Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK

Skrining Kanker Serviks


dengan Metode Skrining
Alternatif: IVA
Laila Nuranna
Subbagian Onkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN kasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang
Jumlah penderita kanker serviks, menduduki peringkat lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka
teratas di antara penyakit kanker pada pria dan wanita di skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharap-
Indonesia. Keadaan ini berbeda dengan di negara maju, umum- kan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak.
nya kanker serviks sudah menurun jumlahnya berkat program Kemampuan tersebut telah dibuktikan oleh berbagai pene-
skrining kanker serviks. litian (3,4).
Di Indonesia masalah banyaknya kasus kanker serviks,
diperburuk lagi dengan banyaknya (>70%) kasus yang sudah AKURASI TES PAP
berada pada stadium lanjut ketika datang ke Rumah Sakit (1,2). Telah diakui bahwa pemeriksaan Tes Pap mampu menu-
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus runkan kematian akibat kanker serviks di beberapa negara,
kanker serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian walaupun tentu ada kekurangan. Sensitivitas Tes Pap untuk
tersebut terutama berkat adanya program skrining massal mendeteksi NIS berkisar 50-98% (5,6) sedang negatif palsu
(7,8)
antara lain dengan Tes Pap. Namun di Indonesia kebijakan antara 8-30% untuk lesi skuamosa 40% untuk adeno-
(9)
penerapan program skrining kanker serviks kiranya masih matosa . Adapun Spesifisitas Tes Pap adalah 93%, nilai
tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah prediksi positif adalah 80,2% dan nilai prediksi negatif adalah
negara yang terdiri dari beribu pulau dan juga kurangnya 91,3%. Harus hati-hati justru pada lesi serviks invasif, karena
sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya negatif palsu dapat mencapai 50%, akibat tertutup darah,
kurangnya tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, adanya radang dan jaringan nekrotik (7,9). Fakta ini menunjuk-
teknisi sitologi/skriner. kan bahwa pada lesi invasif kemampuan pemeriksa melihat
Bila andalan skrining kanker serviks adalah metode Tes serviks secara makroskopik sangat diperlukan.
Pap, dengan mengkaji masalah yang ada di Indonesia, kiranya
belum dapat diperkirakan perlu berapa dekade lagi untuk dapat MENGAPA PERLU METODE SKRINING ALTER-
mewujudkan program skrining massal kanker serviks dengan NATIF DI INDONESIA
Tes Pap di Indonesia. Pemikiran perlunya metode skrining alternatif dilandasi
Masalah kanker serviks di Indonesia sangat khas yaitu oleh fakta, bahwa temuan sensitivitas dan spesifisitas Tes Pap
banyak, dan ditemukan pada stadium lanjut. Kondisi ini terjadi bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga kenyataannyaa skrining
juga di beberapa negara berkembang, atau di negara miskin. massal dengan Tes Pap belum mampu dilaksanakan antara lain
Agar tercapai hasil pengobatan kanker serviks yang lebih baik, karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi.
salah satu faktor utama adalah penemuan stadium lebih awal. Data dari sekretariat IAPI (Ikatan Ahli Patologi Indonesia)
Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya menunjukkan bahwa jumlah ahli patologi 178 orang pada tahun
(10)
lebih baik, mortalitas akan menurun. 1999 yang tersebar baru di 13 provinsi di Indonesia dan
(11)
Menengarai masalah yang ada, timbul gagasan untuk jumlah skriner yang masih kurang dari 100 orang pada tahun
melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang lebih 1999.
sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi Visual Sementara itu Indonesia mempunyai sejumlah bidan;
dengan Asam Asetat). IVA adalah pemeriksaan skrining kanker jumlah bidan di desa 55.000 dan bidan praktek swasta (BPS)
serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan apli- kurang sebanyak 16.000(1997) (12). Bidan adalah tenaga

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 133, 2001


kesehatan yang dekat dengan masalah kesehatan wanita, yang Tes DNA - HPV
potensinya perlu dioptimalkan, khususnya untuk program Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS
skrining kanker serviks. Juga adanya fakta bahwa di antara dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya
petugas kesehatan termasuk bidan, kemampuan dan kewas- dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi
padaan terhadap kanker serviks masih perlu diberdayakan. yang berbeda. Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV risiko rendah
jarang ditemukan pada karsinoma invasif kecuali karsinoma
Tabel 1. Kewaspadaan untuk melakukan inspekulo pada pasien dengan
verukosa. Sementara itu tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong tipe
keluhan .(4)
HPV risiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan hibridasi
Melakukan inspekulo
Pusat/petugas
Jumlah DNA(14).
Kesehatan Ya (%) Tidak (%)
Dokter ahli 37 (97,4) 1(2,6) 38 Kajian kualitas berbagai metode skrining alternatif
Dokter umum 24 (54,2) 11(45,8) 35 Tiap-tiap metode skrining dapat dikaji dari segi efektifitas,
Puskesmas 19 (65,5) 10(34,5) 29
Bidan 3 (21,4) 11(78,6) 14 kepraktisan metode, mampu laksana dan kemudahan tersedia-
Tenaga kesehatan nya sarana.
- 1(100) 1
lain (a.l. mantri)
Jumlah 83 (70,9%) 34(29,1) 117 (100%) Tabel 2. Perbandingan kualitas metode skrining alternatif di Jakarta

KAJIAN TERHADAP BERBAGAI METODE SKRINING Praktis Mampu


Metode Skrining Efektifitas Tersedia
laksana sarana
ALTERNATIF KANKER SARVIKS (SELAIN TES
PAP) (13) Tes Pap + +/- +/- +/-
Beberapa metode skrining kanker serviks selain Tes Pap IVA + + + +
IVAB +/- + + +/-
telah dikenal, antara lain: Kolposkopi + +/- - +/-
Kolposkopi Servikografi +/- - - -
Servikografi Pap Net +/- - - -/+
Tes HPV +/- - - -
Pap Net (dengan komputerisasi)
Tes molekular DNA-HPV
IVA SEBAGAI METODE SKRINING ALTERNATIF
Dan hingga metode skrining yang lebih sederhana, yaitu:
YANG SESUAI UNTUK INDONESIA
Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
Mengkaji masalah penanggulangan kanker serviks yang
Inspeksi visual dengan asam asetat dan pembesaran- ada di Indonesia dan adanya pilihan metode yang mudah di-
gineskopi (IVAB) ujikan di berbagai negara, agaknya metode IVA (inspeksi visu-
al dengan aplikasi asam asetat) layak dipilih sebagai metode
Kolposkopi skrining alternatif untuk kanker serviks. Pertimbangan tersebut
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) didasarkan oleh pemikiran, bahwa metode skrining IVA itu.
dengan pembesaran 10-15x.; untuk menampilkan porsio, dipu- Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
las terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio
Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter
dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak putih
ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat peme-
atau perubahan corakan pembuluh darah.
riksaan kesehatan ibu.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal,
Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
namun ketersediaan alat ini terbatas karena mahal.Oleh karena
itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan seder-
lanjut dari hasil Tes Pap abnormal. hana.

Servikografi Pelaksanaan skrining IVA


Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA,
pembesaran porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks dikirim ke Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi
ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai). litotomi.
Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien
Pap Net (dengan komputerisasi) berada pada posisi litotomi.
Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemerik- Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
saan slide Tes Pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel ab- Spekulum vagina
normal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil Tes Pap Asam asetat (3-5%)
yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli Swab-lidi berkapas
patologi/sitologi. Sarung tangan
Pusat komputerisasi Pap Net yaitu New York, Amsterdam
dan Hongkong. Saat ini di jaringan Pap Net yang ada di Teknik IVA
Indonesia slidenya dikirim ke Hongkong. Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan

Cermin Dunia Kedokteran No. 133, 2001 23


asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan Tabel 4. Hasil penelitian Inspeksi Visual dengan Asam asetat dengan
(16)
pembesaran oleh bidan. Tahap II di Indonesia (N=1542) .
warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum.
IVAB Tes Pap Sn Sp PPV +
Bercak putih 10,8% derajat tinggi (2,4%) 75,7% 95,2% 28,0%
Bercak putih 6,5% NIS III/KIS (0,8%) 100,0% 94,2%
12,0%

Keterangan:
Porsio sebelum dipulas Gambaran bercak putih Sn : Sensitivitas
dengan asam asetat pada lesi pra-kanker Sp : Spesifisitas
PPV : Positive Predictive Value
Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpul-
kan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilaku- KESIMPULAN
kan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, Kanker serviks adalah masalah kesehatan wanita di
maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung Indonesia, karena jumlahnya yang banyak dan >70% didiagno-
melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengan- sis pada stadium lanjut. Telah ada metode skrining Tes Pap
dung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif. yang telah diakui sebagai metode skrining yang handal, dengan
berbagai keterbatasannya dalam penemuan kanker serviks pada
Kategori pemeriksaan IVA tahap pra-kanker.
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah Namun untuk Indonesia masalah pelaksanaan skrining
satu kategori yang dapat dipergunakan adalah: massal kanker serviks dengan menggunakan Tes Pap terkait
1. IVA negatif = Serviks normal. dengan banyak kendala antara lain luasnya wilayah Indonesia,
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau penyediaan dana dan keterbatasan SDM.
kelainan jinak lainnya (polip serviks). Karena itu perlu diupayakan suatu terobosan untuk me-
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white lakukan skrining kanker serviks, walaupun dengan sensitivitas
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skri- dan spesifisitas yang diduga lebih rendah di banding Tes Pap
ning kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini tapi mempunyai cakupan yang lebih luas. Metode yang di-
mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan- maksud adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).
sedang-berat atau kanker serviks in situ). Metode ini sangat mungkindilakukan oleh semua tenaga kese-
4. IVA-Kanker serviks hatan bidan, dokter umum, tentu saja oleh dokter spesialis.
Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan sta- KEPUSTAKAAN
dium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan
kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada 1. Mochtarom M. Data registrasi kanker ginekologik. Bagian Obstetri dan
stadium invasif dini (stadium IB-IIA). Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. 1992.
2. Kanker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
HASIL TEMUAN Tahun 1998. Tim Penanggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Tentu saja ada keraguan pada metode yang lebih seder- Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
hana, namun telah pula dibuktikan pada beberapa penelitian, 1999.
3. Blumenthal PD. Visual Inspection of the Cervix as a Screening Option.
bahwa metode skrining IVA cukup sensitif dan spesifik dalam In: Gaffikin L, Blumenthal PD, Davis C. Brechin SJ. Griffey, Eds.
upaya skrining kanker serviks, sebagaimana hasil temuan kaji- Workshop Proceedings. Alternative for Cervical Camncer Screening and
an yang telah dilakukan di Indonesia di bawah ini (walau kajian Treatment in Low-Resource Settings. Baltimore: JHPIEGO Co, 1997.
di bawah ini dengan bantuan pembesaran Gineskopi). 4. Nuranna L, Aziz MF. Upaya Down Staging sebagai pilihan lain untuk
skrining kanker serviks di Indonesia. MOGI. 1992; 18: 32-8.
5. Kim SJ. Screening and epidemiological trends in cancer of cervix. In:
Saifuddin AB, Affandi B, Wiknjosastro (eds). Womens Health. The
Tabel 3. Hasil penelitian Inspeksi Visual dengan Asam asetat dengan Proceedings of the XVth Asian and Oceanic Congress of Obstetrics and
pembesaran gineskopi (IVB) oleh spesialis ginekologi. Tahap I di Gynecology, Bali, Indonesia, October 1995. Yayasan Bina Pustaka
Indonesia (15) Sarwono Prawirohardjo. 317-20.
6. Di Bonito L, Falconieri G, Colantti I, Bonifacio D, Dudine S. Cervical
Tes Pap Cytopathology. Cancer, 1993; 72: 3002-6.
IVAB
Jumlah 7. Cremer DW. Epidemiology and Biostatistics. In: Berek JS, Hacker N
Ginekologi Pos Neg Inkonklusif (eds). Practical Dynecologic Oncology, 2 nd edit. Baltimore: Williams &
Positif 23 3 0 26 Wilkins, 1994; 175-94.
Negatif 0 860 4 864 8. Tulinias H, Geirsson G. Sigurdeson, Day NE. Screening for Cervical
Inkonklusif 1 29 0 30 Cancer in Iceland. In: Mc Brien, Slater TF, eds. Cancer of the uterine
cervix. In: London. Academic Press, 1984; 55-76.
Total 24 892 4 920
9. Cole P, Morrison AS. Basic issue in cancer screening. In: Miller AB (ed).
Screening in cancer. IUCC, 1978; 7-36.
10. Data Sekretariat IAPI (Ikatan Ahli Patologi Indonesia), Jakarta: 1999.
Keterangan: 11. Data Sekretariat Ikatan Sitoteknisi/skriner Indonesia, Jakarta: 1999.
Sensitivitas 95,8% 12. Data Sekretariat IBI Pusat, Jakarta: 1997.
Spesifisitas 99,7% 13. Sjamsuddin S. Infeksi HPV pada Genitalia dan Penatalaksanaannya.
Nilai prediksi positif 88,5% Proceeding Kursus Dasar Kolposkopi dan Patologi Serviks. PPSKI,
Nilai prediksi negatif 99,9% Jakarta: 1993; 48-54.

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 133, 2001


14. Nuranna L. Skrining Kanker Serviks. Upaya Down Staging dan metode 16. Vivien Tsu. Visual Inspection for Cervical Dysplasia: Preliminary
skrining alternatif. Kursus Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, YKI Evaluation Studies in Indonesia (1992-1994): In: Gaffikin L, Blumenthal
Jakarta. 1999. PD, Davis C, Brechin SJ Griffey (eds). Workshop Proceedings.
15. Sjamsuddin S, Prihartono J, Nuranna L, et all. Aided Visual Inspection Alternatives for Cervical Cancer Screening and Treatment in Low.
Preliminary results of the Indonesian Gynescopy Assesment. Cervical Resource Settings. Baltimore: JHPIEGO. 1997.
Cancer Meeting. Montreal, Canada: 24 September 1994.

Cermin Dunia Kedokteran No. 133, 2001 25

Anda mungkin juga menyukai