Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
RINDU YUSTICIA P (010001400372)
SARAH SACHNAZ K (010001400390)
SEKAR NURFARA P (010001400494)
TIARA KUSUMA A (010001400416)
DHEAN APRIANCHA A (010001500117)
LYTA QODRINE T (010001500244)
SARAH CAROLINE A (010001500397)
WAHYU TRIMULYO A (010001500436)
FAKULTAS HUKUM
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Bab VII
Pasal 35
1
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2002)
dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak
menentukan lain.
Dari peraturan ini dapat dilihat bahwa dalam perkawinan dikenal dua
macam kategori harta yaitu harta bawaan (Pasal 35 ayat 2) misalnya ;
pemberian, warisan. Dan harta bersama (pasal 35 ayat 1) yaitu harta yang
diperoleh selama perkawinan berlangsung. Terhadap harta bawaan, Undang-
undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengatakan bahwa masing-masing pihak
mempunyai hak dan untuk mengaturnya sendiri-sendiri. Karena itu harta bawaan
tidak dimasukan kedalam harta bersama dalam perkawinan. Sedangkan tentang
siapakah yang berhak untuk mengatur harta bersama, undang-undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974, mengatur lebih jelas dalam ketentuan.
Pasal 36
Dari bunyi pasal tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang berhak
mengatur harta bersama dalam perkawinan adalah suami dan istri. Maka dari itu
salah satu pihak tidak dapat melakukan perbuatan hukum atas harta bersama
dalam perkawinan tanpa sepengetahuan pihak lain karena kedudukan mereka
seimbang yaitu sebagai pemilik bersama atas harta bersama itu.
Pasal 37
2. Philipina
Article 74
Article 109
(2) That which each acquires during the marriage by gratuitous title;
(4) That which is purchased with exclusive money of the wife or of the
husband.
Harta yang dari setiap pasangan meliputi harta yang dibawa ke dalam
pernikahan, harta yang bersama diperoleh selama pernikahan, harta yang
diperoleh masing-masing selama pernikahan dan harta yang dibeli dengan uang
eksklusif istri atau suami. Sehingga ada 4 golongan harta di dalam undang-
undang Philipina.
Article 110
Dalam hal ini setiap pasangan berhak atau bersama-sama menguasai harta
benda dalam perkawinan tersebut.
B. PERJANJIAN PERKAWINAN
1. Indonesia
Perjanjian kawin di Indonesia diatur di dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1974 Pasal 29. Perjanjian Perkawinan adalah perjanjian yang dilakukan oleh
calon suami/istri mengenai kedudukan harta setelah mereka melangsungkan
pernikahan. Di Indonesia Perjanjian perkawinan dilakukan sebelum pernikahan
itu berlangsung dan tidak bisa dibuat pada saat atau setelah dilaksanakan
pernikahan tersebut hal ini tertulis jelas di dalam Pasal 29 ayat 1 UU Perkawinan
Pasal 29 ayat 1
Pasal 29 ayat 2
Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama dan kesusilaan.
Pasal 29 ayat 4
Selama perkawinan dilangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah,
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan
perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
Di dalam ayat ke 4 ini, apabila isi dari perjanjian tersebut ingin dirubah pada
saat perkawinan berlangsung , maka harus ada persetujuan dari suami dan istri
tersebut dan tidak boleh merugikan pihak ketiga yang tersangkut dalam
perjanjian perkawinan tersebut. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci mengenai
perjanjian perkawinan di dalam undang-undang perkawinan ini, perjanjian
perkawinan yang lebih rinci yang biasa dianut oleh pemeluk agama Islam ialah
diatur lebih jelas dalam Kompilasi Hukum Islam.
2. Philipina
Article 75
The future spouses may, in the marriage settlements, agree upon the
regime of absolute community, conjugal partnership of gains,
complete separation of property, or any other regime. In the absence
of a marriage settlement, or when the regime agreed upon is void,
the system of absolute community of property as established in this
Code shall govern. (119a)
Dalam pasal tersebut Pasangan dapat menetapkan atau menyetujui
perjanjian apapun asalkan tidak bertentangan dengan hukum. Pasangan suami
istri yang sudah menikah setelah Family Code of the Phillipines berlaku tanpa
kesepakatan perjanjian perkawinan maka hartanya akan diatur sesuai undang-
undang ini.
Article 76
Article 77
PENUTUP