Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No.

3, Oktober 2011

PENGARUH TERAPI SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP


SKOR AGRESSION SELF-CONTROL PADA PASIEN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SAKURA
RSUD BANYUMAS

Harki Isnuur Akhmad1, Handoyo2, Tulus Setiono3


1 Jurusan Keperawatan Unsoed Purwokerto
2Prodi Keperawatan Purwokerto, Poltekkes Kemenkes Semarang
3Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

ABSTRACT
Aggression refers to behavior between members of the same
species that is intended to cause humiliation, pain, or harm. Based on,
some studies show that exercise therapy could reduce aggression level
for mentally ill.This study applied Low Impact-Aerobic exercise therapy to
reduce Agression Self-Control score of patients with risk for violent
behaviour. The aim of this study was to show the impact of Low Impact-
Aerobic exercise therapy toward Agression Self-Control score of patients
with risk for violent behaviour in Sakura Room RSUD Banyumas.
Quasy-Experiment study, pre-testpost-test with control group
design was applied. The number of respondents was 60 patients with
risk for violent behaviour and chosen by purposive sampling method.
Experimental groups were trained by Low Impact-Aerobic exercise
therapy and control groups were given usual therapy based on standard
operating procedure in the hospital. Samples were divided into 30
experimental and 30 control groups. Paired t-test and t-test 2n
independent statistical analysis were used to analyze the data. The result
shows that Aggression Self-Control score in control groups during pre
and post test were 52, 3 and 52, 7 respectively. Meanwhile, paired t test
shows at (t=0, 26, p=0, 79).
This result indicates that there was no significant differences of
Aggression Self-Control score in the control groups. Furthermore,
Aggression Self-Control score in the experimental groups show at 53, 3
and 73, 5 and statistical test shows at (t=5, 32, p=0, 00). That means,
there was significant differences of Aggression Self-Control score in the
experimental groups. By t-test 2n Independent show at (t=7,74, p=0,00)
when comparing between control and experimental groups. This
statistical analysis explained that there was significant differences of
Aggression Self-Control score of control and experimental groups. The
study revealed that Low Impact-Aerobic exercise therapy could reduce
Agression Self-Control score of patients with risk for violent behaviour in
Sakura Room RSUD Banyumas.

Keywords: Low Impact- Aerobic, Aggression Self-Control, Risk for Violent

PENDAHULUAN yang semakin meningkat dari


Gangguan kesehatan jiwa tahun ke tahun. Hampir 1 %
merupakan masalah kesehatan penduduk dunia menderita
masyarakat dan sosial di dunia psikotik selama hidup mereka, di

159
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

Amerika Serikat penderita olahraga dan aktivitas fisik


psikotik lebih dari dua juta terhadap gangguan kejiwaan,
orang. Prevalensi gangguan namun sebagian besar dari
psikotik di Indonesia adalah tiga penelian tersebut lebih banyak
sampai lima perseribu dilakukan terhadap pasien
penduduk. Bila diperkirakan dengan gangguan depresi
jumlah penduduk sebanyak 220 (Lawlor & Hopker, 2001).
juta orang maka akan terdapat Faulkner dan Sparkes
gangguan jiwa kurang lebih 660 (1999) melakukan sebuah uji
ribu sampai satu juta orang tentang pengaruh senam sebagai
(Sulistyowati, 2007). Coleman terapi bagi pasien dengan
(1984) dalam Slamet (2007) skizofrenia, dan didapatkan hasil
menyatakan bahwa penyebab bahwa dengan rentang waktu 10
tingkah laku abnormal dan minggu dapat membantu
gangguan jiwa tidaklah tunggal, mengurangi gangguan halusinasi
tetapi terkait dengan dengar dan meningkatkan pola
kompleksnya perkembangan tidur yang lebih baik. (Daley,
kepribadian. Gangguan jiwa 2002). Beberapa penelitian
umumnya memiliki banyak tentang aktivitas fisik dan terapi
penyebab (multicausal) dan olahraga terhadap gangguan
berkaitan dengan apa yang telah kejiwaan membuktikan, bahwa
ada sebelum gangguan itu aktivitas fisik tersebut dapat
muncul, yaitu faktor-faktor meningkatkan kepercayaan
bawaan, predisposisi, kepekaan pasien terhadap orang lain
(sensitivity) dan kerapuhan (Campbell & Foxcroft, 2008), dan
(vulnerability). Predisposisi, juga membantu mengontrol
kepekaan, dan kerapuhan kemarahan pasien (Hassmen,
merupakan hasil interaksi Koivula & Uutela, 2000).
antara faktor-faktor bawaan dan Marah adalah perasaan
pengaruh-pengaruh luar yang yang timbul sebagai respons
terjadi pada seseorang. Faktor- terhadap perasaan cemas yang
faktor bawaan ada yang bersifat dirasakan sebagai ancaman (
biologis atau herediter. Stuart & Sundeen, 1987 cit
Berbagai terapi dalam Keliat 1996). Marah merupakan
mengatasi gangguan jiwa telah salah satu gejala perilaku
banyak dikembangkan, kekerasan, perilaku kekerasan
salahsatunya adalah terapi adalah tingkah laku individu
senam. Dalam sebuah studi, dimana dia berisiko
sebanyak tiga puluh pasien memperlihatkan secara
depressi yang diberikan psikologis, emosional dan atau
beberapa terapi, didapatkan seksual melukai orang lain
hasil bahwa dari semua terapi maupun diri sendiri (NANDA,
yang dilakukan, terapi olahraga 2005). Beberapa gangguan
memiliki pengaruh yang cukup mental memiliki risiko perilaku
signifikan terhadap penurunan kekerasan yang lebih besar
tingkat depressi dari pada yang (Nestor, 2002), salahsatunya
tidak diberi terapi senam (Daley, adalah skizofrenia yang sering
2002). Cukup banyak penelitian menunujukkan gejala perilaku
tentang pengaruh terapi

160
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

kekerasan (Arseneault, Cannon, dimana ada satu kelompok


& Murray, 2003). pasien yang diberikan perlakuan
Berdasarkan hasil studi dan mempunyai kelompok
pendahuluan di RSUD kontrol (Sugiyono, 2007).
Banyumas, terapi senam sudah Perlakuan yang dimaksud yaitu
rutin diberikan pada pasien dengan memberikan terapi
dengan risiko perilaku kekerasan senam aerobik dengan 2 kali
setiap satu minggu sekali pada dalam satu minggu senam
hari jumat. Hasil wawancara Aerobic Low Impact dalam satu
dengan terapis Ruang Sakura minggu, sedangkan kelompok
RSUD Banyumas menyatakan kontrolnya yaitu pasien perilaku
bahwa terapi senam sangat kekerasan yang tidak diberi
efektif untuk menyalurkan senam Aerobic Low Impact .
energi pada pasien dengan risiko Pertama-tama dilakukan
perilaku kekerasan. Hingga saat pengukuran, lalu dikenakan
ini belum pernah dilakukan perlakuan, kemudian dilakukan
penelitian tentang pengaruh pengukuran untuk kedua
terapi senam terhadap skor kalinya. Waktu pretest dan post
perilaku kekerasan. Oleh karena test dilakukan berbarengan
itulah peneliti tertarik untuk antara dua kelompok sampel.
melakukan penelitian tentang Pengaruh terapi adalah nilai pre
pengaruh terapi senam aerobik test dikurangi post test
terhadap penurunan skor (Suryabrata, 2005).
Agression Self-Control pada Desain Penelitian sebagai
pasien dengan risiko perilaku berikut:
kekerasan di Ruang Sakura Experimen group T1
RSUD Banyumas. Xa T2
Control group T3
METODE PENELITIAN Xb T4
Jenis penelitian yang (T 2 T 1) (T4 T3)
digunakan adalah Quasy- Keterangan:
Experiment dengan rancangan T1 = pre test kelompok
penelitian pre-testpost-test with perlakuan
control group yang T2 = post test
mengungkapkan hubungan kelompok perlakuan
sebab akibat dengan cara T3 = pre test kelompok
melibatkan kontrol disamping kontrol
kelompok eksperimental. Tetapi T4 = post test
pemilihan kedua kelompok ini kelompok kontrol
tidak menggunakan teknik acak Xa = 2 kali senam
(Nursalam, 2003). Penelitian ini Aerobic Low Impact
menggunakan kelompok kontrol dalam satu minggu.
untuk mengetahui secara pasti Xb = tidak diberi
akibat dari perlakuan (Arikunto, senam Aerobic Low
2002). Impact.
Pendekatan yang
digunakan adalah kuantitatif Populasi dalam penelitian
dengan pre-test and post-test ini adalah seluruh pasien
with control group design, dengan perilaku kekerasan di

161
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

Ruang Sakura RSUD Banyumas. f. Pasien dengan terapi kejang


Jumlah populasi sebanyak 65 listrik.
orang. Teknik pengambilan g. Pasien dengan
sampel menggunakan purposive Psikofarmaka.
sample. Purposive sample h. Keluarga pasien
dilakukan dengan cara memberikan izin agar
mengambil subjek bukan pasien menjadi responden
didasarkan atas strata, random, penelitian.
atau daerah tetapi didasarkan Kriteria Eksklusi:
atas adanya tujuan tertentu. a. Pasien dengan gangguan
Teknik ini dilakukan karena mental organik.
beberapa pertimbangan seperti b. Pasien yang sudah pernah
keterbatasan waktu, tenaga, dan mengikuti terapi senam
dana sehingga tidak dapat Aerobic Low Impact
mengambil sampel dalam jumlah sebelum dilakukanya
besar (Arikunto, 2002). Roscoe penelitian ini.
(1992) dalam Sugiyono (2007)
berpendapat bahwa untuk Prosedur Operasional
penelitian eksperimen Standar Senam Aerobic Low-
sederhana, maka jumlah anggota Impact yang dilakukan pada
masing-masing sampel 10-20. zona hijau (Yulistanti, 2003).
Namun dalam penelitian ini Lembar Obsevasi Five-point
untuk memenuhi kelayakan rating scale Aggression Self-
dalam penelitian, memenuhi Control adalah salah satu skala
distribusi normal, dan dengan outcome kesehatan psikososisal
taraf kesalahan sebesar 5% yang terdapat di Nursing
maka peneliti mengambil besar Outcomes Classification, Skor
sampel sebanyak 60 sampel Agression Self-Control digunakan
yaitu 30 sampel untuk untuk mengukur kemampuan
perlakuan dan 30 sampel kontrol diri terhadap adanya
sebagai kontrol. Sampel yang kemungkinan tindakan untuk
digunakan dalam penelitian melakukan penyerangan,
harus memenuhi kriteria inklusi perlawanan, dan perusakan
dan kriteria eksklusi. secara fisik. Skor Agression Self-
Kriteria Inklusi: Control diukur dengan 22 poin
a. Pasien dengan risiko penilaian, total skor 22-110
perilaku kekerasan yang dengan 5 kriteria (IOWA
dirawat di Ruang Sakura Outcomes Project, 2003). Untuk
RSUD Banyumas. menguji reliabilitas pengamatan
b. Usia 16-55 tahun. atau observasi dilakukan dengan
c. Diagnosa medis skizofrenia. cara koefisien kesepakatan agar
d. Skor Kategori Pasien diperoleh observasi yang sama
Gangguan Jiwa < 119 melalui pengetesan reliabilitas
e. Persentasi gerakan lebih observasi atau pengamatan
dari 60 %. dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

162
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

Tabel kesepakatan Pengamat I


Tabel kesepakatan Pengamat I
Jumlah Jumlah
ya tidak ya tidak
amatan amatan
Ya 1,2,5,6, 8,10 5 2,5,6, 4, 8,10 5
Tidak 4, 3,7,9, 5 4, 3,7,9, 5
5 5 10 4 6 10

Pengamat 1 Pengamat 2

2S 2S
KK = KK =
N1 + N 2 N1 + N 2

= 2x7 = 2x7
10+10 10+10

= 14 = 14
20 20
= 0,7 = 0,7
Keterangan:
KK = koefisien kesepakatan
S = sepakat, jumlah skor yang sama untuk setiap obyek
yang diamati
N1 = jumlah skor yang diperoleh dari observasi peneliti
N2 = jumlah skor yang diperoleh dari observasi asisten
penelitian
Nilai KK yang ideal adalah kesepakatan sebesar 0, 7, dan
1, namun dalam hal ini tidak 0,6 maka asisten 1 dan 2 dapat
pernah diperoleh. Nilai antara diterima. Analisa data telah
0,81 dianggap tinggi; antara dilakukan secara bertahap dan
0,60,8 cukup; antara 0,40,6 melalui proses komputerisasi
agak rendah; antara 0,20,4 yaitu dengan membandingkan
rendah; 00,2 sangat rendah skor Agression Self-Control pada
(Arikunto, 2002). Perhitungan pasien dengan risiko perilaku
nilai KK dilakukan pada hasil kekerasan yang dilakukan
observasi peneliti dengan terapi senam Aerobic-Low Impact
observasi asisten penelitian. sebanyak dua kali dalam satu
Apabila nilai koefisien minggu dengan skor Agression
kesepakatan diperoleh 0,6 Self-Control pada pasien dengan
maka bisa diterima sebagai risiko perilaku kekerasan yang
asisten penelitian sedangkan tidak dilakukan terapi senam
apabila nilai koefisien yang Aerobic-Low Impact dalam satu
diperoleh < 0,6 maka akan minggu.
dilakukan pemahaman kembali Sebelum dilakukan
Skala Agression Self-Control pengujian hipotesis, maka akan
sampai diperoleh nilai KK yang terlebih dahulu dilakukan
0,6. Pada penelitian ini pengujian normalitas data. Data
didapatkan koefisien diuji normalitasnya dengan

163
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

menggunakan Chi Kuadrat perbedaan skor aggression self-


dengan langkah sebagai berikut kontrol pada pasien dengan
(Sugiyono, 2007): Data diolah risiko perilaku kekerasan pada
secara statistik dengan kelompok perlakuan dan
menggunakan analisis univariat, kelompok kontrol (Riwidikdo,
uji pair t test, dan uji t test 2n 2007).
independen. Menurut HASIL DAN BAHASAN
Notoatmojo (2002) analisa data Penelitian ini telah
terdiri dari: Sesuai data yang dilaksanakan pada tanggal 31
digunakan, data yang Juli 2009 -14 Agustus 2009.
dikumpulkan serta tujuan yang Selama periode tersebut
akan dicapai dalam penelitian didapatkan responden yang
ini, maka teknik analisa bivariat sesuai dengan kriteria inklusi
yang digunakan adalah dengan dan eksklusi sebanyak 60 orang.
uji paired t test untuk Responden dalam penelitian ini
mengetahui perbedaan skor adalah pasien dengan risiko
resiko perilaku kekerasan perilaku kekerasan di Ruang
sebelum dan setelah dilakukan Sakura RSUD Banyumas
terapi senam aerobik Aerobic-
Low Impact pada kelompok Pengaruh terapi Senam
perlakuan dan t test 2n Aerobik Low-Impact terhadap
independen untuk mengetahui Skor Agression Self-Control.

Tabel 1 Pengaruh terapi Senam Aerobik Low-Impact terhadap Skor


Agression Self-Control.

Skor Agression Kelompok Selisih


No. Mean SD Uji t P
Self-Control Sampel Mean
1. Pre-test Kontrol 52,33 10,81
0,33 -2,28 0,03
2. Pos-ttest Kontrol 52,67 10,74

3. Pre-test Perlakuan 53,33 17,84


20,20 -7,88 0,00
4. Post-test Perlakuan 73,53 18,59

Berdasarkan Tabel 1 Pre-Test dan Post-Test Agression


dapat dilihat bahwa hasil uji Self-Control pada kelompok yang
paired t test pada kelompok tidak diberikan terapi senam
kontrol didapatkan nilai rata- Aerobik Low-Impact.
rata pre-test pada kelompok Pada kelompok perlakuan,
kontrol adalah 52,33, nilai nilai rata- rata pre-test pada
standar deviasi (SD) = 10,81. kelompok perlakuan adalah
Nilai rata- rata post-test pada 53,33, nilai standar deviasi (SD)
kelompok kontrol adalah 52,67, = 17,84. Nilai rata- rata post-test
nilai standar deviasi (SD) = 10,74 adalah 73,53, nilai standar
dan nilai t = -2,28 (p= 0,03), deviasi (SD) = 18,59,nilai t = -
selisih rata-rata post-test dan 7,88 (p=0,00), selisih rata-rata
pre-test adalah 0,33. Hal ini post-test dan pre-test adalah
menunjukkan bahwa ada 20,20. Hal ini menunjukkan
pengaruh pada perubahan skor bahwa ada pengaruh pada

164
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

perubahan skor Pre-Test dan penyerapan oksigen yang


Post-Test Agression Self-Control berimbang dapat meningkatkan
yang lebih besar pada kelompok endorphin yang memiliki efek
yang diberikan terapi senam relaksan sehingga dapat
Aerobik Low-Impact. Ho ditolak mengurangi risiko kekerasan
Ha diterima (p=0,00 < = 0,05) secara efektif (Yulistanti,
Senam aerobik merupakan salah 2003).Kecemasan dan
satu terapi yang efektif untuk kemarahan terbukti dapat
menyalurkan energi yang dikurangi secara efektif dengan
tertahan pada pasien jiwa. melakukan gerakan ritmik pada
Senam aerobik ini tidak hanya beat tertentu setelah melakukan
membantu merasa lebih baik, olahraga aerobik (Daley, 2002).
tetapi juga dapat membantu Salah satu kelompok risiko
untuk tidur lebih nyaman, kekerasan, yaitu pasien dengan
menghilangkan stres dan penyalahgunaan obat dan
memberikan saat yang alkohol terbukti dapat diperbaiki
menyenangkan selama kesehatan mentalnya untuk
melakukan latihan (Yulistanti, mengurangi kebiasaan dalam
2003). penyalahgunaan obat dan
Olahraga aerobik dapat alkohol tersebut dengan
berhasil dalam mengatasi stres melakukan program senam
emosi kekhawatiran, depressi, aerobik yang cukup singkat
keletihan dan kebingungan yang (Hassmen et al, 2000).
merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya perilaku Perbedaan Skor Agression Self-
kekerasan pada pasien derngan Control Pre-Test dan Post-Test
gangguan jiwa. Senam aerobik pada kelompok kontrol dan
dengan mengandalkan kelompok perlakuan.
penyaluran energi dan

Tabel 2 Perbedaan skor Agression Self-Control pada kelompok dan


kelompok perlakuan.

No t- p
Skor Agression Self-Control Mean SD
hitung
1 Kontrol 0,33 0,80
14,04 7,74 0,00
2 Perlakuan 20,20
Berdasarkan Tabel 2, diberikan terapi senam Aerobik
dapat dilihat bahwa selisih Low-Impact dan yang tidak
antara pre-test dan post-test diberikan terapi senam Aerobik
pada kelompok kontrol memiliki Low-Impact Pada kelompok
rata-rata = 0,33, standar deviasi perlakuan memiliki intensitas
(SD) = 0,80. Pada kelompok senam sebanyak 3 kali dalam
perlakuan diketahui rata-rata = satu minggu, yaitu 2 kali terapi
0,33, standar deviasi (SD) = senam Aerobik Low-Impact dan 1
14,40, t = 7,74 dan p = 0,00. kali senam konvensional
Maka ada beda secara signifikan (stretching). Intensitas terapi
kenaikan skor Agression Self- senam meningkatkan
Control antara kelompok yang metabolisme dan meningkatkan

165
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

massa otot dan juga efek intensitas senam aerobic


relaksasi, semakin sering sebanyak 4-7 kali seminggu
dilakukan maka akan semakin tidak membawa perubahan yang
baik (Wallsh, 2003). Pengaruh berarti dibandingkan dengan
dari perbedaan jumlah skor pre- terapi senam aerbik yang
test dan post-test pada kelompok dilakukan selama 2-3 kali
perlakuan dan sampel juga seminggu (Daley, 2002).
dipengaruhi oleh karakteristik
gerakan yang terstruktur, ritmik SIMPULAN
dengan diiringi musik yang Berdasarkan uraian pada hasil
semangat. Dalam penelitian ini penelitian dan pembahasan
terapi senam Aerobic Low-Impact dapat diambil kesimpulan
memberikan gerakan senam sebagai berikut :
yang lebih terstruktur dan ritmik 1. Tidak terdapat perbedaan
untuk mencapai hal tersebut. significant antara skor
Terapi senam aerobik secara Agression Self-Control pada
ritmik dapat meningkatkan kelompok kontrol
sebesar 50 % dari heart rate 2. Terdapat perbedaan
maksimal pada pasien dengan significant antara skor
gangguan jiwa Item dalam skor Agression Self-Control pada
Agression Self-Control menilai kelompok Perlakuan
perilaku pasien dari segi 3. Terdapat pengaruh terapi
komunikasi dan hubungan senam Aerobik-Low Impact
dengan lingkungan dan orang terhadap skor Agression Self-
lain. Dalam sebuah penelitian Control pada pasien dengan
yang dilakukan pada pasien risiko perilaku kekerasan di
dengan gangguan jiwa Ruang Sakura RSUD
didapatkan hasil bahwa efek Banyumas (p=0,00).
terapi senam dapat menurunkan
tingkat depresi, meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan sosial dan interaksi Alimul, A, 2007, Riset
juga afek positif pada orang keperawatan dan teknik
dengan gangguan jiwa penulian ilmiah, Salemba
(Nabkasorn et al, 2005). Medika, Jakarta.
Keteraturan gerakan Appelbaum, PS, Pamela C R, and
menjadi salah satu faktor Monahan, J, 2000, Violence
penting peningkatan skor and Delusions: Data From
Agression Self-Control, selain itu the MacArthur Violence
pemberian terapi senam yang Risk Assessment Study. Am
efektif adalah sebanyak 2-3 kali J Psychiatry; 157:566572.
pertemuan tiap minggu, dan Arikunto, S, 2002, Prosedur
idealnya adalah dilakukan tidak penelitian suatu pendekatan
kurang dari 4 minggu dengan praktek. Edisi revisi kelima,
durasi selama 20-30 menit terapi PT Renika Cipta, Jakarta.
senam aerobic. Pemberian terapi Arseneault, L, Cannon, M, and
senam sebanyak satu kali dalam Murray, R, 2003, Childhood
satu minggu tidak begitu banyak Origins Of Violent
membawa perubahan pada Behaviour In Adults With
pasien jiwa, begitu pula dengan Schizophreniform Disorder,

166
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

British Journal Of Donaghy, M. E, 1997, An


Psychiatry, 183, 520 525. Investigation Into The
Brick, R. 2001, Aerobic exercise Effects Of Exercise As An
therapy for mental disorder, Adjunct To The Treatment
American Journal of And Rehabilitation Of The
Psychiatry, 154, 675-690. Problem Drinker. Ph.D.
Brook, David, 2003, Early Risk Thesis, Medical
Factor for Violence in Faculty,Glasgow University,
Colombian Adolescence. Glasgow.
American Journal of Faulkner, G. & Sparkes, A, 1999,
Psychiatry, 160, 8. Exercise As Therapy For
Campbell P, Foxcroft D, 2008, Schizophrenia, Journal of
Exercise Therapy For Sport & Exercise
Schizophrenia (Protocol), The Psychology, 21, 5269.
Cochrane Collaboration. Gary, V. & Guthrie, D, 1972, The
Published by JohnWiley & effects of jogging on physical
Sons, Ltd, Liverpool. fitness and self-concept on
Cannon M, and Moffit, 2002, hospitalized alcoholics.
Evidence for Early, Specific, Quarterly Journal of
pan developmental Studies on Alcohol, 33,
impairment in 10731078.
schizophreniform disorder: Gray, N.S, et al, 2008, Predicting
Results from longitudinal Violent Reconvictions Using
birth cohort, British Journal The HCR20, British Journal
of Psychiatry, 183, 520- of Psyschiatry, 192, 384
536. 387.
Clare P, Bailey S, Clark A, 2000, Hassmen, P, Koivula, N, Uutela
Relationship Between A, 2000, Physical Exercise
Psychotic disorders in And Psychological
adolescence and criminally Wellbeing: A Population
Violent Behavior, British Study In Finland.
Journal Of Psychiatry, 177. PreventiveMedicine
275-279. ;30(1):1725.
Craft LL, Landers DM, 1998, The IOWA Outcomes Projects, 2003,
effect of exercises on the Nursing Outcomes
clinical depression and Classification (NOC), 3rd
depression resulting from Edition, IOWA, Mosby.
mental illness: a meta- Keliat, 1999, Proses keperawatan
analysis. J Sports Exerc kesehatan jiwa, EGC,
Psychol, 20:33957. Jakarta.
Daley, A. J, 2002, Exercise Lawlor, D.A, Hopker S.W, 2001,
Therapy And Mental Health The Effectiveness Of
In Clinical Populations: Is Exercise As An Interven-
Exercise Therapy A Tion In The Management Of
Worthwhile Intervention?. Depression: Systematic
Advances in Psychiatric Review And Meta-
Treatment, vol. 8, pp. 262 Regression Analysis Of
270. Randomised Controlled
Trials. BMJ, 322: 18.

167
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

Martinsen, E.W,1993, Dimensions and Clinical


Therapeutic Implications Of Features, Am J Psychiatry;
Exercise For Clinically 159:19731978.
Anxious And Depressed Notoatmojo, S. 2002, Metodologi
Patients. International Penelitian Kesehatan, Edisi
Journal of Sports revisi, Rineka Cipta,
Psychology, 24, 185199. Jakarta
Mather, AS, Rodriguez, C, North, T. C., McCullagh, P. &
Guthrie MF, McHarg, Reid, Tran, Z. V, 1990, Effects Of
IC, and Mc.Murdo, MET,. Exercise In Depression.
2002, Effects Of Exercise Exercise and Sport Science
On Depressive Symptoms Reviews, 18, 379415.
In Older Adults With Poorly Nursalam, 2003, Konsep &
Responsive Depressive penerapan metodologi
Disorder, British Journal penelitian ilmu
Psychiatry, 180, 411-415. keperawatan, Salemba
McCloskey & Bulecheck, 2000, Medika, Jakarta.
Nusing Intervension Palmer, J., Vacc, N. & Epstein, J,
Classification, Mosby. IOWA 1988, Adult Inpatient
Mutrie, N, 2000, The Relationship Alcoholics: Physical
Between Physical Activity Exercise As A Treatment
And Clinically Defined Intervention. Journal of
Depression. In Physical Studies on Alcohol, 49, 418
Activity and Psychological 421.
Well-being (eds S. J. H. Pelham, T and Campagna, P.
Biddle, K. Fox & S. ,1991, Benefits Of Exercise
H.Boutcher), pp. 4662. In Psychiatric Rehabilitation
London: Routledge. Of Persons With
Nabkasorn, C, Miyai N, Schizophrenia. Canadian
Sootmongkol A, Junprasert, Journal of Rehabilitation, 4,
S, Yamamoto H, Arita M, 159168.
and Miyashita, K, 2005, Poulton, R., and Caspi, 2000,
Effects Of Physical Exercise Childrens self-reported
On Depression, psychotic symptoms and
Neuroendocrine Stress adult schizophreniform
Hormones And Physiological disorder: a 15-year
Fitness In Adolescent longitudinal study. Archives
Females With Depressive of General Psychiatry,
Symptoms, European 57,1053-1058
Journal of Public Health, Preedy, V. R. and Peters, T. J.
Vol. 16, No. 2, 179184. ,1990, Alcohol And Skeletal
NANDA International, 2005, Muscle Disease. Alcohol and
Nursing Diagnoses: Alcoholism, 25, 177187.
Definiton And Classification Riwidikdo, 2007, Statistik
2003-2005, Philadelphia: kesehatan. Jogjakarta:
Author. Mitra Cendekia Press.
Nestor, Paul G., 2002, Mental Sinyor, D., Brown, T., and
Disorder and Rostant, L,1982, The Role
Violence:Personality Of A Physical Fitness

168
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

Program In The Treatment Swanson JB, Swartz MS, Hiday


Of Alcoholism. Journal of VA, 2000, Involuntery Out-
Studies on Alcohol, 43, 380 patient Commitment and
386. reduction of violent
Slamet, I. S, 2007, Pengantar behaviorin person with
Psikologi Klinis, edisi 3, severe mentall illness.
Jakarta: UI Press. Walsh, E, 2003, Prevalence Of
Violent Victimisation In
Stuart, G. W, 2006, Buku Saku Severe Mental Illness,
Keperawatan Jiwa, edisi 5. British Journal of
Jakarta: EGC Psychiatry, 183, 233-238.
Sugiyono, 2007, Statistik untuk Watik, A, 2007, Dasar-dasar
penelitian, Alfabeta, metodologi penelitian
Bandung. kedokteraan & kesehatan,
Sulistyowati, 2007, Gambaran PT Raja Grafindo Persada,
Penerapan Diagnosis Jakarta.
NANDA, NOC DAN NIC Pada Yulistanti, Y, 2003, Tingkat
Klien Skizofrenia Dengan depresi sebelum dan setelah
Kasus Halisinasi. JIK, (02): melakukan terapi senam
37-77, PSIK Fakultas aerobic low impact pada
Kedokteran UGM. pasien gangguan jiwa di RS
Yogyakarta. Ghrasia Propinsi DIY,
Suryabrata, S, 2005, Metodologi Skripsi Fakultas
Penelitian. Jakarta: PT. Raja Kedokteraan, Universitas
Grafindo Persada. Gajah Mada
.

169

Anda mungkin juga menyukai