Anda di halaman 1dari 7

5.

HASIL
1. Pemisahan senyawa pada fraksinasi kolom

Awal masuk sampel pada jam 08.40


Warna terlihat pisah pada jam 08.50-11.05
Warna eluen berubah menjadi kuning pada jam 11.22 (vial 1)
2. Noda pada plat KLT
Plat Pertama
Terdapat 9 totolan ( vial ke = 1, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, & 80 )
Dilihat pada UV 254 sebelum dieluasi

Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi


Plat Kedua
Terdapat 7 totolan ( vial ke = 5, 15, 25, 35, 45, 55, & 65 )
Dilihat pada UV 254 sebelum di eluasi

Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi


Plat Ketiga
Terdapat 7 totolan ( vial ke = 3, 18, 23, 33, 43, 48 & 63 )
Dilihat pada UV 254 sebelum dieluasi

Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi


Plat Keempat
Terdapat 7 totolan ( vial ke = 4, 19, 22, 32, 44, 49,& 64 )
Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi

Plat kelima
Terdapat 2 totolan ( vial ke= 24 & 31 )
Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi
Plat Keenam
Terdapat 8 totolan campuran vial ke:
( 1-3, 4-19, 20-23, 24-30, 31-44, 45-49, 50-64, & 65-80 )
Dilihat pada UV 365 setelah dieluasi

3. Harga Rf
Noda 1 = -
5,7
Noda 2 = =0,71
8
5,7
Noda 3 = =0,71
8
3,3
= =0,41
8
5,8
Noda 4 = =0,73
8
3,6
= =0,45
8
3,5
Noda 5 = =0,44
8
3,5
Noda 6 = =0,44
8
3,1
= =0,39
8
3,1
Noda 7 = =0,39
8
1,5
= =0,19
8
3,7
Noda 8 = =0,46
8
2,7
= =0,34
8

6. PEMBAHASAN

Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan


utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi
merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran
tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan. Kromatografi kolom adalah
salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian campuran dengan memakai kolom.
Sebelum melakukan percobaan kromatografi perlu dipastikan kondisi dari eluennya, seperti
pemilihan pelarut yang cocok. Pada pemisahan menggunakan kromatografi kolom ini,
campuran yang akan dipisahkan diletakkan dibagian atas kolom yang terlebih dahulu telah
dibuat.pelarut fase gerak dibiarkan mengalir melewati kolom, karena aliran yang disebabkan
oleh gaya berat (gravitasi) atau didorong dengn tekanan. Pita senyawa larut bergerak melalui
kolom dengan laju berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi-fraksi ketika keluar dari
kolom.
Pada praktikum kromatografi ini digunakan metode kromatografi kolom basah,
dimana silica gel tersebut dilarutkan terlebih dahulu atau disuspensikan didalam cairan atau
pelarutnya yang nantinya akan digunakan, kemudian dimasukkan kedalam kolom sedikit
demi sedikit dan perlahan, pastikan tidak terdapat gelembung udara yang ada di dalam
kolom. Penambahan pelarut atau eluen harus tetap dilakukan terus menerus yang fungsinya
mecegah terjadinya kerusakan atau pecahnya kolom yang diakibatkan adanya rongga udara.
Tambahkan kolom tersebut hingga batas tanda sambil keran bawah tabung dibuka. Setelah
kolom berada pada batasnya, tutp bagian bawah keran. Sambil menunggu kolom preparatif
siap untuk digunakan, maka kita persiapkan ekstrak atau campuran yang nantinya akan
dipisahkan. Pertama ekstrak dikeringkan dengan silica gel hingga berbentuk butir-butir yang
menyerupai pasir. Kemudian ditambahkan dengan eluen untuk melarutkan dan setelah itu
dimasukkan kedalam tabung diatas kolom yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu
ditambahkan eluen hingga batas pada tabung sekitar 3 cm. kemudian eluen dialirkan keluar
tabung melalui kran bawah, sambil eluen dialirkan keluar kolom, penambahan eluen harus
tetap dilakukan untuk mencegah keringnya kolom didalam tabung
Polaritas suatu eluen dapat mempengaruhi harga Rf suatu noda pada lempeng KLT.
Pada percobaan ini digunakan lempeng KLT silica gel yang bersifat polar dan eluen H:EA 4:1
yang bersifat non polar. Polaritas suatu pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom juga
berpengaruh dalam proses fraksinasi pada kolom, karena hal tersebut berpengaruh pada
tingkat kepolaran fraksi yang dihasilkan.
Pada senyawa-senyawa yang telah difraksinasi pada kromatografi kolom tersebut
memiliki tingkat kepolaran yang berbeda berdasarkan pelarut yang digunakan. Hal tersebut
juga dipengaruhi dengan jumlah senyawa non polar yang terdapat pada senyawa sehingga
menentukan fraksi yang terbentuk terkait pelarut yang digunakan untuk menarik senyawa.
Pada vial 1-80 digunakan pelarut H:EA 4:1. Setelah fraksi-fraksi tersebut ditampung dalam
vial 1-80 dianalisa menggunakan KLT untuk mengetahui fraksi manakah yang memiliki
kepolaran dan mengandung komponen senyawa yang sama.
Fraksi tersebut dieluasi dengan eluen H:EA 4:1 maka noda bergerak dengan berbagai
nilai Rf yang artinya noda menunjukkan tingkat polaritas yang berbeda dan afinitasnya yang
berbeda pula terhadap lempeng KLT. Perbedaan fraksi dipengaruhi jumlah komponen yang
terkandung dalam berbagai vial, karena senyawa-senyawa tersebut ditarik oleh pelarut dalam
jangka waktu yang berbeda berdasarkan tingkat kecepatan eluasi suatu senyawa terhadap
pelarut. namun dengan menggunakan pelarut H:EA 4:1 maka senyawa yang dieluasi
mayoritas adalah senyawa non polar.
Kemudian dilakukan pengujian diberbagai titik untuk menentukan di vial berapakah
yang merupakan 1 fraksi yang sama. Fraksi ini berbeda berdasarkan kepolarannya, sifat
nonpolar semakin menurun dengan meningkatnya fraksi. Berdasarkan nilai Rf, semakin kecil
fraksi semakin besar nilai Rf, artinya semakin besar nilai Rf sifat senyawa semakin nonpolar.

7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan,
fraksinasi secara kromatografi kolom dari ekstrak tanaman Psidium guajava dengan eluen n-
heksana : etil asetat dengan perbandingan 4:1 menghasilkan 8 fraksi.
Pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom harus dioptimasi terlebih dahulu
dan harus dilakukan penggantian pelarut secara bertahap, non polar-semi polar-polar agar
terbentuk fraksi yang beragam. harus dipilih pula eluen yang tepat untuk melakukan analisa
pada KLT.

Anda mungkin juga menyukai