Anda di halaman 1dari 20

Laporan Asuhan Gizi Terstandar (NCP)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting dalam memasuki era globalisasi karena
secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, umur harapan
hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang
yang sehat dan memiliki status gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam
keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal harus tinggal di suatu
institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes, 2005).
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien secara optimal
baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada
pasien rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam
maupun di luar rumah sakit sebagai salah satu upaya mewujudkan Indonesia sehat 2010,
merupakan tugas dan tanggungjawab tenaga kesehatan, khususnya tenaga yang bergerak di
bidang gizi.
Dalam Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK), studi kasus merupakan salah satu
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
seorang calon ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi pasien rawat inap. Kasus yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit dalam dengan diagnosis DM Tipe
2 + CKD St 5 (Nepropati Diabetik) yang dirawat di Ruang IPD 25 Kamar 4 Bet 3 RSU Dr.
Saiful Anwar Malang.
Salah satu penyakit akibat diabetes adalah penyakit ginjal diabetik. Di Asia
hampir 60% dari penyandang diabetes tipe 2 menderita nefropati diabetik. Begitu pula
frekuensi hipertensi cukup tinggi sekitar 33%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang kuat antara tingginya tekanan darah pada diabetes dengan komplikasi ginjal
dan kardio vascular (jantung & pembuluh darah).
Penderita diabetes dengan hipertensi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit jantung koroner ataupun stroke. Sebagai faktor prediksi adanya
komplikasi kardiovaskular dan ginjal pada diabetes-hipertensi adalah adanya mikro-
albuminuria (adanya albumin/zat protein pada air kencing).
Gejala Klinik Nefropati diabetik merupakan gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran
glomerulus (selaput penyaring darah dalam ginjal). Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein, sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran
basal glomerulus. Akibatnya penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke
urin/air kencing (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Gangguan ginjal dapat menyebabkan fungsi ekskresi (membuang), filtrasi
(menyaring) dan hormonal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun
lewat urin, maka zat racun tertimbun. Tubuh pun menjadi bengkak dan dapat berisiko
kematian.
Selain berfungsi sebagai ekskresi, ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang
berfungsi memproduksi sel darah merah. Gangguan di ginjal dapat menurunkan hormon
tersebut, sehingga menyebabkan anemia (kekurangan darah merah).
Salah satu terapi yang diberikan untuk penderita DM Tipe 2 + CKD St 5(Nepropati
Diabetik) adalah terapi diet. Terapi diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizi lain guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Diet yang diberikan
untuk penderita Nepropati Diabetik dan asam urat tinggi adalah diet Nepropati
Diabetik (diet dialisa RP 70 dan Rpu).

B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan giziklinik di
rumah sakit yang meliputi analisis tentang pengkajian, perencanaan, penerapan, evaluasi dan
membuat laporan.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji data dasar (inventarisasi data subyektif dan obyektif pasien).
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat resiko gizi.
c. Mahasiswa mampu memahami diagnosis gizi yang ditentukan ahli gizi.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi (rencana dan implementasi asuhan gizi pasien).
e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pasien.
f. Mahasiswa mampu melakukan edukasi dietetik mandiri.
g. Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi klinik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum
1. Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan serangkaian gangguan atau sindroma di mana tubuh tidak
mampu mengatur secara tepat pengolahan, atau metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
(McWright, 2008). Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes Mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklorotik dan penyakit vascular
mikroangiopati, dan neuropati (Price dan Wilson, 2003). Diabetes Mellitus biasanya
disebabkan karena peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah (hiperglikemia) akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin
sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya
kerjanya kurang (Depkes, 2005).
b. Etiologi
Terdapat 2 tipe Diabetes Mellitus berdasarkan diabetes yang sering terjadi yaitu
diabetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes tipe 2 atau
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes tipe 1 disebabkan oleh
destruksi sel pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2
disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringsan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami
desentisasi terhadap glukosa (Mansjoer, dkk., 2001).

c. Gejala dan tanda


Gejala dan tanda-tanda penyakit Diabetes Mellitus dapat digolongkan menjadi gejala
akut dan gejala kronik
1) Gejala akut
Pada permulaannya gejala yang ditunjukkan meliputi banyak makan (polifagia), banyak
minum (polidipsia), dan banyak kencing (poliuria). Dalam fase ini biasanya penderita
menunjukkan berat badan yang terus bertambah, karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, maka dapat sering timbul keluhan
polidipsia dan poliuria dan keluhan lain berupa turunnya nafsu makan (tidak polifagia lagi)
bahkan kadang-kadang diikuti dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl,
berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah,
dan bila tidak lekas diobati lagi dapat menimbulkan rasa mual dan dapat terjadi koma
diabetik (penderita tidak sadarkan diri).
2) Gejala kronik
Gejala kronik yang sering timbul antara lain :
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tsuk jarum
c) Terasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur
d) Kram
e) Lelah
f) Mudah mengantuk
g) Mata kabur
h) Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten
k) Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
berat bayi lahir lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2006).
d. Diagnosis dan klasifikasi
Menurut kriteria Internasional Diabetes Federation (IDF), American Diabetes
Association (ADA), dan Perkumpulan Endrokionologi Indonesia (Perkeni), apabila glukosa
darah pada saat puasa di atas 126 mg/dl dan 2 jam sesudah makan di atas 200 mg/dl,
diagnosis diabetes bisa dipastikan. Apabila kadar glukosa darah puasa di antara 111-125
mg/dl, maka keadan iini disebut keadaan glukosa puasa terganggu atau Impaired Fasting
Glucose (IFG). Ada pula yang menamakannya Borderline
Diabetes atau Prediabetes. Apabila keadaan ini terjadi, dokter harus segera mengambil
langkah untuk mengontrol glukosa darah pasien agar tidak timbul komplikasi serius di
kemudian hari (Tandra, 2008).
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
Kadar Glukosa
Darah
Mg/dl mmol/dl
Diabetes Mellitus
Puasa 126 7.0
2 jam sesudah makan 200 11.1
Impaired Glucose Tolerance(IGT)
Puasa <126 <7.0
2 jam sesudah makan 140 & <200 7.8 & <11.1
Impaired Fasting Glucoce(IFG)
Puasa 110 & <126 6.1 & <7.0
2 jam sesudah makan <140 <7.8
Sumber : Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes (Tandra, 2008)

Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk
diabetes, misalnya glukosa darah puasa di bawah 140 mg/dl tetapi 2 jam sesudah makan 140-
200 mg/dl, keadaan ini disebut sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan resiko
terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa. Bila dokter curiga telah muncul
TGT, pasien dianjurkan untuk menjalani Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) atau Oral
Glucose Tolerance Test(OGTT) (Tandra, 2008).

e. Komplikasi
1) Komplikasi Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya
terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa
darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008).
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi jika kadar glukosa
darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin
atau preparat oral yang berlebihan, tetapi konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Sedangkan hiperglikemia terdapat dua macam yaitu diabetes
ketoasidosis dan sindrom HHNK (koma Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik) (Brunner
& Suddarth, 2001).
2) Komplikasi Kronis
Untuk diabetisi yang sudah bertahun-tahun, dapat juga muncul berbagai kerusakan atau
komplikasi yang kronis, seperti kerusakan ginjal (nephropathy), kerusakan mata
(retinopathy), penyakit jantung, kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan
syaraf (neuropathy). Untuk kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan syaraf
(neuropathy) dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius yaitu kaki diabetik (Tandra,
2008).
2. CKD
a. Definisi CKD
Gagal Ginjal Kronik (GGK/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunanfungsi ginjal yang
bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif danirreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)

b. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4) Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7) Nefropati toksik
8) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
c. Patofisiologi
Menurut Price S. Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton (l997)
patofisiologi gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi dapat menyebabkan
penurunan perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal. Hal ini
menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II
dapat menyebabkan dua hal yaitu peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol. Pada
kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan
meningkat di cairan ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume
cairan ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan glomerulus, hal
ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju filtrasi glomerulus menurun.
Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi menurun, maka kerja nefron yang masih
normal akan meningkat sampai akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan
meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun, protein di tubulus di
ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan penurunan protein plasma
(hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan onkotik kapiler. Penurunan
tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka. Pada edema anasarka akan menekan
kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih
lanjut akan menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan sisa metabolisme,
sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan meningkatkan zat-zat sisa nitrogen,
akhirnya terjadi rasa lelah, anoreksia, mual dan muntah.
d. Klasifikasi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut dengan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal kronik dibagi menjadi
empat stadium berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) :
1) GGK ringan : LFG 30 50 ml/menit
2) GGK sedang : LFG 10 29 ml/menit
3) GGK berat : LFG <10 ml/menit
4) Gagal Ginjal Terminal : LFG <5 ml/menit
3. Hiperurisemia
a. Definisi
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat diatas
normal. Secara biokimiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang
melewati ambang batasnya. Batasan urisemia secara ideal yaitu kadar asam urat diatas 2
standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Namun secara pragmatis dapat
digunakan patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan > 6 mg% pada perempuan.
Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau batu
ginjal. Hiperurisemia dapat terjadi akibat peningkatan metabolisme asam urat, penurunan
ekskresi asam urat urin, atau gabungan keduanya (Andry Hartono, 2006).
b. Etiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang dapat menimbulkan
manifestasi penyakit gout dibedakan menjadi penyebab primer dan sekunder. Penyebab
primer merupakan penyebab yang tidak berasal dari penyakit lain, sedangkan penyebab
sekunder didapatkan penyebab lain, baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout
dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan adanya kelainan molekuler yang tidak
jelas (indefined) meskipun diketahui adanya mekanisme undersecretion pada 80-90% kasus
dan overproduction pada 10-20% kasus.
Kelompok hiperurisemia dan gout sekunder melalui mekanismeoverproduction seperti
gangguan metabolisme purin. Sedangkan mekanismeundersecretion dapat ditemukan pada
keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, dibetes insipidus, peminum alkohol, myxodema,
hiperparatiroid, ketoasidosis dan keracunan berilium.
c. Patofisiologi
Gambaran klasik artritis gout yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan
hiperurisemia (asam urat serum tinggi). Gout mungkin primer atau sekunder. Gout primer
merupakan akibat langsung pernbentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat
penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan an karena pembentukan asam urat
yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu.
Endapan urat dalam sendi atau traktus urinarius dialkibatkan: karena, asam urat yang
rendah daya larutnya dan akibat garam-garainnya. Asam. urat yang berlebihan dan garam-
garam tersebut keluar dari serum dan urin masing-masing mengendap dalam sendi dan
traktus urinarius
d. Gambaran Klinis
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah
menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia 50-60. Gout
lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum
wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria.
Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria hiperurisemia
biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan
serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga
menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut mungkin didahului
oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang
paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga
terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan,
pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh
sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari
walaupun tanpa pengobatan.
B. Penatalaksanaan Diet
1. Diet Nepropati Diabetik
Tujuan Diet memberikan makanan yang adekuat untuk :
a. Mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak
memberatkan kerja ginjal.
b. Menurunkan kadar ureum dan creatinin darah yang tinggi.
c. Menurunkan tekanan darah dan asam urat.
d. Mengendalikan glukosa darah.
e. Meningkatkan kadar Hb darah.
f. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. (Sunita, 2004)
Prinsip Diet
a. B2 1900, Rendah Garam dan RP 70 gr.
Syarat Diet
a. Energi cukup untuk mencegah katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB.
b. Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari total energy.
c. Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat diberikan 61 % dari total kalori.
e. Natrium dibatasi hanya 1 3 g/ hari.
f. Bentuk makanan biasa
g. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui
keringat dan pernapasan ( 500 ml)
h. Vitamin cukup apabila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, dan
vitamin D.
i. Frekuensi makanan 3x makan utama dan 2 x makan selingan.
(Sunita, 2004)
2. Diet Rendah Purin
Tujuan Diet :
a. Mempertahankan status gizi optimal.
b. Menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
(Sunita, 2004)
Prinsip Diet
a. Rendah Purin
b. Energi sesuai kebutuhan pasien
c. Cukup protein
d. Cukup lemak
Syarat Diet
a. Energi sesuai kebutuhan tubuh mulai dari 1867,63
b. Protein cukup yaitu 1,2 g/kg BB atau 64,03 gr.
c. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150 mg/100 g.
d. Lemak sedang, yaitu 25 % dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat menghambat
pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
e. Karbohidrat diberikan lebiih banyak yaitu 61 % dari kebutuhan energi total. Karbohidrat
yang lebih diutamakan adalah karbohidrat kompleks.
f. Vitamin dan mineral disesuaikan dengan ebutuhan.
g. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2-2 liter/hari.
(Sunita, 2004)

BAB III
PERENCANAAN ASUHAN GIZI

Nama : Tn. Abdul


Rahman Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur : 56
Tahun Nomor
Register : 1113697/ 56
Asessment Intervensi
Identifikasi Diagnosa Gizi
asar Terapi Diet Terapi Edukasi
Masalah
aat MRS : Tujuan Diet : Tujuan : A
KD St 5 Acute on CKD Memberikan Makanan yang adekuat Agar pasien dan Keluarga : B
DM type II untuk : Agar pasien memperbaiki
1. Mempertahankan status gizi optimal pola makannya. B
dengan memperhitungkan sisa fungsi Mengerti tentang makanan P
2 mggu SMRS, ginjal, agar tidak memberatkan kerja yang boleh/tidak e
boleh
usah tidur & Sesak nafas, ginjal. m
dikonsumsi.
dingin. Pasien susah tidur dan 2. Menurunkan kadar ureum dan Agar
e
galami lemah berkeringat pasien dapat r
creatinin darah yang tinggi. menjalankan diet yang i
n terakhir serta dingin saat 3. Menurunkan tekanan darah dan asam dianjurkan dengan benar. k
ami penurunan. malam serta urat. s
l-gatal sejak 2 gatal-gatal. 4. Mengendalikan glukosa darah.
a
Sasaran : a
5. Meningkatkan kadar Hb darah. Pasien dan Keluarga n

sekarang :
D St 5. Pasien
n cuci darah 4 Waktu :
pat mengalami Prinsip Diet : 15 menit
an. Nepropati DM B2, Rendah Garam dan Rendah
Diabetik Purin. Tempat :
dahulu: Ruang IPD 25 Kmr 4 Bet 3
i sejak 3 tahun
l). Metode :
ostat 2008 1 X, Syarat Diit : Penyuluhan Individu
2008 (oktober), 1. Energi cukup untuk mencegah
nan pada tahun katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB. Alat bantu :
n lalu periksa 2. Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari Leaflet dan Food Sample
eri napoten dan total energy.
5 mg) DM, Hipertensi 3. Lemak sedang yaitu 25 % dari Materi : H
dan Batu Ginjal. kebutuhan energi total. Diet DM Nephropaty M
rga : 4. Karbohidrat diberikan 61 % dari total Diet RG dan R. Purin M
kalori. Bahan makanan yang boleh H
5. Natrium dibatasi hanya 1 3 g/ hari. dan tidak boleh U
6. Bentuk makanan biasa Bahan makanan yang K
7. Frekuensi makanan 3x makan utama dianjurkan. N
dan 2 x makan selingan. A
C
Kebutuhan energi dan zat gizi

X 100 TL = 64,19 + (2,02 x 46) - (0,04 x 56) C


85. 17 = 64, 19 + (92,92) - (2,25) K
= 157,11 2,25 K
= 154 cm N
BBI = 1,54 m2 x 22,5 R
() Status Gizi = 53,36 kg T
dl) Normal
TEE = 35 kkal/ kg BBI D
= 35 X 53,36 In
() = 1867,7 Kkal
l)
() E
Me
() GDP Tinggi ke
) (NI-5.4) Penurunan kebutuhan zat m
gizi KH disebabkan oleh penyakit di
) DM ditandai dengan hasil Leb Na
() GDP = 141 mg/dl
Hb Rendah P = 1,2 g/kg BB Ke
L = 1.2 X 53,36 pa
(N1-5.1) Peningkatan kebutuhan = 64,03 Kg
) MCV Rendah gizi Fe disebabkan oleh defisiensi ya
() besi/ anemia ditandai dengan
MCH Rendah kadar Hb rendah 7,0 gr/dl. % P = 64,03 X 4
() = 256,12 X 100%
) MCHC Normal 1867,7
(NI-52.2) Kelebihan intake = 13,71 14 %
() protein disebabkan oleh disfungsi
/dl) Hematokrit ginjal ditandai dengan
() Rendah peningkatan kadar ureum 106,5
mg/dl dan kreatinin 2,79 mg/dl. Lemak = 25 % X 1867,7
() 9
dl) Kalium Normal
(NI-5.1) Penurunan kebutuhan = 466,92
mg/dl 9
/dl) () Ureum Tinggi purin disebabkan Hiperurisemi
ditandai dengan kadar As. Urat = 51,88 Gr

Kreatinin Tinggi 14,7 mg/dl.

KH = 61 % X 1867,7
Na Rendah 4
= 1139,29
As. Urat Tinggi 4
= 284,82 Gr
Clorida Rendah

KT Rendah

mentis
mg
it
it
a
6 0C.

rang(D) :
Tensi Tinggi
an diet DM B2 Adanya Edema
namun nafsu (NI-3.2) Kelebihan Intake cairan
kurang akibat disebabkan oleh ganguan fungsi
ginjal ditandai dengan data
S physical yaitu Edema
75,61 %)
65,90 %) (NI-5.1) Penurunan Kebutuhan
69,96 %) Natrium disebabkan karena
82,47 %) hipertensi ditandai dengan
TD = 140/90 mmHg.
ulu (E) :
teratur dengan
n 3x sehari.
yang sering
Lauk hewani (NI-2.1) Kurangnya intake
onsumsi ikan E = Kurang makanan dan minuman oral
i, telur jarang. P = Kurang disebabkan oleh nafsu makanan
yang sering L = Kurang kurang ditandai adanya sariawan
ah tahu dan dan dengan hasil recall 24 jam :
sayur jarang di E = 75,61 %, P = 65,90 %,
suka makanan L = 69,96 %.
serta alergi
am.

akhir pasian
ebagai seorang
slam, memiliki
orang anak.

(NB-1.4) Kurangnya kemampuan


memonitoring diri sendiri
disebabkan oleh kurang perhatian
terhadap informasi, kesulitan
mengatur waktu ditandai dengan
kebiasaan makan pasien yang
jarang mengkonsumsi buah dan
sayur serta lebih suka makanan
yang digoreng.
Mengetahui
Clinikal Instruktur

Edi Purwanto
NIP. 197706042007011013

BAB IV
HASIL MONITORING EVALUASI

Nama : Tn. Abdul Rahman


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 Tahun
Nomor Register : 1113697/ 56
CLINIK Identifikasi
Antropometri Biokimia Diet Edukasi Rencan
(Fisik/Klinik) Masalah Baru
BST : 159 cm GDP = 141 mg/dl Tinggi KU : Lemah Recall Memotivasi Agar - Tetap d
BIST : 54,18 kg GDS = 26 mg/dl Kes : CM E : 1412,2 kkal Pasien B2 190
atus Gizi Hb = 7,0 g/dl Rendah Tensi : 140/90 (75,61%) Menghabiskan Rendah
LA Rendah mmHg P : 42,2 gr Makanannya.
/31,7 x 100 MCV = 79 Rendah RR : 24 x/mnt (65,90%)
85,17 % MCH = 24 N: 80 x/mnt L : 36,3 gr
atus gizi baik) MCHC = 30,4 Rendah Odema di kaki (69,96%)
Hematokrit = 21,5 KH : 234,9 gr
Kalium = 3,7 mmol/L (82,47%)
Ureum = 106,5 mg/dl Tinggi
Kreatini = 2,79 mg/dl Tinggi
Rendah Nafsu makan
Na = 127 mg/dl masih kurang
AS. Urat = 14,7 mg/dl Tinggi
Rendah karena pasien
Clorida = 95 mg/dl mengalami
Kolesterol Total = 82 Rendah
sariawan.
HDL = 28 mg/dl
LDL = 46 mg/dl
GDP = 117 Tinggi KU : Lemah Recall Pasien belum _ Tetap d
Kolesterol Total = 121 - Kes : CM E : 1014,5 kkal mematuhi diet yang B2 190
HDL = 34 Normal Tensi : 130/80 P : 34,9 gr diberikan maka Rendah
LDL = 74 Normal mmHg L : 29,5 gr dilakukan edukasi
Trigliserida = 68 Normal RR : 24x/mnt KH :153,4 gr ulang tentang terapi
Ureum = 150,8 Tinggi N: 80x/mnt diet DM Nephropaty
Kreatinin = 2,82 Tinggi kepada pasien.
As. Urat = 10,4 Tinggi Pasien Menjalani
Operasi
Pemasangan alat
untuk cuci darah
sehingga pasien
puasa saat jam
makan siang.

Ureum = 45 Normal KU : Lemah Recall Anjuran pemberian _ Tetap d


Kreatinin = 1,57 Normal Kes : CM E : 1168,7 kkal makanan dalam DM B2
TD : 130/70 P : 39,4 gr porsi kecil tapi R. Purin
mmHg L : 20,4 gr sering.
KH : 211,4 gr

Pasien Menjalani
Cuci darah
sehingga pasien
puasa saat jam
makan pagi.

_ - - Tensi : 120/90 Recall Pasien mulai - Tetap d


N : 80x/mnt E : 998,2 kkal mematuhi diet yang DM B2
RR : 24x/mnt P : 36,4 gr diberikan Rumah R.Purin
L : 28,4 gr Sakit
KH: 208,6 gr

Pasien Pulang
setelah makan
siang. Sehingga
Pengamatan
hanya dilakukan
untuk 2 x makan
saja.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Rencana Terapi
Pasien direncanakan diberikan diet DM B2 1900 Rendah Garam dan Rendah
Purin dengan tujuan memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi tanpa memberatkan kerja
ginjal. Kebutuhan energi 1867,7 kalori per hari dengan cara pemberian oral, karena tidak
terdapat masalah pada sistem pencernaan. Bentuk makanan biasa, pemberian karbohidrat
rendah yaitu 61% dari total energy, Lemak diberikan 25% dari total kebutuhan energi, protein
diberikan 14 % dari total kebutuhan energi.
B. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Konsumsi energi dan zat gizi adalah asupan zat gizi pasien selama dirawat di rumah sakit
rawat inap sesuai kebutuhan pasien yang telah dihitung pada saat pasien dirawat di Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang dengan menggunakan rumus :

Tingkat Konsumsi = Asupan/ Intake X 100


Kebutuhan

Tabel 2. Kriteria Tingkat konsumsi dari widya karya pangan gizi 2003
No Kategori Range
1 Lebih >80 100 %
2 Baik 80 100 %
3 Kurang <80 %

Tabel 3. Monitoring intake energi dan zat gizi pasien selama 3 hari pengamatan
Zat-zat Gizi
Hari Intake Energi (kkal) Proetin (gr) Lemak (gr) KH (gr)
I Kebutuhan 1867,7 64,03 51,88 284,82
Intake 1014,5 34,9 29,5 153,4
TK. Konsumsi (%) 54,31 54,50 56,86 53,85
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang
II Kebutuhan 1867,7 64,03 51,88 284,82
Intake 1168,7 39,4 20,4 211,4
TK. Konsumsi (%) 62,57 61,53 39,32 74,22
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang
III Kebutuhan 1867,7 64,03 51,88 284,82
Intake 998,2 36,4 28,4 208,6
TK. Konsumsi (%) 53,44 56,84 54,74 73,23
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang

Intake energi dan zat gizi pasien dilihat dengan cara melakukan recall 3 x24 jam kepada
pasien untuk mengetahui makanan apa saja yang dikonsumsi dalam tiga hari penuh selama
dirawat inap namun saat pengamatan tidak sampai 3 x 24 jam, dikarenakan pasien pulang
sebelum makan malam. Kemudian hasil tersebut dihitung dan dianalisa. Hasil analisa
dibandingkan dengan kebutuhan pasien karena untuk menghitung intake makanannya.
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat intake makanan pasien belum mencapai angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, asupan makanan pasien hanya memenuhisetengah
dari kebutuhan energi dan zat gizi. Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien selama di rawat
inap menurun dan pasien menjalani puasa saat beberapa kali jam makan untuk pemasangan
alat dan cuci darah.
a. Intake Energi
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum
Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan energi pasien adalah 1867,7 kalori/hari.
Tabel 4. Grafik Intake Energi

Gambar 4. Grafik Intake Energi selama pengamatan (3 hari pengamatan)

Dari gambar 4, dapat disimpulkan bahwa intake energi pasien masih


dibawa kebutuhan yaitu sebesar 1867,7 kalori. Pemenuhan kebutuhan energi yang dicapai
pada hari pertaman yaitu sebesar 54,31%, 62,57% untuk hari kedua, dan 53,44% untuk hari
ketiga. Terjadi penurunan intake energi selama 3 hari pengamatan, hal ini disebabkan
karena pasien menjalani puasa pemasangan alat cuci darah pada hari pertama dan hari kedua
saat proses homodialisa serta pasien pulang saat hari ketiga sebelum jam makan malam.

b. Intake Protein
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum
Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan proteinpasien adalah 64,04 gram/hari.
Tabel 5. Grafik Intake Protein
Gambar 5. Grafik Intake Protein (3 hari pengamatan)
Dari gambar 5, dapat disimpulkan bahwa intake protein pasien belum sesuai
dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan yaitu sebesar 64,03 gram perhari, pada hari pertama
pengamatan protein yang dikonsumsi pasien yaitu54,50 %, hari ke dua 61,53 % dan hari ke
tiga yaitu 56,84 %. Hal ini disebabkan karena pasien alergi mengkonsumsi daging ayam dan
telur.

c. Intake Lemak
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum
Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan lemakpasien adalah 51,88 gram/hari.
Tabel 6. Grafik Intake Lemak

Gambar 6. Grafik Intake lemak


Dari gambar 6, dapat disimpulkan bahwa intake lemak pasien belummencapai
kebutuhan yaitu sebesar 51,88 gram perhari. Pada hari pertama yaitu 56,86%, hari ke dua
yaitu 39,32%, dan hari ke tiga 54,74 %. Intek lemak pasien masih rendah dikarenakan pasien
tidak mengkonsumsi telur, daging ayam, makanan yang di goreng dan berminyak.

d. Intake Karbohidrat
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan Energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum
Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan Karbohidratpasien adalah 284,82
gram/hari.
Tabel 7. Grafik Intake Karbohidrat

Gambar 7. Grafik Intake Karbohidrat


Dari gambar 7, dapat disimpukan bahwa intake karbohidrat pasienbelum
juga memenuhi kebutuhan karbohidrat yaitu 284,82 gram perhari pada hari pertama pasien
hanya mengkonsumsi KH sebesar 53,85%, hari ke dua74,22 % dan hari ke tiga yaitu 73,23%.
Pada kasus ini karbohidrat diberikan sebesar 61 % dari total energi.
e. Observasi Sisa Makanan Pasien
Observasi sisa makanan pasien dapat dilihat dari berapa jumlah intake yang dikonsumsi
pasien dibandingkan dengan standar porsi yang disediakan pihak rumah sakit. Selama
observasi dilakukan, sisa makanan selalu meningkat, pertama karena pasien menjalani
operasi pemasangan alat untuk homodialisa kedua pasien menjalani puasa untuk hemodialisa
serta hari ke tiga pasien makan sedikat karena ingin cepat-cepat pulang. Bentuk
makananbiasa sedangkan pasien tidak mau makan daging ayam dan telur dikarenakan alergi
dampak dari penyakit ginjal.sedangkan untuk lauk nabati dihabiskan untuk sayuran setengah
yang dikonsumsi.

C. Perkembangan Pengukuran Antropometri


Dari hasil pengukuran antropometri selama 3 hari, pasien tidak mengalami penurunan
berat badan walaupun pasien sering menjalani puasa dan tidak bisa mengkonsumsi lauk
hewani (daging ayam dan telur).

D. Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium


Pasein melakukan pemeriksaan laboratorium pada pra pengamatan, hari pertama dan hari
kedua, dari hasil laboratorium GDP, Ureum, Kreatinin dan As. Urat mengalami naik turun.
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Sebelum Pengamatan

Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Pra H1 H2
GDP 141 117 - 60 - 100 mg/dl T
GDS 26 - - < 200 mg/dl N
Hb 7,0 - - 11 16.5 g/dl R
MCV 79 - - 80 9,7 R
MCH 24 - - 26,5 33.5 R
MCHC 30,4 - - 31,5 35,0 R
Hematokrit 21,5 - - 35 50 R
Kalium 3,7 - - 3.5-5 mmol/L N
Ureum 106,5 150,8 45 10-50 mg/dl T
Kreatinin 2,79 2,82 1,57 0.7-1.5 mg/dl T
Na 127 - - 136 - 145 mg/dl N
As. Urat 14,7 10,4 - 2 - 6 mg/dl T
Clorida 95 - - 98 - 106 mg/dl N
K. Total 82 121 - 130 - 220 mg/dl R
HDL 28 34 - > 50 mg/dl
LDL 46 74 - < 150 mg/dl
Trigliserida - 68 -
Ket :
T = Tinggi
N = Normal
R = Rendah

E. Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis


Perkembangan fisik klinis pasien diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap
pasien selama studi kasus. KU dari hasil pengamatan selama studi kasus, terlihat bahwa
keadaan umum pasien tergolong lemah, kesadaran pasien secara umum termasuk dalam
kategori Compos Mentis, artinya kesadaran pasien tersebut sama seperti kesadaran orang
normal biasa atau dengan kata lain orang tersebut dalam kondisi kesadaran penuh, suhu tubuh
pada hari pertama 36C dan pada hari pertama sampai ke tiga suhu tubuh normal.
Tabel 9. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Uraian 14 Juni 2011 15 Juni 2011 16 Juni 2011
Kondisi Lemah Lemas Baik
Suhu 36,6C 37C 37C
Tekanan Darah 130/80 mmHg 130/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 80 x/ menit 80 x/ menit 80 x/ menit
Respirasi 24 x/ menit 24 x/ menit 24 x/ menit

F. Peubahan pengetahuan, Sikap/Perilaku Hasil Terapi Edukasi


Pengamatan yang dilakukan selama 3 hari, selain merencanakan konsumsi makan
pasien juga memberikan motivasi agar pasien mau mengknsumsi makanan, selain itu
motivasi untuk lebih mengatur pola konsumsi yang dialami saat ini, sejakhari pertaman dan
kedua pengamatan pasien menjalani puasa sehingga pola konsumsinya naik
turun. sedangkan monitoring hari ketiga juga masih menurun dikarenakan pasien ingin cepat
keluar dari Rumah sakit.

G. Evaluasi Asuhan Gizi


1. Indikator keberhasilan Asuhan Gizi
Indikator keberhasilan asuhan gizi dilihat dengan cara mengukur kebutuhan dangan cara
recall makanan, suhu tubuh, dan melihat perkembanganya ada tidaknya penurunan TD.
2. Rencana tindak lanjut
Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarganya untuk selalu memberikan
makan yang berasal dari rumah sakit dan makanan yang bisa di konsumsi pasien.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat ditarik kesimpuln bahwa:
1. Diagnosis penyakit pasien adalah DM tipe 2 dengan CKD St 5
dan hiperurisemia.Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan tingginya kadar gula darah, ureum, kreatinin dan asam urat.
2. Permasalahan gizi pasien adalah adanya peningkatan gula darah, ureum, kreatinin danasam
urat, serta penurunan kadar hemoglobin darah, kurangnya asupan energi dan zat gizi pasien,
serta seringnya pasien mengkonsumsi makanan yang digoreng dan jarang mengkonsumsi
sayur dan buah.
3. Kebutuhan energy dan zat gizi pasien adalah sebagai berikut:
Energi : 1867,7 kkal/hari
Protein : 64,03 gr/hari
Lemak : 51,88 gr/hari
KH : 284,82 gr/hari
4. Terapi diet yang diberikan kepada pasien adalah diet DM B2 1900, Rendah purin 70 gr,
rendah garam dan rendah purin.
5. Rata-rata tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien selama 3 hari
pengamatan tergolong dalam kategori kurang.
6. Berdasarkan data perkembangan laboratorium pasien, pada tanggal 14 Juni 2011 ada
beberapa data yang menunjukkan hasil yang mengalami penurunan walau tidak seberapa
antara lain GDP, Ureum, Kreatinin, dan As. Urat .
7. Materi yang diberikan meliputi tujuan, prinsip, dan syarat diet DM Nephropaty, rendah
garam dan rendah purin, pola makan yang sehat, bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi, dan daftar bahan makanan penukar ditandai dengan pasien telah memahami
materi konseling yang diberikan dibuktikan dengan adanya perubahan dalam pola makan dan
pemahaman materi.

B. Saran
1. Keluarga pasien harus memberikan motivasi dan dukungan pada pasien untuk melakukan
diet yang diberikan dengan baik untuk mempercepat proses kesembuhan pasien.
2. Keluarga pasien seharusnya berkonsultasi langsung dengan ahli gizi sehubungan dengan diet
yang harus dijalani oleh pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Andry Hartono. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Arif M, Mansjoer,dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Askandar Tjokroprawiro, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga University
Press.
Cornelia. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta : PT Abadi.
Depkes. 2005. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes.
PDGKI. 2008. Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta.
Prodjosudjadi, W. 2006. Incidence, Prevalence, Treatment and Cost of End-Stage Renal Disease.
Ethnicity & Disease, 16 (1), 14-16.
Sulistyorini, SST, Dkk. 2007. Buku Pedoman Diet. Malang : Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik, Edisi III, Bandung : Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK. UNPAD/RS Hasan Sadikin
Sunita Almatsier. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sylvia Escott-Stump. 2008. Nutrition and Diagnosis Related Care. Jakarta.

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Level


GDP 141 mg/dl 60 - 100 mg/dl N
GDS 26 mg/dl < 200 mg/dl N
Hb 7,0 g/dl 11 16.5 g/dl N
MCV 79 80 9,7 N
MCH 24 26,5 33.5
MCHC 30,4 31,5 35,0 N
Hematokrit 21,5 35 50 N
15 Juni Kalium 3,7 mmol/L 3.5-5 mmol/L T
2011 Ureum 106,5 mg.dl 10-50 mg/dl N
Kreatinin 2,79 mg/dl 0.7-1.5 mg/dl N
Na 127 mg/dl 136 - 145 mg/dl R
As. Urat 14,7 mg/dl 2 - 6 mg/dl R
Clorida 95 mg/dl 98 - 106 mg/dl N
K. Total 82 mg/dl 130 - 220 mg/dl N
HDL 28 mg/dl > 50 mg/dl N
LDL 46 mg/dl < 150 mg/dl

Anda mungkin juga menyukai