e-Leadership 43 -- 25/03/2009
DAFTAR ISI
EDITORIAL
ARTIKEL: Seni Memotivasi Orang Lain
ARTIKEL TERKAIT: Artikel Seputar Motivasi dan Pengenalan Diri
KUTIPAN
JELAJAH BUKU: My Father`s Business (Pedoman untuk Meraih Sukses
dalam Pelayanan dan Bisnis)
PERISTIWA
==================================**==================================
EDITORIAL
Shalom!
Seperti yang telah kami janjikan pada edisi lalu, melalui edisi
e-Leadership bagian kedua bulan Maret ini, kita akan sama-sama
belajar mengenai seni memotivasi orang lain.
==================================**==================================
ARTIKEL
Anak saya, Ron, menjadi pemain hoki saat dia duduk di bangku SMA dan
universitas. Saya tidak akan pernah melupakan salah satu
pertandingan yang dimainkannya. Dalam dua babak pertama, dia dan
timnya bermain sangat buruk. Mereka tampak lambat meluncur di atas
es; tidak agresif baik dalam bertahan maupun menyerang, dan tidak
mampu mencetak skor.
Namun, sekembalinya mereka dari ruang ganti pada akhir babak kedua,
mereka menjadi tim yang sangat berbeda. Mereka bermain cepat dan
agresif. Mereka mencetak empat gol dan akhirnya memenangkan
pertandingan dengan keunggulan satu angka.
Saat saya berjalan ke ruang ganti untuk memberi selamat kepada tim
dan anak saya -- yang mencetak dua gol -- saya memikirkan perbedaan
besar antara dua babak pertama dan babak akhir pertandingan. Mereka
adalah pemain yang sama, yang kemampuannya juga sama, serta
menghadapi lawan yang sama. Namun, cara mereka bermain di kedua
babak pertama dan babak akhir pertandingan itu berbeda.
Saya bertanya pada anak saya apa yang membuat perbedaan itu. Ia
berkata, "Kami berdiskusi sedikit. Karena beberapa hal, kami belum
panas di awal pertandingan, namun kami benar-benar termotivasi pada
saat babak ketiga dimulai dan akhirnya dapat memenangkan
pertandingan."
MENDEFINISIKAN MOTIVASI
Saat Ron mandi dan mengemasi alat hokinya, saya berdiskusi dengan
pelatihnya tentang pentingnya motivasi dalam membantu timnya
melakukan yang terbaik. Dia berkata, "Yang menakjubkan dari motivasi
adalah apa yang berhasil diterapkan pada suatu waktu kepada
seseorang atau kelompok, biasanya tidak akan berhasil diterapkan
pada waktu yang lain." Ia telah melatih siswa SMA selama lebih dari
10 tahun. Ia menjelaskan bahwa persiapan mental adalah sama
pentingnya dengan peningkatan keterampilan dan persiapan fisik dalam
olahraga.
Perkataan pelatih itu benar, dan berlaku juga dalam segala aspek
kehidupan. Motivasi berhubungan dengan persiapan mental seseorang
atau kelompok. Kebanyakan pemimpin mengerti pentingnya mengajar para
pengikut mereka dasar-dasar tugas mereka, namun kebanyakan dari
mereka berhenti sampai di situ saja dan gagal membantu para
pengikutnya siap secara mental.
PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI
Mustahil bagi Anda untuk memotivasi orang lain. Anda tidak bisa
memotivasi orang lain. Anda dapat menjelaskan perlunya motivasi dan
membantu menciptakan lingkungan yang memotivasi, namun motivasi
berasal dari dalam diri setiap pengikut.
Tujuan adalah apa yang memotivasi Anda untuk bertindak, begitu juga
dengan sasaran. Tujuan berbicara tentang mengapa saya melakukan apa
yang saya lakukan, dan sasaran berbicara tentang apa yang akan saya
lakukan, seberapa banyak yang harus saya lakukan, dan kapan apa yang
saya lakukan itu selesai. Seperti tujuan, sasaran harus memainkan
peran penting dalam memotivasi kita untuk bertindak.
Kita harus selalu mengingat bahwa gereja kita ada bukan untuk
kepentingan para pemimpin kita; para pemimpin itu ada untuk
kepentingan gereja kita. Pemimpin Kristen yang menggunakan gereja
sebagai platform untuk mempromosikan sasaran pribadi tak ubahnya
seperti orang-orang Yahudi yang Yesus sebutkan di Matius 20:25, yang
memerintah para pengikutnya dengan tangan besi. Banyak pemimpin di
gereja yang mengunakan jemaatnya untuk mencapai sasaran pribadi
mereka sendiri, bukannya melayani jemaat dengan membantu mereka
mengenali sasaran yang memungkinkan mereka untuk menggunakan talenta
mereka. Gereja kita dipenuhi dengan orang-orang dengan talenta yang
berlimpah yang tidak digunakan karena tidak ada yang menyingkapkan
talenta mereka dan membantu mereka menetapkan sasaran untuk
menggunakan talenta itu dalam usaha memenuhi tujuan gereja. Setiap
orang harus merasa dibutuhkan dan berkontribusi.
3. Masuk Akal
Bantu mereka mengembangkan sudut pandang yang benar akan Allah dan
kuasa-Nya. Memahami kuasa Allah adalah kunci penting motivasi
pribadi. Yeremia menulis tentang kuasa Allah, "Ah, Tuhan ALLAH!
Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan
kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada
suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!" (Yeremia 32:17). Tidak ada
yang terlalu sulit bagi Allah! Menyadari hal itu adalah sumber
motivasi yang sangat baik.
Efesus 3:20 menjelaskan kuasa Allah yang diberikan pada kita: "Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita
doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja
di dalam kita." Kebenaran alkitabiah yang luar biasa ini membantu
saya tetap termotivasi dalam menjalani masa-masa sulit dalam hidup.
Kita bukan hanya anak-anak Allah; namun kita juga memiliki hak
istimewa atas segala milik-Nya. Kesadaran saya akan posisi saya
sebagai anak Allah sangat membantu saya untuk menjadi termotivasi.
Jika Anda merasa kecil hati dan patah semangat, saya menantang Anda
untuk meluangkan waktu sehari merenungkan Efesus 3:20 dan
Roma 8:16-17. Anda akan kagum bagaimana kebenaran-kebenaran itu akan
memotivasi Anda untuk lebih beriman kepada Allah dan bertindak
positif dalam segala permasalahan hidup.
Sungguh suatu penyataan yang motivasional! Saat saya baca ayat itu,
saya selalu teringat akan pelatih basket saya yang mengatakan, "Jika
kamu terus berlatih, suatu hari nanti kamu akan lebih hebat daripada
saya." Saya tidak pernah melupakan dampak dari perkataannya. Saya
pikir, "Wow, jika saya dapat lebih hebat daripada dia hanya dengan
terus berlatih, maka saya akan terus berlatih."
Jika Anda ingin para pengikut Anda termotivasi, biarkan mereka tahu
betapa mereka sangat penting.
Berikan respons yang tepat. Respons yang tepat meliputi pujian untuk
pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan kritik yang membangun.
Perumpamaan tentang talenta di Matius 25 memberikan gambaran
prinsip-prinsip yang sangat baik dalam memberikan respons yang
tepat. Dalam perumpamaan ini, sang tuan pergi dan memercayakan
hartanya kepada hamba-hambanya. Saat sang tuan pulang untuk memuji,
mempromosikan, dan memberi bonus kepada dua hamba yang selama
ditinggal pergi telah produktif, ia memberikan kritikan membangun
pada salah seorang hambanya yang tidak produktif dan kemudian
memecatnya.