Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam
bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali
vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2010). ASI eksklusif adalah
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga bayi berumur enam
bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Depkes, 2005).
Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat luar biasa.
Bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai
untuk kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan
infeksi saluran pernafasan akut (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Memberikan ASI
(2012), sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6% dari
mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan pertama. Hal
tersebut menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif di bawah 80% dan masih
yaitu sebesar 80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif
adalah 42%. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi tahun
2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3%. Hal ini disebabkan
gizi tersebut yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Komposisi ASI
bersifat dinamis berubah dari waktu ke waktu, ada kolostrum yang mengandung
antibodi foremilk yang lebih banyak protein dan hindmilk yang lebih banyak lemak.
Zat pelindung dalam ASI, antara lain imonoglobulin dan sel-sel darah putih hidup
yang berguna untuk membantu kekebalan tubuh bayi. Zat-zat hidup dan sel-sel yang
serupa darah putih juga berubah sesuai keadaan. Jika pada saat itu di lingkungan di
sekitar bayi ada kuman yang masuk ke tubuh ibu, tubuh 3 ibu akan membuat zat
antinya. Pada saat keadaan itu, bayi juga akan mendapatkan kiriman zat anti tersebut
breast feeding dalam Budiasih (2006), ada beberapa daya perlindungan yang lebih
tinggi terhadap penyakit infeksi pada bayi yang disusui eksklusif 0 sampai 6 bulan
dibandingkan dengan ASI eksklusif 0 sampai 4 bulan. Penyakit yang dapat dicegah
antara lain menginitis bakterialis, ISPA, infeksi saluran urugenitalis, sepsis (infeksi
dalam darah), diare, diabetes pada usia muda dan penyakit pembuluh darah koroner.
Dewasa ini di Indonesia 80-90 % para ibu di daerah pedesaan masih menyusui
bayinya sampai umur lebih dari satu tahun, tetapi di kota-kota ASI sudah banyak
diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan
Pertumbuhan anak yang mengkonsumsi susu kaleng tak sebaik anak yang
mendapatkan ASI. Anak tumbuh kurang normal, dapat lebih kecil atau bahkan lebih
besar. Jika pemberian susu kaleng tidak menurut aturan, anak menjadi kurus. Jika
terlalu banyak susu kaleng, anak menjadi gemuk ( Handrawan Nadesul, 1996: 9).
Susu kaleng tidak mengandung zat kekebalan seperti ASI. Anak yang diberi
susu kaleng mudah terserang diare dikarenakan pencampur dan botol susu yang
Gencarnya promosi dan iklan susu botol memberi pengaruh pada ibu-ibu untuk
tertarik membelinya, terutama para ibu dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan
yang rendah. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi
sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI,
2002:4).
Mekarharja dan desa Raharja. Dimana di kedua desa tersebut angka pemberian ASI
65,08% dan desa Mekarharja 69,12% dari 100% target yang harus dicapai.
eksklusif dengan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu terhadap pemberian
ASI, peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk penelitian dengan judul
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Rendahnya Perilaku Ibu
adalah: Adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan
Puskesmas Purwaharja 2.
Puskesmas Purwaharja 2
Purwaharja 2
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal
(Depdiknas, 2001). Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai hasil dari tahu dan ini
Notoatmodjo, 1997:127).
tahap paling sederhana hingga tahap yang lebih lengkap, tahap tesebut adalah:
1) Awareness (kesadaran)
2) Interest
3) Evaluation
4) Trial
5) Adoption
a) Tahu (know)
Oleh sebab itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan kemampuan, yang
c) Aplikasi (application)
situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain. Termasuk dalam kemampuan ini
e) Sintesis (synthesist)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk dapat menyusun,
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek dan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
fungsi, yaitu:
1) Fungsi Instrumental
harga dirinya.
Sikap diambil individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam diri.
4) Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat sehingga
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) yang dikutip oleh Sunaryo (2004: 200-201),
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
masalah.
Individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung risiko atas segala hal
Menurut Bimo Walgito (2004) ada 4 hal yang menjadi faktor penentu sikap
individu, yaitu:
a. Faktor Fisiologis
Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan.
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap
1. Faktor intern: faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok (Abu Ahmadi, 2000:171).
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000), yang dikutip oleh Sunaryo (2004:204),
ada beberapa cara untuk membentuk dan mengubah sikap individu, yaitu:
a. Adopsi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi
b. Diferensiasi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap secara bertahap, diawali dengan
objek.
d. Trauma
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap secara tiba-tiba dan mengejutkan
e. Generalisasi
secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis yang kemudian
ditanyakan pada responden (bisa dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu, tidak
2.3. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar.13
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori
2. Perilaku Kesehatan
behavior) adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang
serta lingkungan.
kelompok:
sebagainya.13
poliklinik).13
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
seseorang.
dengan ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. ASI
Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu antara lain, ibu merasa
bahwa ASI-nya tidak cukup atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama
kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak
memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri
ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. Menurut Utami Roesli
bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus
(Danuatmaja, 2003).
lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga
(Budiasih, 2008).
(Ramaiah, 2006).
berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang
(Maryunani, 2009).
karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu
(Maryunani, 2009).
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke
masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
ASI ini yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi,
perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera
cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas
(Maryunani, 2009).
ml dalam minggu kedua. Secara normal, produksi ASI yang efektif dan
terus menerus akan dicapai pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan
ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan terus bertambah
Dalam masa usia satu sampai tiga bulan, apabila ibu sehat maka produksi
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan
1. Stadium laktasi
2. Ras
3. Keadaan nutrisi
4. Diit ibu
Air Susu Ibu (ASI) menurut stadium laktasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
I. Kolostrum
atau dapat pula jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih
banyak dari susu matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama
Karakteristik kolostrum:
Merupakan ASI yang diproduksi pada hari ke-4 atau 7 sampai hari
b. pH 6,6-6,9.
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan
pembungkus sel saraf) (Hubertin Sri Purwanti, 2004:7). Kadar laktosa yang
penghuni usus dan dapat mencegah terjadinya infeksi (Diah Krisnatuti dan
sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa juga meningkatkan penyerapan
Laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini akan
yang subur bagi bakteri usus yang baik (Hubertin Sri Purwanti, 2004:7-8).
2. Protein
Susu sapi mengandung tiga kali lebih banyak protein daripada ASI.
Sebagian besar berbentuk kasein yaitu sekitar 80% dan sisanya berupa
protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi dan sifatnya yang
mudah menggumpal di dalam lambung yang relatif keras bila bayi diberi susu
sapi, sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase. ASI walaupun
lebih banyak, sehingga akan membentuk gumpalan yang lunak dan lebih
mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi (Hubertin Sri Purwanti, 2004:12-
13).
3. Mineral
pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmobar, yaitu tingginya
kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya, bayi menjadi sering kencing (Diah
4. Lemak
ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu
sekitar 3,5%, namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda.
ASI lebih banyak mengandung asam lemak tek jenuh, sedangkan susu sapi
lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh
5. Vitamin
kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Kebutuhan
vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama, jika
asupan makanan ibu cukup seimbang (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina,
2002:7).
vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio (rickets) jarang terjadi
pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering kena sinar matahari (Deddy
Muchtadi, 2002:34).
Pemberian vitamin K dapat dilakukan pada hari ke-1. ke-3, ke-7. Golongan
vitamin B kecuali riboflavin dan patogenik sangat kurang, tetapi tidak perlu
b. Dalam ASI sudah terdapat bahan-bahan anti yang berasal dari ibu,
jenis penyakit.
g. Menyusui bayi berarti mempererat rasa kasih antara ibu dan anak.
h. ASI tidak usah dimasak atau diolah lebih dulu, sehingga sangat
Pada waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi
infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI eksklusif akan terlindung
dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus,
Rulina Suradi,1992:19).
c. Pendidikan Ibu
d. Sosial Budaya
5. Pekerjaan Ibu
2000:167):
1) Produksi ASI
ASI.
susu.
2.5. Kerangka Teori
Volum ASI
Komposisi ASI
Kebaikan ASI
Air Susu Ibu
sebagai
(ASI)
makananbayi
Factor yang
mempengaruhi
pemberian ASI
Pendidikan Ibu
Social Budaya
2.6. Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial Budaya Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Faktor Pendukung
Diteliti :
Tidak di teliti :
2.7. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian ASI
2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
melalui observasi/pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu tiap subjek hanya
diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat
berhubungan dengan
ASI eksklusif
Sikap ibu terhadap Ungkapan perasaan 1.baik, jika total Ordinal
oleh responden
3.4.1. Populasi
subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi objek yang
Notoatmodjo, 2002:79). Seluruh ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
1. Kriteria Inklusi
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi menurut sutrisno hadi (200: 122)
menyebutkan bahwa sample adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
Karena pada penelitian ini tidak diketahui jumlah populasi maka untuk
/2 2
N= [ ]
1,96 2
N=[ ]
0.20
N = 96 responden
Keterangan:
N = ukur n sampel
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 48). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana interviewer tinggal memberikan jawaban atau
3.5.1. Validitas
oleh peneliti mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji
dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor
total kuesioner tersebut. Teknik yang dipakai adalah teknik korelasi Product
karakteristik sama. Uji validitas dinyatakan valid apabila ada dari hasil
pengukuran tiap item soal lebih besar dari r tabel yaitu 0,444 yang didapatkan
3.5.2. Reliabilitas
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Teknik pengambilan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data yang
hendak diteliti dengan metode yang ditentukan oleh peneliti. Metode yang digunakan
Data primer dalam penelitian ini meliputi pengetahuan dan sikap dengan
perilaku ibu tentang ASI, serta pemberian ASI eksklusif. Data primer dilakukan
panduan kuesioner.
yang mempunyai anak yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum dan data jumlah
anak di Puskesmas Purwaharja 2.
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Editing
2) Koding
Koding dilakukan dengan cara memberikan kode pada jawaban hasil penelitian
3) Tabulasi
serupa dan menjumlahkannya dengan cara teliti dan teratur ke dalam tabel yang
telah disediakan.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 cara, yaitu:
yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku pemberian ASI eksklusif di
penelitian ini berbentuk ordinal dan nominal maka menggunakan uji Chi
square dengan syarat tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai 0, dan sel
yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20%, namun jika tidak
HASIL PENELITIAN
B. Analisa Univariat
Frequency Percent
Baik 50 43.5
Kurang Baik 65 56.5
Total 115 100
kurang baik lebih banyak dibanding responden yang memiliki tingkat pengetahuan
baik. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 65 orang
(56.5%) dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 50
orang (43.5%).
Frequency Percent
Baik 56 48.7
Buruk 59 51.3
Total 115 100
yang baik lebih banyak dibanding responden yang memiliki sikap yang buruk.
Responden yang memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 56 orang (48.7%) dan
responden yang memiliki sikap yang buruk yaitu sebanyak 59 orang (51.3%).
Eksklusif
Frequency Percent
Asi Eksklusif 34 29.6
Non ASI Eksklusif 81 70.4
Total 115 100
ASI Non Eksklusif lebih banyak dibanding responden yang memberikan ASI
(29.6%).
C. Analisa Bivariat
independen yaitu Pengetahuan dan Sikap dengan variabel dependen yaitu praktek
Eksklusif
Eksklusif berpengetahuan baik dan responden yang memberikan ASI Non Eksklusif
dengan pengetahuan kurang baik memiliki hasil 83.1% Hasil uji statistik dengan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan praktek
ASI Eksklusif memiliki sikap baik dan responden yang memberikan ASI
Non Eksklusif dengan sikap kurang baik memiliki hasil 71.2%. Hasil uji
statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai P = 1.000 (>0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 115 responden yang diteliti di sekitar
pengetahuan baik.
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik dari pada perilaku yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 115 responden yang diteliti di sekitar
sikap baik lebih banyak dibanding responden yang memiliki sikap buruk dengan
ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 115 responden yang diteliti di sekitar
2. Analisa Bivariat
Eksklusif
Dari hasil uji dengan menggunakan metode chi-square didapatkan hasil bahwa
eksklusif, hasil p value <0,05. Dari hasil penelitian ini yang dapat dilihat pada
tabel di atas adalah responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik
lebih banyak yang tidak melakukan ASI eksklusif dengan presentasi sebesar
83,1% dan hanya 16,9% yang melakukan ASI eksklusif. Hasil ini sejalan
dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 54.0% tidak
sebanyak 46.0%.
dengan praktek pemberian ASI eksklusif, hasil p value >0,05. Dari hasil uji dengan
metode chi-square didapatkan hasil bahwa yang responden dengan sikap baik yang
melakukan pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 30.4% sedangkan responden
dengan sikap buruk yang melakukan pemberian ASI eksklusif tidak jauh berbeda
yaitu sebanyak 28.8%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna antara responden yang memiliki sikap baik maupun
A. Simpulan
1. Jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pemberian ASI
2. Jumlah responden yang memiliki sikap baik tentang pemberian ASI eksklusif yaitu
sebanyak 56 orang (48.7%) dan responden yang memiliki sikap yang buruk
3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku pemberian
B. Saran
1) Bagi ibu, perlu peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
2) Bagi ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, dianjurkan untuk memberikan ASI
Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). Dukung iu bekerja beri ASI
http://www.depkes.go.id/article/print/15091400003/dukung-ibu-bekerja-beri-asi-
eksklusif.html
UNICEF Indonesia. ASI adalah penyelamat hidup paling murah dan efektif di dunia.