BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Menurut survei
demografidan kesehatan Indonesia 2007 AKI di Indonesia adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan, keracunan
kehamilan dan infeksi. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 15-50%
kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau infeksi
yang dapat menyebabkan kematiann oleh karena itu kematian ibu yang
disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu tapi
dilaporkan sebagai perdarahan/sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak disengaja
maupun disengaja.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%, namun
demikian frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
wanita tidak dapat ke dokter atau rumah sakit. Oleh karena itu bidan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan ANC, dalam
memberikan penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan secara dini. Dengan
begitu maka kehamilan ibu akan terpantau dan dapat segera ditangani jika ada
komplikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya antara
400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal dan Neonatal, 2003).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Sarwono, 2001 : 145).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. (Mochtar, R., 2002 : 209).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Kapita Selekta, Jilid I, 2001 :
260).
Kesimpulannya abortus adalah hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin < 500 gram dan umuyr kehamilan < 20 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia kehamilan
28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Mochtar, R., 2002 : 209).
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana
proses plarentasi belum selesai (Mochtar, R., 2002 : 209: 209).
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
(Mochtar, R., 2002 : 209).
2. Etiologi Abortus
Faktor faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor
ibu, faktor bapak.
2.1. Faktor Ovum
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
kromosom (trisomi & polyploidy). Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat
degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan.
Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
kelainan lingkungan atau exogen (virus, radiasi, zat kimia).
2.2. Faktor ibu
Berbagai penyaki pada ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya :
1. Infeksi akut yang berat : peneumonia, types dan lain-lain, dapat menyebabkan
abortus atau partus prematurus. Janin dapat meninggal oleh toxin-toxin atau karena
penyemburan kuman-kuman sendiri.
2. Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita :
Anomalia congenital (hipoplasia uteri, tumor uterus, uterus bikornis, dan lain-
lain)
Kelainan letak dari uterus seperti retroflexi uteri fixate
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti esterogen atau progesterone,
endometritis, mioma submoka.
Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mioma)
Distosia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Antagonis resus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui placenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetis yang berakibat meninggalnya fetus.
4. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya :
obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain, atau dapat juga
karena trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak langsung karena
instrument, benda, dan obat-obatan.
2.3 Faktor Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, dekompensasi, kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, dll), sinar roentgen,
avitaminosis.(Mochtar, R., 2002 : 209)
2.4 Kekurangan hormon
Corpus luteum dan trophoblast menghasilkan progesteron untuk
mempertahankan decidua. Jika kadar progesteron kurang maka akan
mempengaruhi pemberian makanan kepada foetus dan menyebabkan
kematian. Hormon lain terutama hormon tiroid, kadang-kadang dapat
menyebabkan abortus.
2.5 Kelainan organ-organ reproduksi
Mioma uteri dianggap sebagai faktor etiologik terjadinya abortus jika
pemeriksaan klinik lainnya tidak ada kelainan dan pada histerogram
menunjukkan deformitas cavum uteri.
Retrofleksi uteri gravidi incancerati akan mengganggu sirkulasi yang
menyebabkan perubahan pada decidua dan terjadinya abortus.
Serviks yang pendek, baik kongenital maupun pasca bedah, dan serviks
inkompeten dapat menyebabkan abortus.
2.6 Trauma
Trauma psikis dan trauma fisik jarang menyebabkan abortus. Pada
umumnyat trauma yang berat atau trauma yang langsung mengenai uterus
(misalnya terkena tembakan peluru atau trauma tumpul pada perut) dan
operasi abdominal yang besar dapat merangsang terjadinya abortus.
2.7 Penyakit Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun seperti SLE dan antipofolipid antibody. Kejadian abortus spontan
diantara pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum.
2.8 Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat dan kimia
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap gas
buangan anastesi dan tembakau (http://materikebidanan.wordpress.com).
3. Klasifikasi Abortus
Abortus dibagi atas dua golongan :
3.1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
Klinis abortus spontan :
Abortus komplentus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga rahim
kosong.
Abortus incompletes (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta.
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah trbuka dan
ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat
dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika serta
istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu
ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
Missed abortion (keguguran tertunda)
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih, dimana janin telah mati sebelum minggu
ke-22.
Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut.
Abortus infeksiosus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus septic adalah keguguran disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.
3.2. Abortus provokatus (induced abortus)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan. Abortus ini dibagi
2, yaitu :
Abortus medisinalis (abortus therapeutikus)
Adalah abortus karena kita sendiri dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis. (Mochtar, R., 2002 : 209)
5. Komplikasi Aborsi
5.1 Perdarahan (hemmorage)
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
5.2 Porferasi uterus
Dapat terjadi perforasi uterus pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi perforasi harus segera dilakukan laparatomi. Perforasi sering
terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti
bidan dan dukun.
5.3 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering
ditemukan pada abortus incompletes dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan
aseptic dan antiseptic.
5.4 Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab. Yang terbanyak
adalah syok hipotolemik, yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
(Sarwono, 2008 : 331)
5.5 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah. (Kapita Selecta, Jilid I, 2001 : 263)
6. Patologis Abortus
Abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan necrose dari jaringan
sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim.
Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim
untuk terjadi eksplusi seringkali fetus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Kelainan terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan necrose sekitarnya. Karena
perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi sebagai benda asing
yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya mengeluarkan isi rahim. (Obstetri
Patologi, 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korealis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan kehamilan 8-14 minggu telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu
akan banyak terjadi perdarahan.
Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk yang istimewa,
misalnya :
Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban
tanpa janin.
Mola curenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola curenta terbentuk,
kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku
antara desidua dan chorion. Jika darah beku ini sudah seperti dagin diebut juga mola
carnosa.
Mola tuberose, ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan disebabkan
haematom-haematom antara amnion dan chorion.
Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorbsi
hingga janin tertekan atau disebut foetus conpresus. Kadang-kadang janin menjadi
kering, mengalami mumnifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus).
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadinya abortus adalah :
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum donglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera
lakukan evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu (anemi sedang) atau transfusi darah.
Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu suntikkan metil
ergometrin 0,2 mg IM.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan pelepasan
plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau
pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan Sistematis ,melalui
suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.
http://www.2lisan.com/rss/komplikasi-abortus-komplit
http://www.2lisan.com/rss/patofisiologi-abortus-infeksiosa
http://materikebidanan.wordpress.com/2011/03/08/penanganan-spesifik-perdarahan-pada-
kehamilan-muda/
Mansjor, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapios
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tridarsa Printer. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP : Jakarta
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
1.1 Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. R
Umur : 30 thn Umur :35 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku :Kutai
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
Penghasilan :- Penghasilan :800.000
Alamat : Jln. Adam Malik Alamat :Jln. Adam Malik
No. Register : -
Tgl. Periksa : 11 Februari 2017
1.2 Alasan kunjungan saat ini/keluhan
Ibu mengatakan hamil anaknya yang kedua usia kehamilan 4 bulan, tadi pagi sekitar jam
07.30 WIB mengeluarkan darah banyak dan bergumpal serta terasa nyari pada perut
bagian bawah dan selama 2 minggu keluar flek-flek
1.3 Riwayat perkawinan
Riwayat Perkawinan
Status : Menikah / Pernah Menikah / Belum Menikah
1 26 4 - - - - -
KEA L KB
DAA A
KOMP N M **
TEMPAT LIKASI
PENOL KEADAAN ANA A
HAMIL* PERSALINAN* PERSALINA PERSA K M
ONG* BBL
N* LINAN SKR E
* G N
E
** T
E
KE KOM A I/ IU N Su Al S R P B R La P. In H D Bi La P/ B Se Sa M Hi M KI
PLIK B P/ F or ng at C S K PSu in fe PPok da in L B ha kit ati du ati **
ASI O S D m sa M m2 ks ter n 2 L t p
La
R (g
P T m (th
HT al ng ah i ** r) * * *
E U a )
S **
Personal Hygiene
Sebelum Hamil :Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 3x
seminggu, menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 4x
seminggu, menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
Hubungan Seksual
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
2x seminggu, selama melakukan hubungan seksual tidak ada keluhan
apapun.
selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil dirinya dan suami
jarang berhubungan seksual.
2. Data Objektif
2.1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 41,5 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,5 C
Pernapasan : 22 x/menit
Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Aksilla
Pembesaran kel. limfe : Tidak ada
Dada dan payudara
Bentuk : Simetris
Pembesaran : Tidak ada
Hiperpigmentasi areola : Tidak ada
Papilla mammae : Menonjol
Striae : Tidak ada
Kebersihan : Payudara bersih
Abdomen
Pembesaran : Ada pembesaran sesuai
UK (13 14
minggu)
Linea : Nigra
Striae : Lividae
Bekas luka operasi: Tidak ada
Punggung
Posisi tulang belakang : Normal / Lordosis
(Tegak)
Genetalia
Kebersihan : Bersih
Warna : Kemerahan
Kelainan : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Keluar darah / flek-flek
dari vagina 350
cc / 4pembalut
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak oedema
Perineum
Luka parut : Tidak ada
Anus
Hemmoroid : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Ekstermitas atas & bawah
Simetris : Simetris
Oedema : Tidak ada
Palpasi
Dada & payudara
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor / benjolan : Tidak ada
Keluaran : Tidak ada
Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Abdomen
Leopold I : TFU 3 jari di atas symphisis,
terdapat nyeri tekan
diperut bagian
bawah, kontraksi uterus
baik
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
Auskultasi
Dada
Ronchi : Tidak ada
Whezing :Tidak ada
Abdomen
Bising usus : Positif (+)
DJJ (Denyut Jantung Janin) : Tidak dilakukan
pemeriksaan DJJ
Perkusi
Refleks patella : Ka / Ki (+) / (+)
TBJ : Tidak dilakukan
2.3 Pemeriksaan Khusus
Ukuran Panggul Luar
Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
Distansia Cristarum : Tidak dilakukan
Boudeloque : Tidak dilakukan
Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
2.4 Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam tanggal 11 Februari 2017 jam 10.00 WIB,
ada perdarahan banyak dari jalan lahir, porsio membuka, ada
gumpalan darah dan sebagian jaringan yang keluar
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hemoglobin : Tidak dilakukan
Urine
Albumin : Tidak dilakukan
Reduksi : Tidak dilakukan
USG : Pada hasil USG tanggal 11 februari 2017 tampak sisa
jaringan janin dalam uterus dan didapatkan endometrium yang
tipis dan irregular.
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan pendektan pada klien dengan 1. Agar terjalin hubungan kerjasama yang baik
komunikasi terapeutik antara petugas dengan klien
2. Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan 2. Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada
pada klien klien diharapkan klien mengetahui kondisinya saat
ini
3. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro 3. Dengan melakukan observasi KU, TTV dan
curettage perdarahan diharapkan keadaan klien bisa dipantau
serta dapat mencegah terjadinya komplikasi
4. Lakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn 4. Dengan melakukan pro kolaborasi dengan
untuk pro curettage dokter obgyn diharapkan tindakan curettage segera
dilakukan
5. Lakukan informed consent / persetujuan untuk 5. Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui
dilakuakan tindakan curettage tindakan medis yang akan dilakukan
6. Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage 6. Dengan menyiapkan pasien serta peralatan untuk
serta obat-obatan curettage dan obat-obatan diharapkan tindakan
curettage bisa dilakukan dengan efektif dan efisien
8. Bantu pelaksanaan curettage secara septik dan 8. Untuk mempermudah dan mempercepat proses
antiseptik curettage
9. Lakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn 9. Agar terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan
untuk pemberian terapi post curettage klien dan mempercepat proses pemulihan
10. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan 10. Agar KU, TTV dan perdarahan dalam batas
post curettage normal dan untuk memastikan tidak terjadi syok.
11. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi, istirahat 11. a. Nutrisi
dan personal hygiene
Dengan mengkonsumsi makan bernutrisi seimbang
diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga
mempercepat proses pemulihan klien
b. Istirahat
Dengan istirahat cukup diharapkan mampu
mengembalikan stamina tubuh klien.
c. Personal Hygiene
Dengan menjaga kebersihan khususnya pada daerah
kemaluan agar tidak terjadi infeksi
12. Beritahukan kepada klien untuk kontrol ulang 12. Untuk mengetahui dan dapat memantau
perkembangan kondisi klien.
IMPLEMENTASI
Diagnosa : GI P0 A0, UK 14 16 minggu dengan abortus incompletus
11-02-2017 10.30 1. Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik agar terjalin kerja
sama yang baik antara petugas dengan pasien secara ramah dan sopan
12.00 4. Melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn agar tindakan curettage segera
dilakukan
12.10 5. Melakukan informed consent pada klien untuk menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan
12.15 6. Menyiapkan pasien di meja ginekologi serta peralatan untuk tindakan curettage :
Celemek
Lampu sorot
Obat-obatan : Metergin 1 ampul, syntocinon 2 ampul, petidin 1 ampul
Peralatan curettage : Kapas savlon, cucing, betadine, duk, depress, handscoon,
spekulum, tenakulum, tampon tang, busi / diktator, sendok curet ukuran 1/2/3/4, king
tang, kokel tang, abortus tang dan kateter
12.30 7. Memberikan O2 sebanyak 2 lpm untuk membebaskan jalan nafas saat pasien tidak
sadar dan memasang infuse untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
12.45 8. Membantu pelaksanaan curettage dengan cara aseptik dan antiseptik
13.30 9. Melakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi :
Antibiotik : Amoxilin 3x500 mg
Analgesik : As. Mefenamat 3x500 mg Selama 5 hari
Uterotonika : Metergin 3x1 ampul
14.00 10. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Cukup
TTV :
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 37 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Perdarahan : 150 cc / 2 pembalut
16.00 12. Memberitahukan tanggal kontrol kepada pasien yaitu 1 minggu lagi pada tanggal
18 Februari 2017 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
G. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah, penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dapat diperoleh kesimpulan :
1. Pengkajian data
Ibu datang pada tanggal 11 februari 2017 WIB dengan keluhan keluar flek selama 2
minggu pada UK minggu. Pada pemeriksaan di inspeksi terdapat keluaran pada genetalia
yaitu lochea rubra. Palpasi ada nyeri tekan. Pada data penunjang USG janin sudah
meninggal. KU ibu lemah.
2. Interpretai data dasar
Ny S G1P0A0 UK 14-16 minggu dengan abortus incomplete
3. Antisipasi masalah potensial
Berpotensi terjadi anemia dan syok
4. Identifikasi kebutuhan segera
Observasi TTV dan adanya infeksi
Cairan infuse
Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan terapi
5. Intervensi
Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien
Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik
Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada status pasien
Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan pemberian terapi
Berikan KIE mengenai : pola nutrisi, personal hygiene, pola istirahat
6. Implementasi
Semua rencana telah dilaksanakan dengan efektif dan aman sesuai dengan yang ada di
intervensi
7. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan dan observasi keadaan ibu membaik dan tidak
menunjukkan adanya syok karena perdarahan.
B. Saran
1. Bagi klien
Diharapkan melakukan control ulang/apabila sewaktu-waktu ada keluhan dan melakukan
semua anjuran atau nasehat yang diberikan oleh petugas
2. Bagi petugas
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang, dapat bekerja sama dengan
klien dan dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan,
lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien, dan
keluarga
3. Bagi pendidikan
Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik teori maupun praktek
sehingga mahasiswa dapat dengan mudah dan mandiri mengimplementasikan denagn
baik dan sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan