Anda di halaman 1dari 3

Belajar dari Burung (2)

Ayat bacaan: Ayub 39:29-30


======================
"Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke
selatan? Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya
di tempat yang tinggi?"

Kemarin saya mengambil ilustrasi sekumpulan angsa yang sedang berpindah ke


daerah baru, dimana mereka terbang dengan membentuk formasi seperti huruf "V".
Ini sebuah kebesaran Tuhan yang ternyata telah mendesain segala sesuatunya sebagai
rancangan yang terbaik bagi ciptaanNya di muka bumi ini. Apa yang dilakukan
kelompok angsa terbang itu sungguh menarik untuk kita perhatikan. Dalam formasi V,
burung yang terdepan bertugas sebagai pemimpin yang harus membelah hambatan
udara sehingga angsa-angsa lainnya yang terbang di belakangnya akan lebih mudah
untuk melewatinya. Apabila angsa yang di depan lelah, maka salah satu angsa akan
menggantikannya dan demikian seterusnya. Angsa-angsa ini menunjukkan sebuah
kerjasama yang efisien yang akan sangat berguna dalam menempuh perjalanan
panjang. Mereka juga tidak suka terbang sendiri-sendiri karena ada resiko tersesat dan
bahaya di perjalanan yang mungkin menimpa mereka.

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus bisa belajar dari binatang termasuk
burun-burung yang di udara. (Ayub 12:7). Meski kita lebih berhikmat dan lebih
berharga ketimbang burung, namun tetap saja ada banyak hal yang bisa kita pelajari
dari pola kehidupan berbagai jenis burung. Hari ini saya mengambil salah satu bagian
dari teguran Tuhan kepada Ayub atas keluhan-keluhannya yang tidak berkenan bagi
Tuhan. Tuhan bertanya kepada Ayub demikian: "Oleh pengertianmukah burung elang
terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan? Atas perintahmukah rajawali
terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?" (Ayub 39:29-
30). Kira-kira Tuhan mengatakan seperti ini: "hai Ayub, apakah engkau (atau
manusia) yang mengajarkan elang untuk terbang atau rajawali agar membangun
sarang di tempat tinggi? Bukankah itu berasal daripadaKu?" Jelas, berbagai sifat-
sifat atau perilaku istimewa hewan itu, termasuk burung elang, rajawali atau angsa
dalam ilustrasi di atas adalah salah satu bukti kekuasaan Tuhan di alam semesta. Oleh
sebab itulah kita bisa belajar dari berbagai pola kehidupan yang ditunjukkan oleh
burung-burung. Mari kita lihat beberapa di antaranya.

1. Kerajinan dan kerja keras


Sepintas kita mengira bahwa burung itu sangat santai, namun kenyataannya sama
sekali tidak demikian. Alkitab memang mencatat bahwa burung-burung pun ada
dalam pemeliharaan Tuhan, seperti yang digambarkan Yesus lewat burung pipit
(Matius 10:29-31) atau ayat bacaan kita hari ini dari kitab Ayub. Namun itu bukan
berarti bahwa burung akan ongkang-ongkang kaki tanpa perlu bekerja. Lihat
bagaimana burung-burung ini harus mengumpulkan biji-bijian sebagai makanan ke
sarangnya. Burung tetap harus keluar dari sarang yang nyaman dan menempuh
berbagai tantangan bahkan situasi sulit agar bisa makan dan mencukupi keluarganya.
Bagaimana dengan kepak sayap rajawali? Untuk bisa melayang bebas dengan gemulai
di atas sana burung ini harus terlebih dahulu mengepakkan sayapnya sekuat tenaga
melawan angin bahkan badai hingga bisa mencapai sebuah ketinggian tertentu.
Seringkali burung harus bermigrasi agar mampu memperoleh lingkungan yang baik
untuk tinggal dan untuk makan jika tempatnya sekarang tidak lagi layak. Itu pun
membutuhkan kerja keras.

Tuhan sendiri selalu mengajarkan kita untuk bekerja keras. Bahkan pesan ini termasuk
pesan yang cukup keras karena firman Tuhan berkata: "jika seorang tidak mau
bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Salah satu janji berkat Tuhan
kepada orang-orang yang mendengarkan suara Tuhan dan melakukan dengan setia
segala perintahNya berbunyi: "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau
di ladang." (Ulangan 28:3). Ladang berbicara tentang pekerjaan kita. Tuhan siap
memberkati anak-anakNya yang rajin bekerja, sebaliknya Tuhan sangat tidak
menyukai pemalas. Karena itu tidak akan ada berkat bagi orang yang malas. "Oleh
karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah
rumah." (Pengkotbah 10:18). Di mata Tuhan seorang pemalas sama saja buruknya
dengan orang yang suka merusak. (Amsal 18:9). Dan ada banyak lagi ayat yang
menyebutkan teguran atau kerugian yang akan diderita oleh si pemalas.

2. Ketekunan
Pernahkah anda memperhatikan burung membangun sarangnya? Ia mengumpulkan
ranting-ranting dan berbagai bahan lainnya satu persatu, agar ia bisa tinggal layak
bersama keluarganya, juga menyediakan tempat bagi pasangannya untuk bertelur.
Ranting-ranting itu tidak selalu tersedia dekat, jadi burung seringkali harus terbang
jauh untu mengumpulkan satu demi satu. Bagaimana jika hancur terkena angin
kencang, dirusak hewan lain atau manusia? Burung akan kembali membangun ulang
sarangnya agar pasangannya bisa bertelur. Semua itu selain menggambarkan kerja
keras juga terutama menggambarkan ketekunan. Ini pun bisa kita pelajari dari burung.

Selain menjadi orang rajin, Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang yang tekun.
Mengapa demikian? Karena rajin tanpa disertai ketekunan belumlah cukup
untuk menerima semua berkat yang dijanjikan Tuhan. Seringkali kita harus
mampu bersabar terlebih dahulu menghadapi berbagai hal dan terus tekun dalam
mengikuti firman-firmanNya sebelum bisa dipercaya untuk sesuatu yang besar.
Penulis Ibrani menulis "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu
melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani
10:36). Seperti yang pernah saya bahas dalam renungan terdahulu, kata "ketekunan"
dalam ayat ini diartikan sebagai "steadfast patience and endurance" artinya kira-kira
"secara konstan dan setia dalam kesabaran dan ketahanan" dalam versi Amplified
Bible. Paulus menjabarkan mengapa kita memerlukan ketekunan. "..ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan
tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh
Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:4-5) Semua hanyalah
akan sia-sia jika kita tidak memiliki ketekunan.

3. Bekerja sama
Ini salah satu sifat burung lainnya yang sangat penting kita teladani. Dari ilustrasi
angsa terbang di atas kita melihat bahwa mereka cenderung terbang berkelompok.
Tidak hanya angsa, tapi kebanyakan burung-burung lainnya pun akan demikian jika
mereka harus berpindah ke tempat lain yang jauh jaraknya, mungkin sampai ke
belahan dunia lain. Dalam melakukan perjalanan jauh ini mereka terbang beriringan
ramai-ramai karena beberapa tujuan. Salah satunya seperti gambaran di atas, untuk
efisiensi tenaga, membelah hambatan udara secara bergantian. Selain itu juga agar
mereka bisa saling melindungi dalam perjalanan, kemudian yang tidak kalah
pentingnya adalah agar tidak tersesat. Ini bentuk "teamwork" yang luar biasa dari
kumpulan burung yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Demikian pula kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling membantu dan
saling membangun agar tujuan kita bisa tercapai. Ini adalah sebuah hal yang sangat
penting untuk dicermati, karena kenyataannya ada banyak orang yang selalu hidup
dengan saling curiga dan penuh dengan buruk sangka. Egoisme sering menguasai
kedagingan sehingga sulit rasanya untuk bekerjasama dengan orang lain. Jika itu saja
sulit, apalagi rela meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk membantu sesama.
Padahal firman Tuhan dengan tegas berkata: "Bertolong-tolonganlah menanggung
bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2) Tidak main-
main, bertolong-tolongan atau bekerja sama ini merupakan sebuah pesan penting
karena dengan saling tolong menolong artinya kita memenuhi hukum Kristus akan
kasih. Bagi kita yang kuat wajib menolong yang lemah dan tidak hanya terpusat pada
kepentingan diri sendiri. Justu kepentingan orang lain harus kita utamakan. "Kita,
yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita
mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari
kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (Roma 15:1-2)
Saling tolong menolong ini pun menjadi sebuah keharusan untuk dijadikan bagian
hidup oleh orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan. "Hendaklah kamu selalu
rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
membantu." (Efesus 4:2).

Tiga hal di atas baru sebagian dari hal-hal yang bisa kita teladani dari pola hidup
burung. Kita diciptakan dengan hikmat yang lebih tinggi dari burung (Ayub 35:11),
ditetapkan untuk berkuasa atasnya (Kejadian 1:28), diciptakan menurut rupa Allah
sendiri (Kejadian 1:26) bahkan juga dikatakan mulia (Yesaya 43:4). Jika demikian,
alangkah ironis ketika burung bisa menunjukkan etos yang sangat baik seperti di atas,
sementara kita sebagai manusia yang unggul segala-galanya malah bersikap
sebaliknya. Malas, cepat menyerah/gampang putus asa dan penuh rasa curiga.
Alangkah ironisnya ketika burung menunjukkan sebuah kebersatuan yang harmonis
dan dinamis, saling membangun dan saling menguntungkan, kita malah terus saling
menghancurkan satu sama lain dan sulit sekali untuk bertumbuh bersama-sama.
Mengapa saya mengambil ilustrasi angsa dalam dua renungan? Karena ketiga hal
yang bisa kita pelajari dari seekor burung di atas bisa tercermin dari hal tersebut.
Ketika angsa-angsa itu terbang membentuk formasi, disana ada kerajinan dan kerja
keras, ketekunan serta kerja sama. Jika anda melihat burung hari ini, pandanglah ia
dari sudut pandang yang baru. Burung memang diciptakan indah, namun ternyata ada
banyak hal yang bisa kita pelajari darinya. Sungguh Tuhan kita luar biasa!

Dari burung kita bisa belajar mengenai kerajinan, kerja keras dan ketekunan

Anda mungkin juga menyukai