dioksida. Pembuatan urea atas dasar ini berkaitan
langsung dengan sintesis amonia. Ditinjau dari komponen bahan mentah,
pembuatan ini merupakan penggunaan ideal karena berasal dari bahan baku yang
murah dan mudah didapat.
Urea merupakan senyawa yang padat, berbau, dan tak berwarna yang mencair
pada temperatur 132,7oC. Urea mudah larut dalam air dan bereaksi netral. 100
gram urea dalam 100 gram air dapat larut pada temperatur 17,1oC. Atas dasar
komposisi kimia dan sifat-sifatnya, urea merupakan sebuah jembatan antara
senyawa-senyawa organik dan anorganik. Nitrogen dalam bentuk amida tak dapat
langsung diambil oleh tanaman, tetapi di dalam tanah diubah menjadi
senyawa-senyawa amonium dan nitrat. Proses ini berlangsung relatif lambat.
Karena itu, pupuk urea adalah dasar untuk depot pupuk yang dapat disimpan lama
di dalam tanah.
Urea terdiri dari 46,7% (massa) nitrogen dan peranannya sebagai pupuk
nitrogen pada dasawarsa terakhir ini semakin besar. Ia juga dipakai sebagai
makanan ternak pembentuk putih telur terutama di Amerika Serikat. Kapasitas
produksi urea sedunia pada 1980 adalah 26 juta ton, 87% dari jumlah yang
dihasilkan dipakai sebagai pupuk nitrogen. Di samping peralatan di negara-negara
berkembang didirikan juga pabrik-pabrik urea agar dengan demikian produksi
pupuk dapat terjamin, dasar bagi adanya pangan yang mencukupi untuk manusia.
Produksi urea di Republik Federasi Jerman pada tahun 1983 adalah kira-kira
200.000 ton.
Amonium karbamat
Pada bagian reaksi kedua, amonium karbamat membentuk urea dan air.
Reaksi ini bersifat endoterm sehingga memerlukan panas. Pembentukan 1 mol,
yaitu 60 gram urea dari 1 mol amonium karbamat memerlukan 41,43 kJ panas.
Urea
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada interval temperatur
mulai 170oC sampai 190oC dan pada tekanan dari 130 sampai 200 bar. Reaksi
keseluruhan adalah eksoterm. Untuk tiap mol urea dibebaskan 118 kJ panas.
Dalam proses produksi skala industri, ditunjukkan pada Gambar 1, didesain
agar reaksi berikut terjadi secara maksimal dengan menghambat proses
pembentukan biuret.
Reaksi ini tidak diinginkan bukan hanya karena hal ini mengakibatkan
produksi urea yang sedikit namun juga karena biuret dapat membakar daun
tumbuhan. Ini berarti urea yang mengandung banyak biuret tidak cocok
digunakan sebagai pupuk.
Sintesis Urea
Langkah pertama dari produksi urea skala industri adalah sintesis urea.
Campuran dari CO2 yang terkompres dan ammonia terkompres bereaksi untuk
membentuk amonium karbamat. Reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm dan
panas yang dikeluarkan akan digunakan kembali dengan boiler yang akan
memproduksi uap. Reaktor pertama mendapatkan 78% konversi karbon dioksida
menjadi urea dan produk dalam bentuk cairan tersebut kemudian dimurnikan.
Reaktor kedua akan menerima gas dari reaktor pertama dan memproses kembali
larutan di bagian dekomposisi dan bagian konsentrasi. Larutan tersebut kemudian
dimurnikan dengan proses yang sama seperti yang digunakan untuk memurnikan
larutan di reaktor pertama.
Pemurnian
Zat pengotor dalam campuran pada tahap ini adalah air dari reaksi
pembentukan urea dan reaktan yang tidak dikonsumsi (amonia, karbon dioksida,
dan amonium karbamat). Reaktan yang tidak dikonsumsi dihilangkan dalam tiga
tahap. Pertama, tekanan diturunkan dari 240 menuju 17 barg dan larutan
dipanaskan, sehingga amonium karbamat akan terdekomposisi menjadi amonia
dan karbon dioksida.
Kemudian, tekanan dikurangi kembali dari 2 barg menjadi -0.35 barg dan
secara bersamaan sebagian besar amonia dan karbon dioksida akan hilang pada
tiap tahap. Seiring waktu, campuran pada tekanan -0.35 barg yang mengandung
urea akan terlarut dalam air dan terbebas dari zat pengotor.
Pada setiap tahap, reaktan yang tidak dikonsumsi akan diabsorbsi ke air yang
kemudia akan digunakan kembali ke reaktor sekunder. Amonia yang berlebih
kemudian dimurnikan dan digunakan sebagai feedstock di reaktor utama.
Konsentrasi
75% larutan urea dipanaskan dalam vakum, sehingga sebagian besar air akan
menguap dan meningkatkan konsentrasi urea dari 68% w/w menjadi 80% w/w.
Pada tahap ini, beberapa kristal urea akan terbentuk. Larutan tersebut kemudian
dipanaskan dari 80oC ke 110oC untuk melarutkan kembali kristal tersebut agar
menguap. Pada tahap penguapan, lelehan urea (99% w/w) diproduksi pada suhu
140oC. Sisa 25% dari 68% w/w larutan urea kemudian diproses dalam kondisi
vakum pada suhu 135oC pada dua seri susunan evaporator-separator.
Pembutiran
Urea yang dijual untuk dijadikan sebagai pupuk akan berbentuk butiran
dengan diameter 2-4 mm. Butiran-butiran tersebut dibentuk dengan cara
menyemprotkan lelehan urea ke seed. Butiran yang kering dan dingin
dikelompokkan menggunakan penyaring. Butiran yang berukuran terlalu besar
akan dihancurkan dan dikombinasikan dengan butiran yang terlalu kecil. Seluruh
debu dan udara dari granulator dihilangkan menggunakan kipas menuju dust
scrubber yang menghilangkan urea yang mengandung air kemudian melepaskan
udara tersebut ke atmosfer. Produk akhir didinginkan dengan udara, ditimbang,
dan dipindahkan secara masif ke wadah sehingga siap untuk dijual.