Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak telah menjadi
prioritas utama dari pemerintah. Angka kematian ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan
suatu negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas
pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Tingginya
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia membuat Pemerintah menempatkan
upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan
kesehatan dimana program ini merupakan salah satu Program Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) (Biro pusat statistik, 2012).
Sistem pelayanan kesehatan yang optimal merupakan salah satu komponen
pendukung keberhasilan baiknya pelayanan antenatal care di suatu wilayah.
Berbagai upaya dan program telah dikerahkan untuk memaksimalkan dan
memperkuat sistem kesehatan, belum ada kerangka kerja yang dapat diterapkan
di negara berkembang. Berbagai sistem kesehatan masih kurang dalam
kapasitas mengukur dan memahami masing masing kelemahan
program tersebut, sehingga para pembuat kebijakan seharusnya berfikir keras
tentang bagaimana cara memperkuat sistem kesehatan ini. Setiap intervensi
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks mempunyai efek pada
keseluruhan sistem dan keseluruhan sistem mempunyai efek pada setiap
intervensi. Kelemahan dan hambatan yan terdapat pada system ini termasuk
masalah manajemen, kurangnya sumber daya manusia, infrastruktur, dana,
informasi dan partisipasi masyarakat, pengetahuan dan perilaku (WHO, 2009).
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan pencapaian program
pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah akses ibu hamil ke tenaga kesehatan
yang diukur dengan pencapaian K4. K4 adalah kunjungan ibu hamil ke tenaga
kesehatan yang dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil yaitu satu kali
pada trimester satu, satu kali pada trimester dua, dan dua kali pada timester tiga

1
dengan asuhan standar minimal 7 T yaitu: 1) timbang berat badan/ tinggi badan
2) ukur tekanan darah 3) ukur tinggi fundus uteri 4) tetanus toxoid 5) pemberian
tablet besi 6) test laboratorium sederhana 7) temu wicara (Depkes, 2005).
Salah satu permasalahan yang muncul di Puskesmas 1 Sumpiuh adalah
capaian target yang belum terpenuhi secara maksimal pada tahun 2016. Dari
januari sampai Oktober 2016, program baru tercapai 63% dari target 100 %.
Bulan juni yang lalu telah dilakukan evaluasi dan pertimbangan beberapa
alternatif, tetapi masih belum mencapai target. Hal ini mungkin terjadi karena
beberapa kekurangan yang masih belum diperbaiki ataupun masalah yang
masih belum terungkap.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 di Puskesmas I Sumpiuh.
c. Mengetahui secara umum hambatan dan cara mengatasi masalah yang
timbul pada proses program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kunjungan Ibu
Hamil K4 di Puskesmas I Sumpiuh.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas I Sumpiuh.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi puskesmas
a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki
kekurangan yang mungkin masih ada dalam program Kunjungan Ibu
Hamil K4 Puskesmas I Sumpiuh.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4 dalam melakukan evaluasi
dalam kinerja program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas I
Sumpiuh.
c. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Kunjungan Ibu Hamil
K4 kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan
jakepada masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di
wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
d. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
Kunjungan Ibu Hamil K4 yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu
pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu khususnya
di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sumpiuh.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menganalisis suatu
permasalahan kesehatan dalam 6 program dasar puskesmas.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permalahan kesehatan dalam 6 program dasar Puskesmas
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas I Sumpiuh adalah salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang memiliki letak cukup strategis karena berada di tepi jalan
raya provinsi dan berada di daerah perbatasan dengan kabupaten Cilacap.
Wilayah Puskesmas I Sumpiuh terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Cilacap, dan berbatasan dengan
(Puskesmas 1 Sumpiuh, 2015):
a. Sebelah Utara : Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas
b. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap
d. Sebelah Barat : Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh secara administratif mencakup 7
desa, seluas 2.028,115 Ha atau sama dengan 26, 98 km2 dengan rincian
sebagai berikut:
a. Kelurahan Kebokura : 202.948 Ha
b. Desa Karanggedang : 202.458 Ha
c. Desa Kemiri : 284.000 Ha
d. Desa Kuntili : 327.050 Ha
e. Desa Pandak : 275.935 Ha
f. Desa Lebeng : 228,656 Ha
g. Desa Ketanda : 542.179 Ha
Aksesibilitas puskesmas I Sumpiuh adalah sebagai berikut: jarak
puskesmas ke kebupaten yaitu 100% aspal sejauh 40 km; jarak puskesmas
ke desa/ kelurahan yaitu 1-5 km; semua desa/ kelurahan dapat dijangkau
dengan kendaraan roda 2, dan komunikasi berita dapat melalui kantor pos,
telepon, radio, TV serta surat kabar (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk keseluruhan 7 Desa wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh 27.436 jiwa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2015
Kepadatan
Jumlah Jumlah Luas Penduduk
No. Kelurahan Wilayah
Penduduk KK
(per km2)
1 Kebokura 4560 1361 202.948 2.25
2 Karanggedang 2011 677 202.458 0.99
3 Kemiri 5263 1312 284.000 1.85
4 Kuntili 4163 1308 327.500 1.27
5 Pandak 3291 940 275.930 1.19
6 Lebeng 2749 789 228,656 1.20
7 Ketanda 5399 2163 542.179 1.00
Jumlah 27436 8.550 2.063.671 1.33
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015
Desa Ketanda memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 5399 jiwa
dan Desa Karanggedang memiliki penduduk paling sedikit yaitu 2011
jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Kebokura yaitu
sebesar 2,25/km2 sedangkan desa Karanggedang menempati urutan
kepadatan penduduk terendah yaitu 0,99/km2 (Puskesmas I Sumpiuh,
2015).
a. Jumlah penduduk menurut golongan umur
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh menurut
golongan umur adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut golongan umur
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total
1 0-4 tahun 767 706 1473
2 5-14 tahun 1.947 1.872 3.819
3 15-44 tahun 6.899 6.518 13.417
4 45-64 tahun 3.138 3.278 6.416
5 >65 tahun 1.138 1.173 2.311
Jumlah 13.889 13.547 27.436
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015
Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk terbesar berada pada
rentang umur 15-44 tahun, yaitu sebanyak 13.417 jiwa sedangkan
jumlah penduduk terendah pada kelompok umur 0-4 tahun, yaitu
sebanyak 1.473 jiwa (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
b. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat Pendidikan Jumlah
Tidak/ belum tamat SD/MI 1.772
SD/MI 7.268
SMP/MTs 6.335
SMA/SMK/MA 6.718
AK/Diplomat 515
Universitas 379
S2/S3 (Master/Doktor) 47
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015
Berdasarkan data diatas, tingkat pendidikan penduduk dengan
jumlah paling tinggi adalah tingkat SD/MI sebanyak 7.268 orang,
sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2/S3 atau gelar
Master/Doktor yaitu sebesar 47 orang (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
c. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari
rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan
sementara angka proyeksi penduduk tahun 2015 berdasarkan data,
didapatkan jumlah penduduk laki-laki 13.929 jiwa (50,05%) dan
jumlah penduduk perempuan 13.650 jiwa (49,95%). Sehingga
didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,79 per 100 penduduk
perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99
penduduk laki-laki (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
B. Derajat Kesehatan Masyarakat
Situasi mortalitas dan morbiditas dapat menggabarkan derajat
kesehatan masyarakat. Penilaian derajat kesehatan kesehatan masyarakat
dengan menggunakan beberapa indikator, antara lain kondisi angka kematian,
angka kesakitan, dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga
dipengaruhi faktor lain, seperti faktor yang berasal dari sektor pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, faktor ekonomi,
pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Berikut derajat
kesehatan masyarakat di Puskesmas 1 Sumpiuh yang digambarkan melalui
angka kematian, angka morbiditas beberapa penyakit, dan status gizi
(Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
1. Angka Kematian
Angka kematian dapat digunakan sebagai indikator penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
Angka ini dari waktu ke waktu dapat menggambarkan status status
kesehatan masyarakat secara kasar, tingkat permasalahan kesehatan,
kondisi lingkungan fisik, dan biologik, secara tidak langsung. Berikut data
penjabaran angka kematian ibu, bayi, dan balita (Puskesmas I Sumpiuh,
2015).
a. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 sebesar
0/100.000 kelahiran hidup, sama bila dibandingkan dengan AKI pada
tahun 2014 yang sebesar 0/100.000 kelahiran hidup. Target MDGs
untuk angka kematian ibu adalah 102/100.000 kelahiran hidup, maka
Puskesmas I Sumpiuh memenuhi target MDGsAngka Kematian Bayi.
b. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun 1 tahun.Angka Kematian
Bayi (AKB) di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 yaitu sebanyak 2 bayi
atau sebesar 9,2/1.000 kelahiran hidup. Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2015 tidak melebihi target MDGs karena angka kematian bayi di
bawah 23/1000 kelahiran.
c. Angka Kematian Balitan (AKABA)
Angka Kematian Balita merupakan jumlah kematian balita 0-5
tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.Jumlah
kematian bayi dan balita di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 yaitu
sebanyak 4 bayi. AKABA Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 sebesar
11,5/1.000 kelahiran hidup. AKABA di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2015 sudah memenuhi MDGs karena angka kematian balita di bawah
23/1000 kelahiran.
2. Angka Kesakitan
Morbiditas merupakan keadaan sakit, terjadinya penyakit, atau
kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Angka kesakitasn
penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat dan dari sarana
pelayanan kesehatan yang diperoleh dari laporan rutin melalui sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu, sistem pencatatan dan pelaporan rumah
sakit, dan sistem survei terpadu. Berikut angka kesakitan di wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh:
a. DBD
Angka kesakitan DBD di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 adalah sebesar 7,76/100.000 penduduk atau sebanyak 2
kasus, meningkat 2 kali lipat jika dibandingkan dengan angka kesakitan
DBD tahun sebelumnya yaitu 1 kasus sebesar 3,88/100.000 penduduk.
Sampai bulan Juni 2016, sudah terjadi 15 kasus DBD atau 54,6/100.000
sedangkan target nasional angka kesakitan DBD adalah <55/100.000
penduduk, sehingga berhasil tidak melebihi target.
b. Malaria
Jumlah kasus malaria tahun 2015 adalah sebanyak 0 kasus, sama
dengan tahun 2014 sebanyak 0 kasus. Dengan demikian kasus
kematian akibat malaria case fatality rate (CFR) (0%). Target nasional
angka kesakitan malaria adalah <85/100.000 penduduk sehingga
berhasil tidak melebihi target.
c. TB Paru
Angka kesakitan TB paru positif pada tahun 2015 sebanyak 21
kasus atau 76/100.000, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 12 kasus.
Angka kesembuhan penyakit TB paru tahun 2015 sebesar 100 %
dimana dari 21 orang jumlah penderita BTA (+), yang berhasil sembuh
sebanyak 21 penderita. Puskesmas I Sumpiuh telah memenuhi target
nasional penderita TB, karena penderita TB tahun 2015 jumlahnya
<272/100.000. Puskesmas I Sumpiuh juga memenuhi angka
kesembuhan atau Treatment Success Rate (TSR), dimana angka
kesembuhan yang dicapai adalah 100%.
d. Disentri
Selama tahun 2015 cakupan penemuan dan penanganan penyakit
disentri di Puskesmas 1 Sumpiuh sebanyak 662 orang atau
2.412/100.000 penduduk. Dengan target puskesmas untuk angka
kejadian disentri adalah 2.000/100.000 penduduk sehingga angka
kesakitan disentri melebihi target.
e. Kusta
Tahun 2014 ditemukan 2 kasus kusta, sedangkan tahun 2015
ditemukan 4 kasus kusta. Hal tersebut menandakan peningkatan
sebanyak dua kali dibanding tahun sebelumnya. Angka Kesakitan
Kusta tahun 2015 sebesar 14,5/100.000 penduduk, hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlahnya <20/100.000 atau jumlahnya di bawah
target nasional.
f. Tifoid
Angka kesakitan tifoid selama bulan Januari-Juni 2016 adalah
sebesar 283 kasus atau 1.031/100.000 penduduk. Kementerian
Kesehatan tidak memiliki target jelas mengenai angka tifoid, namun
angka kesakitan tifoid pada tiap bulannya di Puskesmas I Sumpiuh
tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan yang berarti.
g. ISPA
Puskesmas I Sumpiuh mendata angka kesakitan ISPA selama
Januari-Juni 2016 sebesar 146 kasus rawat inap, target puskesmas
adalah penanganan paripurna pasien ISPA 100% dan target tersebut
tercapai.
h. Penyakit tidak menular
Jumlah PTM di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2015 sebanyak 2.654
kasus. Kasus tertinggi adalah kelompok penyakit hipertensi esensial
sebesar 53,96%. Prevalensi stroke hemoragik sebesar 0,23%.
Prevalensi stroke non hemoragik sebesar 1,32%. Prevalensi kasus
dekompensasio kordis sebesar 2,45%. Prevalensi diabetes mellitus tipe
1 adalah 13,11% dan tipe 2 sebesar 1,09%. Prevalensi kasus PPOK
adalah 1,06%. Prevalensi kasus asma adalah 18.58%.
3. Status Gizi
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan
pencapaiannya dalam Millenium Development Global (MDGs) adalah
status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan,
tinggi badan yang disajikan dalam bentuk 3 indikator antopometri yaitu
berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan
menurut tinggi badan.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi yang baik bagi seseorang akan
berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan proses
pemulihan akan penyakit, begitu pula sebaliknya.
a. Presentasi Berat Bayi Baru Lahir Rendah
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
Beberapa faktor ibu hamil seperti anemia,kurang suplai gizi, preterm
atau kelahiran kurang bulan dapat menjadi penyebab terjadinya BBLR.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang
serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami
komplikasi penyakit yang berakhir pada kematian bayi.
Jumlah BBLR di Puskesmas 1 Sumpiuh pada tahun 2015 meningkat
dari tahu 2014 dengan jumlah 28 (6,3%) menjadi 36 (7,8%).
b. Presentasi Balita dengan Gizi Kurang
Berdasarkan baku antopometri World Health Organization-
National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS), status gizi dibagi
menjadi 4, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk.
Pada tahun 2015 di Puskesmas 1 Sumpiuh terdapat 4 balita gizi
kurang (untuk underweight mencakup mild dan moderate) yang bila
dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 51 balita.
c. Presentasi Balita dengan Gizi Buruk
Pendataan gizi buruk di Puskesmas 1 Sumpiuh didasarkan pada 2
kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan
umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan
dengan tinggi (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu
dengan kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di
bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka segera
dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan di
Puskesmas, jika ada penyakit penyerta yang berat maka segera di rujuk
ke rumah sakit.
Pada tahun 2015 di Puskesmas 1 Sumpiuh terdapat 1 balita dengan
kasus gizi buruk, terjadi peningkatan dari tahun 2014 yaitu 0 balita
dengan kasus gizi buruk.
C. Capaian Pogram
1. Program Kesehatan Dasar
a. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Mesteri Kesehatan Nomor 1114/MENKES/SK/VII/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
Promosi kesehatan oleh puskesmas adalah upaya puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan, pasien, individu sehat, keluarga (rumah
tangga) dan masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan
masyarakat dapat mandiri dalam meningkarkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama mereka, sesuai sosial budaya serta didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Adapun capaian program promosi kesehatan Puskesmas 1 Sumpiuh
tahun 2015, sebagai berikut:
1) Rumah Tangga Sehat (85,95%)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga
merupakan upaya dalam memberdayakan anggota rumah tangga agar
sadar, mau, dan mempu melakukan PHBS dalam memelihara dan
memningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit
dan melindungi diri dari ancanam penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat.
Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang
memenuhi minimal 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga,
meliputi: persalinan oleh tenaga kesehatan, penimbangan balita, gizi
seimbang, air bersih, jamban, sampah, kepadatan hunian, lantai
rumah, aktifitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan gigi dan
mulut, miras/narkoba, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan
pemberantasan sarang nyamuk.
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga
di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2015 dari 7751 rumah tangga yang
ada, diperiksa 6598 rumah tangga (85,1%) meningkat apabila
dibandingkan dengan tahun 2014 dengan jumlah rumah tangga 7105
dan yang diperiksa sejumlah 5866 rumah tangga (82,6%)
Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili
oleh rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat
paripurna telah mencapai 86% mengalami sedikit kenaikan
dibandingkan tahun 2014 (86%). Cakupan tertinggi dicapai desa
Pandak (93,3%) dan cakupan terendah di desa Lebeng (76,2%).
Upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan
dibutuhkan guna mengubah perilaku.
2) PHBS di Institusi Pendidikan
Upaya PHBS di institusi pendidikan yang dilakukan
Puskesmas 1 Sumpiuh mencakup 26 sekolah mulai dari
SD/sederajat sampai SMA/sederajat. PHBS di institusi pendidikan
terdiri dari 15 indikator mencakup air bersih, jamban sehat, sampah,
cuci tangan, knatin sehat, olahraga, PSN, Tidak merokok, Timbang,
kuku bersih, gigi bersih, pakai sepatu, UKS & P3K, dokter kecil, dan
dana sehat. Program pelaksaanaan dari PHBS pada tahun 2015 di
insttiusi pendidikan ini sudah mendapatkan 25 sekolah dengan strata
sehat utama dan satu sekolah dengan strata sehat madya. Hasil
capaian tahun 2015 menyatakan bahwa tim Promkes telah
melakukan survei dan penyuluhan edukasi larangan merokok ke
semua sekolah di wilayah kerjanya namun capain frekuensi
penyuluhan yang diberikan mencapai 15% dan belum memenuhi
target penyuluhan larangan merokok yaitu sebesar 30% seluruh totol
penyuluhan pada tahun 2015.
3) Posyandu Purnama (68,29%)
Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8x per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni
kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu yang mencapai Strata Purnama pada tahun 2015
sebanyak 28 (68,29%) , dengan nilai tertinggi di Desa Kuntili dan
Desa Pandak dan terendah di desa Ketanda.
4) Posyandu Mandiri (2,43%)
Posyandu mandiri adalah yang sudah dapat melakukan kegiatan
secara teratur, cakupan kelima program utama sudah bagus, ada
program tambahan dan dana sehat, telah menjangkau lebih dari 50%
KK. Untuk Posyandu tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan
Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan
prinsip JPKM.
Posyandu yang mencapai strata madiri tahun 2015 dengan nilai
tertinggi Desa Kebokura (37,5%), sedangkan desa Kranggedang
(16,67%), hal tersebut belum memenuhi target SPM, namun secara
keseluruhan pencapaian strata mandiri adalah 9,76% sudah melebihi
target SPM (>2%) yaitu 9,76% sama bila dibangding tahun 2014.
5) Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa
yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Sedangkan, tujuan khususnya meliputi: peningkatan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan, peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya), dan
peningkatan kesehatan lingkungan di desa.
Program desa siaga si Puskesmas 1 Sumpiuh pada tahun 2015
capaian sama dengan target yaitu 100%.
b. Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana (KIA & KB)
1) Cakupan kunjungan ibu hamil K4
Kunjungan K4 artinya 4 kali kunjungan ibu hamil yang
terdiri dari 1 kali kunjungan pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Dari semua
program kunjungan ibu hamil K4 yang mencakup program P4K,
ibu hamil risiko tinggi, dan senam ibu hamil, Puskesmas 1
Sumpiuh mencapai 99,6% dengan target 100% pada tahun 2015.
Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu
97,7%.
2) Cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani pada tahun
2015 yaitu sebesar 155,8%. Angka ini menurun bila dibandingkan
dengan tahun 2014, yaitu sebesar 123,1%. Pencapaian cakupan
tahun ini sudah melampaui target SPM pada tahun 2015, yaitu
80%.
3) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
yang dimiliki
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 sebesar 100,7% dengan target
100%. Angka cakupan ini sama dengan tahun 2014.
4) Cakupan pelayanan ibu nifas
Cakupan pelayanan nifas tahun 2015 sudah melampaui
target SPM 2015 (90%) yaitu 100,9%. Angka ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu 100%.
5) Cakupan kunjungan bayi
Cakupan kunjungan bayi di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 yaitu sebesar 100,7%. Angka ini menurun bila
dibandingkan tahun 2014, yaitu sebesar 100,5%. Cakupan
kunjungan bayi pada tahun 2015 sudah mencapai target SPM, yaitu
90%.
6) Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Pencapaian UCI desa pada tahun 2015 di Puskesmas I
Sumpiuh sebesar 100%. Angka ini sama bila dibandingkan dengan
tahun 2014. Angka ini sudh melampaui target SPM pada tahun
2015, yaitu sebesar 90%.
7) Cakupan pelayanan anak balita
Cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2015 di
Puskesmas I Sumpiuh yaitu sebesar 76,5%. Angka ini sama bila
dibandingkan dengan tahun 2014.
8) Cakupan peserta KB aktif
Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 sebesar 83,9%. Angka ini mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014, yaitu 77,8%. Angka
ini sudah mencapai target SPM pada tahun 2015, yaitu sebesar
70%.
c. Gizi
a. Cakupan garam beryodium
Pada tahun 2015, 3 desa telah dilakukan pengujian untuk
program ini. Dari 3 desa tersebut, 2 diantaranya memiliki cakupan
penggunaan garam beryodium yang cukup. Program ini belum
terlaksana sempurna karena target puskesmas adalah pengujian
garam beryodium di seluruh wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
b. Keluarga sadar gizi
Hasil program keluarga sadar gizi di 7 desa wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh telah memenuhi target di mana target
puskesmas adalah 50%. Sebesar 54,29% keluarga di 7 desa
wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh telah berhasil menjalankan
program ini.
c. Pemantauan konsumsi gizi
Dua belas kepala keluarga (KK) di wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh memperoleh gizi yang cukup baik dengan
rata-rata energi sebesar 1.665 kalori/orang. Program ini masih
perlu diintervensi karena target puskesmas untuk program ini
sebesar 2.000 kalori/orang.
d. Pemantauan status gizi balita
Program yang dilakukan 1 tahun sekali ini mendapatkan
hasil balita underweight sebanyak 49 anak, overweight sebanyak
11 anak, dan normoweight sebanyak 544 anak pada tahun 2015.
Program ini tercapai dengan target terpantaunya gizi balita dalam
1 tahun.
e. Cakupan kapsul vitamin A
Program ini dilakukan pada bulan Februari 2015 dan
Agustus 2015 dengan hasil 100% balita mendapatkan vitamin A.
Dengan demikian, program ini telah memenuhi target dengan
target terlaksana 2x/tahun.
f. ASI eksklusif
Program ini ddilaksanakan 2 kali selama 1 tahun, yaitu
bulan Februari dan Agustus 2015. Capaian tertinggi ada di Desa
Lebeng dengan persentase 83% dan terendah di Desa Ketanda
yaitu 51% pada bulan Februari 2015. Pada bulan Agustus 2015,
capaian tertinggi ada di desa Pandak yaitu 79% sedangkan
capaian terendah ada di desa Karanggedang dan Kemiri yaitu
51%. Target yang dicanangkan Kementerian Kesehatan untuk
ASI eksklusif sebesar 80%, maka ada beberapa desa yang
mencapai target, ada pula yang belum mencapai target. Program
pemantauan ASI eksklusif tercapai dilakukan 2x/tahun.
d. Kesehatan Lingkungan
Di samping perilaku masyarakat itu sendiri, derajat kesehatan
masyarakat juga dipengaruhi oleh sehat tidaknya keadaan lingkungan
masyarakat. Berikut adalah beberapa indikator penting yang digunakan
Puskesmas I Sumpiuh yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan
a. Rumah Sehat
Cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan di
Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 meningkat dari 37.9% pada
tahun 2014 menjadi 63,97% pada tahun 2015 di mana sebanyak
4.958 rumah dari 7.751 rumah yang diperiksa adalah rumah
sehat.
b. Akses Air Bersih
Sebanyak 1.832 keluarga atau 76,9% cakupan keluarga
yang memiliki akses air bersih pada tahun 2015. Sebagian besar
dari air bersih keluarga memanfaatkan sumur gali (70,2 %) dan
sudah terdapat satu akses air perpiaan untuk digunakan 485
penduduk.

c. Sanitasi Dasar
Dari keseluruhan 1.362 (57,2%) keluarga yang memiliki
jamban di Puskesmas I Sumpiuh. Dari 1.313 keluarga yang
memiliki tempat sampah (55,1%), keluarga yang tempat
sampahnya sehat sebanyak 711 (54,2%), yang memiliki tempat
pengolahan air limbah sebanyak 1.255 (52,7%), dan yang
memiliki tempat pengolahan air limbah sehat sebanyak 689
keluarga (54,9%).
d. Jamban Sehat
Cakupan keluarga yang jambannya memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 826 keluarga (60,6%) meningkat
dibandingkan pada tahun 2014 (sebesar 40,4).
e. Tempat Pengelolaan Makanan
Cakupan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi
syarat kesehatan pada tahun 2015 adalah 22 TPM (51,1%) dari
43 TPM yang diperiksa.
f. Kesehatan Lingkungan Institusi
Kondisi kesehatan lingkungan institusi meliputi sarana
pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, instalasi pengolahan
air minum, sarana ibadah, dan perkantoran. Pada tahun 2015,
Sarana pelayanan kesehatan, sarana ibadah, dan perkantoran
meningkat dibanding tahun 2014. Sarana pelayanan kesehatan
meningkat dari 76,9% menjadi 90%. Perkantoran meningkat
dari 63,6% menjadi 70%. Sarana ibadah sedikit meningkat dari
62% menjadi 62,9%. Sedangkan sarana pendidikan (61%) sama
dengan tahun 2015.
e. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
1) TB paru
Salah satu indikator yang digunakan dalam
pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu
proporsi jumlah pasien baru BYA(+) yang ditemukan dan
diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut. CDR penderita TB paru BTA(+) di
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2015 sebesar 69,89%. Angka
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu
81,54%.
Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru di
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2015 sebesar 100%. Angka
ini melebihi target nasional yaitu 90%. Angka ini sama bila
dibandingkan dengan angka kesembuhan pada tahun 2014.
2) Pneumonia
Persentase penemuan dan penanganan penderita
pneumonia pada balita pada tahun 2015 sebesar 74,6% dengan
jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 121 kasus. Angka ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2014,
yaitu 74,7%.
3) Diare
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Puskesmas I
Sumpiuh pada tahun 2015 sebanyak 970 atau 67,3%. Angka ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu
sebanyak 733 atau 50%.
4) DBD
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD
pada tahun 2015 adalah sebesar 7,3%. Angka ini meningkat bila
dibandingkan tahun 2014, yaitu 0%. Bila dibandingkan dengan
target nasional, yaitu >1%, CFR DBD di Puskesmas I Sumpiuh
cukup tinggi.
f. Pengobatan dan Gawat Darurat
1) Ketersediaan obat menurut jenis obat
Pada tahun 2015 dari 68 jenis obat stock terbanyak
adalah Parasetamol sebanyak 82.000 tablet dengan pemakaian
rata-rata per bulan 63.400 tablet, sedangkan stock obat yang
paling sedikit adalah OAT Kategori 1 sebanyak masing-masing
3 paket dengan pemakaian rata-rata 0 paket.
Tingkat kecukupan obat tertinggi adalah Dexametason
injeksi 5 mg/ml dalam ampul 2 ml dan terendah adalah
Ibuprofen tablet 200 mg. Pemakaian Dexametason injeksi
5mg/ml dalam ampul 2 ml dapat tercukupi pemakaiannya untuk
selama 184,5 bulan dan Ibuprofen tablet 200 mgdapat tercukupi
pemakaiannya untuk selama 12,98 bulan.
2) Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap di sarana pelayanan
kesehatan
Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat
jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan
kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di
Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan
kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan lain.
Cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 sebanyak 27.665 (100,01%).
Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat
inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan
kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di
Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan
kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan lain.
Cakupan kunjungan rawat inap di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 sebanyak 1.956 (7,07%%).
3) Cakupan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat miskin
Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien
masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan
kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama,
rawat inap pertama, persalinan normal di Puskesmas dan
jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport
untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di rumah sakit
meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut,
pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang
medik, serta pelayanan tindakan dan operasi.

Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada


tahun 2015 sebanyak 32.994 orang. Masyarakat miskin yang
mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana
pelayanan strata 1 sebesar 9,133 (76,1%) sedangkan di sarana
pelayanan strata 2 dan strata 3 sebesar 686 (5,7%).
4) Cakupan pelayanan kesehatan rawat inap masyarakat miskin
Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien
masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Selain mendapatkan
pelayanan rawat jalan juga mendapatkan rawat inap.
Jumlah masyarakat miskin dan hamper miskin sebanyak
27.665, mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di sarana
kesehatan strata 1 sebanyak 749 (6,2%) sedangkan di sarana
kesehatan 2 dan 3 nsebanyak 95% (0,8%).
B. Input
1. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter
umum yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah
penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010
ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis, berarti
tenaga medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
e. Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di wilayah
Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan.
f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan
SPK ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya ada
5 orang perawat (ratio 24,56/100.000 jumlah penduduk). Standar IIS
tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
Berarti masih kurang 14 orang perawat.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I. Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat.

Tabel 2. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di


Puskesmas II Tambak

Jumlah Ratio
Target IIS /
No Jenis Tenaga Tenaga /100.000
100.000 pddk
Kesehatan pddk
1. Dokter Umum 2 10 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 0 0 11
4. Farmasi 0 0 10
5. Bidan 7 34,38 100
6. Perawat 5 24,56 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,91 22
8. Sanitasi 1 6 40
9. Kesh. Masy 2 24 40

2. Money (Pembiayaan Kesehatan)


Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK. Semua
anggaran ini tujuannya adalah agar semua program kesehatan di
puskesmas bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai
target target yang telah ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran ini
saling melengkapi satu sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran
tahun 2013 adalah Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta tiga
ratus tiga belas ribu rupiah), dan dapat direalisasikan Rp. 95.523.671,00
(96,2%). Rencana anggaran untuk tahun 2013 sama seperti tahun 2012
yaitu Rp.99.313.000,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Untuk anggaran program
promosi kesehatan sendiri pada tahun 2014 berasal dari Puskesmas
BOK sejumlah Rp 7.285.000

3. Material (Sarana Kesehatan)


Di wilayah kerja Puskesmas II Tambak tidak ada puskesmas
pembantu, namun terdapat 2 buah polindes, 3 bidan desa, 24 posyandu
balita dan 11 posyandu lansia yang tersebar di 5 desa wilayah kerja
Puskesas II Tambak. Puskesmas II Tambak satu satunya sarana
Kesehatan yang mempunyai kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas
II Tambak dan pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas II
Tambak hanya ada di Puskesmas
4. Methode
Ketrampilan diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara
insidensil.

Anda mungkin juga menyukai