Anda di halaman 1dari 15

Status Ujian Akhir Stase

Ilmu Kesehatan Jiwa

Penguji :
dr. H. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ.

Oleh :
Betharlitha Maharlika (2012730018)

STASE ILMU KESEHATAN JIWA


KEPANITERAAN KLINIK RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. FM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Pangkalan Brandan, 7 April 1980
Alamat : Jatiwaringin, Bekasi
Usia : 36 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku Bangsa : Madura
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Tanggal masuk RS : 7 Januari 2017

Autoanamnesis dilakukan di Ruang Perawatan Laki-laki RS Jiwa Islam Klender pada :


Sabtu, 7 Januari 2017, pukul 15.30 17.00 WIB
Senin, 7 Januari 2017, pukul 09.00 11.00 WIB
Selasa, 29 Maret 2016, pukul 10.00 11.30 WIB
Rabu, 30 Maret 2016, pukul 14.00 15.00 WIB

Alloanamnesis dilakukan di Ruang Tunggu Poliklinik RS Jiwa Islam Klender pada Minggu,
27 Maret 2016, pukul 13.30 15.00 WIB dengan :
- Suami pasien, Tn. Sugandi (43 Tahun), Tidak Bekerja.

Alloanamnesis dilakukan melalui telefon pada Senin, 28 Maret 2016, pukul 10.00 10.30
dan 12.30 13.00 dengan :
- Anak pasien, An. Yana (19 Tahun), Mahasiswa.
- Ibu pasien, Ny. Suyati (60 Tahun), Guru Taman Kanak.
- Paman pasien, Tn. Rusmadi (65 Tahun), Tidak Bekerja.

2. Keluhan Utama
Pasien gelisah, marah-marah, mengamuk dengan membanting barang barang di rumah
sejak seminggu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS).

3. Riwayat Gangguan Sekarang


Tiga bulan SMRS, pasien merasa lelah dan bosan karena harus meminum obat terus
menerus namun pasien merasa kondisinya tidak kunjung membaik. Pasien merasa kesal
karena merasa sering mengantuk setelah minum obat padahal pasien ingin menonton TV dan
ingin main game. Pasien juga merasa sering terbangun di malam hari saat pasien tidur. Hal
tersebut diakui pasien terjadi apabila pasien meminum obat yang diberikan oleh dr. Prasila
Sp.KJ. Mulai sejak itu pasien tidak lagi meminum obatnya secara rutin. Menurut ayah pasien,
apabila diberi obat pasien akan membuangnya dan akan marah jika ayahnya memaksa.
Menurut ayah pasien juga, semenjak itu pasien terlihat semakin sulit untuk merawat diri.
Pasien malas untuk mandi, gosok gigi dan tidak mau mengganti pakaiannya selama berhari-
hari.
Satu bulan SMRS, pasien merasa dapat mendengar lagi suara bisikan-bisikan yang
mengatakan jangan melakukan ini atau itu setiap dia melakukan sesuatu, namun pasien
tidak dapat menemukan dari mana sumber suara tersebut. Pasien juga merasa melihat sebuah
bayangan seperti ular di dalam rumahnya, namun saat pasien mendekati ternyata tidak
tampak apa-apa. Pasien juga mengaku sering mencium bau bunga melati saat sedang
berkeliling rumahnya. Selama ini pasien juga merasa bahwa ayahnya memiliki niat jahat
yang ditujukan kepada pasien karena telah mengambil sesuatu dari diri pasien. Namun pasien
tidak mau menjelaskan apa sesuatu yang dimaksud tersebut. Pasien juga merasa pikirannya
dikendalikan oleh seseorang, sehingga pasien merasa sulit untuk melakukan kegiatan sehari-
hari namun pasien tidak mengetahui siapa orang tersebut.
Dua minggu SMRS menurut ayah, pasien sering keluar rumah mengendarai sepedah
mengelilingi komplek perumahannya dan tidak menggunakan pakaian. Pasien sudah ditegur
oleh ayahnya namun keesokan harinya pasien berkeliling naik sepedah tanpa berpakaian
kembali. Setelah itu juga pasien meletakan sepedahnya dipinggir jalan di dekat rumahnya dan
tidak mengunci pagar rumah kembali setelah pulang. Pasien juga merusak plastik penutup
pagar rumahnya dengan cara menarik-nariknya apabila pasien merasa bosan. Meskipun ayah
pasien sudah membetulkannya, pasien selalu merusaknya kembali. Sehingga ayahnya merasa
lelah.
Satu minggu SMRS, pasien mulai tampak gelisah dan sering marah-marah kepada ayah
pasien. Pasien sering membentak ayah pasien dan tidak mau mendengar perkataan ayahnya.
Pasien juga mulai membanting barang-barang yang ada di rumahnya seperti raket dan remot
TV. Pasien memukul-mukulkan raket tersebut ke kursi dan pajangan-pajangan miniatur yang
ada di rumahnya hingga hancur. Karena hal tersebut ayah pasien meminta kakak laki-laki
pasien untuk menemaninya mengantarkan pasien ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Saat ini pasien merasa sedih karena sudah dimasukan ke Rumah Sakit oleh ayahnya.
Namun pasien menyangkal merasakan kesedihan yang mendalam ataupun kehilangan minat
dan energinya. Pasien juga menyangkal pernah mengalami perasaan gembira yang meluap-
luap. Pasien juga beranggapan bahwa kondisi pasien saat ini baik-baik saja.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a. Psikiatrik
Menurut ayah pasien, ini merupakan kedua kalinya pasien di rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender. Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan ataupun
masalah dengan kejiwaan yang serupa. Pada tahun 2005, Pasien merasa memiliki
tekanan yang berat dikarenakan akan mengikuti sidang skripsi. Pasien merasa pusing
memikirkan tugas skripsi yang dirasa sanagt sulit. Pasien menjadi ebih banyak diam,
tampak bingung, dan sering melamun. Pada saat itu pasien diantar oleh ayahnya untuk
pergi ke kampus namun saat berada di kantin tiba-tiba pasien membaringkan badannya
di lantai kantin dan berpura-pura pingsan. Ayah pasien kemudian membawanya ke
Rumah Sakit Gatot subroto namun di rujuk ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender. Pasien
dirawat selama 2 minggu oleh Alm. dr. Suwondo Sp.KJ. Pasien merasa sering
mendengar bisikan suara laki-laki dan perempuan yang menyuruhnya untuk melakukan
sesuatu. Pasien juga merasa dapat melihat hantu di sekitar rumahnya. Setelah pulang
dari Rumah Sakit pasien mengikuti sidang skripsi dan dapat lulus dengan nilai baik.
Namun pasien masih sering berdiam diri di rumah.
Selama tahun 2005 hingga 2016, pasien berobat jalan di Rumah Sakit Harum dan
pernah dirawat oleh beberapa dokter seperti dr. Suwondo Sp.KJ, dr. Lia Sp.KJ, dr.
Yunisa Sp.KJ dan dr. Prasila S.KJ. Pasien selama ini mendapatkan obat Haloperidol,
Amitriptilin dan Triheksipenidil. Namun terakhir pasien meminta dokter untuk
mengganti obatnya dan diberikan obat Clozapine. Selama mengkonsumsi obat-obat
tersebut pasien tidak pernah mengeluhkan gejala-gejala efek samping dari obat tersebut.
Selama ini pasien hanya diam di rumah, tampak sering mondar-mandir didalam
rumah, sering membanting barang-barang yang ada di rumah dan sulit diatur. Pasien
sering marah jika ditegur oleh ayahnya. Pasien juga merasa bahwa pasien dapat
memiliki pirasat-pirasat dari Allah mengenai kejadian yang akan datang. Pasien
mengaku mengetahui akan terjadi gempa ataupun tsunami yang terjadi di Aceh pada
tahun 2006 dan 2016 lalu. Pasien beranggapan bahwa pasien memiliki kekuatan lebih
yang tidak dimiliki orang lain sehingga mendapatkan petunjuk tersebut.
b. Medik
Pasien tidak memiliki gangguan medik sebelumnya. Riwayat Hipertensi (-),
Diabetes Melitus (-), Trauma kepala berat (-), kejang (-), tumor kepala (-).

c. Penggunaan NAPZA
Pasien merupakan perokok, dapat menghabiskan rokok 2 bungkus perhari. Pasien
juga mengaku pernah mengkonsumsi alkohol dan ganja sebanyak 1 kali pada saat acara
perpisahan SMA pasien. Namun menurut pengakuan pasien, pasien sudah tidak pernah
melakukannya kembali.

5. Riwayat Kehidupan
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan seorang anak yang diharapkan, Pasien dikandung cukup bulan,
pasien dilahirkan di pangkalan brandan secara normal dan ditolong oleh tenaga
medis, namun pernah ada kesulitan saat memulai persalinan. Tetapi tidak ada
masalah setelah kelahiran pasien.
b. Masa Kanak Awal (0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu pasien, dan mendapat asi sampai usia 2 tahun. Pasien tumbuh
dan kembang seperti anak seusianya. Tidak ada masalah dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Jarak antara pasien dengan kakak pertama pasien 10 tahun dan
dengan kakak kedua pasien 7 tahun.
c. Masa Kanak Pertengahan (3 11 tahun)
Pada saat usia pasien 4 tahun, keluarga pasien pindah ke Cirebon. Pasien
merupakan seorang anak yang pendiam. Pasien lebih sering berada di rumah
bersama dengan ibu pasien. Pasien sering bermain dengan kedua kakaknya namun
jarang bermain keluar dengan teman teman sebayanya. Pada saat usia pasien 8
tahun keluarga pasien pindah kembali ke Palangkaraya sehingga pasien juga pindah
sekolah. Selama di Sekolah Dasar (SD), prestasi pasien tergolong biasa-biasa saja.
Pasien juga bukan merupakan anak yang menonjol di seklahnya
d. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pada saat pasien berusia 12 tahun, keluarga pasien pindah ke Jatiwaringin dan
menetap sampai sekarang. Pada saat itu pasien masih pendiam, jarang berbicara
dengan ayah pasien ataupun orang lainnya. Pasien hanya dekat dengan ibunya dan
sering tidur dengan ibunya sampai usia sekolah SMA. Pasien tidak pernah meminta
dibelikan sesuatu oleh orang tuanya, jika ada masalah suka dipendam sendiri, pasien
merasa tidak ingin berbicara kepada orang lain tentang masalahnya. Saat SMA
pasien mulai mencoba untuk berbaur dengan teman-temannya, namun pasien masih
sering berdiam diri di rumahnya.

e. Masa Dewasa
- Riwayat Pendidikan
Pasien memiliki pendidikan terakhir Strata 1 Sarjana Management Ekonomi.
Sebelumnya pasien mengambil jurusan keuangan, namun setelah 1 tahun
kuliah pasien merasa tidak sanggup melanjutkan kuliah karena materinya
terlalu sulit sehingga pasien meminta pindah jurusan management. Setelah
kuliah management selama 2 tahun pasien juga sempat meminta pindah
jurusan ke ayahnya dengan alasan yang sama namun tidak diperbolehkan oleh
ayahnya. Dan pasien melanjutkan kuliahnya kembali sampai selesai.
- Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus sarjana pada tahun 2006, pasien tidak pernah bekerja. Pasien
tidak mau bekerja meskipun sudah dicerikan pekerjaan oleh ayahnya.
- Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah. Selama ini pasien tidak pernah memiliki hubungan
dengan perempuan. Pasien merasa sulit untuk memulai pembicaraan dan
hubungan dengan perempuan. Pasien juga takut untuk menikah. Pasien
beranggapan bahwa jika menikah pasien akan meninggal. Menurut ayah
pasien, hal tersebut terjadi karena pasien sangat dekat dengan ibu pasien.
- Riwayat Agama
Pasien dibesarkan dengan agama Islam. Pasien mendapatkan pendidikan
agama yang baik. Namun pasien jarang melakukan shalat wajib, terutama solat
subuh dan isya.
- Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien tidak pernah mendapatkan atau
melakukan pelecehan seksual.
- Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien jarang keluar rumah dan hanya memiliki bebrapa teman di sekitar
rumahnya maupun di tempat kuliahnya. Saat ini pasien merasa putus telah
hubungan dengan teman-teman dekatnya hingga sekarang. Pasien lebih sering
dengan ibunya dan masih tidur dengan ibunya hingga dewasa.

f. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Pasien dilahirkan dalam
keluarga sederhana. Ayah dan ibu pasien merupakan pasangan yang harmonis dan
sangat menyayangi anak-anaknya, namun pada saat kanak-kanak pasien kurang
berkomunikasi dengan ayah pasien karena sibuk bekerja. Keluarga pasien sering
berpindah tempat tinggal karena penugasan kerja ayahnya yang tidak menetap.
Ayah pasien merupakan pensiunan pegawai pertamina dan ibu pasien seorang ibu
rumah tangga. Pasien sangat dekat dengan ibu pasien namun ibu pasien sudah
meninggal pada tahun 2013. Saat itu pasien merasa sangat kehilangan dan tidak
pernah mengunjungi makam ibunya karena takut dan merasa bahwa ibunya
membawa sebagian dari kehidupannya. Pasien memiliki hubungan baik dengan
kedua kakaknya. Tidak pernah memiliki dendam maupun masalah.
g. Situasi kehidupan sosial sekarang
Saat ini, pasien hanya tinggal berdua dengan ayah pasien. Sehari-hari pasien
hanya berdiam diri di rumah dan bermain game atau menonton TV. Jadi pasien
tidak banyak kegiatan dan bersosialisasi ke lingkungannya. Kakak pasien yang
pertama sering mengunjunginya ketika akhir pekan. Kegiatan sehari-hari
dilakukan sendiri oleh pasien dan ayahnya. Tidak ada pembantu maupun supir di
rumahnya.

STATUS MENTAL
Dilakukan pemerikasaan pada Sabtu, 7 Januari 2017, pukul 15.30 17.00 WIB
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien laki-laki dengan tampilan sesuai dengan usianya, tinggi badan sekitar
170cm, berpakaian cukup rapi dengan memakai baju berwarna hijau dan celana
amri selutut, pasien tampak kurus, kulit berwarna sawo matang, kuku kaki dan
tangan panjang, tampak kotor. Gigi pasien tampak karies seluruhnya.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Sebelum diwawancara, pasien tampak duduk sendiri di ruang bangsal laki-laki
RSJ Islam Klender. Saat diwawancara, pasien tampak duduk tenang, sesekali
melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Kadag pasien mengetuk ngetukan
kakinya ke lantai. Setelah dilakukan wawancara, pasien duduk kembali diruang
bangsal pria.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif terhadap pemeriksa, sopan, dan menjawab pertanyaan
dengan baik.
2. Pembicaraan
a. Volume : sedang
b. Irama : Teratur
c. Intonasi : Sedang
d. Artikulasi : Jelas

3. Mood dan Afek


a. Mood : Hipotimik
b. Afek : Menyempit
c. Keserasian afek : Serasi
4. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Auditorik (+), Visual (+), Olfaktori (+)
- Ilusi : tidak ada.
- Depersonalisasi : tidak ada.
- Derealisasi : tidak ada.
5. Gangguan Pikiran
a. Proses dan bentuk pikir
Produktivitas : Cukup Ide
Kontinuitas : Koheren
Hendaya Bahasa : Tidak ada
b. Isi pikir
Ide Referensi : Tidak ada
Waham Kejar : Pasien merasa bahwa ayahnya memiliki niat jahat
terhadapnya.
Preokupasi : Tidak ada
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
6. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran
E4V5M6 (composmentis)
b. Orientasi
- Waktu : Baik (pasien mengetahui perkiraan waktu dilakukan
wawancara sekitar sore hari)
- Tempat : Baik (pasien mengetahui bahwa sekarang sedang berada di RS
Jiwa)
- Orang : Baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter
muda dan dapat menyebutkan beberapa nama pasien)
c. Daya ingat
- Segera : Baik (menyebutkan 3 benda pewawancara sebutkan)
- Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi)
- Jangka sedang : Baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk RS)
- Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tahun kelahirannya dan
masa kecilnya)
d. Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi baik, pasien dapat dapat mengeja kata DUNIA dan dapat mengeja
dari belakang.
e. Kemampuan tulis dan baca
Kemampuan menulis baik, pasien dapat menulis riwayat pendidikan dan hal-hal
kreatif yang ia punyai dan dapat membaca tulisan tsb dengan baik.
f. Kemampuan visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambar dua buah persegi lima berhimpitan.
g. Pikiran abstrak
Baik. Pasien mengetahui arti dari peribahasa Ada udang dibalik batu yang
artinya seseorang yang ada maksud tertentu.
h. Intelegensia dan kemampuan informasi
Baik. Pasien mengetahui bahwa Presiden RI adalah Joko Widodo, dan dapat
mengetahui bahwa RSJI Klender berada di Jakarta Timur.
7. Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik.
8. Daya nilai
Pasien tahu bahwa mengembalikan dompet yang terjatuh adalah perbuatan baik.
Pasien apabila menemukan dompet akan ia cari KTP nya dan akan diantarkan ke
rumahnya.
9. Reality Testing of Ability (RTA)
RTA terganggu.
10. Tilikan
Tilikan derajat 1. Pasien merasa baik baik saja dan sedang tidak ada masalah dengan
kejiwaannya.
11. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
STATUS FISIK GENERALIS
Keadaan umum : Baik, Composmentis
Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : (sulit dinilai)
Kepala : normocephal
Thorax
Paru : vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, BU +
Ekstremitas : hangat +/+, CRT , 2 detik +/+.

STATUS NEUROLOGI
Gangguan Rangsang Meningeal : tidak ada
Mata
Gerakan : baik ke segala arah
Visus : baik
Bentuk Pupil : bulat, isokor
Rangsang Cahaya : +/+
Motorik
Tonus : dalam batas normal
Kekuatan : dalam batas normal
Koordinasi : dalam batas normal
Refleks : dalam batas normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memikirkan keadaan ekonomi keluarga dan
biaya pendidikan anak-anak, pasien menjadi lebih pendiam dari biasanya sejak empat belas
hari SMRS dan pasien merasa banyak hal yang sedang dipikirkan, tetapi pasien masih dapat
mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Tujuh hari SMRS, saat pasien sampai di
Purbalingga, pasien tidak mencium tangan suaminya untuk bersalaman, dan menjadi lebih
diam dengan suaminya dengan menunjukkan ketidaksukaannya dengan suaminya. Tiga hari
SMRS, pasien menjadi lebih pendiam dengan semua orang, rasa perduli terhadap keadaan
sekitar berkurang, pasien sering terlihat menyendiri, sedih, jarang makan, dan ketika diajak
berbicara pasien hanya berbicara sangat sedikit. Dua hari SMRS, keadaan pasien semakin
aneh, pasien sering keluar rumah, didepan rumah seperti menjaga suaminya agar tidak pergi
kemanapun, pasien selalu curiga kepada suaminya, dia berpikir bahwa suaminya telah
menghianatinya dan berselingkuh dibelakangnya, pasien menganggap bahwa pesan singkat
yang ada di telefon genggam suaminya adalah selingkuhannya, pasien menggendong semua
anak-anak balita disekitar rumahnya, pasien lebih sering shalat tidak pada waktunya, pasien
mendapatkan bisikan sejak satu tahun yang lalu dan kali ini bisikan tersebut menjadi semakin
sering terdengar. Satu hari SMRS, keadaan pasien semakin kacau, berbicara semakin tidak
nyambung, marah-marah kepada suami, selalu ingin keluar rumah, pasien menempelkan
kertas-kertas tempel ke kasur, lemari, dan tembok, pasien membanting salon pengeras suara
kearah jendela, pasien beranggapan bahwa suaminya akan mecelakainya dan ia merasa
bahwa dirinya baik-baik saja.
Pada masa kanak pertengahan, pasien merupakan seorang yang periang, berprestasi, dan
mempunyai banyak teman. Pada masa kanak akir dan remaja, pasien merupakan seorang
yang penyayang dan pasien suka menyimpan masalah sendiri. Pasien tidak pernah bekerja,
pasien menjadi tulang punggung keluarga saat suaminya pensiun dini dengan penghasilan
yang tidak menentu, keadaan ekonomi semakin memburuk sedangkan anak-anak sedang
membutuhkan biaya untuk pendidikan. Sejak menikah, pasien pernah dihianati dan
mendapatkan kekerasan fisik dari suami, yang membuat pasien menjadi seorang yang
pendiam.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan, mood hipotimik, afek terbatas, asosiasi
longgar (+), halusinasi auditorik (+), waham rujukan (+), waham cemburu (+), RTA
terganggu, tilikan derajat I. Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.

FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan psikologis yang secara klinis bermakna
dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (impairment/ disability) dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan fungsi pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.

AKSIS I
Pada pasien didapatkan :
- Gejala psikotik yang nyata terjadi sudah sebelas tahun dan saat ini semakin berat
sehingga mengganggu aspek kehidupan dan kegiatan sehari hari,
- Adanya stressor yaitu beban kuliah yang dirasa sangat sulit, dan pasien akan
menjalankan sidang skripsi.
- Tidak ada penyebab kelainan organik maupun intoksikasi akibat penggunaan
alkohol maupun obat obatan,
- Adanya beberapa jenis halusinasi dan waham yang semakin menonjol dari hari ke
hari,
- Adanya halusinasi auditorik (+), visual (+), olfaktori (+), waham kejar (+)
sehingga pasien ini memenuhi kriteria diagnosis F20.0 Skizfrenia Paranoid
AKSIS II
Pasien tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu; sejak menikah
pasien selalu dilarang oleh suaminya untuk berhubungan dengan keluarga maupun teman-
temannya, sehingga membuat pasien hilang komunikasi dengan teman-temannya, dan
menyimpan semua masalahnya seorang diri.

Pasien hanya memenuhi satu kriteria diatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki ciri kepribadian skizoid.

AKSIS III
Tidak ada gangguan medik umum
AKSIS IV
Suami yang tidak bekerja menjadikan pasien sebagai tulang punggung keluarga
dengan penghasilan yang tidak menentu, sedangkan anak-anak pasien membutuhkan biaya
yang cukup besar untuk pendidikan, sehingga gangguan jiwa yang terjadi pada pasien dapat
diakibatkan oleh masalah ekonomi.
Suami pasien seringkali berbicara kasar kepada pasien dan menuntut pasien untuk
mengikuti keinginan suami, jika tidak dituruti maka suami pasien akan marah. Pasien berpikir
bahwa hal tersebut bukan merupakan contoh yang baik untuk anak-anaknya, sehingga
gangguan jiwa yang terjadi pada pasien dapat diakibatkan oleh masalah keluarga.
AKSIS V
GAF saat diperiksa : 51 60 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)
GAF satu tahun terakhir : 61 70 (beberapa gejala ringan yang menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, namun secara umum masih baik)

EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
AKSIS II : Ciri Kepribadian Skizoid
AKSIS III : Tidak Ada Diagnosis
AKSIS IV : Masalah Ekonomi, membutuhkan biaya untuk pendidikan anak
Masalah Keluarga, mendapatkan perlakuan yang kasar dari suami
AKSIS V : GAF saat diperiksa : 51 - 60
GAF satu tahun terakhir : 61 - 70
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : tidak ada
2. Psikologik
Gangguan Persepsi :
- Halusinasi auditorik : Pasien mendengar bisikan yang mengatakan pasien
untuk shalat dan lebih bersyukur.
Gangguan proses pikir : Asosiasi longgar
Gangguan isi pikir :
- Waham Rujukan : Pasien yakin akan dicelakakan oleh suaminya saat
pasien dibawa ke RSJ Islam Klender
- Waham Cemburu : Pasien yakin bahwa wanita yang mengirimkan pesan
singkat kepada suaminya adalah selingkuhan suaminya
3. Lingkungan dan Faktor Sosial
- Masalah perekonomian akibat suami yang tidak bekerja, penghasilan yang
tidak menentu, dan sedang membutuhkan biaya pendidikan untuk anak.
- Masalah keluarga akibat suami pasien yang sering berkata kasar dan sering
marah terhadap pasien.
RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
Risperidone 2 mg tab; 2 dd tab II

2. Non-psikofarmaka
- Terapi Suportif : Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya
akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara
teratur, menjelaskan pentingnya kontrol ke dokter setelah pulang dari rumah
sakit dan akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat. Pasien juga
didukung mengenai pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga dan penjual alat
bangunan. Disarankan untuk sering berdiskusi dengan keluarga apabila ada
masalah dalam mencari penghasilan maupun permasalahan dengan lingkungan
rumah.
- Terapi berorientasi keluarga : Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai
kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat
mendukung kesembuhan pasien dengan mengingatkan untuk minum obat.
Keluarga terutama suami juga harus diingatkan agar lebih sabar dengan
istrinya, dan lebih mengerti kondisi rumah tangga saat ini agar tidak berbicara
kasar dengan keluarga.
- Terapi spiritual : Pasien disarankan untuk sering beristighfar bila sedang
mendapat ujian dan lebih sabar.

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Santionam : Dubia ad Bonam

Anda mungkin juga menyukai