2 Klasifikasi
1. Fordyce Granule
Definisi :
Kelenjar sebasea ektopik atau atau Sebaseous choristomas (Jaringan normal yang terdapat dalam lokasi
yang abnormal) di dalam mukosa oral. Pada keadaan normal, kelenjar sebasea ini terlihat di dalam dermal adnexa,
yang berhubungan dengan folikel rambut.
Etiologi dan faktor predisposisi :
Etiologi dari Fordyce granule adalah developmental origin, dan bukan merupakan suatu penyakit, namun
gangguan developmental
Etiologi dan faktor pencetus penyakit Fox-Fordyce belum diketahui. Beberapa faktor, misalnya pengaruh emosional
dan/atau hormonal, dan perubahan kimiawi pada komponen keringat diduga berperan dalam mencetuskan
penyakit. Sulit untuk memastikan apakah penyakit Fox Fordyce termasuk penyakit inflamasi atau perubahan
kornifikasi yang dipengaruhi faktor genetik. Gejala dan tanda penyakit Fox-Fordyce timbul saat masa subur,
terutama pada perempuan, saat fungsi kelenjar apokrin meningkat; setelah menopause, biasanya lesi menghilang.
Gambaran klinis :
Fordyce Granules mucul dalam bentuk papula berwarna putih kekuningan yang multiple atau bisa
juga muncul sebagai papula berwarna putih. Fordyce Granule ini kadang terlihat menyerupai kumpulan, dan paling
banytak terdapat pada mukosa bukal dan berupa garis merah terang pada bibir atas. Adakalanya Fordyce Granules
(FG) dapat terlihat pada area Retromolar Pad dan pada pillar tonsil anterior. Prevalensi terjadinya biasanya lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Granulanya cenderung muncul pada masa pubertas dan
meningkat dalam jumlah sesuai dengan meningkatnya umur. FG bersifat asimtomatik dan sering ditemukan dalam
pemeriksaan rutin. Secara historic, FG ini identik dengan kelenjar sebasea normal yang ditemukan di dermis.
Pada Kasus FG ini sebenarnya tidak perlu dilakukan pembedahan. Namun pada kasus FG dengan garis merah
terang pada bibir atas mungkin harus dilakukan pembedahan karena alasan mengganggu estetik.
Diagnosis banding : Folikulitis, liken planus, liken nitidus dermatitis kontak, skabies, dermatitis kronik, dan lain-lain.
2. Hairy Tongue
Definisi
Hairy tongue adalah pemanjangan secara abnormal dari papilla filiformis yang membuat dorsum lidah
tampak seperti berambut.
Perubahan pada papilla ini terutama berdampak pada middorsum lidah yang sering kali menjadi berubah warna.
Perubahan warna tersebut merupakan akhibat dari faktor-faktor intrinsik (organisme kromogenik) dengan faktor-
faktor ekstrinsik (warna makanan dan tembakau).
Etiologi dan Faktor predisposisi
Penyebab utama dari hairy tongue merupakan hipertrofi papilla filiformis pada bagian dorsal lidah,
umumnya disebabkan kurangnya stimulus mekanis dan pembersihan. Kondisi ini sering nampak pada masyarakat
dengan oral hygiene yang buruk ( misalnya jarang menyikat gigi ). Selain itu hairy tongue dapat terjadi pada perokok,
peminum kopi dan teh, pengguna obat kumur, diet lunak dengan sedikit serat, antibiotik (penicillin, cephalosporin,
chloramphenicol, streptomycin, dan tetrasiklin), kortikosteroid, NSAID dan psikotropika, kanker lidah, dan terapi
radiasi pada kepala dan leher. Faktor predisposisi dari hairy tongue adalah proliferasi mikroorganisme kromogenik.
Gambaran klinis
Semua kasus hairy tongue ditandai dengan hipertropi papilla filiformis disertai sedikit jumlah deskuamasi
normal. Papila filiformis normal berukuran 1 mm, sedangkan pada hairy tongue panjang papilla filiformis berkisar
lebih dari 3 mm. Hairy Tongue umumnya ditemukan pada pria, terutama pada kalangan perokok dan peminum kopi
atau teh. Diskolorasi pada hairy tongue tergantung pada 2 faktor yaitu faktor ekstrinsik (rokok, kopi, teh atau
makanan) dan faktor intrinsik ( flora normal pada rongga mulut).
Penatalaksanaan
Pengobatan hairy tongue tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika memiliki kebersihan mulut
yang sangat buruk, maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi, sehingga dapat di diagnosis dan diobati
sejak awal. Namun jika kondisi ini ringan dan tanpa gejala maka yang terbaik adalah melakukan perawatan gigi dan
mulut seperti menggunakan pembersih lidah dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering mungkin sehingga
mencegah akumulasi partikel makanan dan bakteri di wilayah ini. Selain itu pasien di himbau agar menghindari
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti merokok, mengunyah tembakau,dll.
3. Fissure Tongue
Definisi
Kondisi varian normal yang ditandai dengan terdapatnya celah yang dalam di dorsum lidah dan umumnya
tidak ada gejala sakit. Fissure tongue biasanya kedalamanya 2-6 mm pada permukaan dorsal lidah akan tetapi
keadaan ini menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya umur.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kondisi ini herediter/gen, terlihat saat lahir/ mungkin lebih jelas ketika bertambahnya usia. Fissure tongue
juga dapat manifestasi dati down syndrome, sjogren syndrome dan psoriasis. Celah dapat lebih jelas saat
bertambahnyaa usia dan dapat manifestasi dari melkesson Rosenthal syndrome, down syndrome, sjongren
syndrome dan psoriasis
Gambaran klinis
Bervariasi dalam bentuk, jumlah, kedalaman dan panjang serta pola dari celah tersebut. Celah fissure tongue
terdapat lebih dari 1 yang dalanya 2-6 mm. biasanya asimptomatik dan ditemukan secara kebetulan akan tetapi
akumulasi makanan yang terjebak dalam celah tersebut dapat menimbulkan halitosis dan glossitis.
Penatalaksaan : Edukasi pasien bahwa fissure tongue adalah variasi normal dan tidak berbahaya, menjaga
Oral Hygiene.
4. Torus
Definisi : Tonjolan tulang pada rahang, terletak pada garis tengah palatum (torus palatinus) dan gusi cekat lingual
dari mandibula (torus mandibularis).
Etiologi : Penyebab utama adanya torus baik itu pada mandibula (torus mandibularis) maupun palatina (torus
palatinus) saat ini belum diketahui dengan pasti. Teori yang saat ini paling diterima secara luas adalah berhubungan
dengan genetik. Di bawah ini adalah kemungkinan etiologi dari torus yang ditemukan oleh para peneliti:
a. Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana pada anak perempuan, ibu
dan nenek memiliki autosomal dominan torus palatinus ditemukan terdapat pada semua wanita tersebut.
b. Adanya injury superficial atau kejadian tersebut merupakan respon fungsional individual.
c. Kebiasaan makan. Peneliti menghubungkan konsumsi ikan dengan adanya torus karena ikan berisi asam lemak
tak jenuh dan vitamin D yang dapat mendorong pertumbuhan tulang.
Selain itu, adannya penggunaan jangka panjang dari phenitoin merupakan faktor yang dapat meningkatkan
ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan hemostasis kalsium, berfungsi sebagai agen
osteogenik. Namun faktor ini bukan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya torus.
Gambaran klinis
Torus mempunyai kontur yang licin, membulat, mukosanya tampak normal atau sedikit pucat dan dasarnya
tanpa tangkai. Seringkali torus dijumpai mempunyai permukaan yang bergelembng yang didalamnya terdiri dari
tulang-tulang kortikal dengan beberapa tulang spongiosa. Torus cenderung membesar perlahan dengan
bertambahnya usia, tetapi tetap tanpa gejala jika tidak terkena trauma.
Torus dianggap sebagai suatu anomaly yang berkembang, yang tumbuh secara perlahan-lahan sepanjang
hidup. Torus biasanya Nampak pada area premolar dan dapat muncul multiple di rongga mulut, berdiameter 1,5-4
cm. Torus mempunyai tempat-tempat yang spesifik. Torus palatius terletak di median line palatal, dan torus
mandibularis terletak di sisi lingual dari alveolar, sedangkan bukal eksotosis terletak pada alveolar bagian bukal.
Penatalaksanaan : Tidak diperlukan perawatan kecuali didorong pertimbangan estetik, prostodontik, psikologi, atau
trauma.
Diagnosis banding : Torus sulit dibedakan dengan peripheral ossifying fibroma atau produksi masa jaringan lunak
tulang pada mulut.
7. Geographic Tongue
Definisi : Geographic tongue atau eritema migran merupakan bercak eritema berbatas jelas, multiple,
dikelilingi garis berwarna putih yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Lesi ini memiliki ciri khas yaitu
bertahan dalam waktu singkat di satu area, menghilang dalam beberapa hari, kemudian berkembang di area lainnya.
Tempat predileksinya adalah permukaan dorsum lidah, tetapi kadang-kadang lesi dapat ditemukan di bagian mukosa
lainnya.
Etiologi dan Faktor Predisposisi : Etiologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan berhubungan
dengan stress emosional, defisiensi nutrisi, herediter, dan hormonal. Faktor Predisposisi geographic tongue adalah
ketidaknyamanan yang muncul akibat geographic tongue hilang dan timbul serta dapat memburuk pada saat-saat
tertentu ketika wanita sedang haid atau selama kehamilan
Gambaran Klinis : Bercak merah yang radiopak, melingkar tidak teratur, dan bercak merah menunjukkan atrofi
papilla filiformis
Penatalaksanaan : Tidak ada perawatan atau terapi khusus untuk kondisi ini, tetapi pada kasus simptomatik, paliatif
berupa spray, ointment atau rinses dapat diberikan.
Diagnosis Banding :Psoriasis, Sindrom Reiter, Stomatitis sel plasma, mucous patch pada sifilis akuisita stadium dua,
kandidiasis.
8. Leukoedema
Definisi : Leukoedema tampak sebagai diskolorasi (perubahan warna) mukosa menjadi tampakkeputihan,
diffuse, dan filmy (seperti lapisan film), dengan banyak lipatan-lipatan permukaanyang diakibatkan mengkerutnya
mukosa. Lesi tidak dapat dikelupas, dan menghilang ataumemudar saat mukosa diregangkan.
Etiologi dan Faktor Predisposisi : Lesi terjadi akibat peningkatan ketebalan epitel dan edema intraselular
pada stratum spinosum. Faktor predisposisi dari leukoedema adalah merokok dan mengkonsumsi alcohol.
Gambaran Klinis : Lesi yang berlipat-lipat dan berwarna putih sampai putih kebiru-biruan pada mukosa bukal.
Penatalaksanaan : Tidak perlu perawatan
Diagnosis Banding : Leukoplakia, Hairy Leukoplakia, Lichen Planus
9. Cheek Biting
Definisi : Lesi putih pada jaringan mulut yang disebabkan iritasi kronik akibat menyedot pipi yang berulang-ulang,
menggigitnya, atau mengunyah.
Etiologi
a. Terjadi pada orang yang sedang stress/kegelisahan psikologinya yang sedang bermasalah, sehingga menyebabkan
bibir dan pipinya tergigit tidak sengaja.
b. Bad habit
c. Gigi yang tajam atau runcing
d. Erupsi gigi bungsu
e. Latrogenic
f. Efek samping dari teeth grinding
g. Kelainan TMJ
h. Kelainan penutupan rahang
i. Disfungsi otot
Gambaran Klinis : Perubahan mukosa akibat adanya trauma
Penatalaksanaan : Menghilangkan kebiasaan buruk.
Diagnosis Banding : Linea Alba
14. Papilitis
Definisi : Kondisi medis di mana permukaan lidah, terutama papila fungiform, meradang. Ini papila membesar
Etiologi dan Faktor Predisposisi
a. Sensitivitas lingkungan lidah menekankan perubahan hormonal atau fluktuasi (seperti dengan menstruasi)
b. Gangguan gastrointestinal
Makan jenis makanan tertentu (terutama yang bersifat asam atau asam)
Infeksi virus (terutama yang dengan virus herpes simplex)
c. Eksim
d. Asma
e. Alergi serbuk bunga
f. Merokok
g. Iritasi konstan lidah
h. Trauma atau menggigit lidah
Gambaran Klinis : Terdapat benjolan di lidah, asimptomatik
Penatalaksanaan : Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan, atau kadang menggunakan obat kortikosteroid
Diagnosis Banding : Atrofi papilla
15. Makroglosia
Definisi : Makroglosia merupakan kelainan kongenital yang menunjukkan lidah membesar secara abnormal
yang disebabkan oleh hipertrofi otot lidah. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan berbicara dan menelan.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Makroglosia kongenital dapat disebabkan oleh hipertrofi otot-otot idiopatik, hemihipertrofi otot-otot, tumor jinak,
hamartoma atau kista. Hipertrofi otot dari idiopatik seringkali berkaitan dengan defisiensi mental atau dapat
merupakan bagian dari suatu sindrom seperti sindrom Bechwith wiedeman, sindrom Down.
Faktor predisposisi dari makroglosia adalah karena kehilangan gigi geligi rahang bawah dalam jumlah yang banyak,
dapat pula disebabkan oleh tumor, radang dan perubahan hormonal (misalnya pada kretinisme dan akromegali)
Gambaran klinis : Lidah berukuran lebih besar dari ukuran normal, biasanya terdapat garis atau cetakan gigi
(identetion marking) pada tepi lidah, seringkali lidah menunjukkan papilla fungiformis yang membesar.
Penatalaksanaan : Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga
mulut, makroglosia dapat ditangani dengan tindakan bedah.
Diagnosis Banding : Limfangioma
16. Mikroglosia
Definisi : Mikroglosia merupakan kelainan yang menunjukkan lidah yang kecil dari ukuran normal.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kongenital, herediter dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin, dapat berupa cacat pada saraf hypoglosus yang
mempersarafi otot lidah, tanpa adanya rangsangan, otot lidah menjadi atrofi dan lidah menjadi mengecil. Faktor
predisposisi mikroglosia adalah sindrom Pierre Robin
Gambaran klinis : Ukuran lidah kecil, posisi lidah yang jauh lebih ke posterior, sehingga mengurangi daerah
lintasan udara pada saluran pernafasan bagian atas. Karena masalah respirasi tersebut, pemberian makan mungkin
menjadi sangat sulit sehingga menyebabkan kurangnya pemasukkan makanan. Jika keadaan ini tidak diterapi dapat
menyebabkan kelelahan, kegagalan jantung, dan bahkan kematian.
Penatalaksanaan : Tindakan bedah
Diagnosis Banding : Aglossia
17. Aglossia Bifid Tongue
Definisi : Aglossia bifid tongue merupakan keadaan dimana 2/3 anterior lidah terbagi 2 secara longitudinal.
Etiologi dan Faktor Predisposisi : Kongenital, oral-facial-digital syndrome, Larsen syndrome
Gambaran klinis : Lidah seperti terbagi menjadi 2 bagian, tampak seperti lidah ular
Penatalaksanaan
Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga mulut, dapat
ditangani dengan tindakan bedah.
18. Ankyloglossia
Definisi : Ankyloglosia merupakan perlekatan sebagian atau seluruh lidah ke dasar mulut karena frenulum lingualis
melekat terlalu jauh ke depan dan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling parah jika terletak pada ujung anterior
lidah.
Etiologi : Genetik
Gambaran klinis : Frenulum lingualis melekat terlalu jauh ke depan, mengikat lidah ke dasar mulut
Penatalaksanaan
Pada kasus ringan tidak membutuhkan perawatan, sedangkan kasus berat dapat dilakukan bedah untuk
memperbaiki perlekatan frenulum (frenotomy/frenectomy).
Diagnosis Banding : Tidak terdapat diagnosis banding untuk kasus ini.