Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan kesehatan yang berbasis promosi kesehatan kontemporer telah
berkembang dan menjadi elemen esensial dari beberapa strategi yang telah
didesain untuk promosi kesehatan. Dengan pengakuan yang lebih baru terhadap
aturan kebijakan umum kesehatan, pendidikan untuk kesehatan juga difokuskan
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan seperti para politisi, birokrasi dan
personal kunci non-pemerintah. Kebutuhan, perhatian dan prioritas individu,
keluarga, komunitas dan organisasi telah ditetapkan sebagai jantung dari
program pendidikan untuk kesehatan, dan semua aktivitas pendidikan.
Keterlibatan dan pilihan berdasarkan keinginan masyarakat sendiri adalah
sangat penting untuk efektifitas pendidikan untuk kesehatan. Ajaklah masyarakat
untuk mengikuti perilaku kesehatan yang baik bukanlah pendidikan kesehatan.
(Aziz Alimul.2002)
Pendidikan untuk kesehatan didesain untuk memberdayakan masyarakat
untuk membuat keputusan yang baik untuk mendorong masyarakat mentaati
harapan professional kesehatan. Pendidkan merupakan suatu proses yang sangat
komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang,
intinya di dalam pendidikan keperawatan membutuhkan proses belajar yang
dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan keperawatan, sebagaimana
hakekat pendidikan keperawatan sebagai pendidikan akademik dan pendidikan
profesi, maka proses perubahan perilaku akademis diharapkan dapat
mencerminkan pada tatanan dan nilai-nilai kesehariannya, demikian juga
pendidikan profesi akan terjadi perubahan perilaku professional dalam
kehidupannya. (Nurdiyanah Syarifuddin.2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah peran perawat dalam pendidikan dan promosi kesehatan ?
2. Bagaimana pemerintah mengatur kebijakan tentang pendidikan dan promosi
kesehatan ?

1
3. Bagaimanakah kondisi sebenarnya proses mendidik pasien oleh perawat di
instansi pelayanan kesehatan ?
4. Bagaimana solusi permasalahan yang ditawarkan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran perawat dalam pendidikan dan promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui pemerintah mengatur kebijakan tentang pendidikan dan
promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya proses mendidik pasien oleh perawat
di instansi pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui solusi permasalahan yang ditawarkan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan pendidikan keperawatan secara historikal

Periode 1945-1962

Diawali tahun 1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan yang


merupakan transisi pemerintahann Negara Indonesia, dengan masa tersebut
belum ada tanda-tanda perkembangan oleh karena sektor ketatanegaraan
yang perlu ditata, penggunaan tenaga keperawatan masih menggunakan
sistem, pendidikan yang telah ada yakni perawat lulusan pendidikan belanda
(mulo+ 3 taghun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B
untuk perawat jiwa, ada juga pendidikan perawat dengan dasar (SR+4 tahun
pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat, tahun 1953 baru
dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat
yang lebih berkualitas, tahun 1955 dibuka sekolah djuru kesehatan (SDK)
dengan pendidikan dasar SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah
pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK ditambah pendidikan satu
tahun. (Aziz, 2002)

Tantangan pendidikan dan pengembangan keperawatan masih belum


berubah, tahun 1962 telah dibuka akademi keperawatan dengan pendidikan
dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta di RS Cipto Mangunkusumo yang
sekarang dikenal dengan nama akademi keperawatan Depkes di jalan kimia
no 17 jakarta pusat, walaupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola
pengembangan pendidikan keperawatan belum tampak, hal tersebut dapat
ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit, belum terlaksananya tri
darma perguruan tinggi, karena mereka masih berorientasi pada
keterampilan tindakan dan belum dikenalnya konsep kurikulum
keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum tampak
dan pola ketenagaan untuk pelayanan keperawatan belum jelas, dan bentuk

3
kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan prosedural
yang lebih di kenal dengan perpanjangan dari pelayanan medis. (Aziz, 2002)

Periode 1963-1983

Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang


keperawatan walaupun sudah banyak perubahan pada pendidikan tinggi,
pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 april lahirlah organisasi profesi dengan
nama Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta, dengan
berdirinya organisasi profesi merupakan satu langkah maju oleh karena ada
arah kemajuan dalam bidang keperawatan dan peran organisasi profesi disini
dapat membantu dalam pembenahan pendidikan keperawatan, akhirnya
mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan
keperawatan melalui kerja sama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya
dan pada waktu itu telah dilaksanakan lokakarya keperawatan Dan di
sepakati bersama bahwa keperawatan sebagai profesi. (Aziz, 2002)

Periode 1984-sekarang

Mulai tahun 1985 telah dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan


nama program studi ilmu keperawatan di fakultas kedokteran Universitas
Indonesia di jakarta, sebagai institusi yang menghasilkan tenaga
keperawatan tingkat sarjana dengan membentuk kurikulum pendidikan
tenaga keperawatan jenjang strata satu tahun 1992, keberadaan tenaga
keperawatan diakui sebagai profesi dalam UU No 23 tentang kesehatan tahun
1992 dan PP No 32 tahun 1996 sebagai penjabaran UU no 23 tahun 1996
dibuka PSIK di universitas padjajaran bandung, pada saat itu konsep model
praktik keperawatan di Indonesia secara resmi diserahkan PPNI, tahun 1997
PSIK UI berubah statusnya menjadi fakultas ilmu keperawatan dan terdapat
evaluasi pengembangan kurikulum S1 keperawatan dan DIII keperawatan,
guna meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998 kuikulum pendidikan
Ners di syahkan dan digunakan, kurikulum ini merupakan hasil perubahan
kurikulum S1 keperawatan, tahun 1999 kurikulum DIII keperawatan mulai
dibenahi dan mulai di desiminasikan, tahun 2000 telah dimulainya atau
diterimanya pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan professional

4
yang mandiri sesuai dengan UU kesehatan no 23 tahun 1992 dan PP no 32
tahun 1996. (Aziz, 2002)

B. Perkembangan pendidikan keperawatan secara konsepsual

Perkembangan keperawatan secara konseptual telah terjadi dari


perubahan pemahaman keperawatan sebagai vokasional atau tenaga
terampil menjadi keperawatan sebagai profesi dan dari pelayanan
keperawatan bagian daripelayanan medis bergeser menjadi praktek
keperawatan professional mandiri serta perkembangan pendidikan
keperawatan dari dasar menengah menjadi perkembangan pendidikan tinggi
keperawatan, perubahan pemahaman keperawatan diantaranya:
(Nurdiyanah, 2012)

Pertama, mempunyai tubuh pengetahuan yang berbatas tegas ilmu


keperawatan yang terdapat dalam tubuh pengetahuan meliputi, ilmu
keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas. Ilmu keperawatan dalam perkembangannya bertumpu pada ilmu
alam dasar , ilmu perilaku dan ilmu kesehatan, dalam aplikasinya
menggunakan pendekatan metode pemecahan masalah secara ilmiah.

Kedua, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi,


fokus ini bertumpu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, jenjang pendidikan berbasis
pada kemampuan profesional dan keilmuan keperawatan.

Ketiga, member pelayanan pada masyarakat melalui praktek dalam


bidang keprofesian, pengembangan keperawatan merupakan bagian dari
pengembangan sistem kesehatan nasional yang pengembangannya
pelayanan pada seluruh golongan atau lapisan masyarakat, pelayanan asuhan
keperawatan dikembangkan bersifat humanistic yang bersifat biopsikososial
dan spiritual yang didasarkan pada kebutuhan obyektif klien yang
berpedoman pada standar profesi.

Keempat, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian, terdapatnya


organisasi profesi sangat penting dalam perkembangan keperawatan dengan

5
peran dan tanggung jawabnya sebagai organisasi profesi dalam
memerberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat, merumuskan
standar profesi, mengidentifikasi jenis ketenagaan, menyusun kriteria
penerapan teknologi keperawatan dan pembinaan pola pemanfaatan lulusan.

Kelima, pemberlakuan kode etik keperawatan, dalam melaksanakan


praktek keperawatan selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku
professional yang sesuai dengan kode etik keperawatan.

Keenam, bersifat altruistic, menunjukkan kepentingan masyarakat


berada diata kepentingan pribadi atau golongan, sifat tersebut merupakan
bagian dari masyarakat professional dalam membina peran dan fungsi
sebagai pelayanan profesional sedangkan hakekat keperawatan sebagai
profesi adalah berorientasi pada kepentingan masyarakat.

C. Definisi Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang berbasis promosi kesehatan kontemporer


telah berkembang dan menjadi elemen esensial dari beberapa strategi yang
telah di desain untuk promosi kesehatan. Green dan Kreuter (1991:17) telah
mendifinisikan pendidikan kesehatan sebagai kombinasi dari beberapa
pengalaman belajar yang di desain untuk memfasilitasi kegiatan relawan
yang kondusif untuk kesehatan. (Nurdiyanah, 2012)

The nation task force on the preparation and practice health education
juga mendefinisikan sebagai proses untuk membantu individu bekerja secara
perorangan atau berkelompok untuk membuat keputusan yang terkait dalam
kesehatannya dan kesehatan orang lain (1985, Glantz : 7). Pendidikan
kesehatan untuk kesehatan menggunakan variasi metodologi dan proses,
dalam hal ini terdiri dari :
1. Bekerja untuk invidual atau grup dalam berbagai tatanan untuk
pembagian informasi, menjelaskan nilai, dan mengembangkan opsi
untuk berbagai pilihan-pilihan kesehatan.
2. Bekerja bersama komunitas untuk mempengaruhi kebijakan publik dan
mengubah lingkungannya.

6
Dengan pengakuan yang lebih baru terhadap aturan kebijakan umum
kesehatan, pendidikan untuk kesehatan juga difokuskan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan seperti para politisi, birokrasi dan personal kunci
non-pemerintah. Kebutuhan, perhatian dan prioritas individu, keluarga,
komunitas dan organisasi telah ditetapkan sebagai jantung dari program
pendidikan untuk kesehatan, dan semua aktivitas pendidikan. Keterlibatan
dan pilihan berdasarkan keinginan masyarakat sendiri adalah sangat penting
untuk efektifitas pendidikan untuk kesehatan. Ajaklah masyarakat untuk
mengikuti perilaku kesehatan yang baik bukanlah pendidikan kesehatan.
(Nurdiyanah, 2012)

Tujuan pendidikan untuk kesehatan

Pendidikan untuk kesehatan didesain untuk memberdayakan masyarakat


untuk membuat keputusan yang baik untuk mendorong masyarakat mentaati
harapan professional kesehatan. Pendidikan untuk memenuhi trend
seringkalimenjadi ketidakberdayaan. Memberikan masyarakat pengetahuan
kesehatan adalah bagian yang sangat fundamental terhadap pendidikan untuk
kesehatan. Bagaimanapun juga, pendidikan untuk kesehatan tidak sama
dengan informasi kesehatan. Informasi yang benar adalah bagian yang mutlak
terhadap pendidikan untuk kesehatan, tetapi pendidikan untuk kesehatan
harus selalu diarahkan terhadap faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan, termasuk : (Nurdiyanah, 2012)

1. Ketersediaan sumber daya


2. Efektifitas kepemimpinan komunitas
3. Dukungan sosialuntuk anggota keluarga
4. Level dari keterampilan menolong diri sendiri
5. Perubahan lingkungan
6. Isu-isu kebijakan

Pendidikan untuk kesehatan adalah proses dimana nilai dan sikap di


eksplorasi dalam keputusan-keputusan yang telah dibuat dan kegiatan yang
telah dilakukan. Pendidikan yang tepat untuk aktivitas kesehatan
memungkinkan masyarakat untuk melakukan kontrol yang lebih terhadap

7
kesehatan mereka sendiri dan faktor tersebut mempengaruhi kesehatan
mereka, termasuk kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya. (Nurdiyanah, 2012)

D. Definisi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adalah upayapenigkatan ststus kesehatan individu dan
masyarakat. Terlalu sering kata promosi, bila digunakan dalam
kontekspromosikesehatan, dikaitkan dengan penjualan (sales) dan periklanan
(adversiting), dan dipandang sebagai pendekatan propaganda yang didominasi
oleh penggunaan media massa. Ini merupakan suatu kesalkahfahaman. Dengan
promosi dalam konteks kesehatan, kami mengartikannya sebagai memperbaiki
kesehatan, mengajuakan, mendukung, mendorong dan menempatkan kesehatan
lebih tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum. (Hidayat.2008)
Kami melihat bahwa determinan pokok kesehatan adalah aspek-aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan yang bsering berada di luar control perorangan
atau bahkan masyarakat secara kolektif. Oleh karena itu, aspek promosi
kesehatan yang mendasar bertujuan melakukan pemberdauyaan sehingga orang
mempunyai control yang lebih besar terhadap aspek kehiduapan mereka yang
mempengaruhi kesehatan. (Hidayat.2008)
Dua unsure ini memperbaiki kesehatan dan memiliki control yang lebih
besar terhadapnya serta fundamental bagi tujuan dan proses kegiatan promosi
kesehatan. Definisi WHO mengenai promosi kesehatan menekankan promosi
kesehatan adalah proses membuat orang mamp[u meningkatkan control
terhadap, dan memperbaiki, kesehatan mereka. Definisi ini telah luas diterima
sebagaimana WHO meneruskan, perpsektif ini diperoleh dari konsepsi sehat
dalam hal seorang individu atau keklompok disatu sisi mampu untuk
mewujudkan aspirasi dan memuaskan kebutuhan hidup dan defisi yang lain
mampu untuk menguvbah atau mengatasi tantangan lingkungan. (Hidayat.2008)
Oleh karena itu, sehat dilihat sebagai sumber untuk kehidupan sehari-hari
bukan tujuan hidup yang merupakan konseppositif yang mencakup sumber-
sunber sosial dan perorangan, maupun kapasitas fisik. (Hidayat.2008)

E. Peran Perawat dalam Pendidikan dan Promosi Keperawatan


Peran perawat kesehatan yang professional adalah: (Hidayat.2008)
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

8
Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat
perkembangannya.
2. Peran sebagai advokasi klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tempat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.

9
7. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. (Hidayat.2008)

Perawat sebagai pendidik :


Menjadi seorang pendidik atau guru merupakan sebuah peran yang penting
dan utama bagi perawat. Klien dan keluarga berhak untuk mendapatkan
pendidikan kesehatan guna membuat keputusan tentang kesehatan. Perawat
berperan dalam meningkatkan gaya hidup sehat dengan menerapkan
pengetahuan tentang kesehatan, proses berubah, teori pembelajaran, serta
proses keperawatan dan penyuluhan sewaktu memberikan penyuluhan pada
klien dan keluarga. (Kozier.2011)
Individu dan komunitas yang berusaha meningkatkan tanggung jawab
mereka terhadap kesehatan personal dan perawatan diri membutuhkan
pendidikan kesehatan. Kecenderungan kearah promosi kesehatan telah
menciptakan kesempatan bagi perawat untuk memperkuat pengaruh profesi
terhadap promosi kesehatan, menyebatkan informasi yang meningkatkan
masyarakat terdidik, dan membantu individu dan komunitas untuk mengubah
perilaku sehat yang bertahan lama. (Kozier.2011)
Penyebaran informasi merupakan jenis program promosi kesehatan yang
paling dasar. Metode ini memanfaatkan beragam media untuk memberikan
informasi ke masyarakat mengenai resiko pilihan gaya hidup dan perilaku
personal tertentu, juga manfaat mengubah perilaku tersebut dan memperbaiki
kualitas hidup. Papan reklame, poster, brosur, koran, buku, dan pekan raya
kesehatan memberikan kesempatan unuk menyebarkan informasi promosi
kesehatan. Penyebaran informasi merupakan strategi yang bermanfaat untuk
menambah tingkat pengetahuan dan kesadaran individu dan kelompok mengenai
kebiasaan sehat. (Kozier.2011)

10
F. Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan
1. Model perilaku dan sikap gaya hidup sehat
2. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan
evaluasi tujuan kesehatan
3. Mengajarkan klien strategi perawatan kesehatan untuk meningkatkan
kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi stress, dan meningkatkan
hubungan
4. Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan
derajat kesehatan
5. Mendidik klien untuk menjadi konsumen pelayanan kesehatan yang
efektif.
6. Membantu klien, keluarga dan komunitas untuk mengembangkan dan
menentukan pilihan promosi kesehatan
7. Memandu perkembangan klien dalam pemecahan masalah yang efektif
dan pembuatan keputusan
8. Menguatkan perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga
9. Mengadvokasi perubahan di komunitas yang meningkatkan lingkungan
yang sehat (Kozier.2011)

G. Berdasarkan UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan


1. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan masyarakat, perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat
keluarga dan kelompok masyarakat
b. Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat
c. Membantu penemuan kasus penyakit
d. Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
e. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
f. Melakukan rujukan khusus
g. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
h. Melakukan pemberdayaan masyarakat
i. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
j. Menjamin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat

11
k. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
l. Mengelola kasus
m. Melakukan pelaksanaak keperawatan komplementer dan alternatif
2. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan koselor bagi klien,
perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan pelayanan kesehatan
masyarakat
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3, kelompok yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), yaitu usaha


seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha
penyembuhan jika sedang sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan (health


seeking behavior), yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan
seseorang saat sakit dan atau kecelakaan untuk berusaha mulai dari self
treatment sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu cara seseorang merespon lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya.

H. Peran Mendidik pasien dan keluarga


Standar: Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu,
di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

12
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011)

13
BAB III

PEMBAHASAN

1. Bagaimanakah kondisi sebenarnya proses mendidik pasien oleh perawat di


instansi pelayanan kesehatan (Argumentasi kelompok)
Kondisi yang ditemukan ketika melakukan praktik di Rumah Sakit,
pelayanan medis yang diberikan cukup baik karena perawat yang berkompeten,
akan tetapi dalam proses pemberian pendidikan kesehatan kami menemukan
ketidakefektifan dalam penerapan pendidikan kesehatan pada klien. Hal ini di
buktikan dengan adanya jadwal yang tertera di ruangan yang bertuliskan adanya
jadwal penyuluhan kesehatan kepada pasien namun kenyataannya perawat tidak
melaksanakan hal tersebut. Banyaknya tugas yang harus perawat selesaikan
menjadi salah satu alasan mengapa perawat tidak melakukan penyuluhan
kesehatan sesuai jadwal.
Di Instansi lain ditemukan tidak adanya pemberitahuan tentang pentingnya
penyuluhan kesehatan sehingga perawat kurang peduli akan pentingnya
penyuluhan itu sendiri. Klien dan keluarga yang kurang pengetahuan tentang
penyakitnya hanya mengetahui sebatas pengobatannya tanpa memahami
bagaimana cara pencegahan dari penyakit itu sendiri dan ketidakmampuan
untuk menghindari atau meminimalisir penyakit lain yang akan timbul.

2. Solusi permasalahan yang ditawarkan


Kiat keperawatan (Nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan
seni dalam arti menggunakan kiat-kiat tertentu dalam upaya memberikan
kepuasan dan kenyamanan pada klien. Berikut ini di uraikan kiat-kiat dalam
keperawatan.
Pertama, nursing is caring. Artinya perawat berperan dalam pemberian
asuhan keperawatan. Perawat harus memperlihatkan bahwa dalam pemberian
asuhan keperawatan tidak kenal pasien atau kasus pribadi. Semua pasien
diperlakukan sama.

14
Kedua, nursing is sharing. Berarti dalam pemberian asuhan keperawatan,
perawat selalu melakukan sharing atau diskusi antara sesama perawat kepada
anggota tim kesehatan lainnya dan kepada klien.
Ketiga, nursing is laughing. Yang berarti perawat meyakini bahwa senyum
merupakan suatu kiat dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan rasa
nyaman klien.
Keempat, nursing is crying. Artinya perawat menerima respon emosional
dari perawat atau orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa pada situasi senang
atau duka.
Kelima, nursing is touching. artinya perawat dapat menggunakan sentuhan
untuk meningkatkan rasa nyaman, pada saat massage (memijat), atau misalnya
menyentuh pasien ketika mengatakan saya memahami apa yang akan dilakukan
untuk menolong anda.
Keenam, nursing is helping, bermakna bahwa asuhan keperawatan dilakukan
untuk menolong klien dengan sepenuhnya memahami kondisinya.
Ketujuh, nursing is believing in others. Artinya perawat menyakini bahawa
orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk meningkatkan status
kesehatan.
Kedelapan, nursing is trusting, mengandung arti bahwa perawat harus
menjaga kepercayaan orang lain (klien) yaitu dengan menjaga mutu asuhan
keperawatan
Kesembilan, nursing is believing in self, yaitu perawat yakin bahwa dirinya
memiliki pengetahuan dan mampu untuk menolong orang lain dalam memilihara
kesehatannya.
Kesepuluh, nursing is learning. Artinya perawat selalu belajar atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan professional
melalui asuhan keperawatan yang dilakukan.
Kesebelas, nursing is respecting. Artinya perawat memperlihatkan rasa
hormat dan penghargaan kepada ornag lain (klien dan keluarganya) dengan
menjaga kepercayaan dan rahasia klien.
Keduabelas, nursing is listening. Bermakna bahwa perawat harus mau
menjadi pendengar yang baik ketika klien berbicara atau mengeluh.

15
Ketigabelas, nursing is doing.artinya perawat melakukan pengkajian dan
intervensi keperawatan berdasarkan pengetahuannya untuk memberikan rasa
aman dan nyaman serta asuhan keperawatan secara komprehensif.
Keempatbelas, nursing is feeling. Berarti bahwa perwat dapat menerima,
merasakan dan memahami perasaan duka, senang, frustasi, dan rasa puas klien.
Kelimabelas, nursing is accepting. Yang berarti bahwa perawat harus
menerima diri sendiri sebelum dapat menerima orang lain. (La Ode Jumadi
Gaffer, 1999)

Integritas Islam Dalam Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan

Perawat dapat bekerja dengan individu semua umur dan berbagai unit keluarga
atau berkonsentrasi pada populasi tertentu seperti orang tua baru, anak usia
sekolah, dan lansia. Dalam semua kasus, proses keperawatan merupakan intrumen
dasar bagi perawat dalam peran promosi kesehatan. Meskipun prosesnya sama,
perawat menekankan pada penyuluhan klien (perorangan atau unit keluarga)
mengenai tanggung jawab perawatan diri. Klien dewasa memutuskan tujuan,
menentukan rencana promosi kesehatan dan mengembangkan tanggung jawab
keberhasilan rencana.(Kozier, dkk 2011)
Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Quran dalam Surah Al Maidah ayat 2 yang
berbunyi:

Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan ) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksanya. (QS Al Maidah (2))

16
Ayat diatas sudah sangat jelas bahwa tolong-menolong dalam kebaikan harus di
lakukan. Ilmu yang kita dapat bisa kita aplikasikan contohnya seperti yang di
jelaskan di atas mengenai pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan,itu bagian
dari cara kita untuk saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan. Sehingga
seseorang yang belum tahu menjadi tahu mengenai informasi yang kita berikan.
Terdapat sebuah kesepakatan bersama bahwa genetic, lingkungan dan gaya
hidup membentuk faktor-faktor mendasar yang menentukan status kesehatan
seorang individu. Strategi promosi kesehatan mencoba sebisa mungkin untuk
mempengaruhi berbagai faktor penentu untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Karena faktor-faktor penentu tersebut merupakan bagian dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan, konsep promosi kesehatan dapat dikatakan telah menyatukan
beberapa kajian bidang ilmu dalam satu payung.
Di tahun 1986 WHO pada konferensi pertama promosi kesehatan yang paling
komprehensif yaitu yakni proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kendali atas kesehatan, dan memperbaiki status kesehatannya. Kebanyakan strategi
promosi kesehatan menggunakan lebih dari satu teori didalam pengembangan
sebuah rencana interfensi. Sejauh ini pembahasan telah menunjukan kaitan antara
agama dan kesehatan, menggambarkan berbagai konsep islam berasal dari 3 konsep
utama islam yang menuju kesehatan. Namun, apa yang masih hilang adalah sebuah
penguraian rinci terhadap bagaimana aplikasi nyata konsep islam dapat berguna
dan digunakan di dalam implementasi teori model promosi kesehatan.
Dawah contonya, yang hakikatnya merupakan ajakan. Islam mendorong setiap
umatnya untuk mengajak satu sama lain untuk memahami dan mengetahui apa yang
baik dan apa yang buruk. Ini secara jelas diungkapkan di dalam Al-Quran Surah At-
Taubah ayat 71

17
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagiaan
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagiaan yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf (kebaikan) mencegah
dari yang munkar (keburukan), mendirikan sholat, menunaikan zakat
dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi
rahmat oleh Allah : Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana
Akan tetapi hal ini bukan berarti paksaan, seperti yang tercantum pada Surah
An-Nahl ayat 125 :

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah (perkataan


yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan
yang bathil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara baik. Sesungguhnya tuhanmu ialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan untuk kesehatan didesain untuk memberdayakan masyarakat
untuk membuat keputusan yang baik untuk mendorong masyarakat mentaati
harapan professional kesehatan. Pendidkan merupakan suatu proses yang sangat
komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang,
intinya di dalam pendidikan keperawatan membutuhkan proses belajar yang
dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan keperawatan, sebagaimana
hakekat pendidikan keperawatan sebagai pendidikan akademik dan pendidikan
profesi, maka proses perubahan perilaku akademis diharapkan dapat
mencerminkan pada tatanan dan nilai-nilai kesehariannya, demikian juga
pendidikan profesi akan terjadi perubahan perilaku professional dalam
kehidupannya. (Nurdiyanah Syarifuddin.2012)

B. Saran
Peran perawat dalam promosi kesehatan masih belum optimal. Salah satu
diantaranya adalah kurang adanya kesadaran dari masyarakat tentang
pentingnya mengenal nilai-nilai kesehatan serta menerapkan perilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain dengan memahami pentingnya promosi kesehatan dan
melakukan program pemberdayaan masyarakat agar dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menerima berbagai program kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2001. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto
Hidayat, A.A. 2008. Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Kozier, dkk. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (volume 1). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
La Ode Jumadi Gaffer, 1999.Pengantar Keperawatan Professional. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Salinan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT
Salinan UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Syarifuddin, Nurdiyanah. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Makassar:
Alauddin University Press
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/teori-perilaku-kesehatan.html

20

Anda mungkin juga menyukai