Anda di halaman 1dari 7

Arsitektur dan Arsitek Sedianya

Awalnya adalah manusia. Pengumpul dan pemburu. Sejak pra-sejarah di mana arsitektur tidak
dikenal. Nenek moyang kita bertahan hidup dengan makan, berlindung dan melahirkan
keturunan. Atas kecakapannya, manusia membuat rumah perlindungan dari bebatuan dengan
material yang terbatas atau menandai gua perlindungannya dengan simbol. Inilah karya
arsitektur manusia yang pertama.

Rekonstruksi Bangunan Los Millares situs arkeologi perkampungan pra sejarah Chalcolithic,
Almeria, Spanyol. Sumber http://www.alamy.com/stock-photo/reconstruction-prehistoric-
site.html

Saat sejarah mulai membuat catatan tentang peradaban, kesadaran manusia akan eksistensi
ruang dan makna mendorong manusia untuk menandai batasan atas ruang yang ditemukannya
secara indrawi. Kesadaran adalah titik awal manusia berarsitektur.
Stonehenge, Wiltshire, Inggris. Sumber: http://l-fhi.blogspot.co.id/2013/11/softskill-why-you-
have-to-visit-england.html

Manusia perlahan mengontrol sifat-sifat yang pada awalnya lebih liar.


Kecerdasan menuntun manusia dalam menemukan patra. Kesadaran yang membentuk
keteraturan. Dari yang berantakan menjadi tertata. Dari yang acak menjadi terurut.
Kesadaran ini jugalah yang menciptakan hierarki dan juga tatanan.
Jejak Vernacularism yang terwarisi hingga abad modern adalah bukti kecakapan manusia
dalam berarsitektur.

Sebagaimana kesadaran menemukan keteraturan dalam sistem hubungan sosial, kesadaran


yang sama jugalah yang mengatur sistem raja dan rakyat1. Secara perlahan sistem hubungan
sosial inilah yang melahirkan arsitektur berdasarkan hierarki.
Kekaisaran, kerajaan menciptakan keteraturan, struktur dan pola ruang, sehingga arsitektur
menjadi semakin nyata karena pemilahan ruang bukan lagi sekedar pemetaan antara privat dan
publik saja tetapi juga pembedaan antara yang rendah dan yang ditinggikan.
Sistem hubungan sosial menciptakan hierarki dan pemilahan ruang antar manusia. Pemetaan
ruang antara yang diagungkan dengan penyembah.

Penaklukan
Dan sedemikian panjangnya masa manusia membangun peradaban, sampailah manusia pada
masa penaklukan, yakni masa-masa dimana kerajaan dan penguasa saling merebut teritori.
Perang antara kaum barbar dan kerajaan.

1
Hubungan raja-rakyat ini tentu bukan jenis hubungan seperti penguasa-dan-dikuasai. Awal-mulanya
kerajaan terbentuk diawali oleh kesadaran manusia sendiri atas ketidakteraturan. Manusia membutuhkan
pemimpin yang mengatur. Jadi hubungan raja-rakyat tidak lain adalah hubungan antara yang mengatur
dan yang diatur.
Barbar adalah kelompok manusia yang -dianggap- tidak memiliki hierarki hubungan tingkat
sosial yang jelas sedangkan kerajaan memiliki organisasi peran manusia yang lebih teratur.
Pada akhirnya pemetaan peran ini pun menjadi pengkelasan manusia.

Arsitektur menjelma sebagai monumen penguasa pada saat manusia membentuk kerajaannya.
Untuk menandai batas kekuasaan, penanda dibuat lebih dari sekedar menandai locus dan
teritori saja, tetapi juga mengokohkannya menjadi benteng perlindungan.

Di dalam sejarah, kebanyakan arsitektur mendampingi kejayaan raja-raja dan juga sekaligus
menjadi saksi peristiwa kerajaan dengan kerajaan saling menghancurkan.
Invasi menjadi alasan satu-satunya manusia berlindung dari serangan. Dibalik kekokohan
batuan, kayu dan besi.

Arsitektur kastil zaman medieval (pertengahan). Sumber:


http://medievalcastles424.weebly.com/architecture.html

Arsitektur menghormati feodalisme, kolonialisme.


Arsitek diupah penguasa. Atau lebih tepatnya dititah oleh penguasa.
Kastil, benteng, dan monumen menjadi ciri khas yang paling kental betapa manusia benar telah
melewati fase ini dalam catatan masa lalunya.
Great Wall China adalah manifestasi arsitektur teritorial.
Sumber: https://www.khhospice.org.uk/event/great-wall-china-charity-challenge

Aksial
Di balik cerita tentang manusia dan ruang, salah satunya mengisahkan cerita sakral manusia di
masa pencerahan. Cerita ketika manusia menemukan Tuhannya.
Zaman aksial adalah masa transisi ke-barbar-an manusia menjadi masa penemuan dirinya
sendiri.
Arsitektur menjadi saksi. Kesadaran manusia memisahkan locus manusia dan mahasuci.
Sheikh Lutfollah Mosque (photo Erfan Shoara). Sumber:
https://www.pinterest.com/edles0211/church/

Arsitek adalah perpanjangan tangan Tuhan. Bertugas menyiapkan ruangNya yang kudus.
Manifestasi yang kuasa dihadirkan dalam pewujudan ruang yang maha tinggi, dan ruang
untuk manusia tempatnya di bawah dan jauh terpisah dari yang kudus dan yang ditinggikan di
langit.

Titik awal zaman modern


Masa sejarah telah kita tinggalkan. Kisahnya telah kita gantungkan di dinding pembelajaran
kita.
Arsitektur klasik sebenarnya adalah penanda di mana pengaruh pemikiran-pemikiran modern
telah mengubah cara-cara pemerintahan inklusif pada zaman di belakangnya.

Arsitektur menyaksikan sendiri urut-urutan peradaban manusia pasca masa pencerahan.


Revolusi industri, kapitalisme dan perdagangan bebas.

Sekarang ini arsitektur kebanyakan hadir dalam wujud produk. Produk yang memenuhi
kebutuhan manusia. Produk pertambahan nilai.
Sebagaimana produk-produk konsumsi diciptakan untuk memenuhi demand manusia, filosofi
form-follow-function adalah dasar yang paling banyak dianut.

Vertical Development adalah bentuk wujud dari ruang-ruang yang mahal pada area urban.
Sumber http://www.daysoftheyear.com/days/skyscraper-day/
Arsitektur tunduk pada permintaan pasar.

Di masa ini arsitek harus bisa memahami arti pertambahan nilai agar bisa diupah.
Arsitek kapitalis jauh lebih populer daripada arsitek humanis.
Era post modern menjadi perhelatan antara arsitektur kapitalis dan humanis. Namun
perjuangan arsitek humanis untuk mendapat apresiasi membutuhkan upaya yang berat.

Ruang yang terbatas


Fase paling kini yang dihadapi arsitek adalah kesadaran terhadap ruang yang ternyata tidak
berlimpah. Seperti pada saat semula ketika kesadaran melahirkan arsitektur, dengan kesadaran
yang sama juga kita dihadapkan lagi pada kenyataan tentang habitat di mana manusia berbagi
tempat tinggal dengan makhluk hidup lain memiliki keterbatasan spasial.

Ilustrasi tentang sebuah dunia dengan keterbatasan ruang. Sumber:


http://www.rscollaboration.com/lawyers-csr-and-the-debilitating-context/

Masa postmodern kali ini adalah masa penemuan kembali jatidiri arsitek seperti dulu kala saat
pertama arsitektur ditemukan. Sebuah kesadaran untuk melihat kembali dunia kita yang
universal.

Dengan kesadaran yang sama pula kita akan mengakui, bahwa tanpa respons terhadap
perubahan ekosistem, maka manusia mustahil dapat mempertahankan habitatnya seperti
sediakala.

Sebagai ahli keruangan, kini arsitek perlu memikirkan lagi akan hasratnya menciptakan ruang
positif atas ruang-ruang negatif, tetapi juga perlu membangunkan kembali kesadarannya lagi
demi mencegah eksploitasi ruang yang berlebihan.

Arsitek adalah salah satu di antara manusia yang memiliki tanggung jawab untuk
mengembalikan kesadaran itu agar manusia yang lain terkondisikan untuk melihat lebih peka
lagi tentang dunia. Karena arsitektur sedianya adalah cerita tentang manusia yang menemukan
kembali makna dari kehadiran mereka di dunia ini.

Steviano Tungka

Anda mungkin juga menyukai