Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN HUKUM KELUARGA MENGENAI

PENGATURAN HARTA PERKAWINAN DAN


PERJANJIAN PERKAWINAN DI INDONESIA DENGAN
PHILIPINA

TUGAS PERBANDINGAN HUKUM KELUARGA

DISUSUN OLEH :
RINDU YUSTICIA P (010001400372)
SARAH SACHNAZ K (010001400390)
SEKAR NURFARA P (010001400494)
TIARA KUSUMA A (010001400416)
DHEAN APRIANCHA A (010001500117)
LYTA QODRINE T (010001500244)
SARAH CAROLINE A (010001500397)
WAHYU TRIMULYO A (010001500436)

FAKULTAS HUKUM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta,8 Juni 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Konsepsi pernikahan di Indonesia ialah suatu ikatan lahir batin antara pria dan
wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di Indonesia mengandung unsur
psikologis,agama dan biologis. Sedangkan di Philipina di dalam Article 1 The Family
Code of the phillipines ialah Marriage is a special contract of permanent union
between a man and a woman entered into in accordance with law for the establishment
of conjugal and family life. It is the foundation of the family and an inviolable social
institution whose nature, consequences, and incidents are governed by law and not
subject to stipulation, except that marriage settlements may fix the property relations
during the marriage within the limits provided by this Code.
Menurut hukum adat yang dimaksud dengan harta perkawinan ialah semua harta
yang dikuasai suami dan istri selama mereka terikat dalam ikatan perkawinan, baik
harta perseorangan yang berasal dari harta warisan, harta hibah, harta penghasilan
sendiri, harta pencaharian hasil bersama suami istri dan barang-barang hadiah. Dan
perjanjian perkawinan ialah perjanjian yang dibuat untuk memisahkan harta perkawinan
dalam perkawinan antara suami dan istri.
Di setiap negara memiliki pengaturan yang berbeda-beda mengenai harta
perkawinan dan perjanjian perkawinan. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan
membahas secara rinci bagaimana pengaturan mengenai harta perkawinan dan
perjanjian perkawinan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaturan harta perkawinan di Indonesia dan Philipina?
2. Bagaimana pengaturan perjanjian perkawinan di Indonesia dan Philipina?
3. Bagaimana perbandingan pengaturan harta perkawinan dan perjanjian
perkawinan di Indonesia dan Philipina?
BAB II
PEMBAHASAN

A. HARTA PERSATUAN PERKAWINAN


1. Indonesia
Seorang laki-laki dan perempuan yang belum menikah secara utuh
mempunyai hak dan kewajiban yang mereka miliki berkaitan dengan kehidupan
mereka, hak dan kewajiban akan harta miliknya dan sebagainya. Kemudian
setelah mereka melangsungkan pernikahan di hadapan lembaga perkawinan
maka mulai saat itulah hak dan kewajiban mereka masing-masing menjadi satu.
pengertian menjadi satu bukan berarti hak dan kewajiban masing-masing pihak
menjadi satu kesatuan melainkan hak dan kewaiban tetap utuh walaupun mereka
telah bersatu dalam kehidupanya. dalam perkawinan selain mengakibatkan suatu
ikatan hak dan kewajiban, juga menyebabkan suatu bentuk kehidupan bersama
dari para pribadi yang melakukan perkawinan itu yaitu membentuk suatu
keluarga atau somah (gezin atau household)1 serta melahirkan hak dan
kewajiban antara lain tentang anak dan hak kewajiban tentang harta. bahkan
kemudian akan terjadi kemungkinan adanya pembagian harta bila perkawinan
putus baik karena perceraian atau karena kematian.
Di dalam undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 mengatur
mengenai harta perkawinan yaitu:

Bab VII

Harta Benda dalam Perkawinan

Pasal 35

1. Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama


2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda
yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah

1
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2002)
dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak
menentukan lain.

Berdasarkan pasal di atas apabila perkawinan putus, maka harta bersama


tersebut diatur menurut hukumnya masing-masing

Dari peraturan ini dapat dilihat bahwa dalam perkawinan dikenal dua
macam kategori harta yaitu harta bawaan (Pasal 35 ayat 2) misalnya ;
pemberian, warisan. Dan harta bersama (pasal 35 ayat 1) yaitu harta yang
diperoleh selama perkawinan berlangsung. Terhadap harta bawaan, Undang-
undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengatakan bahwa masing-masing pihak
mempunyai hak dan untuk mengaturnya sendiri-sendiri. Karena itu harta bawaan
tidak dimasukan kedalam harta bersama dalam perkawinan. Sedangkan tentang
siapakah yang berhak untuk mengatur harta bersama, undang-undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974, mengatur lebih jelas dalam ketentuan.

Pasal 36

1. Mengenai harta bersama suami dan istri dapat bertindak atas


persetujuan kedua belah pihak.
2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.

Dari bunyi pasal tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang berhak
mengatur harta bersama dalam perkawinan adalah suami dan istri. Maka dari itu
salah satu pihak tidak dapat melakukan perbuatan hukum atas harta bersama
dalam perkawinan tanpa sepengetahuan pihak lain karena kedudukan mereka
seimbang yaitu sebagai pemilik bersama atas harta bersama itu.

Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut


hukumnya masing-masing.
Dalam pasal tersebut yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing
ialah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya yang dalam artian
kebiasaan yang biasa terjadi di masyarakat tersebut. Dalam kenyataannya jika
terjadi pembagian harta bersama karena perceraian, masing-masing pihak akan
mendapatkan setengah dari harta bersama. Tetapi ketentuan tersebut bukanlah
sesuatu yang merupakan, sebab masing-masing pihak dapat pula dengan
kesepakatan membagi harta bersama tersebut menurut kehendaknya sendiri.
Dengan kesepakatan itulah mereka terikat dan boleh mengesampingkan
peraturan yang ada. Apabila selama perkawinan berlangsung timbul persoalan
tentang hutang, dengan adanya prinsip harta perkawinan yaitu harta bersama
yang dimiliki oleh suami dan istri, maka hutang merupakan kewajiban mereka
bersama untuk melunasinya.

2. Philipina

Harta Persatuan Perkawinan negara Philipina diatur dalam Article 74 The


Family Code Of The Philippines: Executive Order No. 209, yang berisi :

Article 74

The property relationship between husband and wife shall be governed in


the following order:

(1) By marriage settlements executed before the marriage;

(2) By the provisions of this Code; and

(3) By the local custom.

Sehingga di negara Philipina Harta persatuan yang paling utama diatur di


dalam perjanjian perkawinan antara kedua suami istri tersebut yang diatur
khusus dalam The Family Code Of The Philippines: Executive Order No. 209.
Sedangkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam undnag-undang ini ialahh
mengenai perjanjian kawin tersebut. Dan oleh kebiasaan setempat, hal ini adalah
kebiasaan-kebiasaan yang diatur oleh masyarakat di daerah tempatnya sendiri.
Mengenai harta perkawinan lebih lanjut diatur di dalam Article 109 di dalam
undang-undang tersebut.

Article 109

The following shall be the exclusive property of each spouse:

(1) That which is brought to the marriage as his or her own;

(2) That which each acquires during the marriage by gratuitous title;

(3) That which is acquired by right of redemption, by barter or by


exchange with property belonging to only one of the spouses; and

(4) That which is purchased with exclusive money of the wife or of the
husband.

Harta yang dari setiap pasangan meliputi harta yang dibawa ke dalam
pernikahan, harta yang bersama diperoleh selama pernikahan, harta yang
diperoleh masing-masing selama pernikahan dan harta yang dibeli dengan uang
eksklusif istri atau suami. Sehingga ada 4 golongan harta di dalam undang-
undang Philipina.

Article 110

The spouses retain the ownership, possession, administration and


enjoyment of their exclusive properties. Either spouse may, during the
marriage, transfer the administration of his or her exclusive property to
the other by means of a public instrument, which shall be recorded in
the registry of property of the place the property is located. (137a,
168a, 169a)

Dalam hal ini setiap pasangan berhak atau bersama-sama menguasai harta
benda dalam perkawinan tersebut.

B. PERJANJIAN PERKAWINAN
1. Indonesia
Perjanjian kawin di Indonesia diatur di dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1974 Pasal 29. Perjanjian Perkawinan adalah perjanjian yang dilakukan oleh
calon suami/istri mengenai kedudukan harta setelah mereka melangsungkan
pernikahan. Di Indonesia Perjanjian perkawinan dilakukan sebelum pernikahan
itu berlangsung dan tidak bisa dibuat pada saat atau setelah dilaksanakan
pernikahan tersebut hal ini tertulis jelas di dalam Pasal 29 ayat 1 UU Perkawinan

Pasal 29 ayat 1

Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas


persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh Pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.

Di dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang perkawinan itu juga dijelaskan


dengan rinci bahwa perjanjian perkawinan mestilah berbentuk tulisan dan harus
disahkan pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan lebih rinci mengenai isi dari
perjanjian perkawinan ialah ada di dalam Pasal 29 ayat 2 UU Perkawinan.

Pasal 29 ayat 2
Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama dan kesusilaan.

Apabila di dalam perjanjian perkawinan terdapat isi yang melanggar hukum


negara, hukum agama atau bahkan melanggar kesusilaan maka perjanjian
perkawinan tersebut tidak dapat disahkan. Dan di dalam ayat ke 3 dari pasal 29
ialah Perjanjian tersebut dimulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.

Pasal 29 ayat 4
Selama perkawinan dilangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah,
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan
perubahan tidak merugikan pihak ketiga.

Di dalam ayat ke 4 ini, apabila isi dari perjanjian tersebut ingin dirubah pada
saat perkawinan berlangsung , maka harus ada persetujuan dari suami dan istri
tersebut dan tidak boleh merugikan pihak ketiga yang tersangkut dalam
perjanjian perkawinan tersebut. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci mengenai
perjanjian perkawinan di dalam undang-undang perkawinan ini, perjanjian
perkawinan yang lebih rinci yang biasa dianut oleh pemeluk agama Islam ialah
diatur lebih jelas dalam Kompilasi Hukum Islam.

2. Philipina

Perjanjian perkawinan didefinisikan sebagai kontrak yang ditandatangani


oleh orang-orang yang akan segera menikah untuk tujuan memperbaiki kondisi
kemitraan suami-istri sehubungan dengan harta perkawinan masa sekarang dan
masa depan. Perjanjian Perkawinan harus mengikuti persyaratan tertentu seperti
harus secara tertulis yang kemudian ditandatangani oleh para pihak dan
dilaksanakan sebelum perayaan perkawinan sebagaimana dipersyaratkan oleh
ketentuan Family Code of The Philippines [Executive Order No.29]. Pengaturan
lebih lanjut mengenai perjanjian perkawinan ada di dalam Article 75 Family
Code of The Phillipines.

Article 75

The future spouses may, in the marriage settlements, agree upon the
regime of absolute community, conjugal partnership of gains,
complete separation of property, or any other regime. In the absence
of a marriage settlement, or when the regime agreed upon is void,
the system of absolute community of property as established in this
Code shall govern. (119a)
Dalam pasal tersebut Pasangan dapat menetapkan atau menyetujui
perjanjian apapun asalkan tidak bertentangan dengan hukum. Pasangan suami
istri yang sudah menikah setelah Family Code of the Phillipines berlaku tanpa
kesepakatan perjanjian perkawinan maka hartanya akan diatur sesuai undang-
undang ini.

Article 76

In order that any modification in the marriage settlements may be


valid, it must be made before the celebration of the marriage...."

Dapat dijelaskan dalam pasal 76 di atas bahwa jika terjadi perubahan


perjanjian perkawinan dapat dilakukan sebelum pernikahan dilangsungkan
dalam artian perubahan haruslah dilakukan sebelum pernikahan.

Article 77

The marriage settlements and any modification thereof shall be in


writing, signed by the parties and executed before the celebration of
the marriage. They shall not prejudice third persons unless they are
registered in the local civil registry where the marriage contract is
recorded as well as in the proper registries of properties.

Dapat dijelaskan dalam pasal 77 di atas maka Perjanjian perkawinan dan


segala perubahannya harus ditulis, ditandatangani oleh para pihak dan dilakukan
sebelum perkawinan itu berlangsung dan dalam perjanjian tersebut tidak boleh
merugikan pihak ketiga.

C. PERBANDINGAN INDONESIA DAN PHILIPINA


Dari penjelasan di atas mengenai harta perkawinan dan perjanjian
perkawinan antara Indonesia dan Philipina maka dapat ditarik suatu
perbandingan antara kedua negara tersebut. Mengenai harta perkawinan ada
persamaan antara Indonesia dan Philipina yaitu bahwa kedua negara itu juga
membagi bahwa ada harta bawaan masing-masing suami istri dan harta bersama
antara kedua suami istri dan juga ada harta yang diperoleh masing-masing
selama perkawinan dan harta yang didapat sebagai hadiah pada saat perkawinan
antara suami atau istri.
Mengenai Perjanjian perkawinan, Baik Indonesia dan Philipina
menerapkan bahwa perjanjian perkawinan haruslah dibuat sebelum perkawinan
berlangsung. Kedua Negara ini juga memiliki persamaan bahwa bentuk dari
perjanjian perkawinan harus berbentuk tulisan dan disahkan ke pegawai
pencatatan sipil. Persamaan antara kedua negara bahwa isi dalam perjanjian
perkawinan tidak boleh merugikan pihak ketiga. Jika ada perubahan maka ada
perbedaan antara kedua negara ini. Di Indonesia, perubahan bisa dilakukan pada
saat perkawinan berlangsung asalkan kedua belah pihak menyetujui adanya
perubahan tersebut. Sedangkan di Negara Philipina, perubahan haruslah
dilakukan pada saat sebelum perkawinan berlansgung dan disetujui oleh kedua
belah pihak.
BAB III

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara Indonesia dan Philipina


mengenai harta perkawinan dan perjanjian perkawinan banyak terjadi kesamaan dan
perbedaan. Baik di Indonesia dan Philipina harta perkawinan sama-sama dibagi menjadi
2 yaitu harta bersama dan harta bawaan. Sedangkan perbedaannya ialah di bagian
perjanjian perkawinan bahwa di Philipina jika ada perubahan dalam perjanjian
perkawinan maka perubahan tersebut haruslah dilakukan pada saat sebelum perkawinan
belum dilangsungkan sedangkan di Indonesia perjanjian tersebut jika ada perubahan
maka bisa dilakukan pada saat perkawinan sudah berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974


2. The Family Code Of The Phillippines [Executive Order 209]
3. Soekanto Soerjono , Hukum Adat Indonesia, (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada,
2002)

Anda mungkin juga menyukai