Anda di halaman 1dari 14

PELANGGARAN ETIKA PROFESI

Disusun Oleh :
RAMADHONA ASHIDDIQY
NIM. 135060307111017

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada
norma hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata
hukum harus mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat
manusia. Hukum berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antara kepentingan
atau hasrat individu yang egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.
Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak
perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan
adil sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada
hakikatnya para penegak hukum (hakim, jaksa, notaris, advokat, dan polisi) adalah
pembela kebenaran dan keadilan sehingga para penegak hukum harus menjalankan
dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga profesi hukum merupakan profesi terhormat dan
luhur (officium nobile). Oleh karena itu mulia dan terhormat, profesional hukum sudah
semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya
untuk melayani sesama di bidang hukum.
Kewenangan hukum adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu
tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu. Penegak hukum mempunyai batas kewenangan profesi hukum
seperti batas kewenangan notaris, jaksa, advokat dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian profesi dan profesi hukum?

2. Bagaimana ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hukum?

3. Sampai di mana batas kewenangan profesi hukum?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian profesi dan profesi hukum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan pengertian profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian ( keterampilan, kejujuran dan sebagainya )
tertentu.
Sejalan dengan pengertian profesi diatas, Habeyb menyatakan bahwa profesi
adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencarian. Sementara itu
menurut Kamaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.

Menurut Frans Magnis Suseno, profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis, yaitu
profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua
prinsip yang wajib ditegakkan yaitu:
1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab; dan

2. Hormat terhadap hak-hak orang lain.

Dalam profesi yang luhur motifasi utamanya untuk memperoleh nafkah dari
pekerjaan yang dilakukannya, disamping itu juga terdapat dua prinsip yang penting,
yaitu:
a. Mendahulukan kepentingan orang yang di bantu; dan

b. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi
dokter, profesi teknik, dn lain-lain. Profesi hukum mempunyai ciri tersendiri, karena
profesi ini sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia yang lazim disebut
dengan klien. Profesi hukum mempunyai keterkaitan dengan bidang-bidang hukum yang
terdapat dalam negara kesatuan Republik Indonesia, misalnya kehakiman, kejaksaan,
kepolisian, mahkamah agung, serta mahkamah konstitusi.

Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.

Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang


memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu
tergantung pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban
berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan
keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.

B. Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi Hukum

Ruang Lingkup Etika Profesi Hukum adalah Untuk melaksanakan suatu fungsi,
pada semua ini dalam setiap bidang pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok, yaitu :
Tugas, yang merupakan kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang melaksanakan
tugas tersebut. Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya. Bagi seorang aparat,
mendapatkan tugas merupakan mendapatkan kepercayaan untuk dapat mengemban tugas
dengan baik dan harus dikerjakan dengan sebaiknya. Untuk mengerjakan tugas tersebut
akan terkandung sebuah tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengerjakan tugas
tersebut.
Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hal yakni : moral, tehnis profesi dan
hukum. Pada dasarnya tuhan menciptakan manusia tidaklah sendiri diperlukannya
berinteraksi dan bekerjasama dengan oranglain dalam melakukan tugasnya. Namun
dalam menjalankan tugasnya sering kali manusia harus berbenturan dengan satu
samalain. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pranata sosial berupa aturan-aturan hukum.
Pengembangan profesi termasuk profesi hukum sebenarnya tergantung dari pribadi
yang bersangkutan karena mereka secara pribadi mempunyai tanggung jawab penuh atas
mutu pelayanan profesinya dan harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan
warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum, untuk itu tentunya
memerlukan keahlian yang berkeilmuan serta dapat dipercaya.
Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan kewajiban
pada orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta tidak
merugikan kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau
organisasi profesinya.

Contoh kewajiban Profesi hukum yaitu profesi Notaris, kewajiban notaris


menurut UUJN (pasal 16) sebagai berikut:
a. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum.
b. Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari
protokol notaris, dan notaris menjamin kebenarannya. Notaris tidak wajib menyimpan
minuta akta apabila akta dibuat dalam bentuk akta originali.
c. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta dan kutipan akta berdasarkan minuta akta.

d. Wajib memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan
untuk menolaknya. Yang dimaksud dengan alasan menolaknya adalah alasan: yang
membuat notaris berpihak, yang membuat notaris mendapat keuntungan dari isi akta,
Notaris memiliki hubungan darah dengan para pihak, akta yang dimintakan para pihak
melanggar asusila atau moral.

C. Batas Kewenangan Profesi Hukum

Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah


kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada
orang lain. Berbicara kewenangan memang menarik, karena secara alamia manusia
sebagai mahluk social memiliki keinginan untuk diakui ekstensinya sekecil apapun
dalam suatu komunitasnya,dan salah satu factor yang mendukung keberadaan ekstensi
tersebut adalah memiliki kewenangan.
Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan
sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu.

Adapun batas kewenangan profesi hukum, di antaranya adalah :

1. Batas kewenangan profesi Notaris

Kewenangan notaris tersebut dalam Pasal 15 dari ayat (1) sampai dengan ayat (3)
UUJN, yang dapat dibagi menjadi ( Habib Adjie, 2008 : 78) :
a. Kewenangan Umum Notaris.
b. Kewenangan Khusus Notaris.
c. Kewenangan Notaris yang akan ditentukan kemudian.

Kewenangan Umum Notaris

Pasal 15 ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan notaris yaitu
membuat akta secara umum. Hal ini dapat disebut sebagai Kewenangan Umum Notaris
dengan batasan sepanjang :
1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
2. Menyangkut akta yang harus dibuat adalah akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum untuk
dibuat atau dikehendaki oleh yang bersangkutan.
3. Mengenai kepentingan subjek hukumnya yaitu harus jelas untuk kepentingan siapa
suatu akta itu dibuat.

Namun, ada juga beberapa akta otentik yang merupakan wewenang notaris dan juga
menjadi wewenang pejabat atau instansi lain, yaitu (Habib Adjie, 2008 : 79) :
a. Akta pengakuan anak di luar kawin (Pasal 281 BW),

b. Akta berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotik (Pasal 1227 BW),
c. Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi (Pasal 1405, 1406

BW),

d. Akta protes wesel dan cek (Pasal 143 dan 218 WvK),

e. Surat kuasa membebankan Hak Tanggungan (Pasal 15 ayat [1] UU No.4 Tahun 1996), f.
Membuat akta risalah lelang.
Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15
UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 hal yang dapat kita pahami,
yaitu :
1. Notaris dalam tugas jabatannya memformulasikan keinginan/tindakan para pihak
ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.
2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti yang
lainnya. Jika misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa akta tersebut tidak
benar, maka pihak yang menyatakan tidak benar inilah yang wajib membuktikan
pernyataannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kewenangan Khusus Notaris

Kewenangan notaris ini dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN yang mengatur
mengenai kewenangan khusus notaris untuk melakukan tindakan hukum tertentu, seperti :
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan
dengan mendaftarkannya di dalam suatu buku khusus.
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftarkannya dalam suatu buku
khusus.
c. Membuat salinan (copy) asli dari surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan antara fotokopi dengan surat aslinya .

e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.

f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau

g. Membuat akta risalah lelang


Khusus mengenai nomor 6 (membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan) banyak
mendapat sorotan dari kalangan ahli hukum Indonesia dan para notaris itu sendiri. Karena
itulah akan sedikit dibahas mengenai masalah ini.
Pasal 15 ayat (2) huruf j UUJN memberikan kewenangan kepada notaris untuk membuat
akta di bidang pertanahan. Ada tiga penafsiran dari pasal tersebut (Habib Adjie, 2008 : 84)
yaitu:

1. Notaris telah mengambil alih semua wewenang PPAT menjadi wewenang notaris
atau telah menambah wewenang notaris.
2. Bidang pertanahan juga ikut menjadi wewenang notaris.

3. Tidak ada pengambil alihan wewenang dari PPAT ataupun dari notaris, karena
baik PPAT maupun notaris telah mempunyai wewenang sendiri-sendiri.

Keberadaan PPAT diatur dalam suatu PP (No.37 Tahun 1998) yang secara hierarki
tingkatannya lebih rendah jika dibandingkan dengan UU (No.30 Tahun 2004) yang
mengatur keberadaan dan wewenang notaris.

Kewenangan Notaris Yang Akan Ditentukan Kemudian

Pasal 15 ayat (3) UUJN dengan kewenangan yang akan ditentukan kemudian adalah
wewenang yang berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang kemudian (ius
constituendum) (Habib Adjie, 2008 : 82). Wewenang notaris yang akan ditentukan
kemudian, merupakan wewenang yang akan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Batasan mengenai apa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 2 UU no. 5 Tahun 1986 tetang Peradilan Tata Usaha
Negara (Habib Adjie, 2008 : 83), bahwa : Yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan dalam undang-undang ini ialah semua peraturan yang bersifat mengikat secara
umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat Bersama Pemerintah baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata
usaha negara, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah, yang juga mengikat secara
umum.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa kewenangan notaris yang akan ditentukan
kemudian tersebut adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga
negara (Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat) atau Pejabat Negara yang
berwenang dan mengikat secara umum. Dengan batasan seperti ini, maka peraturan
perundang-undangan yang dimaksud harus dalam bentuk undang-undang dan bukan di
bawah undang-undang.

2. Batas kewenangan Profesi Jaksa

Kewenangan jaksa menurut pasal 30 ayat 1-3 UU 16/2004 adalah sebagai berikut:
a. Pidana
b. Perdata dan tata usaha negara

c. Ketertiban dan ketentraman rakyat

Adapun kewenangan Jaksa dibidang pidana adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penuntutan.

2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan inkracht.

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, pengawasan, dan


lepas bersyarat.
4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU.

5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan.
Kewenangan Jaksa dibidang perdata dan tata usaha negara adalah Dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah.
Kewenangan Jaksa di bidang ketertiban dan ketentraman rakyat adalah sebagai berikut:
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat

a. Pengamanan kebijakan penegakkan hukum

b. Pengawasan peredaran barang cetakan

c. Pengawasan kepercayaan yg dapat membahayakan masyarakat & negara


d. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama

e. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.

3. Batas Kewenangan Profesi Advokat

Problematika secara sosiologis keberadaan advokat di tengah-tengah masyarakat


seperti buah simalakama. Fakta yang tidak terbantahkan adalah keberadaan advokat
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tersandung perkara
hukum. Tetapi ada juga sebagian masyarakat menilai bahwa keberadan advokat dalam
sistem penegakan hukum tidak diperlukan, penelitian negatif ini tidak terlepas dari sepak
terjang dari advokat sendiri yang kadang kala menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
aparat penegak hukum tidak sesuai dengan harapan dan yang paling disayangkan adalah
sebagian kecil advokat menjadi bagian dari mafia peradilan.
Aparat penegak hukum seperti hakim, jaksa dan polisi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya diberikan kewenangan tetapi Advokat dalam menjalankan profesinya tidak
diberikan kewenangan. Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan pemberian
kewenangan kepada advokat. Kewenangan tersebut diperlukan selain untuk menciptakan
kesejajaran diantara aparat penegak hukum juga untuk menghindari adanya multi tafsir
diantara aparat penegak hukum yang lain dan kalangan advokat itu sendiri terkait dengan
kewenangan. Sementara UU No. 18/2003 tentang Advokat tidak mengatur tentang
kewenangan Advokat di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai aparat penegak
hukum. Dengan demikian maka terjadi kekosongan norma hukum terkait dengan
kewenangan Advokat tersebut. Perlu diketahui bahwa profesi advokat adalah merupakan
organ negara yang menjalankan fungsi negara.
Dengan demikian maka profesi Advokat sama dengan Kepolisian, Kejaksaan dan
Kehakiman sebagai organ negara yang menjalankan fungsi negara. Bedanya adalah kalau
Advokat adalah lembaga privat yang berfungsi publik sedangkan Kepolisian, Kejaksaan
dan Kehakiman adalah lembaga publik. Jika Advokat dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya diberikan kewenangan dalam statusnya sebagai aparat penegak hukum maka
kedudukannya sejajar dengan aparat penegak hukum yang lain. Dengan kesejajaran
tersebut akan tercipta keseimbangan dalam rangka menciptakan sistem penegakan hukum
yang lebih baik.
Kewenagan Advokat dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem kekuasaan
yudisial ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Sedangkan hakim, jaksa,
dan polisi ditempatkan untuk mewakili kepentingan negara. Pada posisi seperti ini
kedudukan, fungsi dan peran advokat sangat penting, terutama di dalam menjaga
keseimbangan diantara kepentingan negara dan masyarakat. Ada dua fungsi Advokat
terhadap keadilan yang perlu mendapat perhatian. Yaitu pertama kepentingan, mewakili
klien untuk menegakkan keadilan, dan peran advokat penting bagi klien yang diwakilinya.
Kedua, membantu klien, seseorang Advokat mempertahankan legitimasi sistem peradilan
dan fungsi Advokat. Selain kedua fungsi Advokat tersebut yang tidak kalah pentingnya,
yaitu bagaimana Advokat dapat memberikan pencerahan di bidang hukum di masyarakat.
Pencerahan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan hukum,
sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan, konsultasi hukum kepada masyarakat
baik melalui media cetak, elektronik maupun secara langsung. Fakta yang tidak
terbantahkan bahwa keberadaan Advokat sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat yang tersandung perkara hukum, untuk menunjang eksistensi Advokat dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya dalam sistem penegakan hukum, maka diperlukan
kewenangan yang harus diberikan kepada Advokat. Kewenangan Advokat tersebut
diperlukan dalam rangka menghindari tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum yang lain (Hakim, Jaksa, Polisi) dan juga dapat memberikan
batasan kewenangan yang jelas terhadap advokat dalam menjalankan profesinya. Dalam
praktik seringkali keberadaan Advokat dalam menjalankan profesinya seringkali
dinigasikan (diabaikan) oleh aparat penegak hukum. Hal ini mengakibatkan kedudukan
advokat tidak sejajar dengan aparat penegak hukum yang lain.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pengertian profesi dan profesi hukum

Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.
Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu
tergantung pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban
berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan
keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.
2. Ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hukum
Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan kewajiban
pada orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta tidak
merugikan kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau organisasi
profesinya
3. Batas Kewenangan Profesi Hukum

Menjelaskan kewenangan profesi hukum diantaranya batas kewenangan notaris,


jaksa, dan advokat.

B. Saran

Dapat memberikan lebih tepat tentang apa pengertian profesi, profesi pada bidang
hukum dan batas-batas kewenangan yang ada pada profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta:
Sinar Grafika, 2006 ), h. 16.
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar:
Pustaka Refleksi, 2014 ), h. 76-77.
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet. III., Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2006), h. 74.
http://grupsyariah.blogspot.com/2012/04/hak-dan-kewajiban-etika-profesi-
hukum.html https://zulpiero.wordpress.com/2010/04/26/kewenangan-kewajiban-dan-
larangan-
notaris-dalam-uujn/ http://catatanpenailahi.blogspot.com/2014/10/makalah-etika-profesi-
hukum-
tentang.html

Anda mungkin juga menyukai