Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Indikator/Materi Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik karbohidrat dan berbagai metode
analisa kadar karbohidrat pangan secara kualitatif
1. Definisi Karbohidrat
2. Sifat Fisik dan Kimia Karbohidrat
3. Sumber dan Klasifikasi Karbohidrat
4. Prinsip Analisis Karbohidrat Secara Kualitatif
5. Metode Analisa Karbohidrat Kualitatif
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode
1. Definisi Karbohidrat
Senyawa organik yang disusun oleh 3 jenis atom: Karbon (C), Hidrogen
(H), dan Oksigen (O) dengan rumus kimia Cn(H2O)n. Senyawa ini dalam
jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel.
Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan di bentuk dari beberapa asam
amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
2. Sifat Fisik Kimia Karbohidrat
1. Tingkat Kemanisan
- Monosakarida, oligosakarida, dan gula alkohol memiliki rasa manis.
Sebagian oligosakarida berasa pahit (gentiobiosa)
- Sukrosa miliki rasa manis paling nyaman, meski berkonsentrasi tinggi.
Sering dipakai pada produk pangan (nilai kemanisan 1).
2. Higroskopis
- Menunjukkan kemampuan gula mengikat air (adanya gugus
polihidroksil membentuk ikatan hidrogen dengan air).
- Sifat higroskopis dipengaruhi jenis gula, suhu, dan RH lingkungan
- Sifat higroskopis gula berperan sebagai pengawet pangan
(penggulaan)
- Penggulaan umum pada bahan makanan seperti jeli, manisan, selai
dan permen
3. Kelarutan
- Adanya gugus polihidroksil yang dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan air menyebabkan gula sederhana juga larut air.
- Kelarutannya tergantung jenis gula dan suhu.
- Kelarutan gula per 100 ml air pada suhu 50C: fruktosa (86,9 g),
sukrosa (72,2 g), glukosa (65,0 g), maltosa (58,3 g) dan laktosa (29,8
g).
b. Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu :
1. Sukrosa: dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Bila dicernakan dan
dihidrolisis, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit
fruktosa.
Sumber : buah, sayuran dan madu.
2. Maltosa (gula malt): tidak terdapat bebas di alam. Bila dicernakan atau
dihidrolisisa, maltose pecah menjadi dua unit glukosa.
3. Laktosa (gula susu): hanya terdapat dalam susu dan terdiri dari atas
satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
Sumber: Susu sapi dan ASI.
4. Trehalosa: terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gula jamur.
Sumber: jamur dan serangga.
c. Polisakarida
Karbohidrat yang komplek terdiri atas beberapa molekul/satuan gula
sederhana (monosakarida). Beberapa dapat dicerna yaitu pati dan dekstrin,
sedang yang lain tidak (selulosa dan hemiselulosa seperti agar dan pektin),
tidak larut dalam air.
1. Uji Molisch
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan
polisakarida akan memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah
ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural
dengan a-naftol dalam pereaksi molish.
a. Prinsip
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat
pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural,
sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika
timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau
hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji molisch adalah
uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini untuk semua
jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif.
b. Metode atau Cara Kerja
1. 15 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. 3 tetes pereaksi Molisch ditambahkan dan dicampur dengan baik.
3. Tabung reaksi dimiringkan lalu dialirkan dengan hati-hati 1 mL H2SO4
pekat melalui dinding tabung agar tidak tercampur.
4. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada
batas antara kedua lapisan
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi
Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya
ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya
pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.
a. Prinsip
Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion
Cu 2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata.
b. Metode dan Cara kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. 3 tetes sampel (dalam bentuk larutan) dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang masih kering dan bersih
3. 2 ml pereaksi Benedict ditambahkan, kemudian dikocok.
4. Dimasukkan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan
warna endapannya.
5. Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi
positif karbohidrat.
3.Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang
mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl
panas menjadi asam levulinat dan 4hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan
fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat
lain dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.
a. Prinsip
Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hodroksimetilfurfural dan
dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah oranye.
b. Metode atau Cara kerja
1. 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Seliwanoff dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
2. Tabung dididihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas
air mendidih selama 1 menit.
3. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah orange.
4. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan
mengontrol kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada
analisa ini, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan
memberikan hasil positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
a. Prinsip
Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan
endapan Cu2O berwarna merah bata.
b. Metode atau Cara kerja
1. 1 ml larutan uji karbohidrat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masih
kering dan bersih.
2. 1 ml pereaksi Barfoed ditambahkan, kemudian dikocok.
3. Tabung dimasukkan kedalam penangas air selama 3 menit.
4. Dinginkan dalam air mengalir.
5. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit
sampai terlihat adanya reduksi.
5. Uji Osazon
Untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya.
a. Prinsip
Suatu aldosa atau ketosa dengan fenil hidrazin akan membentuk Kristal
osazon. Kristal osazon yang terbentuk khas sesuai dengan jenisnya.
b. Metode atau Cara kerja
1. 2 ml larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Seujung spatel fenilhidrazin-hidroklorida dan kristal natrium asetat
ditambahkan ke dalam tabung.
3. Tabung dipanaskan dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
4. Didinginkan perlahan dibawah air keran.
5. Perhatikan kristal yang terbentuk dan diidentifikasi dibawah mikroskop.
6. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya
dengan heksosa. Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga
membebaskan unsur perak (Ag). Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang
digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih
dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida pada
suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
a. Prinsip
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.
b. Metode atau Cara kerja
1. Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung reaksi yang
telah diisi 2 ml pereaksi Tollens.
2. Masukan ke dalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna
yang terjadi.
3. Hasil dicatat
7. Hidrolisa Sukrosa
Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
a. Prinsip
Sukrosa dalam HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu
menghasilkan fruktosa dan glukosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan
Seliwanoff yang sebelumnya hidrolisis menghasilkan hasil negative menjadi
positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis
sukrosa menghasilkan monosakarida.
b. Metode atau Cara kerja
1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml larutan uji sukrosa.
2. Tambahkan 1 ml HCl 10%.
3. Masukan kedalam penangas air selama 15 menit.
4. Dinginkan perlahan-lahan, kemudian netralkan.
5. Tes hidrolisa dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
6. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
8. Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan
HCl pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion
feri. Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan
adanya gula pentosa.
a. Prinsip
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan
penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk
senyawa kompleks berwarna biru.
b. Metode atau Cara kerja
1. 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. 10 tetes peraksi Bial dan 2 tetes HCl pekat ditambahkan
3. Campurlah dengan baik, lalu dipanaskan di atas api kecil sampai timbul
gelembung-gelembung gas dipermukaan larutan.
4. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna biru
menunjukan adanya pentose.
9. Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat
membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat
berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur
heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
a. Prinsip
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks
adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan
warna biru , dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium mesmbentuk warna
cokelat.
b. Metode atau Cara kerja
1. 3 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 2 tetes larutan iodium
3. Diamati perubahan warna yang terjadi
Kelebihan
Kelemahan
Indikator/Materi Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik karbohidrat dan berbagai metode
analisa kadar karbohidrat pangan secara kuantitatif
1. Prinsip Analisis Karbohidrat secara kuantitatif
2. Metode Analisis Karbohidrat Kuantitatif
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode
5. Uji Kuantitatif
Analisis kuantitatif karbohidrat dilakukan untuk menunjukkan seberapa
besar kandungan karbohidrat dalam suatu bahan. Uji ini dapat diketahui dengan
cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi.
Analisis kuantitatif karbohidrat yang dilakukan untuk menentukan kadar pati
antara lain dengan menggunakan metode Luff Schoorl, Munson Walker, Lane
Eynen, dan Nelson Somogyie. Penentuan gula pereduksi dengan metode Luff
Schoorl, yaitu dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum dilarutkan
dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sudah direaksikan dengan sampel gula
reduksi (titrasi sampel).
Penentuannya dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat (Na2S2O3).
Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan jumlah gula reduksi
yang ada dalam bahan atau larutan. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi
blanko dan titrasi sampel, kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang tersedia.
2. Analisis contoh :
a) Lakukan pengenceran contoh
b) Masukkan sebanyak 1 ml contoh kedalam tabung reaksi tertutup
c) Lakukan tahap seperti pada pembuatan kurva standar
3. Perhitungan Perhitungan metode ini adalah dengan menentukan konsentrasi
gula dalam contoh mengguanakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) dan memperhitunkan pengenceran yang
dilakukan. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100
Keterangan :
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
2. Analisis contoh
a) Lakukan pengenceran contoh
b) Masukkan 2ml contoh ke dalam tabung reaksi dan lakukan tahap seperti pada
pembuatan kurva standar.
Perhitungan menggunakan metode fenol adalah konsentrasi gula dalam contoh
ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula
standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Rumus perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W) x 100
Keterangan :
G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (gram)
2. Analisis contoh :
a) Campurkan larutan fehling A dan B dengan volume yang sama
b) Pipet 10 ml larutan dari hasil persiapan contoh kedalam erlemeyer
c) Tambahkan kedalam erlenmeyer 10 ml larutan campuran fehling A dan B serta
2-4 tetes metilen blu 0,2 %.
d) Panaskan campura larutan di atas hot plate magnetic stirrer
e) Setelah mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula standart sampai warna
biru hilang
f) Titrasi dilakukan dengan cepat, maka perlu ditambahkan larutan glukosa
standar dengan volume tertentu.
Perhitungan
Gula pereduksi (%) = [(V0-Vs)xGxTsxFx100]/(TxW)
Keterangan :
Vo = volume larutan glukosa standar untuk titrasi larutan Fehling (ml)
Vs = volume larutan glukosa standar untuk titrasi contoh (ml)
G = konsentrasi larutan glukosa standar (g/ml)
Ts = volume contoh total dari persiapan contoh (ml)
T = volume contoh yang diperlukan untuk titrasi (ml)
W = berat contoh (g)
F = faktor pengenceran
Perhitungan
Perhitungan dalam metode ini adalah kandungan gula pereduksi dalam
contoh ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara
konsentrasi gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran
yang dilakukan. Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan
gula non-pereduksi dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula dengan
kadar gula pereduksi. Total gula = gula pereduksi + gula non-reduksi
Analisis contoh :
1. Gunakan contoh tepung yang mengandung pati (apabila contoh mengandung
komponen lain maka pati perlu diekstrak dahulu)
2. Timbang sebanyak 100mg contoh dan masukkan ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan ke dalam tabung reaksi 1ml etanol 95% dan 9ml NaOH 1 N.
3. Panaskan tabung reaksi selama 10 menit untuk menggelatinisasi pati
4. Setelah didinginkan, masukkan pasta pati ke dalam labu takar 100ml dan
tepatkan hingga tanda tera dengan menggunakan air
5. Pipet larutan pati tersebut dan dimasukkan ke dalam labu takar 100ml, lalu
ditambahkan asam asetat 1N, 2 ml larutan iod, dan air hingga tanda tera
6.Setelah didiamkan selama 20 menit, ukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada 625 nm.
Perhitungan
Kandungan amilosa ditentukan berdasarkan kemampuan amilosa untuk
bereaksi dengan senyawa iod yang menghasilkan kompleks berwarna biru.
Intensitas warna biru tergantung pada kadar amilosa dan dapat ditentukan secara
spektofotometri. Kandungan amilopektin ditentukan sebagai selisih antara
kandungan pati dengan amilosa.
Pati = amilosa + amilopektin
Perhitungan dalam menentukan berat pati dalam contoh diperoleh dengan
mengalikan berat glukosa dengan 0,9. Angka 0,9 adalah faktor konversi untuk
pembentukan glukosa dari hidrolisa pati. Perhitungan kadar amilosa ditentukan
dengan menggunakan kurva standar, dengan menggunakan rumus:
Kadar amilosa (%) = (CxVxFPx100)/W
Keterangan :
C = konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar (mg/ml)
V = volume akhir contog (ml)
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (mg)
Kadar amilopektin (%) = Kadar pati (%) Kadar amilosa (%)
Perhitungan
Kadar serat kasar (g/100 g contoh) = [(W2W1)/W]/x100
Keterangan :
W2 = berat residu kertas saring yang telah dikeringkan (g)
W1 = berat kertas aring
W = berat contoh yang dianalisis.
SOAL LATIHAN
1. Sebutkan 3 jenis atom yang menyusun karbohidrat !
2. Sebutkan dan jelaskan sifat fisik kimia karbohidrat !
3. Sebutkan dan jelaskan sumber, klasifikasi dari Disakarida !
4. Jelaskan prinsip kerja dari metode kualitatif uji Benedict !
5. Jelaskan metode atau cara kerja dari uji Barfoed !
6. Sebutkan dan jelaskan 2 macam prinsip uji kuantitatif karbohidrat !
7. Jelaskan metode atau cara kerja dari uji gula reduksi (Nelson Somogyi) !
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gzi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.