PENDAHULUAN
2
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. A S
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Status : Menikah
Alamat : Mangunjagan Rt 11/Rw 05
Tanggal Pemeriksaan : 27/06/2016
Status Generalisata:
Kepala : Normochepal, rambut hitam distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)
4
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (-/-)
Jantung : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II reguler
Abdomen : Tampak datar, supel, BU normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Status Dermatologikus
5
6
GAMBAR 1 FOTO PASIEN
2.4 RESUME
Pemeriksaan Fisik :
Status Dermatologikus :
7
Distribusi : Regional, unilateral, segmental
A/R : Pinggang kiri setinggi persarafan T11-L1 dan punggung kiri setinggi
persarafan T7-L2
Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, batas tegas, menimbul
permukaan kulit, ukuran terkecil 0.5cm x 0.3cm x 0.3cm ukuran terbesar
1.5cm x 0.6cm x 0.4cm, sebagian basah dan sebagian kering
Efloresensi : Makula eritematosus, papul eritematosus, vesikel, bula, pustul,
krusta, skuama halus
Tzanck smear
o Non-Medikamentosa
1. Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
pasien.
2. Menyarankan agar pasien tidak keluar rumah karena penyakit
tersebut merupakan penyakit menular.
3. Memberikan informasi agar pasien beristirahat yang cukup serta
meningkatakan intake makanan.
4. Memberikan informasi agar lesi tidak digaruk dan memakai baju
yang longgar.
8
5. Memberikan informasi bahwa lesi boleh dibersihkan dengan air,
tapi jangan digosok agar gelembung tidak pecah.
6. Kontrol jika obat habis.
o Medikamentosa
Sistemik
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Mecobalamin 3 x 500 mg
Acyclovir 5 x 800 mg/hari, selama 7-10 hari
2.9 PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
BAB III
ANALISA KASUS
Awal keluhan hanya berupa bintik-bintik merah kecil. Semakin lama, bintik-
bintik tersebut semakin membesar membentuk gelembung yang berisi
cairan keruh keabuan disertai rasa gatal, nyeri, panas dan baal sesuai
dermatomal.
9
Sesuai dengan teori Eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel
herpetiformis dengan dasar eritematus dan edema terbatas pada kulit yang
terinervasi saraf sensoris yang terasa nyeri. Vesikel tersebut berisi cairan yang
jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta. Terkadang
vesikel mengandung darah yang disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat
pula menimbulkan infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatrik. 2,4,6 Rasa gatal, nyeri, panas dan hiperestesi pada
daerah yang terkena memberi gejala yang khas.1,2,5,7
Sebelum muncul keluhan pada kulit terdapat gejala prodormal yakni demam,
lemas, pusing, pegal badan, nyeri otot dan nyeri.
Sesuai dengan teori Gejala prodromal dapat berupa gejala sistemik dan gejala
lokal. Gejala sistemik seperti demam, malaise, dan nyeri kepala. Gejala lokal
berupa nyeri otot atau tulang, gatal, pegal, dan nyeri atau neuralgia pada daerah
dermatom yang terkena.2,3,7,11
Pernah terkena sakit cacar saat masih duduk di bangku sekolah menegah atas.
Sesuai dengan teori Penyakit ini merupakan reaktivasi dari virus setelah
infeksi primernya dalam bentuk varisela.2,6,7
10
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang di dapatkan, dan
disesuaikan dengan teori yang ada, sehingga dapat memenuhi kriteria diagnosis
Herpes Zoster.
11
Pada kasus pasien ini didapatkan :
-
Usia lebih sering pada dewasa.1,8,10,11
-
Demam, lemas, pusing, pegal badan, nyeri otot dan nyeri, sebelumnya pernah
terkena cacar, kelelahan dan stress diduga sebagai faktor predisposisi
reaktivasi virus varisela zoster.2,5,7
-
Pasien mengeluh gatal, perih, panas dan nyeri pada kulit yang bergelembung
yang merupakan gejala prodromal.2,4,5
-
Distribusi lesi : regioner, unilateral, segmental Sesuai dengan teori;
lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
tempat persarafan. 1,2,8
-
Predileksi pinggang dan punggung sesuai teori terjadinya herpes zoster
didaerah Thorakal, ophthalmic, lumbosakral dan servikal.1,7,11
-
Adanya efloresensi makula eritematosus, papul eritematosus, vesikel, bula,
pustul, krusta, skuama halus sesuai dengan teori; setelah timbul eritema
yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih,
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta.
2,7,10
2. Herpes Simpleks
a. Definisi : Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.2
b. Penyebab : VHS tipe I dan II.2
c. Umur : Infeksi primer VHS tipe 2 usia anak-anak. VHS tipe
2 pada usia decade II/III.1,2
d. Jenis Kelamin : Pria sama dengan wanita
12
e. Transmisi :Biasanya kulit-kulit, kulit-mukosa, mukosa-kulit
(Berhubungan dengan aktivitas seksual).7,9,11
f. Faktor risiko : Individu yang aktif secara seksual, Imunodefisiensi.
g. Predileksi :Labialis:HSV-1(80-90%), HSV-2(10-20%). urogenital:
HSV-2(70-90%), HSV-1 (10-30%). Herpetic whitlow: <20 tahun
biasanya HSV-1; > 20 tahun, biasanya HSV-2.2,5,6
h. Efloresensi :Papul eritema, vesikel herpetiformis, krusta,
erosi/ulkus.2,9,11
i. Gejala Klinis : Demam, malaise, nyeri kepala, myalgia, anoreksia,
pembesaran KBG, Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau
sensasi terbakar setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi
sebelumnya. 7,10,11
3. Impetigo vesikobulosa
a. Definisi : Penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. 2,7
b. Penyebab : Staphylococcus aureus
c. Umur : Umumnya bayi dan anak-anak <5 tahun.1,2
13
d. Jenis Kelamin : Frekuensi pria sama dengan wanita
e. Transmisi : Kontak langsung
f. Faktor risiko : Higienitas yang buruk, immunocompromised
g. Predileksi : Ketiak, dada, punggung.2,8,11
h. Efloresensi : Eritema, bula, dan bula hipopion,
koleret.1,2,4
i. Gejala Klinis : Gatal, diare, sering bersama-sama miliaria.2,9
Pada kasus, dari segi usia tidak sesuai dengan teori karena pada penyakit
impetigo bullosa ini dapat menyerang anak-anak.2
Diketahui pasien mempunyai keluhan atau lesi yaitu vesikel berisi cairan
keruh, pasien juga mengeluh nyeri pada gelembung-gelembung tersebut
namun pada impetigo bullosa tidak ditemukan keluhan seperti ini.8,10
Awal keluhan hanya berupa bintik-bintik kecil di pinggang dan punggung kiri,
semakin lama bintik-bintik merah tersebut semakin membesar membentuk
gelembung yang berisi cairan keruh keabuan disertai rasa nyeri, panas, baal
sesuai dermatom tidak sesuai dengan teori; tempat predileksi tersering pada
impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung.6,7,11
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik sudah dapat menyingkirkan diagnosa
Impetigo Vesikobulosa namun untuk lebih memastikan dapat pula dilakukan
pemeriksaan Tzanck smear.
Tabel Diagnosis Banding :
14
berisi cairan keruh keabuan yang + + -
bertambah banyak disertai rasa
semakin nyeri dan panas
Sebelumnya pasien merasakan nyeri,
pegal, perih, dan panas pada + + -
pinggang dan punggung kirinya,
mengeluh demam, lemas, dan pusing
Riwayat terkena cacar di bangku + - -
sekolah menengah atas
Kelelahan, stress, insomnia + - -
Tempat predileksi pasien : Pinggang
dan punggung kiri + - +
Lesi pada pasien: Multipel, sebagian
diskret sebagian konfluens, batas
tegas, menimbul permukaan kulit,
ukuran terkecil 0.5cm x 0.3cm x + + -
0.3cm ukuran terbesar 1.5cm x
0.6cm x 0.4cm, sebagian basah dan
sebagian kering
Efloresensi pada pasien : Makula
eritematosus, papul eritematosus, + + -
vesikel, bula , krusta, skuama halus
5. Berdasarkan Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada pasien :
Non-Medikamentosa
1. Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
pasien.
2. Menyarankan agar pasien tidak keluar rumah karena penyakit
tersebut merupakan penyakir menular.
3. Memberikan informasi agar pasien beristirahat yang cukup dan
menghindari kelelahan serta meningkatkan intake makanan.
4. Memberikan informasi agar lesi tidak digaruk dan memakai baju
yang longgar.
5. Memberikan informasi bahwa lesi boleh dibersihkan dengan air, tapi
jangan digosok agar gelembung tidak pecah.
6. Kontrol jika obat habis.
15
I. Sistemik
1. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan
oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat atau golongan acetaminofen. Dosis asam mefenamat adalah
1500 mg/hari diberikan sebanyak tiga kali, atau dapat juga dipakai
seperlunya ketika nyeri muncul.10,11
Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid,
bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga
mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik.11
Indikasi : Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan
sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena
trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
Kontra indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap Asam
Mefenamat, pasien yang dengan aspirin mengalami bronkospasme,
alergi rhinitis dan urtikaria, penderita dengan tukak lambung dan usus,
penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
Efek Samping : Sistem pencernaan: mual, muntah, diare dan rasa sakit
pada abdominal. Sistem hematopoetik, leukopenia, eosinophilia,
trombocytopenia, dan agranulocytopenia. Sistem saraf: rasa
mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia. Dosis Pemakaian
Dewasa dan anak-anak > 14 tahun. Dosis awal : 500 mg, kemudian
dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan. 9,10,11,12
2. Antiviral
Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien
dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa
digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir.
Obat yang lebih baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang
mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama sehingga cukup
diberikan 3x250 mg sehari. Obat-obat tersebut diberikan dalam 3 hari
pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800
16
mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari. Sedangkan valasiklovir cukup
3x1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika
lesi baru masih tetap muncul obatobatan tersebut masih dapat
diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul
lagi.2
Indikasi : Untuk mengobati herpes zoster, herpes simplex virus, herpes
zoster. Herpes labialis, HVS encephalitis, neonatal HSV, mukokutan
HSV pada pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah
(immunocompromised).10,11,12
Kontraindikasi : hipersentifitas pada acyclovir, valaclovir, atau
komponen lain dari formula.
Efek samping : pada sistem saraf pusat dilaporkan terjadi malaise
sekitar 12% dan sakit kepala 2%. Sistem pencernaan terjadi mual 2-
5%, muntah 3% dan diare 2-3%. Peningkatan sementara enzim-enzim
yang berhubungan dengan bilirubin dan hati, sedkit peningkatan urea
dan kreatinin darah.
3. Mecobalamine
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan
sebagai koenzim dalam proses pembentukan methionin dari
homosystein. Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA, serta
pemeliharaan fungsi saraf. Melalui reaksi metilasi metilkobalamin juga
berperan dalam pembentukan lesithin, suatu protein yang sangat
berperan pada regenerasi saraf tepi termasuk proses pembentukan
myelin. Proses ini membuat metilkobalamin banyak dipakai pada
kasus-kasus neuropati, misalnya neuropati diabetika dimana dasar
proses patologis yang tejadi adalah kerusakan saraf akibat reaksi-reaksi
yang terjadi dalam kondisi hiperglikemia. Kerusakan saraf ini akan
menimbulkan ectopic discharge, suatu kondisi yang dapat menjelaskan
timbulnya gejala-gejala, terutama gejala positif pada neuropati
diabetika. Integritas fungsi metilkobalamin dalam proses pembentukan
DNA dan regenerasi saraf menjadi dasar penggunaan obat ini pada lesi
saraf tepi lainnya seperti lesi traumatik, vertigo perifer, tinitus,
neuralgia trigeminal ataupun oksipital, dan lain-lain. 8,9,11
Indikasi : Neuropati perifer dan neuropati diabetik.8,12
17
Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif
Efek samping : Termasuk nyeri kepala dan sensasi rasa panas (<1%),
diaforesis dan nyeri/indurasi pada tempat penyuntikan, Dengan terapi
oral, gejala traktus gastrointestinal seperti anoreksia, mual/muntah, dan
diare adalah manifestasi yang sering terjadi, tetapi insidensinya kurang
dari 1%. kejadian reaksi anafilaksis dan ruam hipersensitif telah
dilaporkan terjadi pada pasien dengan insidens < 0,1%. Tidak
ditemukan perubahan kadar merkuri pada darah maupun rambut dari
pasien-pasien yang menerima terima oral metilkobalamin.810,11
6. Analisis Prognosis
Quo Ad vitam: Ad Bonam Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah
kepada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital pasien
masih dalam batas normal.
Quo Ad functionam: Ad Bonam tidak menimbulkan lesi yang tidak
mengganggu fisiologis kulit secara bermakna.
Quo Ad Sanactionam: Ad Bonam Dengan menghilangkan faktor
predisposisi maka penyakit ini dapat diobati secara tuntan dan sembuh.
BAB IV
PENUTUP
18
4.1 Kesimpulan
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat yang khas ditandai oleh
adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf
sensoris dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster
endogen yang menetap dalam fase laten di ganglia sensoris. Pada pasien ini
didiagnosa dengan herpes zoster karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
menunjang kearah diagnosis penyakit herpes zoster. Terapi pada pasien ini meliputi
terapi sistemik dengan tujuan untuk mengatasi infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut
yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster, mencegah timbulnya neuralgia pasca
herpetik. Herpes zoster merupakan suatu konsekuensi klinis dari reaktivasi virus VZV
yang dormant, diduga reaktivasi virus ini akibat suatu proses imunosupresi.
19