Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum,
mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah
penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka
perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat.
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga
dan industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman dan sehat karena
air rentan terhadap penyebaran penyakit yang disebarkan melalui air (water borne
desease). Adapun sumber air baku adalah air permukaan, mata air dan ait tanah.
Sedangkan macam macam air baku di alam adalah: air sungai, air danau / waduk, rawa,
air tanah dan mata air serta air laut.
Kriteria air bersih biasanya meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang
berkaitan dengan hal ini adalah PDAM Perusahaan Dagang Air Minum. Kadang ada
yang menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi, karena terkadang air yang
didistribusikan tidak memenuhi kriteria air minum.
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis,
tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi,
dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti
klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang
terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan
mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
Air dapat dikatakan sebagai air bersih apabila memenuhi 4 syarat yaitu syarat fisik,
kimia, biologis, radioaktif sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
1. Syarat fisik, ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau, dan rasa
serta jernih.

1
2. Syarat Kimia, meliputi tidak terdapat bahan kimia tertentu seperti Arsen (As), besi
(Fe), Fluorida (F), Chlorida (C), kadar merkuri (Hg), dan lain lain.

3. Syarat Biologis Syarat biologis air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme


patogen maupun non pathogen seperti bakteri, virus, protozoa. Mikroorganisme coli
digunakan sebagai indikator untuk mengetahui air telah terkontaminasi oleh bahan
buangan organic.

4. Syarat Radioaktif Bahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif sangat
membahayakan bagi kesehatan, dapat menimpa manusia melalui makanan atau
minuman yang telah tercemar.

Air Untuk Industri

Ada beberapa sumber air yang biasanya dipertimbangkan untuk menjadi sumber
air utama seperti air permukaan, sungai, waduk atau dari sumber air dalam, deep well
sementara desalinasi air laut. Apapun sumber yang akan digunakan sebagai sumber air
industri, maka air baku perlu dikondisikan dengan mengolah terlebih dahulu melalui
water treatment yang memadai, termasuk penggunaan kolom penukar ion untuk
mendapatkan air nyaris tanpa mineral (Demin Water).

Karakter air dan penggunaannya.

Air proses atau biasa kita kenal sebagai process water memiliki fungsi yang
berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu karakter serta spesifikasi air yang diperlukan
juga berbeda satu dengan yang lain, misalnya standar air untuk boiler pada industri
tentu berbeda dengan standar air untuk produksi hydrogen. Ada beberapa peralatan
proses yang membutuhkan air secara terus-menerus dan dengan sifat tertentu, seperti :

1. Air proses (Process Water) untuk hydrolysis, boiler dan destilasi. Kebutuhan
processwater untuk boiler, hydrolisis serta produksi H2, dimana diperlukan air yang
terlebih dahulu di oleh melalui ion exchange untuk meminimalisir timbulnya karat
serta sumbatan pada pipa api dan jalur distribusi uap dan kondensatnya. Produk air
yang dihasilkan melalui ion exchange kemudian disebut sebagai soft water bahkan
untuk produksi hydrogen diperlukan demineralized water (demin water) agar H2
yang diproduksi betul-betul 99,9 % murni.

2
2. Air untu pendingin (Cooling Water) pada cooling tower, mesin, heat exchanger,
condenser dll. Kebutuhan akan air pendingin (cooling water) bisa di kategorikan
kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak, pengolahan air pendingin
biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang salah
dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. Tetapi mereka lupa bahwa air
pendingin disalurkan melalui pipa-pipa yang diameternya terkadang cukup kecil,
panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan terhadap karat dan sumbatan
tentunya.

3. Air untuk kebutuhan domestik dan umum. Air yang akan digunakan sebagai air
untuk keperluan domestik seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain biasanya
digunakan air dari sumber terdekat seperti Perusahaan air Minum (PAM) lokal
maupun dari sumber sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara terbatas
seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk mengurangi kadar besi yang
biasanya berasosiasi dengan air dari sumber sumur dalam (deep well).

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas pengolahan air baku sungai secara kimia
yang digunakan sebagai air proses industri.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengolahan air industri secara kimia?

1.2.2 Bagaimana cara pengolahan air baku sungai secara kimia?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang pengolahan air industri secara kimia.

1.3.2 Untuk mengetahui tentang pengolahan air baku sungai secara kimia.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengolahan Air Proses Industri Secara Kimia
2.1.1 Pengertian Pengolahan Air Secara Kimia.
Pengolahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang
bertujuan untuk menyisihkan senyawa organik maupun senyawa anorganik dalam air.
Penambahan bahan kimia ini bersifat spesifik, tergantung jenis dan konsentrasi
polutan dalam air baku. Proses pengolahan air yang menggunakan prinsip pengolahan
secara kimia antara lain koagulasi, proses penghilangan kesadahan dalam air, serta
proses desinfeksi menggunakan klor. Penambahan bahan kimia dapat menyebabkan
perubahan komposisi kimia dalam air seperti perubahan pH sehingga mengharuskan
adanya penambahan zat kimia lain untuk menyesuaikan dengan pengolahan
selanjutnya.
Pengolahan air dengan cara kimia merupakan pengolahan yang bertujuan
memperbaiki sifat-sifat air dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Bahan kimia
yang sering digunakan dalam pengolahan air adalah bahan kimia yang memiliki sifat
koagulatif, yaitu mampu menggumpalkan bahan atau pengotor yang ada dalam air.
Koagulan akan menggumpalkan partikel pengotor ukuran halus dan melayang
dalam air, biasa disebut koloid menjadi partikel berukuran besar. Melalui proses
flokulasi, partikel partikel yang sudah membesar akan menyatu membentuk
gumpalan yang lebih besar. Gumpalan ukuran besar hasil proses flokulasi disebut
flok. Bahan kimia yang sering digunakan sebagai koagulan untuk pengolahan air
adalah tawas, kapur dan kaporit.
Hasil proses koagulasi dan flokulasi ini selanjutnya dipisah dengan menggunakan
metoda penyaringan atau flitrasi atau pengendapan. Tingkat keberhasilan proses
koagulasi dan flokulasi ditentukan oleh factor-faktor seperti: jenis dan kandungan
pengotor dalam air, jumlah dan jenis koagulan, proses pencampuran atau pengadukan.
Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat
seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem
pengolahannya.
4
Skema pengolahan air bersih
2.2 Pengolahan air baku sungai secara kimia
2.2.1 Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari
sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk
menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke
dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP
Water Treatment Plant.
2.2.2 Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan
utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak
koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid
yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan
penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid
mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara
mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan
cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 90 detik.

5
Metode pengolahan kimiawi yang sering digunakan adalah koagulasi.
Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel partikel koloid yang bermuatan
negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut saling melekat dan
menempel satu sama lain, dan membentuk flok. Untuk menambah besar ukuran
koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia diikuti dengan pengumpulan
atau dengan cara penyerapan.
Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan
menimbulkan sifat sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka
luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang
baik :
1. Pengontrolan pH
Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana presipitasi
yang maximum akan terbentuksekaligus titik kelarutan minimum.
2. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari viskositas air
lebih besar sehingga flok lebih sukar mengendap.
4. Dosis Koagulan
Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang banyak.
Dosis koagulan persatuan unit turbidity tinggi, akan lebih kecil dibandingkan
dengan dosis persatuan untuk air dengan turbidity rendah.
Hal ini disebabkan karena dalam air yang mempunyai turbidity tinggi,
kemungknan terjadinya tumbukan antara partikel akan lebih besar.
(Sangsoko,1989).
Adapun efek dosis glokulan terhadap berat jenis adalah :
Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh berat jenis partikel, berat jenis
cairan, gravitasi, konstanta dan viskositas. Pengaruh ini dinyatakan oleh
Stokes sebagai :

Dimana :
V : kecepatan pengendapan
P 1 : berat jenis partikel
P 2 : berat jenis cairan
K : konstanta
n : viskositas
untuk mempercepat pengendapan kotoran maka ditambahkan glokulan dengan
dosis yang tepat, sebab dengan dosis yang terlalu banyak tidak ada
pengaruhnya bila sudah tercapai titik jenuh pengendapan (Soejardi,1985).
Koagulan
6
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan nagatif
patikel didalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang
digunakan untuk mendestibilisasi muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air,
sering dipakai garam Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air
seperti terlihat pada tabel 2.1. dibawah ini :
Tabel 2.1. Jenis jenis Koagulan
Jenis jenis Bahan Koagulan
a. Poli Aluminium Klorida
Poli Aluminium Klorida sering disingkat dengan PAC. PAC adalah garam
yang dibentuk oleh aluminium aluminium klorida yang khusus ditentukan guna
memberi daya koagulasi dan flokulasi (pengumpulan dan pemadatan
penggumpalan) yang lebih besar dibandingkan garam garam aluminium dari
besi lainnya. PAC sebenarnya adalah merupakan suatu senyawa kompleks

berinti banyak dari ion ion aquo aluminium yang terpolimerisasi yaitu
suatu jenis dari polimer senyawa organik.
Berbagai bahan kimia baik senyawa organik maupun anorganik biasanya
dibutuhkan sebagai koagulan air (katalisator pengumpulan) tetapi untuk PAC
biasanya tidak membutuhkan zat tersebut. Poli Aluminium Klorida dengan
arti vital yang kuat mengumpulkan setiap zat zat yang tersuspensi atau
yang secara koloidal tersuspensi dalam air, membentuk flok flok (kepingan,
gumpalan gumpalan) akan mengendap dengan cepat agar membentuk sludge

7
(lumpur endapan) yang dapat disaring dengan mudah, dimana pH PAC air lebih
kecil dari 6 (enam) disebut asam dan jika lebih dari 7 (tujuh) maka disebut basa.
Sifat sifat koloid dapat dibedakan yaitu koloid yang suka air dapat saling
bergabung dan membentuk partikel yang lebih besar sehingga menggumpal dan
mengendap. Sementara koloid yang tidak suka air, berasal dari logam logam
dan garam garam dan dapat stabil karena adanya permukaan air yang
terikat dan menghalangi terjadinya kontak dari partikel partikel sekitarnya.
Koloid ini dapat dihilangkan dengan menurunkan potensial yaitu dengan
menggunakan tabel lapisan 6 9 dengan pH netral adalah 7.
Bersangkutan sehingga mengendap kembali. Hal ini merupakan salah
satu sebab kandungan dalam sumur yang dangkal lebih rendah.Besi dalam
jumlah yang sedikit dan air minum diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah, tetapi kalau sudah melebihi konsentrasi yang diperlukan akan dapat
menyebabkan penyakit dan warna air kemerah merahan sehingga
menimbulkan kekeruhan serta rasa dan bau air yang tidak enak. Klor dalam air
dapat mengoksidasikan ion ion Fe +2 menjadi Fe+3 mengakibatkan turbiditas
air yang semakin tinggi karena terbentuknya zat zat yang tersuspensi. Rumus
kimia Poli Aluminium Klorida (PAC) Al n (OH) m Cl 3n-m Fungsi dari Poli
Aluminium Klorida adalah untuk menurunkan tubiditas air atau menurunkan
kekeruhan air.
b. Soda Kapur (Ca(OH)2)
Dalam proses pengolahan air, selalu ditambahkan zat kimia yang
masing masing memiliki fungsi sendiri. Adanya proses penjernihan air melalui
proses koagulasi PAC maka pH air ini akan menjadi turun. Dan penurunan
nilai pH dalam air ini mengakibatkan flok flok yang terbentuk akan susah
mengendap. Maka untuk menetralisasikan pH ini dilakukan penambahan soda
kapur Ca(OH)2 . Adapun reaksi yang terjadi :
Al(OH)Cl2 + 4H2O 2Al(OH)3 + 4HCl
Bahan penetral (soda kapur) dimasukkan kedalam hasil proses larutan tersebut
sampai kadar pH diperoleh mendekati nilai netralisasi.
2Al(OH)3 + 4HCl + 2Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 2CaCl2 + 4H2O
Proses diatas terjadi pada bak flokulator. Apabila nilai pH di bak ini
dibawah 7,0 maka penambahan volume soda kapur Ca(OH)2 dilakukan sedikit
demi netralisasi pH ini akan mengakibatkan proses terbentuknya flok flok
akan lebih cepat dan sempurna. Selain untuk menetralkan air, Ca(OH) 2 juga
akan dapat dipakai untuk melunakkan air sadah. Karena air sadah kurang baik

8
dipakai untuk mencuci pakaian dan dipakai pada mesin mesin. Ion ion
Ca2+ dan Mg2+ pada air sadah akan menyebabkan sifat detergen sabun hilang,
sehingga sabun tidak dapat lagi dibersihkan. Pada mesin mesin, air sudah
membentuk endapan berupa kerak yang akan menempel pada mesin mesin
(PT.Coca Cola Bottling Indonesia,2000).

Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar


b. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku
yang telah merata membentuk
gumpalan atau flok dan
dapat mengendap dengan cepat.
Tujuan utama flokulasi
adalah membawa partikel ke
dalam hubungan sehingga
partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi
ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk
membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi. Setelah dari unit koagulasi,
selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk
membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan
lambat (slow mixing).
Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi
pembentukan flok yang siap untuk diendapkan. Di dalam proses flokulasi ini
pengadukan dilakukan secara bertahap yaitu dari kekuatan besar kemudian mengecil
supaya flok yang sudah dibentuk tidak terpecah kembali.
Mekanisme terjadinya gumpalan

Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air. Alkalinitas
adalah kemampuan untuk menetralkan asam. Poly Aluminium Chlorida bekerja pada

9
interval pH 6-9 dengan pH netral adalah 7. Reaksi ini menghasilkan Al(OH) 3 yang
mengendap. Pada reaksi ini akan membebaskan asam yang menurut pH larutan dan
bereaksi dengan alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena hidroksida-
hidroksida Al dan Fe ternyata terbentuk ion-ion yang lain menunjukkan reaksi yang
amat kompleks.

Pada penambahan garam Aluminium atau besi, akan segera terbentuk ion-ion
polimer dan dapat terserap oleh partikel-pertikel. PAC benar-benar menggumpalkan
zat-zat tersuspensi dan koloid dalam air untuk menghasilkan flok yang belum
sempurna, lalu Ca(OH)2 berperan untuk mengikat flok-flok yang belum sempurna
tersebut menjadi flok-flok yang lebih sempurna, dengan perbandingan 0,30 ml PAC
dan 0,90 ml Ca(OH)2 dalam 500 ml air baku pada uji jar test di laboratorium. Ca(OH) 2
bekerja pada pH basa sebagai flokulan yang menetralisir pH asam yaitu PAC sebagai
koagulan, yang kemudian membentuk flok-flok yang lebih sempurna dan
mempercepat pengendapan dalam penyaringan partikel koloid, yang akan
terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil hidrolisa akan saling
menetralkan sehingga muatan dari partikel ini mengecil, hingga tergantung dari pH
serta semacam dosis koagulan, maka besarnya zat potensial yang akan diturunkan atau
diubah dari sedikit negatif menjadi netral dan akhirnya posif, dan suspensi ini tidak
stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai ukuran yang dapat mengendap.

Bahkan koagulan dapat terhidrolisa dan dapat terbentuk masa yang lebih besar,
dalam hal ini partikel koloid menarik dan menggabungkan sehingga terbentuk
gumpalan dan terjadilah pengendapan yang sempurna dalam tangki flokulator.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah :

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O

Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar


menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH) 2 ditambahkan untuk mendapatkan
pH pada level dimana ion besi diendapkan sebagai Fe(OH)3. Reaksi ini adalah reaksi

10
oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut air. Dalam reaksi koagulasi,
oksigen direduksi dan ion besi dioksida menjadi ferri, dimana akan mengendap
sebagai Fe(OH)3.

2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

Untuk berlangsungmya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang


stabilisasi membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan
berlangsung mengikuti reaksi :

Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika
alkilinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH
optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam
rentang pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:

2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+CaCl2+6CO2

Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+3CaCl2

Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang
terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.

Terdapat 2 perbedaan pada proses flokulasi yaitu :

1. Flokulasi perikinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m


dengan mengandalkan gerakan Brownian, biasanya koagulan ditambahkan untuk
meningkatkan flokulasi perikinetik.

11
2. Flokulasi ortokinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran diatas 1
m, dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel,
tetapi memerlukan pengaduk buatan ( artificial mixing ). dapat dikurangi dengan
proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia dengan
muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel menyebabkan antar partikel
yang berlawanan cenderung
bergabung membentuk inti flok.
Proses koagulasi selalu diikuti
oleh proses flokulasi, yaitu
penggabungan inti flok
atau flok kecil menjadi flok yang
berukuran besar.

Proses Flokulasi Partikel Koloid


c. Sedimentasi
Sedimentasi yaitu proses pengendapan flok partikel dan pemisahan
kotoran/warna, sehingga air terolah akan jernih (supernatan) dan endapan yang
terjadi dibuang atau digunakan ulang (concentrate). Hal ini dilakukan secara gravitasi.
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan
unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit
ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi
oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel
koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur. Gabungan unit koagulasi, flokulasi,
dan sedimentasi disebut unit aselator.

12
Unit Aselator pada Water Treatment Plant
d. Filtrasi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan
akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana
hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau
gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya.
Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair
sebelum dibuang. Di dalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai
range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang besar. Seringkali umpan
dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi,
misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau memasang peralatan tambahan pada
penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae. Oleh karena varietas dari material
yang harus disaring beragam dan kondisi proses yang berbeda.Filtrasi adalah proses
penyaringan air menembus media berpori-pori. Untuk menghilangkan zat
tersuspensi yang terakhir adalah dengan melakukan penyaringan.penyaringan yang
dimaksudkan disini adalah penyaringan dengan melewatkan air melalui bahan
berbentuk butiran yang diatur sedemikian rupa sehingga zat padatnya tertinggal pada
butiran tersebut dan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan masyarakat.
Tujuan dari filtrasi, yaitu :
1. memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali.
2. mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah.
3. mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air.
4. mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor.
5. membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih.

13
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini,
sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media
berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga
ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.
Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan,
dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-
lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
2.2.3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan
distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di
tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran
distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih


Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir
dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak
diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk
menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap
untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah
distribusi.

14
Proses Pengolahan Air Bersih

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis,
tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi,

15
dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia,
seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam
berat yang terkandung dalam air.
Pengolahan air secara kimia adalah menambahkan bahan kimia tertentu yang
bertujuan untuk menyisihkan senyawa organik maupun senyawa anorganik dalam air.
Penambahan bahan kimia ini bersifat spesifik, tergantung jenis dan konsentrasi polutan
dalam air baku. Bahan kimia yang sering digunakan dalam pengolahan air adalah bahan
kimia yang memiliki sifat koagulatif, yaitu mampu menggumpalkan bahan atau pengotor
yang ada dalam air.
Proses Pengolahan air secara kimia, yaitu :
1. Koagulasi
2. Flokulasi
3. Sedimentasi
4. Filtrasi

16

Anda mungkin juga menyukai