- Kasus HIV-AIDS pada ibu rumah tangga dan bayi yang dilahirkannnya
meningkat sejak lima tahun terakhir. Penularannya terjadi melalui hubungan seksual yang tidak
Hal itu diungkapkan Kepala Klinik HIV-AIDS RS Hasan Sadikin Bandung dr. Nirmala Kesuma
Kamis (26/2/2015). Dari sejumlah kasus, menurut dia, penderita HIV-AIDS kebanyakan
Data dari Kemenkes RI, Jawa Barat menempati posisi keempat untuk jumlah kasus HIV-AIDS
tertinggi setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Papua. Hingga September 2013, jumlah kasus
mencapai 13.471, dengan 9.340 di antaranya HIV positif dan 4.131 AIDS, ujarnya.
Di Jawa Barat, kata Nirmala, Kota Bandung menempati urutan tertinggi untuk kasus HIV-AIDS
dengan jumlah kasus hampir separuh dari total kasus di seluruh Jawa Barat. Kebanyakan
penderita berusia 22-44 tahun dan rata-rata merupakan ibu rumah tangga.
Pada tahun-tahun sebelumnya, penularan HIV-AIDS kebanyakan terjadi melalui jarum suntik
yang tidak steril pada populasi pengguna narkoba suntik. Namun, sejak setengah dekade terakhir,
Jumlah kasus HIV-AIDS ini bisa jadi merupakan fenomena gunung es, karena pada faktanya,
pasti lebih banyak lagi kasus yang belum terungkap, ucap Nirmala.
Untuk mengantisipasi dan menangani korban HIV-AIDS, lanjut Nirmala, setiap RSUD di Jawa
Barat sudah seharusnya memiliki layanan khusus untuk menangani penderita HIV-AIDS.
Di Kabupaten Bandung, jumlah kasus HIV-AIDS cukup tinggi. Data Dinas Kesehatan
dilakukan sejak awal 2013 hingga September 2014 lalu dengan melibatkan lima puskesmas di
Kabupaten Bandung.
Dengan tingginya kasus HIV-AIDS tersebut, RSUD Soreang dalam waktu dekat akan membuka
klinik HIV-AIDS. Sejumlah paramedis, obat-obatan, dan berbagai sarana yang dibutuhkan telah
disiapkan.
Klinik HIV-AIDS tersebut sudah diperkuat dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan
ditindaklanjuti dengan SK Bupati. Jadi, layanan ini sudah seharusnya dimiliki RSUD Soreang,
Bandung dibawa oleh para waria yang berasal dari luar daerah. Tempat penularan kebanyakan di
Riantini sebelumnya mengungkapkan, selain para ibu rumah tangga, HIV-AIDS juga menjangkit
berbagai kalangan, seperti buruh, pekerja seks komersial, pelajar, sopir, dan tukang ojek.
Dari jenis kelamin, jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda.
Sementara cara penularan HIV-AIDS, lanjut Riantini, paling banyak disebabkan hubungan
seksual dengan penderita dan melalui transfusi jarum suntik. HIV yang menyatu dengan darah
secara perlahan menurunkan daya tahan tubuh penderitanya hingga menyebabkan kematian.
Gejala HIV-AIDS, menurut Riantini, tidak bisa diidentifikasi tanpa dilakukan tes HIV di
laboratorium. Pasalnya, HIV bisa menggerogoti tubuh korban selama beberapa tahun bahkan
puluhan tahun hingga menyebabkan sistem kekebalan tubuh penderita tidak berfungsi.
Guna menghindari terjangkitnya HIV-AIDS, Riantini mengungkapkan, cara paling aman yaitu
menghindari seks bebas dan tidak menggunakan narkoba. Sementara untuk mengetahui apakah
pasangan kita terjangkit HIV atau tidak, sebainya lakukan pemeriksaan di laboratorium
kesehatan, tambahnya.
Meski demikian, Riantini menambahkan, para penderita HIV-AIDS tidak seharusnya diberi
stigma negatif ataupun dikucilkan dari lingkungan. Sebaliknya, mereka harus mendapatkan
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/02/26/317797/ibu-rumah-tangga-banyak-
tertular-hiv-aids
https://www.academia.edu/10066836/Trend_Dan_Issue_Dalam_Keperawatan