Anda di halaman 1dari 2

Rabu, 04 Januari 2017 21:10 WIB

HABISKAN UANG RAKYAT, LAMPU HIAS DI KOTA PEKANBARU HARUSNYA


DIGANTI DENGAN YANG HEMAT ENERGI

PEKANBARU - Pemerintah Kota Pekanbaru dinilai sudah menghambur-hamburkan uang


rakyat yang dipungut dari pajak lampu penerangan jalan umum (PJU) yang dipotong atau
'dikenakan' saat warga dari pembayaran listrik dan pembelian token yang nilai 6 persen dari
nilai jual ke masyarakat dan 3 persen dari industri. Uang hasil pungutan ternyata
dipergunakan untuk kegiatan yang tidak efektif termasuk untuk lampu hias yang sangat boros
energi.

''PJU itu sepenuhnya dibayar dari pajak warga yang dipungut oleh pemerintah. Dimana
Pemko Pekanbaru menetapkan tarif PJU kepada masayrakat sebesar 6 persen dari nilai jual,
dan 3 persen untuk penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan
minyak bumi dan gas alam,'' jelas Peneliti Fitra Riau Triono melalui siaran resminya, Rabu
(4/1/2017).

Dikatakan, pembayaran PJU mestinya tidak perlu menunggak atau kurang uang jika PJU
yang dibangun sesuai dengan potensi pendapatan daerah dari pajak penerangan yang diterima
pemerintah daerah. Pajak penerangan lampu jalan notabenenya dipungut dari masyarakat
baik perorangan (pengguna listrik rumahan), industri maupun penggunaan listrik lainnya.

''Jika melihat dari realisasi tahun 2014 dan realisasi tahun 2015, penerimaan daerah kota
Pekanbaru dari Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp66,8 miliar (2014) dan Rp78,6 miliar.
Artinya potensi penerimaan pendapatan dari Pajak Penerangan Jalan yang dipungut
masyarakat tahun 2016 berpotensi akan semakin meningkat. Tentu dipengaruhi dari
penambahan daya dan semakin banyaknya pengguna listrik baik pribadi maupun industri
tahun 2016 ini,'' jelasnya.

Dan jika tahun 2014 sebesar Rp 66,8 miliar dan tahun 2015 menjadi Rp 78,6 miliar, artinya
antara tahun 2014 - 2015 terjadi peningkatan 15 persen atau sebesar Rp 11,6 miliar. Tentu,
jika tahun 2016 terjadi peningkatan 10 persen saja dari realisasi tahun 2015 lalu, maka
sedikitnya tahun 2016 realisasi pendapatan daerah Kota Pekanbaru tahun ini dari pajak
penerangan jalan adalah sebesar Rp 86,4 miliar.

''Dana tersebut mutlak berasal dari pungutan masyarakat, yang dipungut oleh PLN dan
disetorkan ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah pastinya setiap bulan. Karena
pajak penerangan lampu jalan yang dipungut kepada masyarakat adalah setiap bulan (bagi
pengguna listrik dengan sistem manual) atau setiap kali pembelian (jika menggunakan sistem
token). Oleh karena itu, maka sebenarnya, Defisit Anggaran karena pengaruh dana tranfer
pemerintah pusat yang lambat dan karena dana bagi hasil yang tidak sesuai dengan target
yang direncanakan, tidak berhubungan dengan pemerintah harus menunggak bayar tagihan
PJU,' urainya.
Karena itu, Fitra menilai penunggakan bayar tagihan PJU tersebut akibat dari, tidak benarnya
pengelolaan belanja daerah. Pemerintah memaksakan untuk menggunakan uang yang
mestinya digunakan untuk membayar tagihan listrik (PJU), justru digunakan untuk program
dan kegiatan lainnya. Kedua, penunggakan ini juga akibat dari pembangunan lampu jalan
yang tidak sesuai dengan berapa potensi dana yang dimiliki dari hasil pajak penerangan
lampu jalan. Ketiga, ini merupakan bentuk borosnya pemerintah daerah dan tidak
menerapkan sistem hemat energi, bayangkan saja, lebih dari Rp 70 miliar digunakan untuk
bayar penerangan lampu jalan.

Karena itu, Fitra menawarkan solusi dan hal yang perlu dilakukan adalah, Pertama:
Pemerintah Kota (dispenda) harus membuka ke publik, berapa sebenarnya realisasi per 31
Desember 2016, penerimaan daerah kota Pekanbaru dari Pajak Penerangan lampu jalan.
Kedua: Pemko harus menghentikan atau tidak lagi membangun penerangan lampu jalan baru
yang tidak perlu dan bertumpukan disatu lokasi. Ketiga: Jikapun ingin mempercantik dan
menerangi kota dimalam hari, pemerintah harus menganti lampu-lampu yang lebih
hemat energi.

Dan harus membuka juga berapa dana dari pajak penerangan jalan yang dipungut PLN
hingga 31 Dsember 2016 dan diserahkan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru (bukan hanya
setoran terakhir saja), kedua : PLN harus sampaikan berapa titik lampu jalan yang belum
dipasang meteran (masih sistem lumpsum). ''Dan pada saat lampu jalan dimatikan PLN,
karena pemerintah tidak membayar tunggakan, dan masyarakat merasa rugi masyarakat bisa
menggugat ke pemerintah. Karena pemerintah lalai, dan tidak mengelola uang yang berasal
dari pajak penerangan jalan yang dipungut dari masyarakat secara benar,'' tutupnya. ***

Sumber:https://www.goriau.com/berita/umum/habiskan-uang-rakyat-lampu-hias-di-kota-
pekanbaru-harusnya-diganti-dengan-yang-hemat-energi.html

Anda mungkin juga menyukai