Anda di halaman 1dari 15

Nama: Fajar Prakarsa Wicaksono

Npm: 2015750016

LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK GINJAL

A. Pengertian Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria

1. Ginjal (Renal)

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang


peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2
buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa
berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron.
Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler
terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler
yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta
tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula.

Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler
secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur.Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang
berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian
menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan
tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal.

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga
ginjal (pelvis renalis).

a. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung
kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus.

b. Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.

c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua
atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid.
Fungsi ginjal:
1) Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2) Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam
atau basa.
b. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih(vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :


Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
1) Lapisan tengah otot polos
2) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempatmeninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.

c. Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1) Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis.
Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung
kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf
saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan
kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila
kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh
limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
e. Urine (Air Kemih)

1) Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
2) Komposisi air kemih
a) Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air
b) Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak
dan kreatinin
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
d) Pigmen (bilirubin, urobilin)
e) Toksin
f) Hormon

Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui


glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati
celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari
jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KOLIK RENAL

1. Pengertian

Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme

otot polos organ berongga yang berbentuk tabung. Kolik renal adalah rasa sakit yang

hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada ginjal misalnya batu pada

ginjalKolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di

kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks

ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
2. Etiologi

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
a. Faktor intrinsik, meliputi:
Herediter ; Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
Umur ; Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin; Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi ; Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu). Iklim dan temperatur.
Asupan air ; Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet ; Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
Pekerjaan ; Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


a. Teori Nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Penyebab lainnya:
1) Penyakit ginjal
2) Batu ginjal
3) Peradangan pada ginjal
4) Penggunaan narkoba

3. Patofisiologi

Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut, ginjal dan punggung. Pasien
merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan dan pembakaran sensasi selama
hajat dan kadang-kadang pasien ada darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal
sebagai renal colic.
Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena sakit perut tiba-tiba
mulai akut, berselang perut mulas, sakit lambung (di samping tubuh, antara tulang
rusuk dan hip terakhir) yang dapat menyebar ke arah bawah perut atau selangkangan
paha. Hal ini sering dikaitkan dengan mual dan muntah-muntah. Ini insiden yang
menahun sekitar 16 per 10.000 orang dan masa insiden 2-5%. Renal colic, bersama
dengan haematuria, merupakan gejala klasik dari urolithiasis, yang harus
dipertimbangkan sebagai diagnosa diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang
memiliki gejala yang bisa meniru ginjal karena sakit perut urolithiasis. Salah satu
contohnya adalah perdarahan di dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan,
sementara yang tersangkut di saluran kencing.
Lainnya adalah kehamilan ectopic, tetapi ini biasanya akan dapat dijelaskan oleh
ultrasound imaging. Pasien dengan abdominal aortic gondok nadi dapat juga memiliki
gejala yang mirip renal colic karena urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut
juga hadir dengan menyerupai renal colic, tetapi tidak seperti dengan urolithiasis itu
tidak berkaitan dengan haematuria. Selain itu, seseorang yang memakai narkoba
berpretensi untuk mengidap renal colic. Secara keseluruhan, bagaimanapun,
misdiagnosis sebenarnya sangat jarang.
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai
inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada
urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat,
sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu
saluran kencing.

4. Manifestasi/Gejala Klinis

Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri

bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya

adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut

kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat,

kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme

(kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area

suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah,

serta akan mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008. Hal 60)


5. Komplikasi

a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter,
yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau
obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan
hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang
(Corwin, 2009. Hal 716).

6. Pemeriksaan Penunjang

Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X ,


ultrasonografi, pemibdaian CT,. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat
serum juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine
dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam
untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary,
2008. Hal 61).

7. Penatalaksanaan

Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya oxalate
seperti kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau, bayam,
strawberries, summer squash, dan teh. Makan apel dan semangka. Kurangi jumlah
makanan kaya kalsium-susu, keju, m entega, susu dan makanan lainnya. Tujuan dasar
penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
a. Obstruksi jalan kemih
b. Infeksi
c. Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
d. Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
e. Batu metabolic yang tumbuh cepat.

D. KONSEP KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan pengkajian primer dan

sekunder.

1. Pengkajian Primer
a. Pengkajian A, B, C, D
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
4) Disability
Kesadaran : Compomentis.

b. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Peningkatan frekunsi Kelainan pada ginjal Gangguan pola napas
napas
Napas dangkal Adanya gangguan keseimbangan
Distress pernapasan : asam basa
pernapasan cuping
hidung, takipneu, retraksi Menyebabkan darah menjadi
Menggunakan otot-otot asam (asidosis)
pernapasan
Kesulitan bernapas : Kompensasi tubuh dengan cara
sianosis napas yang dalam dan cepat
untuk mengeluarkan asam di
dalam darah

Sesak

Gangguan pola napas

Diagnosa dan Perencanaan


Diagnosa : Pola napas tak efektif
Tindakan : Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
atau PEEP
Inhalasi nebulizer
Pemantauan hemodinamik/jantung
Pengobatan : Brokodilator, Steroid

Diagnosa : Penurunan curah jantung


Tindakan : Kaji / pantau tekanan darah
Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi
apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien
hindari situasi stress
Berikan oksigen tambahan

2. Pengkajian Sekunder
a. Pengumpulan Data
1) Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
Tanda ; Klien nampak lemah
2) Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda ; Klien nampak mual dan muntah
3) Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Klien mengatakan nyeri pada perut
Tanda ; Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah
abdomen
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Klien mengatakan nyeri pada perut
Data Obyektif
Klien nampak lemah
Klien Nampak mual dan muntah
Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen

c. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Klien mengatakan tidak Intake nutrisi tidak adequat Intoleransi aktivitas
mampu melakukan aktivitas
Klien nampak lemah Energi dalam tubuh berkurang

Kompenbsasi tubuh
menggunakan energi cadangan
dalam tubuh

Kelemahan otot
Klien mengatakan nyeri pada Factor penyebab Nyeri
perut
Nampak ekspresi wajah Penakanan pada saraf saraf di
meringis, nyeri tekan pada ginjal
daerah abdomen
Merangsang pengeluaran zat
pirogen bradikinin, serotonin
dan progtaglandin

Impuls di sampai ke SSP
bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikan

d. Diagnosa dan perencanaan


Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :
Klien melaporkan tidak nyeri lagi
Ekspresi wajah tidak meringis
Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien
untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh
klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan
selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemeuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan
kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa
keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,

pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2,

Hlm 489.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai