Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu dan lahir dari umur kelahiran 37-42 minggu dengan berat lahir 2.500
gram-4000 gram (Pusdiknakes, 2003).
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

1.1.2 Etiologi
1. Janin besar melebihi 4000 gram
2. Malpresentasi janin : bagian terendah janin yang berada di bagian
segmen bawah rahim, bukan belakang kepala
3. Partus tidak maju : suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks
4. Gemeli (kehamilan kembar)
5. Pre-eklamsi : suatu kondisi medis yang ditandai dengan tekanan darah
tinggi (diatas 140/90 mmHg)
6. Adanya riwayat SC

1.1.3 Tanda dan Gejala


1. Lahir aterm antara 37-42 minggu
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Berat badan 2.500-4000 gram
4. Lingkar dada 30-38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Frekuensi denyut jantung 120-140x/menit
7. Nilai APGAR >7
8. Gerakan aktif
9. Bayi lahir menangis kuat
1.1.4 Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus segera beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
di alami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna yang hangat dan
segala kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi
tersebut harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasan.
Pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan
setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode
transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa sistem tubuh.
1.1.5 Pathway

Persalinan

Bayi baru lahir

Insisi tali pusat Jaringan lemak subkutan tipis Tertelan air ketuban

Fungsi organ belum baik Pemaparan dg suhu luar suhu tubuh

Daya tahan tubuh rendah Resiko Hiptermi metabolisme tubuh

Penurunan daya tahan tubuh Kebutuhan O2

Resiko Infeksi Jalan nafas tidak efektif

(Sumber : Marmi, dkk. 2011)


1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18.000/mm3 hari pertama setelah lahir
2. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl
3. Hematokrit (Ht) : 43-61%
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
5. Golongan darah dan RH

1.1.7 Penatalaksaan Medis


1. Membersihkan jalan nafas bayi
2. Memotong dan merawat tali pusat
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Memberikan vitamin K
5. Memberi obat salep mata
6. Identifikasi bayi

1.1.8 Komplikasi
1. Seborrhea : ketombe pada bayi yang menyebabkan timbulnya sisik
pada kulit kepala
2. Ruam : iritasi, bengkak/gelembung kulit, bersisik, kulit mengeras,
melepuh
3. Moniliasis : infeksi kulit oleh jamur candida
4. Ikterus fisiologis : karena metabolisme normal bilirubin pada BBL
usia minggu pertama

1.2 Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas : nama ayah-ibu, alamat
2. Riwayat persalinan : BB/TB ibu, tempat persalinan
3. Keadaan bayi saat lahir : Tanggal dan jam lahir, jenis kelamin,
kelahiran (tunggal/gemeli)
4. Nilai APGAR
5. Pengkajian fisik
6. Status Neurologi
7. Status Nutrisi
8. Data lain yang menunjang
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mukus
2. Resiko hipotermi b.d perubahan suhu tubuh
3. Resiko infeksi b.d sumbatan atau kotoran pada tali pusat

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif.
Kriteria hasil :
- Jalan nafas kembali efektif
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital terutama pada RR
R/ Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya
b. Bersihkan muka dengan kain kasa
R/ Untuk mengurangi resiko terjadinya aspirasi
c. Berikan O2 1 lpm
R/ Untuk mempertahankan suplai oksigen yang diperlukan bayi
d. Berikan penkes tentang kebutuhan oksigenasi
R/ Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pentingnya
oksigen bagi tubuh
e. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam tindakan pemberian
nebulizer
R/ Untuk menentukan dosis dan berapa lama uap yang diberikan
pada pasien
2. Resiko hipotermi b.d perubahan suhu tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh bayi meningkat/normal.
Kriteria hasil ;
- Suhu tubuh dalam keadaan normal
Intervensi keperawatan :
a. Kaji TTV
R/ Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya
b. Pertahankan bayi tetap kering, ganti pakaian yang basah sesegera
mungkin
R/ Mencegah terjadinya peningkatan hipotermi
c. Selimuti bayi menggunakan selimut kering
R/ Mencegah terjadinya penguapan suhu
3. Resiko infeksi b.d sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji TTV serta adanya infeksi pada tali pusat
R/ Untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya
b. Lakukan perawatan tali pusat
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi
c. Pertahankan tindakan aseptic dalam perawatan tali pusat
R/ Mencegah infeksi nosokomial
d. Berikan penkes tentang pentingnya perawatan tali pusat
R/ Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang perawatan
tali pusat

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012:
53). Dalam melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara
mandiri, harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi
merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan menilai data yang baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu: independent (mandiri), interdependent (bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli
kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent (bekerja sesuai instruksi
atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus selalu mengingat prinsip 6S
setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa, sopan santun, sabar dan
syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan, perawat harus melaksankannnya
dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan luas dan harus mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi),
rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi,
tim kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan),
mandiri, perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil
(Zaidin, 2003: 84).

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan denagn kriteria hasil pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta : EGC.
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : EGC.
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawihardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Sulityawati, Ari dan Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai