Anda di halaman 1dari 17

TEKANAN DARAH

( HIPERTENSI DAN HIPOTENSI )

OLEH :

KADEK RIZKI ARMIDITA ( 013 / G / 14 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada system sirkulasi. Peningkatan atau
penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah
selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi
tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada system transportasi oksigen, karbondioksida,
dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah darah, antara
lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah
rendah.
Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi merupakan salah satu
faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi
terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang, sepertinya
halnya di Indonesia. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung
yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Oleh sebab itu sering
ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa penyakit
lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik.
Tekanan darah tinggi adalah penyakit multifaktorial yakni penyakit yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor genetik
serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi
alkohol, dan sebagainya.
Terdapat kesepakatan umum bahwa tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan
usia, namun besar peningkatan ini tidak jelas karena hipertensi merupakan penyakit yang umum
dijumpai dan insidennya meningkat seiring dengan pertambahan usia. Tekanan darah sistolik dan
diastolik pada wanita muda lebih rendah daripada pria muda sampai usia 55-65 tahun, namun
setelah usia tersebut tekanan darah wanita menjadi setara dengan tekanan darah pria. Tekanan
darah juga menurun sebanyak 20 mmHg atau kurang pada saat tidur. Peningkatan curah jantung
juga meningkatkan tekanan sistolik sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan
tekanan diastolik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian mengenai tekanan darah ?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ?
1.2.3 Apa metode dalam mengukur tekanan darah ?
1.2.4 Apakah pengertian mengenai tekanan darah tinggi (hipertensi) ?
1.2.5 Apakah pengertian mengenai tekan darah rendah (hipotensi) ?
1.2.6
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui mengenai tekanan darah.
1.3.2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
1.3.3 Mengetahi metode dalam mengukur tekanan darah.
1.3.4 Dapat mengetahui pengertian dari tekanan darah tinggi (hipotensi).
1.3.5 Dapat mengetahui pengertian dari tekana darah rendah (hipotensi).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tekanan Darah


Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan yang diukur
pada nadi, yang dinyatakan dalam millimeter (mm) air raksa (Hg) dan terdiri dari 2 nilai :
yang atas adalah tekanan sistolik, dan yang bawah adalah tekanan diastolik. Tekanan darah
sistolik dicapai bila titik bilik jantung menguncup.pada saat itu tekanan yang dicapai adalah
tekanan yang tertinggi. Tekanan darah diastolik dicapai bila bilik jantung merenggang pada
saat itu tekanan yang dicapai adalah tekanan yang terendah. Pada pengukuran tekanan darah
kita akan mengukur dua tekanan : tekanan tertinggi dan tekanan terendah atau juga disebut
tekanan sistolik dan diastolik (Ridwan, 2009).

Tekanan darah juga didefinisikan sebagai kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter dan Perry, 2005). Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Tekanan Darah

Menurut Price (2005) ada 2 faktor penyebab yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :

a. Faktor fisiologis

1) Kelenturan dinding arteri.

2) Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah.

3) Kekuatan gerak jantung

4) Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap aliran.

5) Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat.

6) Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka makin
tinggi tekanan darah.

b. Faktor psikologis
1) Umur

Dapat mempengaruhi tekanan darah karena tingkat normal tekanan darah bervariasi
sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan
memperhitungkan ukuran tubuh dan usia (task porce on blood pressure control in
children 1987). Anak-anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi) tekanan
darahnya lebih tinggi dari pada anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama.
Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas
pembuluh. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) (2009) usia dikategorikan
menjadi 9 yaitu :

Masa balita = 0 -5 tahun

Masa kanak-kanak = 5 -11 tahun

Masa remaja awal = 12 -16 tahun

Masa remaja akhir = 17- 25 tahun

Masa dewasa awal = 26 35 tahun

Masa dewasa akhir = 36 45 tahun

Masa lansia awal = 46 56 tahun

Masa lansia akhir = 57 65 tahun

Masa manula = 65 sampai ke atas

2) Berat Badan
Menurut Price (2005) Faktor lain perbedaan tekanan darah seseorang adalah berat
badan. Obesitas atau disebut juga kegemukan merupakan salah satu faktor penunjang
meningkatnya tekanan darah.
3) Stress
Takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan
frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer. Efek stimulasi simpatik
meningkatkan tekanan darah (Price, 2005).
4) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-
laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan
darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut (Price, 2005).
5) Variasi Durnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah
pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore,
dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat
variasinya sama (Price, 2005).
6) Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi
tekanan darah. Golongan medikasi lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah
analgesic narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah (Price, 2005).

2.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat,
akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah
kesehatan lain. Sedangkan pada pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Kemudian dilakukan pembacaan secara
auskultasi maupun palpasi.

a. Metode Auskultasi
Tekanan sistolik dan tekanan diastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara
mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brakhialis yang di sebut bunyi
Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.
Metode auskultasi akan akurat bila di gunakan secara tepat, tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan. Manset harus setinggi jantung untuk memperoleh tekanan yang tidak
dipengaruhi gravitasi.
Manset dihubungkan pada manometer air raksa (sphygmomanometer) kemudian
dililitkan di sekitar lengan. Rabalah arteri brakhialis untuk menentukan tempat
meletakkan stetoskop. Kemuduan manset dipompa sampai denyut brakhial menghilang.
Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan
arteri brakhialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg
diatas titik hilangnya denyutan brakhial. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai
terdengar suara bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi yang
terdengar tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak
jantung dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun
dibawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang.
b. Metode Palpasi
Pengukuran tekanan darah secara palpasi hanya dapat menetapkan tekanan sistolik
saja. Metode palpasi juga dapat dilakukan apabila tekanan darah sulit didengarkan. Tetapi
dengan metode palpasi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat.
Cara pengukurannya yaitu manset yang dililitkan pada lengan dipompa sambil
memegang nadi radialis. Pada suatu tekanan tertentu dimana denyut nadi tidak teraba lagi
tekanan manset perlahan-lahan diturunkan dengan jari tetap meraba nadi. Pada suatu saat
tertentu akan teraba nadi ini lagi yang disebut tekanan sistolik dengan mencatat berapa
nilai dalam mmHg.

2.4 Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di
atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan
terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya (Arlis, 2010). Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun
1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg,
sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi, dan nilai tersebut
disebut sebagai normal-tinggi. Batasan ini diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18
tahun (Novartis.com, 2002).

Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Diastolik
Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(stadium 1)
Hipertensi Sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(stadium 2)
Hipertensi Berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(stadium 3)
Hipertensi Maligna 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(stadium 4)
Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi,
&Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang
dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru
merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari
ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi
ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny, 2008). Hipertensi seringkali tidak
menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu
dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-
up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya
hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi
kognitif atau stroke (Lenny, 2008).
Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang mendapatkan suplai
darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003). Penyakit yang sering timbul
akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal (Ina, 2008).
Sampai saat ini penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap hipertensi, baik yang tidak dapat
diubah dan dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :
a) Usia
Insiden hipertensi makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang. Jika
hipertensi diderita oleh individu yang berusia kurang dari 35 tahun, maka ia beresiko
menderita penyakit arteri koroner dan kematian premature (Tambayong, 2000). Semakin
bertambah usia, kemungkinan terjadinya hipertensi semakin besar.
b) Genetik
Kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh orang kembar monozigot (identik)
dibandingkan dengan kembar heterozigot. Pada kembar monozigot, jika salah seorang
menderita hipertensi, yang lainnya kemungkinan juga akan mengalami hipertensi
(Wiryowidagdo, 2005).
c) Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia
pertengahan dan usia selanjutnya, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada
usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000). Menurut
Kodim (2004), pengaruh jenis kelamin terhadap hipertensi antara lain terjadi melalui
kadar hormon estrogen yang bervariasi menurut umur. Pada masa remaja, tekanan darah
pria cenderung lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini terlihat paling jelas pada usia
dewasa muda dan usia pertengahan. Semakin tua, perbedaan tersebut makin menyempit
bahkan cenderung menjadi terbalik.
Adapun faktor-faktor resiko yang dapat diubah, antara lain :

a) Gaya Hidup
Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular sebanyak 64%.
Exercise / Latihan fisik
Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
Obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan hipertensi, seperti golongan
Mineralokortikoid, NSAIDs, Amfetamin, Antidepresan trisiklik, dan lain lain.
Gunakan obat-obat alternatif lain yang tidak menyebabkan atau menyulitkan
hipertensi.
Hindari Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan katekolamin, katekolamin dapat
meningkatkan tekanan darah.
Membatasi Konsumsi Lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol dalam darah tidak
tinggi.kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya endapan kolesterol di
dinding pembuluh darah.lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.
Batasi kafein
Kandungan kafein sebanyak 250 mg dapat meningkatkan tekanan darah karena
adanya peningkatan aktifitas sistem syaraf simpatik. System syaraf simpatik dapat
meningkatkan darah secara tidak menentu.
b) Psikososial
Menurut Soeharto (2000), stress adalah suatu keadaan mental yang nampak sebagai
kegelisahan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan
atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Stress yang menyebabkan
hipertensi diduga terjadi akibat adanya rangsangan pada saraf simpatik yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Jika berkepanjangan, stress bisa
menjadikan tekanan darah tinggi menetap (Wiryowidagdo, 2005). Menurut Light &
Obrist (1980), bukti bahwa stress psikologis sebagai penyebab utama hipertensi masih
sangat kecil dan tidak menyakinkan, tetapi terus berkembang dan menjadi lebih kuat.
c) Diet garam
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan diluar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Garam
berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi. Jika asupan garam kurang dari 3 gram
sehari, prevalensi terjadinya hipertensi bisa rendah. Tetapi jika asupan garam 5-15 gram
per hari maka dapat meningkatkan prevalensi hipertensi menjadi 15-20%
(Wiryowidagdo, 2005).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Syarif, 2002):


1. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial disebut juga sebagai hipertensi primer atau idiopatik yang berarti
hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi
esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab dari hipertensi esensial
bersifat multifaktor, antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler
dalam keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitivitas terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler, dan resistensi
urin (Syarif, 2002).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya, seperti
penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), dan obat
(Syarif, 2002).
Berdasarkan jalan penyakitnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Hipertensi maligna
Hipertensi ini terjadi apabila tekanannya naik secara progresif dan cepat. Komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari hipertensi ini adalah gagal ginjal, CVA, hemoragi retina,
dan enselopati (Tambayong, 2000). Namun, perkembangannya dapat dihentikan dan
dapat dipulihkan dengan terapi antihipertensi yang sesuai (Ganong, 2003).
2. Hipertensi benigna
Merupakan hipertensi yang memiliki perkembangan yang berjalan secara progresif
lambat selama 20 sampai 30 tahun. Hipertensi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai
oleh fibrosis dan sklerosis dinding pembuluh darah. Organ-organ sasaran utama
keadaan ini adalah jantung, otak dan ginjal. Yang paling sering menyebabkan
kematian adalah infark miokardium, gagal jantung kongestif dan gangguan peredaran
darah otak (Price, 2005).

2.5 Hipotensi

Hipotensi adalah kondisi dimana tekanan darah (rasio tekanan sistolik dan tekanan
diastolik) didapatkan lebih rendah dari nilai normal yang umum ditemukan pada individu
normal. Hipotensi (Hypotension) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang
turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. Normal tekanan
darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan
kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Tekanan darah rendah berarti kondisi dimana
kurangnya hantaran nutrisi dan oksigen ke dalam sel-sel tubuh.

Ada tiga jenis utama hipotensi:

1) Hipotensi Ortostatik : Hipotensi ortostatik disebabkan oleh perubahan tiba-tiba


posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari berbaring ke berdiri, dan biasanya hanya
berlangsung beberapa detik atau menit. Hipotensi jenis ini juga dapat terjadi setelah
makan dan sering diderita oleh orang tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan
orang dengan penyakit Parkinson.

2) Hipotensi Dimediasi Neural (NMH dalam singkatan bahasa Inggris) : NMH paling
sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak dan terjadi ketika seseorang
telah berdiri untuk waktu yang lama.

3) Hipotensi Akut : Penyebab hipotensi akut adalah turunnya tekanan darah secara
tiba-tiba yang disebabkan antara lain: perdarahan berat akibat kecelakaan atau
trauma, dehidarsi akibat diare atau muntah yang hebat, pengaruh obat tertentu sampai
infeksi sistemik hebat (sepsis). Hipotensi ini biasanya berlanjut menjadi syok akibat
kurangnya aliran darah menuju ke otak, jantung, ginjal maupun kulit. Penanganannya
sesuai dengan penyebabnya masing-masing.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipotensi, yaitu:

Melemahnya otot jantung yang berakibat volume darah yang dipompa oleh
jantung sedikit sehingga tekanan darah menurun.

Adanya pembekuan darah dalam pembuluh vena (pulmory embolism) dimana


bekuan darah ini dapat menghalangi aliran darah kedalam bilik kiri dari paru-paru
dan akibatnya akan mengurangi darah yang kembali ke jantung untuk dipompa.

Dehidrasi (kekurangan cairan)

Denyut jantung yang lambat dapat mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh
jantung. Angka detak jantung istirahat untuk seorang dewasa sehat adalah 60-100
detak/menit.

Hormonal, misalnya pada hipotiroid dan hipertiroid adrenal insufisiensi (Penyakit


Addison)

Efek samping obat seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan, diuretik,


obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner, analgesik.

Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang parah,
stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan trauma hebat.

Terjadinya peradangan pada kantong yang mengelilingi jantung (pericardium)


yang biasa dikenal sebagai pericarditis yang menyebabkan cairan menumpuk
didalam pericardium yang menekan jantung sehingga membatasi kemampuan
jantung untuk mengisi dan memompa darah keseluruh tubuh.

Pelebaran pembuluh darah juga mampu menyebabkan turunnya tekanan darah.


Situasi ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas,
diare, obat-obatan vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).

Proses terjadinya hipotensi pada setiap orang berbeda -beda, tetapi biasanya mencakup :

Penurunan fungsi otonom yang berhubungan dengan usia dan mungkin disertai
hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah.
Gangguan dari aktivitas baro-refleks akibat tirah baring yang terlalu lama.
Keadaan ini sering terdapat pada penderita lansia yang tekanan darahnya
dipertahankan dengan vasokonstriksi yang hampir maksimal ( misalnya setelah
terkena infark miokard )
Tak terdapat lagi cadangan otot jantung,sehingga pada saat bangun tidur tekanan
darah tidak bisa dipertahankan lagi.

Hipovolemia dan / atau hiponatremia sebagai akibat berbagai keadaan, antara lain
pemberian diuretika.

Berbagai obat yang bersifat hipotensif, antara lain tiasid dan diuretika lain, fenotiasin,
antidepresan trisiklik, butirofenon, levodopa, dan bromokriptin.

Akibat berbagai penyakit yang mengganggu saraf otonom, seperti Parkinsonisme,


sindrom shy-drager, ensefalopati wernicke, lesi hipotalamus, penyakit
serebrovaskular, tabes dorsalis, paraplegia, diabetes melitus, keganasan, defisiensi
vitamin B kompleks, alkoholisme kronik, sindroma guillain-barre dan amiloidosis.

Gejala tekanan darah rendah antara lain:

Pusing
Pingsan

Nyeri dada

Kaki dan tangan dingin

Palpitasi (denyut jantung lebih kuat)

Merasa sakit

Penglihatan kabur

Merasa bingung atau tidak mampu berkonsentrasi.

Beberapa cara penanganan hipotensi adalah sebagai berikut :


a. Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari,
sesekali minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah
akan meningkat

b. Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x seminggu dapat
membantu mengurangi timbulnya gejala

c. Pemberian obat-obatan (meningkatkan darah) hanya dilakukan apabila gejala hipotensi


yang dirasakan benar-benar mengganggu aktivitas keseharian

d. Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung kadar garam.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan yang diukur pada
nadi yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Tekanan darah dapat dibagi menjadi 2
, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi
merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal.
Hipotensi adalah kondisi dimana tekanan darah (rasio tekanan sistolik dan tekanan diastolik)
didapatkan lebih rendah dari nilai normal yang umum ditemukan pada individu normal. Gejala
yang timbul pada seseorang yang mengalami hipertensi hampir sama dengan gejala seseorang
yang mengalami hipotensi.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20131/4/Chapter%20II.pdf

https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1102305024-3-BAB%20II.pdf

http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/30/jtstikesmuhgo-gdl-erikpraset-1458-2-
babii.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-agusfahmih-7029-3-babii.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44631/3/Fithria_Nurunisa_22010110110123_Bab2KTI.pdf

Anda mungkin juga menyukai