Anda di halaman 1dari 31

ABORTUS PADA KEHAMILAN

RS. PUPUK KALTIM SIAGA RAMANIA SAMARINDA

JALAN RAMANIA NO.03 SAMARINDA


KALIMANTAN TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Menurut survei
demografidan kesehatan Indonesia 2007 AKI di Indonesia adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan, keracunan
kehamilan dan infeksi. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 15-50%
kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau infeksi
yang dapat menyebabkan kematiann oleh karena itu kematian ibu yang
disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu tapi
dilaporkan sebagai perdarahan/sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak disengaja
maupun disengaja.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%, namun
demikian frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
wanita tidak dapat ke dokter atau rumah sakit. Oleh karena itu bidan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan ANC, dalam
memberikan penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan secara dini. Dengan
begitu maka kehamilan ibu akan terpantau dan dapat segera ditangani jika ada
komplikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Abortus


1. Pengertian AbortuS

Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya antara
400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal dan Neonatal, 2003).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Sarwono, 2001 : 145).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. (Mochtar, R., 2002 : 209).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Kapita Selekta, Jilid I, 2001 :
260).
Kesimpulannya abortus adalah hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin < 500 gram dan umuyr kehamilan < 20 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia kehamilan
28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Mochtar, R., 2002 : 209).
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana
proses plarentasi belum selesai (Mochtar, R., 2002 : 209: 209).
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
(Mochtar, R., 2002 : 209).
2. Etiologi Abortus
Faktor faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor
ibu, faktor bapak.
2.1. Faktor Ovum
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
kromosom (trisomi & polyploidy). Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat
degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan.
Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
kelainan lingkungan atau exogen (virus, radiasi, zat kimia).
2.2. Faktor ibu
Berbagai penyaki pada ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya :
1. Infeksi akut yang berat : peneumonia, types dan lain-lain, dapat menyebabkan
abortus atau partus prematurus. Janin dapat meninggal oleh toxin-toxin atau karena
penyemburan kuman-kuman sendiri.
2. Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita :
Anomalia congenital (hipoplasia uteri, tumor uterus, uterus bikornis, dan lain-
lain)
Kelainan letak dari uterus seperti retroflexi uteri fixate
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti esterogen atau progesterone,
endometritis, mioma submoka.
Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mioma)
Distosia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Antagonis resus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui placenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetis yang berakibat meninggalnya fetus.
4. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya :
obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain, atau dapat juga
karena trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak langsung karena
instrument, benda, dan obat-obatan.
2.3 Faktor Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, dekompensasi, kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, dll), sinar roentgen,
avitaminosis.(Mochtar, R., 2002 : 209)
2.4 Kekurangan hormon
Corpus luteum dan trophoblast menghasilkan progesteron untuk
mempertahankan decidua. Jika kadar progesteron kurang maka akan
mempengaruhi pemberian makanan kepada foetus dan menyebabkan
kematian. Hormon lain terutama hormon tiroid, kadang-kadang dapat
menyebabkan abortus.
2.5 Kelainan organ-organ reproduksi
Mioma uteri dianggap sebagai faktor etiologik terjadinya abortus jika
pemeriksaan klinik lainnya tidak ada kelainan dan pada histerogram
menunjukkan deformitas cavum uteri.
Retrofleksi uteri gravidi incancerati akan mengganggu sirkulasi yang
menyebabkan perubahan pada decidua dan terjadinya abortus.
Serviks yang pendek, baik kongenital maupun pasca bedah, dan serviks
inkompeten dapat menyebabkan abortus.
2.6 Trauma
Trauma psikis dan trauma fisik jarang menyebabkan abortus. Pada
umumnyat trauma yang berat atau trauma yang langsung mengenai uterus
(misalnya terkena tembakan peluru atau trauma tumpul pada perut) dan
operasi abdominal yang besar dapat merangsang terjadinya abortus.
2.7 Penyakit Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun seperti SLE dan antipofolipid antibody. Kejadian abortus spontan
diantara pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum.
2.8 Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat dan kimia
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap gas
buangan anastesi dan tembakau (http://materikebidanan.wordpress.com).

3. Klasifikasi Abortus
Abortus dibagi atas dua golongan :
3.1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
Klinis abortus spontan :
Abortus komplentus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga rahim
kosong.
Abortus incompletes (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta.
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah trbuka dan
ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat
dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika serta
istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu
ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
Missed abortion (keguguran tertunda)
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih, dimana janin telah mati sebelum minggu
ke-22.
Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut.
Abortus infeksiosus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus septic adalah keguguran disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.
3.2. Abortus provokatus (induced abortus)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan. Abortus ini dibagi
2, yaitu :
Abortus medisinalis (abortus therapeutikus)
Adalah abortus karena kita sendiri dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis. (Mochtar, R., 2002 : 209)

4. Gejala-gejala Dari Abortus


4.1 Abortus Iminens
Perdarahan sedikit
Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
Tidak diketemukan kelainan pada serviks.
4.2 Abortus insipiens
Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
Nyeri karena kontraksi rahim kuat.
Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan.
4.3 Abortus Incompletus
Perdarahan masih berlanjut
Pada pemeriksaan dalam terjadi pembukaan.
4.4 Abortus Completus
Keluar gumpalan darah dan bagian tubuh dari janin.
4.5 Missed Abortion
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban.
Terjadinya amenore berlangsung terus menerus.
4.6 Abortus Habitualis

5. Komplikasi Aborsi
5.1 Perdarahan (hemmorage)
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
5.2 Porferasi uterus
Dapat terjadi perforasi uterus pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi perforasi harus segera dilakukan laparatomi. Perforasi sering
terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti
bidan dan dukun.
5.3 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering
ditemukan pada abortus incompletes dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan
aseptic dan antiseptic.
5.4 Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab. Yang terbanyak
adalah syok hipotolemik, yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
(Sarwono, 2008 : 331)
5.5 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah. (Kapita Selecta, Jilid I, 2001 : 263)
6. Patologis Abortus
Abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan necrose dari jaringan
sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim.
Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim
untuk terjadi eksplusi seringkali fetus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Kelainan terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan necrose sekitarnya. Karena
perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi sebagai benda asing
yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya mengeluarkan isi rahim. (Obstetri
Patologi, 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korealis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan kehamilan 8-14 minggu telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu
akan banyak terjadi perdarahan.
Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk yang istimewa,
misalnya :
Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban
tanpa janin.
Mola curenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola curenta terbentuk,
kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku
antara desidua dan chorion. Jika darah beku ini sudah seperti dagin diebut juga mola
carnosa.
Mola tuberose, ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan disebabkan
haematom-haematom antara amnion dan chorion.
Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorbsi
hingga janin tertekan atau disebut foetus conpresus. Kadang-kadang janin menjadi
kering, mengalami mumnifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus).
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadinya abortus adalah :
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum donglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 261)

B. Konsep Dasar Abortus Incomplete


1. Pengertian
Abortus incomplete adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. (Sarwono, 1999:
307).
Abortus Incomplete Adalah abortus yang ditandai dengan adanya pembukaan
cerviks, keluarnya jaringan sebagian dan sebagian masih tertinggal di dalam
kandungan serta perdarahan pervaginam dalam jumlah yang banyak (Sarwono
Prawirorahardjo, 1999).
Abortus incomplete adalah sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. yang
tertinggal adalah desidua.plasenta (Sinopsis, Obsetri, Fisiologi, Pathologi : 1998).
2. Gejala Abortus Incomplete
Gejala abortus meliputi :
Amenorrhea
Perdarahan bisa sedikit, bisa banyak, perdarahan berupa stolsel (darah beku)
sudah ada keluar fetus atau jaringan.
Sakit perut dan mules-mules
Pada pemeriksaan dalam, ostium uteri terbuka didapatkan sisa kehamilan atau
placenta dalam kanalis servikalis atau cavum uteri (jika dbiarkan lama cervik akan
menutup).
Uterus lebih kecil dari kehamilan seharusnya.
(Rustam, Muchtar. 1998: 212)
Perdarahan pada abortus incompletes dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan.
(Sarwono, 1999: 307)
3. Komplikasi Abortus Incomplete
Perdarahan mengakibatkan syok hemoragik
Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli
Infeksi dan tetanus
Payah ginjal akut
Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak (syok
hemoragik) dan infeksi berat atau sepsis (syok septik).
(Muchtar. R. 214.)
4. Penatalaksanaan Abortus Incomplete
Temukan besarnya uterus (taksir usia gestasi) kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi / sepsis)
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu
evaluasi perdarahan.
Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan
AVM atau DDK (pilihan tergantung dari usia / gestasi, pembukaan serviks dan
keberadaan bagian janin).
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik provilaksis (acupisillin 3x500
mg selama 5 hari, atau doksisiklin 100 mg)
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.

Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera
lakukan evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu (anemi sedang) atau transfusi darah.
Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu suntikkan metil
ergometrin 0,2 mg IM.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan pelepasan
plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau
pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan Sistematis ,melalui
suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

2. Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 :


Pengertian
Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan-
penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Langkah-langkah
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data
objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain
biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial & Mengantisipasi
Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan
Konsultai, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / IntervensiPada
langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah di identifikasi atau di antisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman /
Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi didalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya. (Saminem, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

http://www.2lisan.com/rss/komplikasi-abortus-komplit
http://www.2lisan.com/rss/patofisiologi-abortus-infeksiosa
http://materikebidanan.wordpress.com/2011/03/08/penanganan-spesifik-perdarahan-pada-
kehamilan-muda/
Mansjor, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapios
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tridarsa Printer. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP : Jakarta
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Perdarahan Pada Kehamilan Muda


Pada Ny S Dengan Abortus Inkomplete
Tgl. 11 Februari 2017

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
1.1 Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. R
Umur : 30 thn Umur :35 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku :Kutai
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
Penghasilan :- Penghasilan :800.000
Alamat : Jln. Adam Malik Alamat :Jln. Adam Malik
No. Register : -
Tgl. Periksa : 11 Februari 2017
1.2 Alasan kunjungan saat ini/keluhan
Ibu mengatakan hamil anaknya yang kedua usia kehamilan 4 bulan, tadi pagi sekitar jam
07.30 WIB mengeluarkan darah banyak dan bergumpal serta terasa nyari pada perut
bagian bawah dan selama 2 minggu keluar flek-flek
1.3 Riwayat perkawinan

Riwayat Perkawinan
Status : Menikah / Pernah Menikah / Belum Menikah

Kawin Umur Lama Jumlah Sebab Pisah Sebab Tempat


Kawin kawin
ke anak Cerai Meninggal meninggal meninggal
(th) (th)

1 26 4 - - - - -

1.4 Riwayat kebidanan


Riwayat menstruasi
Siklus menstruasi : 28 hari
Menarche : 13 th
Lama : 7 hari
HPHT : 10-06-2012
Warna : merah
HPL/TP : 17-03-2013
Jumlah : 3 pembalut
UK : 14-16 mgg
Teratur/tidak : teratur
Flour albus : ya / tidak (sebelum/sesudah haid), jumlah : sedikit,
Warna : putih jernih, bau : tidak berbau, konsistensi : cair,
dysmenorrea : ya / tidak (sebelum/sesudah haid)
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

KEA L KB
DAA A
KOMP N M **
TEMPAT LIKASI
PENOL KEADAAN ANA A
HAMIL* PERSALINAN* PERSALINA PERSA K M
ONG* BBL
N* LINAN SKR E
* G N
E
** T
E
KE KOM A I/ IU N Su Al S R P B R La P. In H D Bi La P/ B Se Sa M Hi M KI
PLIK B P/ F or ng at C S K PSu in fe PPok da in L B ha kit ati du ati **
ASI O S D m sa M m2 ks ter n 2 L t p
La
R (g
P T m (th
HT al ng ah i ** r) * * *
E U a )
S **

1.6 Riwayat kehamilan sekarang / ANC


Trimester I : kontrol 3x di puskesmas, keluhan mual
terapi : B6, Fe, Kalk;
saat ini keluhan keluar gumpalan darah dan
nyeri perut bagian bawah
Tx kolaborasi dengan dokter
Riwayat pemberian TT
TT1 / TT2 / TT3 / TT4 / TT5
TT3 : lama perlindungan 5 th
Penyuluhan yang sudah didapat
Nutisi ibu hamil
Senam hamil
Perawatan payudara
Personal hygiene
Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda persalinan
1.7 Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita (penyakit menahun,
PMS,dll)
Ibu Hamil : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun
seperti (DM, Hipertensi, Asma) dan penyakit menahun seperti
(Jantung, Ginjal).
Suami : Ibu mengatakan suami tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun
seperti (DM, Hipertensi, Asma) dan penyakit menahun seperti
(Jantung, Ginjal).
Keluarga : Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis),
penyakit menurun seperti (DM, Hipertensi, Asma) dan penyakit
menahun seperti (Jantung, Ginjal).
Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah minum-minuman yang
beralkohol, tidak pernah merokok serta tidak pernah memakai obat-
obatan terlarang
1.8 Riwayat Psiko-Sosial-Budaya
Ibu mengatakan tidak pernah meminum jamu saat hamil, ibu juga
tidak pernah pantang terhadap makanan dan ibu juga mengatakan
suami dan keluarganya sangat senang atas kehamilannya ini, karena
merupakan anak pertama.
1.9 Pola Kehidupan Sehari-hari
Pola Nutrisi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang
(nasi, lauk pauk, sayur) dan minum 6-7 gelas perhari air putih.
Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang
(nasi, lauk pauk, sayur dan buah) dan minum 7-8 gelas perhari air
putih dan terkadang teh manis.
Pola Eliminasi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan BAK 5-6 x perhari, warna
kuning, bau khas, konsistensi cair dan BAB 1x perhari, warna khas,
bau khas, konsistensi lembek.
Selama Hamil : Ibu mengatakan BAK 6-7 x perhari, warna
kuning, bau khas, konsistensi cair dan BAB 1x perhari, warna khas,
bau khas, konsistensi lembek.
Pola Aktivitas
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci, mensetrika dan
memasak.
Selama Hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci, mensetrika dan
memasak dengan bantuan suami.
Pola Istirahat / Tidur
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan tidur siang 2 jam (13.00-15.00
WIB) dan tidur malam 7 jam (22.00-05.00 WIB).
Selama Hamil : Ibu mengatakan tidur siang 3 jam (12.00-15.00
WIB) dan tidur malam 8 jam (21.00-05.00 WIB).

Personal Hygiene
Sebelum Hamil :Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 3x
seminggu, menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 4x
seminggu, menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
Hubungan Seksual
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
2x seminggu, selama melakukan hubungan seksual tidak ada keluhan
apapun.
selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil dirinya dan suami
jarang berhubungan seksual.
2. Data Objektif
2.1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 41,5 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,5 C
Pernapasan : 22 x/menit

2.2 Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok / Tidak : Tidak Rontok
Muka
Cloasma gravidarum : Tidak ada
Pucat : Pucat
Oedema : Tidak oedema
Mata
Bentuk : Simetris
Conjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak ikterus
Palpebra : Tidak oedema
Hidung
Kebersihan : Bersih
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Telinga
Bentuk : Simetris
Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Bersih dan tidak ada serumen
Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapi, bersih dan
tidak ada caries gigi
Mukosa mulut : Lembab
Lidah : Bersih

Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Aksilla
Pembesaran kel. limfe : Tidak ada
Dada dan payudara
Bentuk : Simetris
Pembesaran : Tidak ada
Hiperpigmentasi areola : Tidak ada
Papilla mammae : Menonjol
Striae : Tidak ada
Kebersihan : Payudara bersih
Abdomen
Pembesaran : Ada pembesaran sesuai
UK (13 14
minggu)
Linea : Nigra
Striae : Lividae
Bekas luka operasi: Tidak ada
Punggung
Posisi tulang belakang : Normal / Lordosis
(Tegak)
Genetalia
Kebersihan : Bersih
Warna : Kemerahan
Kelainan : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Keluar darah / flek-flek
dari vagina 350
cc / 4pembalut
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak oedema
Perineum
Luka parut : Tidak ada
Anus
Hemmoroid : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Ekstermitas atas & bawah
Simetris : Simetris
Oedema : Tidak ada
Palpasi
Dada & payudara
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor / benjolan : Tidak ada
Keluaran : Tidak ada
Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Abdomen
Leopold I : TFU 3 jari di atas symphisis,
terdapat nyeri tekan
diperut bagian
bawah, kontraksi uterus
baik
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
Auskultasi
Dada
Ronchi : Tidak ada
Whezing :Tidak ada
Abdomen
Bising usus : Positif (+)
DJJ (Denyut Jantung Janin) : Tidak dilakukan
pemeriksaan DJJ
Perkusi
Refleks patella : Ka / Ki (+) / (+)
TBJ : Tidak dilakukan
2.3 Pemeriksaan Khusus
Ukuran Panggul Luar
Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
Distansia Cristarum : Tidak dilakukan
Boudeloque : Tidak dilakukan
Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
2.4 Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam tanggal 11 Februari 2017 jam 10.00 WIB,
ada perdarahan banyak dari jalan lahir, porsio membuka, ada
gumpalan darah dan sebagian jaringan yang keluar
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hemoglobin : Tidak dilakukan
Urine
Albumin : Tidak dilakukan
Reduksi : Tidak dilakukan
USG : Pada hasil USG tanggal 11 februari 2017 tampak sisa
jaringan janin dalam uterus dan didapatkan endometrium yang
tipis dan irregular.

B. INTEPRETASI DATA DASAR / DIAGNOSA


MASALAH
Tanggal : 11 februari 2017
Jam :10.00WIB
Diagnosa : GIP0Ao, UK 14 16 minggu dengan abortus
incomplete
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2
minggu disertai nyeri perut bagian bawah dan keluar darah /
flek-flek sudah 3 hari yang lalu dan sejak tadi malam mulai
keluar gumpalan darah bewarna merah dan sampai sekarang
bertambah banyak.
DO : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 22 x/menit
BB : 41,5 kg
TB : 150 cm
Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
VT : pembukaan 2 cm
Perdarahan : 350 cc
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadinya anemi dan syok
D. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
1. Pasang O2 dengan kecepatan 2 Lpm

2. Pasang infuse RL 20 tpm

3. Kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage


. INTERVENSI
Tanggal : 11 februari 2017 Jam : 10.00WIB
Diagnosa : GI P0A0, UK 14 16 minggu dengan abortus incompletus
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 2 jam diharapkan
pasien mengerti dan memahami tindakan yang akan dilakukan, serta
diharapkan keadaan ibu akan lebih membaik.
Kriteria Hasil : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam Batas normal :
TD : 130/110 90/70mmHg
Suhu : 36,5 37,5 C
Nadi : 60 100 x/menit
RR : 16 22 x/menit
Perdarahan : Berhenti

INTERVENSI RASIONAL

1. Lakukan pendektan pada klien dengan 1. Agar terjalin hubungan kerjasama yang baik
komunikasi terapeutik antara petugas dengan klien
2. Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan 2. Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada
pada klien klien diharapkan klien mengetahui kondisinya saat
ini

3. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro 3. Dengan melakukan observasi KU, TTV dan
curettage perdarahan diharapkan keadaan klien bisa dipantau
serta dapat mencegah terjadinya komplikasi

4. Lakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn 4. Dengan melakukan pro kolaborasi dengan
untuk pro curettage dokter obgyn diharapkan tindakan curettage segera
dilakukan

5. Lakukan informed consent / persetujuan untuk 5. Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui
dilakuakan tindakan curettage tindakan medis yang akan dilakukan

6. Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage 6. Dengan menyiapkan pasien serta peralatan untuk
serta obat-obatan curettage dan obat-obatan diharapkan tindakan
curettage bisa dilakukan dengan efektif dan efisien

7. Berikan O2 serta pemasangan infuse 7. Dengan diberikan O2 sebanyak 2 lpm serta


pemasangan infuse diharapkan dapat membebaskan
jalan nafas dan mengganti cairan tubuh yang hilang.

8. Bantu pelaksanaan curettage secara septik dan 8. Untuk mempermudah dan mempercepat proses
antiseptik curettage

9. Lakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn 9. Agar terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan
untuk pemberian terapi post curettage klien dan mempercepat proses pemulihan

10. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan 10. Agar KU, TTV dan perdarahan dalam batas
post curettage normal dan untuk memastikan tidak terjadi syok.

11. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi, istirahat 11. a. Nutrisi
dan personal hygiene
Dengan mengkonsumsi makan bernutrisi seimbang
diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga
mempercepat proses pemulihan klien
b. Istirahat
Dengan istirahat cukup diharapkan mampu
mengembalikan stamina tubuh klien.
c. Personal Hygiene
Dengan menjaga kebersihan khususnya pada daerah
kemaluan agar tidak terjadi infeksi

12. Beritahukan kepada klien untuk kontrol ulang 12. Untuk mengetahui dan dapat memantau
perkembangan kondisi klien.

IMPLEMENTASI
Diagnosa : GI P0 A0, UK 14 16 minggu dengan abortus incompletus

Tanggal Jam Implementasi / Tindakan

11-02-2017 10.30 1. Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik agar terjalin kerja
sama yang baik antara petugas dengan pasien secara ramah dan sopan

11.32 2. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada pasien

11.45 3. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage


Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
TTV :
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37,5 C
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Perdarahan : 350 cc / 5 pembalut

12.00 4. Melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn agar tindakan curettage segera
dilakukan

12.10 5. Melakukan informed consent pada klien untuk menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan

12.15 6. Menyiapkan pasien di meja ginekologi serta peralatan untuk tindakan curettage :
Celemek
Lampu sorot
Obat-obatan : Metergin 1 ampul, syntocinon 2 ampul, petidin 1 ampul
Peralatan curettage : Kapas savlon, cucing, betadine, duk, depress, handscoon,
spekulum, tenakulum, tampon tang, busi / diktator, sendok curet ukuran 1/2/3/4, king
tang, kokel tang, abortus tang dan kateter

12.30 7. Memberikan O2 sebanyak 2 lpm untuk membebaskan jalan nafas saat pasien tidak
sadar dan memasang infuse untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
12.45 8. Membantu pelaksanaan curettage dengan cara aseptik dan antiseptik

13.30 9. Melakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi :
Antibiotik : Amoxilin 3x500 mg
Analgesik : As. Mefenamat 3x500 mg Selama 5 hari
Uterotonika : Metergin 3x1 ampul

14.00 10. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Cukup
TTV :
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 37 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Perdarahan : 150 cc / 2 pembalut

14.30 11. Memberikan KIE kepada pasien tentang :


a. Nutrisi : Mengkonsumsi nutrisi yang seimbang dan 4 sehat 5 sempurna
b. Istirahat : Banyak beristirahat dan jangan melakukan aktivitas yang berat
c. Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, mengganti pakaian dalam 2x sehari dan
menjaga kebersihan vagina agar tetap selalu kering dan tidak timbul jamur atau
bakteri

16.00 12. Memberitahukan tanggal kontrol kepada pasien yaitu 1 minggu lagi pada tanggal
18 Februari 2017 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan

G. EVALUASI

Tanggal : 11 februari 2017 Jam : 16.30 WIB


Keadaan ibu baik ditandai dengan
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Cukup
TTV :
TD : 120/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
Suhu : 37 C
RR : 20x/menit
Perdarahan : 150 cc

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah, penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dapat diperoleh kesimpulan :
1. Pengkajian data
Ibu datang pada tanggal 11 februari 2017 WIB dengan keluhan keluar flek selama 2
minggu pada UK minggu. Pada pemeriksaan di inspeksi terdapat keluaran pada genetalia
yaitu lochea rubra. Palpasi ada nyeri tekan. Pada data penunjang USG janin sudah
meninggal. KU ibu lemah.
2. Interpretai data dasar
Ny S G1P0A0 UK 14-16 minggu dengan abortus incomplete
3. Antisipasi masalah potensial
Berpotensi terjadi anemia dan syok
4. Identifikasi kebutuhan segera
Observasi TTV dan adanya infeksi
Cairan infuse
Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan terapi
5. Intervensi
Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien
Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik
Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada status pasien
Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan pemberian terapi
Berikan KIE mengenai : pola nutrisi, personal hygiene, pola istirahat
6. Implementasi
Semua rencana telah dilaksanakan dengan efektif dan aman sesuai dengan yang ada di
intervensi
7. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan dan observasi keadaan ibu membaik dan tidak
menunjukkan adanya syok karena perdarahan.
B. Saran
1. Bagi klien
Diharapkan melakukan control ulang/apabila sewaktu-waktu ada keluhan dan melakukan
semua anjuran atau nasehat yang diberikan oleh petugas
2. Bagi petugas
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang, dapat bekerja sama dengan
klien dan dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan,
lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien, dan
keluarga
3. Bagi pendidikan
Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik teori maupun praktek
sehingga mahasiswa dapat dengan mudah dan mandiri mengimplementasikan denagn
baik dan sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan

Anda mungkin juga menyukai