Tugas Wiwi
Tugas Wiwi
DISUSUN
OLEH
WIWI KURNIAWATI
1415301112
Pembimbing
ERMIZA .S.ST.M.Biomed
Anak adalah amanah Allah yang menjadi tanggung jawab setiap orang tua
untuk mendidik, membina dan menjadikan mereka generasi penerus yang tahu
eksistensinya sebagai hamba Allah yang harus mengabdi kepada-Nya dan sebagai
khalifah fil ardhi yang harus memberikan kemaslahatan bagi sesamanya. Anak
jiwa yang suci dan cemerlang bila ia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan
dilatih secara kontinyu, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
Anak belajar dari kehidupannya. Hal ini seperti ungkapan Dorothy Law Nolte
(1998: vi) dalam Children Learn what They Live; Parenting to Inspire Values
yang menyatakan:
1. Jika anak dibesarkan dengan banyak kritikan dalam kehidupan, ia akan belajar
mengutuk
prihatin
diri sendiri
diri
untuk sabar
10. Jika anak banyak dipuji dalam kehidupannya, ia akan belajar menghargai
11. Jika anak merasa diterima dalam kehidupannya, ia akan belajar menyenangi
diri sendiri
12. Jika anak diakui dalam kehidupannya, ia akan belajar mempunyai tujuan
hidup
13. Jika anak dibiasakan berbagi di dalam kehidupannya, ia akan belajar untuk
bermurah hati
14. Jika anak merasakan keadilan dalam kehidupannya, ia akan belajar bersikap
adil
15. Jika anak banyak diberikan kemurahan dan pertimbangan, ia akan belajar
menghormati
16. Jika anak merasa tentram dalam kehidupannya, ia akan belajar percaya
17. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dalam kehidupannya, ia akan
belajar untuk menemukan cinta dalam kehidupan dan menyadari dunia ini
suatu bangsa dan negara di masa mendatang yang harus dijaga dan dilindungi
anak meliputi berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, budaya,
orang dewasa, hak asasi manusia (HAM). Pemberitaan yang menyangkut hak
anak tidak segencar sebagaimana hak-hak orang dewasa (HAM) atau isu gender,
yang menyangkut hak perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak
upaya untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara,
orang dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian
akan kepentingan masa depan anak. Padahal anak merupakan belahan jiwa,
gambaran dan cermin masa depan, aset keluarga, agama, bangsa dan negara. Di
berbagai negara dan berbagai tempat di negeri ini, anak-anak justru mengalami
anak, dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak, diterlantarkan, menjadi anak
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, hampir 2 juta anak-anak tewas, dan 4-
5 juta anak-anak cacat hidup akibat perang. Di beberapa negara, seperti Uganda,
akhirnya membawa penderitaan bukan hanya dalam jangka pendek, tetapi juga
akibat pembangunan ekonomi yang dilakukan, seperti pekerja anak (child labor),
anak jalanan (street children), pekerja seks anak (child prostitution), penculikan
Di Indonesia pelanggaran hak-hak anak baik yang tampak mata maupun tidak
tampak mata, menjadi pemandangan yang lazim dan biasa diberitakan di media
kehendak pada anak secara berlebihan, atau untuk mengikuti berbagai kegiatan
belajar dengan porsi yang melampaui batas kewajaran agar mencapai prestasi
seperti yang diinginkan orang tua. Termasuk juga meminta anak menuruti
kehendak pihak tertentu (produser) untuk menjadi penyanyi atau bintang cilik,
dengan kegiatan dan jadwal yang padat, sehingga anak kehilangan dunia anak-
anaknya.
berbagai pengaduan dengan jumlah anak korban kekerasan yang terus meningkat.
Dari 481 kasus pada 2004 menjadi 736 kasus pada tahun 2005, dan meningkat
lagi menjadi 1.124 kasus pada 2006. Jumlah kekerasan terhadap anak-anak ini
(Sirait, 2007).
Niam Sholeh dalam siaran pers menyatakan bahwa pada tahun 2010, dari 171
kasus pengaduan kekerasan pada anak yang masuk yang ditemukan oleh KPAI
sebanyak 67,8 persen terkait dengan kekerasan, 17 persen terkait dengan kasus
anak bermasalah dengan hukum, dan sisanya terkait kasus anak dalam situasi
darurat, kasus eksploitasi, kasus trafficking, dan kasus diskriminasi. Dari data
tersebut, jenis kekerasan yang paling banyak terjadi pada anak adalah kasus
kekerasan seksual sebanyak 45,7 persen (53 kasus), kekerasan fisik 25 persen (29
kasus), penelantaran sebanyak 20,7 persen (24 kasus), dan kekerasan fisik
mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi anak
bagi kehidupan diri dan keluarganya. Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa
masih dijumpai anak-anak yang mendapat perlakuan yang belum sesuai dengan
belum terlaksananya sosialisasi dengan baik, dan kemiskinan yang masih dialami
masyarakat.
tentang kekerasan terhadap anak dalam perspektif hak asasi manusia, sebagai
upaya untuk mengangkat harkat dan martabat anak serta memberikan kesetaraan
perhatian terhadap anak sebagai tunas bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya
fenomena kekerasan yang sangat merusak kehidupan anak dapat dikurangi dan
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana
C. Pembahasan
masyarakat. Asumsi ini diperkuat dengan pendapat Age yang dikutip oleh Gosita
(1996: 1), yang telah mengemukakan dengan tepat bahwa melindungi anak pada
Dari ungkapan tersebut nampak betapa pentingnya upaya perlindungan anak demi
kelangsungan masa depan sebuah komunitas, baik komunitas yang terkecil yaitu
telah menegakkan hak-hak anak, tapi juga sekaligus menanam investasi untuk
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Di sini, dapat dikatakan telah terjadi
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
langsung dan tidak langsung, dan perlindungan yuridis dan non-yuridis. Upaya-
upaya perlindungan secara langsung di antaranya meliputi: pengadaan sesuatu
pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan atau mengorbankan anak,
pengawasan, penjagaan terhadap gangguan dari dalam dirinya atau dari luar
manusia anak serta hak dan kewajiban, penyuluhan mengenai pembinaan anak
fisik dan sosial) para partisipan selain anak yang bersangkutan dalam pelaksanaan
Kedua upaya perlindungan di atas sekilas nampak sama dalam hal bentuk
adalah anak secara langsung. Sedangkan upaya perlindungan tidak langsung, lebih
ditempuh dari dua jalur, yaitu dari jalur pembinaan para partisipan yang
berkepentingan dalam perlindungan anak, kemudian selanjutnya pembinaan anak
partisipan yang terkait seperti orang tua, para petugas dan pembina, tidak terlebih
dalam bidang hukum perdata dan dalam hukum pidana; perlindungan yang
perlindungan hukum. Menurut Arief (1998: 156) hal tersebut merupakan upaya
ketentuan dalam hukum perdata yang mengatur mengenai anak seperti, (1)
Kedudukan anak sah dan hukum waris; (2) pengakuan dan pengesahan anak di
luar kawin; (3) kewajiban orang tua terhadap anak; (4)kebelumdewasaan anak dan
Dalam hukum pidana, perlindungan anak selain diatur dalam pasal 45, 46,
beberapa pasal yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
perlindungan anak, yaitu antara lain pasal 278, pasal 283, pasal 287, pasal 290,
pasal 297, pasal 301, pasal 305, pasal 308, pasal 341 dan pasal 356 KUHP.
terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dalam konteks peradilan anak.
belum maksimal, namun ada beberapa bentuk perlindungan hukum yang sudah
diberikan kepada anak sebagai korban sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
pasal 64 ayat (3), bahwa anak sebagai korban mendapatkan (a) rehabilitasi baik
dalam lembaga maupun luar lembaga, (b) upaya perlindungan dan pemberitaan
jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik fisik, mental, maupun
perkembangan perkara.
Selain itu, hak anak sebagai korban yang menderita secara fisik perlu
Majelis Umum PBB No. 40/34 tertanggal 29 November 1985). Deklarasi tersebut
2. Mereka harus diberitahu tentang hak mereka untuk mendapat ganti rugi.
3. Para pelaku atau pihak ketiga harus memberi restitusi yang adil bagi para
mencakup pengembalian hak milik atau pembayaran atas derita atau kerugian
bahwa:
Untuk memfasilitasi kebijakan mengenai kasus anak-anak, maka harus ada upaya
bagi para para korban. (Peraturan Minimum Standar Amerika Serikat Untuk
pelaku tindak pidana. Penggabungan gugatan ganti kerugian dalam perkara pidana
gugatan tersendiri. Gugatan ganti rugi ini tetap bersifat keperdataan walaupun
diberikan melalui proses pidana. (Harris dalam Yulia, 2010: 178). Dilihat dari
kepentingan korban, dalam konsep ganti kerugian terkandung dua manfaat yaitu
pertama, untuk memenuhi kerugian materiil dan segala biaya yang telah
sebagai suatu bentuk pidana yang dijatuhkan dan dirasakan sebagai suatu yang
sebagai unsur yang meringankan hukuman yang akan dijatuhkan, c) sebagai salah
Yulia menyebutkan:
Hak-hak para korban adalah hak untuk tahu, hak atas keadilan, dan hak
atas reparasi (pemulihan), yaitu hak yang menunjuk kepada semua tipe pemulihan
baik material maupun non material bagi korban pelanggaran hak asasi manusia.
hak tersebut terdapat dalam berbagai instrumen hak asasi manusia yang berlaku
internasional maupun pengadilan regional hak asasi manusia. (Yulia, 2010: 43)
Selain hak-hak anak sebagai korban yang didapat berupa ganti kerugian, terdapat
beberapa hak anak sebagai korban untuk mendapatkan bantuan medis dan bantuan
diberikan oleh psikolog kepada korban yang menderita trauma atau masalah
2011: 42).
perlindungan Anak pasal 64 (3) dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 pasal 90
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban bahwa korban tindak pidana
Anak sebagai korban selain dia mendapatkan hak-haknya sebagai korban maka
anak tidak boleh main hakim sendiri, berpartisipasi dengan masyarakat untuk
mencegah perbuatan agar korban tidak lebih banyak lagi (dapat terminimalisir),
bersedia dibina atau membina dari sendiri untuk tidak menjadi korban lagi,
Oleh karena itu, pemenuhan terhadap hak-hak korban merupakan hal yang
terpenting dalam perlindungan korban. Selain hak yang harus dipenuhi korban,
namun harus ada kewajiban yang harus dilaksanakan oleh korban. Dengan begitu
pentingnya hak asasi manusia bagi korban harus senantiasa diakui, dihargai, dan
158)
terhadap anak sebagai korban di masa depan dilakukan secara preventif dan
represif. Adapun upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya tindak pidana
diperhatikan seperti (a) sanksi pidana, dalam pemberian sanksi pidana terhadap
tersebut harus diperhatikan pada motif pelaku, tujuan pelaku melakukan tindak
pidana, cara pelaku melakukan tindak pidana dan motif korban. Artinya, kalau
perkosaan tersebut dilakukan atas kesalahan murni dari pelaku dengan adanya
tersebut dapat diperberat. Dan tipologi korban dalam hal ini adalah korban murni
yang artinya mereka menjadi korban yang sama sekali tidak bersalah, melainkan
melakukan persetubuhan dan itu dilakukan di luar perkawinan. (Gosita, 1993: 12).
Kemudian upaya preventif perlu juga dibentuknya lembaga yang berskala
nasional untuk menampung anak yang menjadi korban tindak kekerasan seperti
halnya perkosaan atau KDRT. Lembaga penyantun korban semacam ini sudah
harus dilakukan, agar kepolisian segera meminta bantuan lembaga ini ketika
perlu didukung setidaknya oleh pekerja sosial, psikolog, ahli hukum dan dokter.
profesional di atas, dengan maksud agar lembaga ini dapat mencapai tujuan yang
diinginkan dengan baik. Pendanaan untuk lembaga ini harus dimulai dari
pemerintah sendiri, baik pusat maupun daerah, dan tentunya dapat melibatkan
2003)
korban baik fisik maupun psikis, serta penggantian atas biaya yang dikeluarkan
sebagai akibat viktimisasi tersebut. Mengenai hak ini diatur dalam Pasal 98 ayat
Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan
perkara pidana oleh Pengadilan Negeri menimbulkan kerugian bagi orang lain,
maka Hakim Ketua Sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan untuk
korban mendapat ganti kerugian sangatlah kurang, terutama karena ganti kerugian
yang diperkenankan adalah yang berkenaan dengan penggantian biaya yang telah
dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan (korban), (b) Konseling diberikan kepada
anak sebagai korban perkosaan yang mengalami trauma berupa rehabilitasi yang
dijelaskan dalam Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, bahwa salah satu bentuk perlindungan khusus bagi anak
menjadi korban adalah upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar
lembaga. (c) Pelayanan / bantuan medis, diberikan kepada korban yang menderita
secara medis akibat suatu tindak pidana seperti perkosaan, yang mengakibatkan
No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menjelaskan bahwa
Anak korban dan Anak saksi berhak atas upaya rehabilitasi medis dan
secara terpadu dengan memulihkan kondisi fisik anak, anak korban dan atau anak
saksi. Kemudian yang dimaksud dengan rehabilitasi sosial adalah proses kegiatan
pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar anak korban, dan
atau anak saksi dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan di
2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa, setiap anak yang menjadi
korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan
dalam ketentuan ini termasuk bantuan medik, sosial, rehabilitasi, vokasional dan
mengenai perkembangan kasus dan juga keputusan hakim. Hak korban untuk
termasuk pula hak untuk diberitahu apabila si pelaku telah dikeluarkan atau
karena bukti yang kurang kuat, seyogyanya korban diberi akses untuk
korban. Hal ini dengan dapat ditunjukkan dengan selalu menghibur korban (anak),
tidak mengungkit-ungkit dengan menanyakan peristiwa perkosaan yang telah
dialaminya, memberi dorongan dan motivasi bahwa korban tidak boleh terlalu
yang dialaminya tidak boleh merusak masa depannya, melindungi dia dari cibiran
dengan peran masyarakat oleh media massa harus dilakukan dengan bijaksana
identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. Artinya dalam
Perlakuan semacam ini juga dirasa sebagai salah satu perwujudan perlindungan
kepada korban, karena dengan sikap masyarakat yang baik, korban tidak merasa
kondisi sosial dan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak, kemudian
(the best interest of the child;(3) Prinsip hak-hak anak untuk hidup, bertahan
hidup dan pengembangan (the right to life, survival and development);(4) Prinsip
child).(www.sekitarkita.com,2002)
lain terhadap anak korban kekerasan. Pasal 17 ayat (2) yang berbunyi:
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak memperoleh
Pasal 18) hanya berupa kerahasiaan si anak, bantuan hukum dan bantuan lain.
Hanya sayang, bahwa makna kerahasiaan tersebut tidak ada penjelasan lebih
lanjut. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Perlindungan Anak, antara lain,
disebutkan, bahwa:
perlindungan bagi anak korban kekerasan. Baru dalam bagian kelima (Pasal 59-
71) diatur tentang perlindungan khusus, namun sayangnya dalam ketentuan ini
juga ditegaskan tentang bentuk perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan.
Dalam ketentuan ini hanya ditetapkan tentang proses dan pihak yang
bertanggungjawab atas perlindungan anak korban kekerasan. Misalnya,
prosesnya, yaitu melalui: (1) upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di
luar lembaga; (2) upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media
massa dan menghindari labelisasi; (3) pemberian jaminan keselamatan bagi saksi
korban dan saksi ahli, baik fisik, mental maupun sosial; dan (4) pemberian
Kemudian juga dalam hal terjadi kekerasan yang berupa eksploitasi anak
secara ekonomi dan/atau seksual (Pasal 66), perlindungan dilakukan melalui: (1)
dan/atau seksual; (2) pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan (3)
Perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang ini pada dasarnya juga masih
bersifat abstrak, tidak secara langsung dapat dinikmati oleh korban kekerasan.
kekerasan, sebab komisi ini tentunya juga hanya tergantung dari ada tidaknya
perlindungan yang berupa pemenuhan atas kerugian atau penderitaan anak korban
kekerasan.
Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pencegahan
UUKDRT, perlindungan anak korban kekerasan, juga tidak berbeda dengan yang
(lima) sistem pemberian kompensasi dan restitusi kepada korban kejahatan, yaitu:
(1) ganti rugi yang bersifat perdata, diberikan melalui proses hukum perdata,
terpisah dengan proses hukum pidana; (2) kompensasi yang bersifat keperdataan,
diberikan melalui proses pidana; (3) restitusi yang bersifat perdata dan bercampur
dengan sifat pidana, diberikan melalui proses pidana; (4) kompensasi yang
bersifat perdata, diberikan melalui proses pidana dan didukung oleh sumber-
sumber penghasilan negara; (5) kompensasi yang bersifat netral diberikan melalui
prosedur khusus.
Nawawi Arief (2007: 49) menjelaskan bahwa pada delik umum, hukum
pidana positif Indonesia tidak mengenal ganti rugi, hanya untuk delik-delik
tertentu ada jenis ganti rugi. Misalnya , tindakan tata tertib dalam tindak pidana
ekonomi; pidana tambahan yang berupa pembayaran ganti rugi dalam tindak
pidana korupsi. Sementara itu, ganti rugi dalam pidana bersyarat (Pasal 14c
KUHP) tidak dapat disamakan dengan denda kompensasi, karena ganti rugi
tersebut merupakan syarat untuk adanya pidana bersyarat yang dibebankan kepada
terpidana.
perlindungan korban. Oleh karena itu perlu ada perhatian dari pembuat Undang-
melindungi warganya dari rasa aman. Dalam hal ini Nawawi Arief (1982: 164)
Indonesia, meskipun hal itu masih tergantung dari kemampuan negara. Apabila
tersangka (pelaku) saja mendapat perlindungan dan bantuan dari negara untuk
memperoleh hak rehabilitasi, ganti rugi, dan bantuan hukum cuma-cuma, dalam
hal-hal tertentu, maka wajar apabila korban juga mendapat perlindungan dari
negara. Terlebih dilihat dari tujuan dan tanggungjawab negara untuk mewujudkan
PBB ke-7 dan Resolusi MU-PBB No. 40/34, butir 9, kepada negara-negara
criminal sanctions.
have violated national criminal laws, the victim should receive restitute from the
state whose officials or agents were responsible for the harm influenced.
When compensation isnt fully available from the often or other sources, state
should endeavor to provide compensation to: (a) victims who have sustained
serious crime; (b) the family, in particular dependents of persons have diet or
perlindungan yang bersifat langsung, baik dari negara ataupun dari pelaku
kekerasan belum nampak secara jelas. Oleh karenanya perlu ditetapkan model
Perlindungan Anak maupun UUKDRT secara jelas dan tegas serta bersifat
melindungi anak dari tindakan penyiksaan atau perlakuan atau hukuman lain yang
paradigma hukum yang menjadi spririt upaya reformasi hukum tersebut. Spirit
pendekatan hak. Regulasi dan kebijakan dan penegakan hukum harus sesuai
internasional utama lainnya. Sebagai contoh, hal ini mulai dilihat dengan
centred approach).
HAM bagi kelompok rentan khususnya anak. Supremasi hukum harus ditegakkan,
sistem peradilan harus berjalan dengan baik dan adil, para pejabat penegak hukum
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat pencari keadilan.
Dalam menegakkan hukum, perlu panduan agar hak anak dapat terlindungi
sebagai contoh antara lain: menghapus semua bentuk penghukuman fisik terhadap
anak dan tindakan terhadap anak harus disesuaikan dengan usia anak.
Di samping itu, perlunya pengawasan dari setiap unsur masyarakat untuk
semua tersangka yang sedang diinvestigasi dalam proses peradilan pidana harus
teregistrasi termasuk anak-anak; Memperluas upaya yang telah dilakukan saat ini
dan memastikan bahwa ada suatu sistem nasional yang menerima, mengawasi dan
pengadilan dengan cara yang berpihak pada anak serta menjamin kerahasiaan
sehingga diharapkan masyarakat dapat sejak dini potensi pelanggaran hak asasi
terhadap anak.
merupakan bentuk perlindungan yang hanya bisa dinikmati atau dirasakan secara
dinikmati secara nyata, seperti pemberian yang berupa atau bersifat materi
tindak pidana kekerasan pada anak dan upaya penanggulangan kekerasan pada
anak dengan hukum, melalui berbagai tahap, sebenarnya terkandung pula upaya
perlindungan bagi anak korban kekerasan, meski masih bersifat abstrak atau tidak
korban kejahatan oleh hukum pidana masih belum menampakkan pola yang
(tindak langsung).
demikian, karena tindak pidana dalam hukum positif tidak dianggap sebagai
langsung, tapi hanya secara tidak langsung (in abstracto). Dengan kata lain,
korban secara langsung dan kongkret, tetapi hanya perlindungan korban secara
kejahatan secara tidak langsung, dan bahkan terhadap calon-calon korban atau
korban potensial.
konkret (in concreto) oleh badan (lembaga) yang berwenang, misalnya pidana
mati, penjara maupun pidana denda, dapat memberikan rasa puas bagi korban dan
rasa aman (tenang) bagi korban potensial. Pemberian pidana kepada pelaku
secara fisik.
perlindungan hukum terhadap korban, yang bersifat abstrak, masih jauh dari rasa
keadilan. Pemberian ganti rugi (kompensasi) dari pelaku melalui proses alternatif
(proses di luar peradilan) justru dinilai lebih bermanfaat dan berkeadilan, serta
langsung. Dalam Pasal 14c KUHP ditetapkan bahwa dalam hal hakim
menjatuhkan pidana bersyarat (Pasal 14a), hakim dapat dapat menetapkan syarat
khusus bagi terpidana, yaitu mengganti semua atau sebagian kerugian yang
ditimbulkan oleh perbuatannya dalam waktu yang lebih pendek dari masa
percobaannya. Perlindungan yang langsung ini, di samping jarang diterapkan,
masih mengandung banyak kelemahan, yaitu: (1) ganti kerugian tidak dapat
diberikan secara mandiri, artinya bahwa ganti kerugian hanya dapat diberikan
berkedudukan sebagai pengganti dari pidana pokok yang dijatuhkan hakim yang
berupa pidana penjara paling lama satu tahun atau pidana kurungan; (3)
pemberian ganti kerugian hanya bersifat fakultatif, bukan bersifat imperatif. Jadi,
pemberian ganti kerugian tidak selalu ada, meski hakim menjatuhkan pidana
bersyarat.
perkara gugatan ganti kerugian (perdata) ke dalam perkara pidana. Ketentuan ini
putusan pidana berarti juga berakhirnya putusan perdata. Jadi, apabila dalam
perkara pidana tidak ada upaya hukum, banding misalnya, maka putusan perdata
perkara kepada Jaksa tidak dapat melakukan upaya hukum, meski putusan atas
jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia dapat dilakukan oleh orang tua, guru
karena hal itu hanya akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan,
tidak disayangi. Akhirnya anak merasa trauma, bahkan putus asa. Penting
disadari orang tua bahwa anak dilahirkan ke dunia ini dilekati dengan
berbagai hak yang layak didapatkannya. Seorang anak memiliki hak untuk
hal yang sama pada anak mereka nanti. Tingkah laku agresi dipelajari
sistem kepribadian orang tua. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk
kurang baik.
uang. Masa anak masih dalam tahap belajar dan bermain serta mengenal
Pendidikan juga sangat wajib bagi anak, anak adalah tunas bangsa yang
harus lebih diperhatikan kembali. Orang tua juga wajib dalam mengawasi
pendidikan di negara kita bukan saja untuk membuat anak pandai dan
pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak didiknya. Peran guru
pribadi peserta didik, termasuk status sosial orang tua murid sehingga ia
tua dan guru, mereka pun tidak bisa lepas dari berbagai persinggungan
salah satu penikmat acara TV) cukup besar. Berbagai tayangan kriminal di
negara.
dibentuk pada 21 Juni 2004 dengan Keppres No. 95/M Tahun 2004 berdasarkan
tugas, fungsi, dan program-programnya karena dana bersumber dari APBN (dari
APBD. Sumber dana juga mungkin berasal dari bantuan asing jika memang ada
lembaga asing atau organisasi internasional yang ingin bekerja sama dengan
KPAI. Pada kenyataannya selama ini KPAI kurang bisa berdaya guna. Hal ini
perlu adanya upaya pemerintah dalam memaksimalkan kinerja KPAI. Bila perlu
KPAI bekerja sama dengan Komnas Anak karena Komnas Anak jam terbangnya
lebih tinggi dan lebih mengetahui seluk-beluk kasus kekerasan pada anak di
Indonesia. Sehingga kemungkinan besar kasus kekerasan pada anak bisa lebih
ditekan angka peningkatannya dari tahun ke tahun karena ada dua badan yang
potensi anak juga diharapkan harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang
diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki
nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta
berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Saatnya
D. Kesimpulan
melalui reformasi hukum; hal tersebut pertama kali dengan cara mentransformasi
paradigma hukum yang menjadi spirit upaya reformasi hukum tersebut. Spirit
terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial,
tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai
Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara.
MODUL KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DIFABEL: SEBUAH
FENOMENA GUNUNG ES
A. Latar belakang
Menurut data dari Komnas Perempuan kurun waktu 2010 2012, ada 10.961
menimpa perempuan difabel. Itu adalah fenomena gunung es atas data yang
Jika kita hitung lebih jauh, 35% dari 10.961 kasus adalah sekitar 3836
kasus. Jadi setiap tahunnya ada 1278 kasus kekerasan menimpa perempuan
difabel. Atau dengan kata lain, ada 3-4 kasus kekerasan yang menimpa perempuan
perempuan nondifabel, angka ini lebih rendah. Dari angka kasus kekerasan di
7125 kasus selama kurun waktu 3 tahun. Jadi setiap tahunnya terjadi kasus 2375
bukan berarti, kekerasan terhadap perempuan non difabel ini lebih penting untuk
difabel. Karena dalam perspektif Hak Asasai Manusia (HAM), berapapun angka
yang tercatat, kasus kekerasan terhadap perempuan tetaplah sebuah kasus
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana
C. Pembahasan
jarang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan
tindak pidana kriminal. Para petugas hukum, seperti polisi, jaksa, hakim,
pengacara, masih jarang memberikan perhatian kepada perempuan difabel yang
kurang terhadap perempuan difabel dari pihak keluarga korban maupun aparat
masih menjadi alasan utama. Jika anggota keluarga yang mengalami disabilitas
oleh keluarganya sering kali tidak dihargai proses-proses yang terjadi dalam
tidak memahami apa akibatnya jika alat-alat reproduksinya tidak terjaga. Bahkan
ketika terjadi perkosaan terhadap perempuan difabel, mereka sendiri tidak banyak
yang menyadari bahwa itu adalah sebuah tindakan yang melanggar berbagai
Di sisi aparat penegak hukum, pemahaman terhadap para difabel ini masih
perempuan difabel, netra, malah dituduh sebagai perempuan penggoda oleh laki-
menjadi tersangka dan laki-lakinya itu malah di posisi korban. Tentu saja ini
sangat naif dan memprihatinkan. Hanya karena manusia itu berjenis kelamin
kasus dan jenis kebutuhan yang diperlukan oleh perempuan difabel sebagai
korban kekerasan. Jenis disabilitas netra tentu berbeda kebutuhannya dengan jenis
disabilitas rungu wicara. Begitu juga dengan disabilitas daksa akan berbeda
terlayani dengan baik. Tentu saja, proses peradilan menjadi tidak imbang dan
terjadi power over bagi aparat penegak hukum dan tersangka, serta terjadi
powerless yang sangat parah pada korban. Ketika terjadi pendampingan kasus
oleh kalangan lembaga bantuan hukum ataupun paralegal, tetap saja, penanganan
Membutuhkan energi tersendiri baik dari sisi korban maupun sisi pendampingnya.
2. Alternatif Solusi
Di antaranya adalah,
bagi Perempuan Difabel pada bulan Juni 1997. Bunyi dari hasil pertemuan
terhadap perempuan difabel sebagai sebuah isu yang cukup serius dengan
penegak hukum, memang menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan. Hal
E. Kesimpulan
yaitu: 1) melalui reformasi hukum; hal tersebut pertama kali dengan cara
bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak
mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan
A. Latar Belakang
Indonesia yang patriarki ini masih mencampur adukan konsep seks dengan gender
sehingga perempuan dianggap memiliki peran sosial yang lebih rendah. Padahal,
Seks adalah jenis kelamin, yaitu kondisi biologis sebagai laki-laki dan
lahir (kodrat). Laki-laki memiliki penis, buah zakar, menghasilkan sperma, dapat
biasa memyebutkan gender sebagai jenis kelamin sosial. Gender bukan sesuatu
yang dibawa atau ditetapkan sejak lahir, namun dibentuk, dikembangkan, dan
1. Sifat: laki-laki memiliki sifat rasional dalam berpikir, tegas, percaya diri;
karena dianggap kelak sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah, dan pada
budaya tertentu akan menjadi penerus nama keluarga; oleh karena itu laki-laki
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana
melahirkan peran gender, yaitu pembagian tugas yang lebih banyak merugikan
pembagian peran gender tidak menunjukkan suatu kejelasan yang pasti tentang
manakah yang menjadi peran dan tugas perempuan ataupun laki-laki, karena
sebenarnya pembagian peran dan tugas itu dapat dilakukan keduanya. Dengan
adanya pembagian tugas yang baik dan seimbang dimana tidak mengabaikan hak
perempuan ataupun laki-laki, gender tidak akan menjadi masalah sebab peran
1. Perempuan tidak dapat berkembang karena hanya diberi peran dalam urusan
rumah tangga dan tidak diberi kesempatan serta peluang untuk peran-peran
yang produktif
dituntut untuk lebih mampu dan lebih kuat dalam banyak hal
seperti yang diterima oleh anak laki-laki dengan berbagai macam alasan
4. Perempuan menjadi tergantung nafkah suami sehingga tidak memiliki
bias gender
2. KETIDAKSETARAAN GENDER
laki dan perempuan yang tidak adil atau tidak seimbang. Ketidaksetaraan gender
a. Stereotipe
Stereotipe berarti pemberian citra baku atau label atau cap kepada
tidak mampu memimpin, dianggap sebagai ibu rumah tangga dan hanya pencari
nafkah tambahan.
b. Sub-ordinasi
Subordinasi adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang
dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lainnya. Nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah peran-peran gender, laki-
dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan publik
atau produksi. Pertanyaannya adalah, apakah peran dan fungsi dalam urusan
domestik dan reproduksi mendapat penghargaan yang sama dengan peran publik
masih berlangsung.
sebagai lajang, karena mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena
sedikit.
Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu
seperti pekerja rumah tangga atau anggota keluarga lainnya. Namun demikian,
tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan.Akibatnya mereka
d. Marginalisasi
e. Kekerasan
sebagainya.
bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan
kantoran.
pribadi.
akar kuat, batang yang besar, dan daun lebat serta berbuah.
Akar: hal-hal yang dianggap menjadi akar atau penyebab terjadinya kekerasan
terhadap perempuan, seperti budaya patriarkhi serta nilai norma sosial dalam
masyarakat
Batang dan ranting: bagaimana budaya dan nilai tumbuh dan langgeng melalui
Kesetaraan gender adalah kondisi kehidupan yang selaras dan serasi antara laki-
laki dan perempuan dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Selaras artinya
searah dan sejalan, serasi artinya cocok dan sesuai. Sejalan dan sesuai dalam
memperoleh akses, peran, kontrol, dan manfaat antara laki-laki dan perempuan.
Keadilan gender adalah kondisi yang seimbang antara hak dan kewajiban yang
(justice) tetapi lebih pada rasa keadilan (equity). Keadilan gender harus mencakup
Dengan demikian, mari dukung tercapainya kesetaraan dan keadilan gender untuk
Ahmad, Zainal Abidin. 1973, Piagam Nabi Muhammad SAW; Konstitusi Negara
Gharini, Putrika P.R. 2004, Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan
Kharisma.
Laporan UNICEF tahun 1995, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam
Lia, Padma P. S. dan Dian, Tamarika R., 2009, Anak dan Instrumen Perlindungan
Pelajar.
Nanda, 2007, Komnas Anak Catat 1.124 Kasus Kekerasan Terhadap Anak, dalam
Nasution, Harun dan Bahtiar Efendy. peny, 1987, Hak Asasi Manusia Dalam
Sahetapy, J. E. 2007, Yang Memberi Teladan dan Menjaga Nurani Hukum dan
Salim, Abdul Muin, 1994, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Quran. Jakarta:
Sirait, Aris Merdeka. 2007, Peran Strategi Perlindungan Anak. Republika. Sabtu,
3 Maret 2007.
Thaha, Idris. 2004, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan
Tunggal, Hadi Setia. 2000, PBB dan Hak-Hak Asasi Manusia,. Jakarta:
Harvarinda.
Rumah Tangga
Wahyono, Agung dan Ny Siti Rahayu. 1993. Tinjauan Tentang Peradilan Anak di
Sinar Grafika.
Arkola.