Anda di halaman 1dari 24

REFRAT MATERI

CA MAMMAE

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Pembimbing : dr. Wicaksono Prabowoso, Sp.B

Disusun oleh :

Hafiz Aria Pratama

H2A012023

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker payudara (Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya disebut


breast cancer merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum
menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi
kemungkinan sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi
karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17.

Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 548.000


mortalitas per tahun kanker payudara terjadi pada wanita (Data WHO, 2008).
Menurut Purnomo (2009) menyatakan bahwa kanker payudara menempati urutan
kedua sesudah kanker rahim pada wanita.kanker payudara adalah kanker dengan
presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%)
pada perempuan di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasartahun 2013,
prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan.
(Kemenkes RI, 2015).

Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebagaimana di kutip


dari profil kesehatan Indonesia tahun 2008, sebanyak 5.207 kasus. Setahun kemudian
pada tahun 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi 7.850 kasus.
Tahun 2006, penderita kanker payudara meningkat menjadi 8.328 kasus dan pada
tahun 2007 sebanyak 8.377. Jumlah penderita kanker payudara tertinggi ada di DKI
Jakarta berjumlah 1200 lebih, disusul Jawa Tengah dan provinsi-provinsi lain di
pulau Jawa.(Depkes RI, 2007).Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya
kejadian kanker di Indonesia yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umumnya
penduduk berusia 15 tahun pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%.
Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi makanan diawetkan
6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8%. Sedangkan
prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2% (Riskesdas tahun 2007).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko
Prodjo, 1995). Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel
sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan
pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995). Kanker payudara adalah
jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran dan jaringan penunjang
payudara. Tingkat insidensi kanker payudara di kalangan wanita adalah 1
berbanding 8.

B. Anatomi Payudara
Secara anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampula, pori pailla dan tepi alveolan. Setiap payudara terdiri dari
15-20 lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan
dengan ukuran payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil
yang disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah
gumpalan mirip buah anggur yang merambat. Alveoli menghasilkan susu
dan subtansi lainnya selama menyusui. Di belakang puting susu pembuluh
lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpangan kecil yang di
sebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan
penghubung mengelingi bola-bola jaringan kelenjar (Sjamsuhidayat, 2004).
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari
cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena
dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran
limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola
adalah melalui sisi lateral menuju aksila, dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Grace & Borley, 2007).

Gambar Anatomi Duktus dan Lobus Payudara (Sumber : Sjamsuhidayat, 2004) Keterangan:
A : Duktus pembesaran A : Sel-sel normal B : Lobulus B : Membran sel C : Bagian duktus
yang di latasi untuk menahan susu C : Lumen D : Puting susu E. Jaringan lemak F : Otot
pektoralis mayor G : Dinding dada

Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus , yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus)
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang danterbenam.

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek


Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Struktur mikroskopis dibagi menjadi 4 yaitu:


a. Alveoli
mengandung sel sel yang mensekresi air susu. Sertiap alveoli dilapisi
oleh sel sel yang mensekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi
faktor faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di
sekeliling setiap alveolus terdapat sel sel mioepitel yang kadang
kadang di sebut sel keranjang atau sel laba laba. Apabila sel sel ini
dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air
susu ke dalam ductus lactifer. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu
kumpulan alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
d. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan
tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
e. jaringan ikat & lemak : jaringan penunjang & pelindung

C. Vaskularisasi payudara
Vaskularisasi Payudara Menurut Ramli (1994), vaskularisasi payudara terdiri
dari:
1. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:
a. Cabang-cabang ferforantes arteri mammaria interna. Cabang-cabang I,II,III,
dan IV dari arteri mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir
sternum pada interkostal yang sesuai,menembus muskulus pektoralis mayor
dan memberi perdarahan tepi medial glandula mamma.
b. Rami pektoralis arteri thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara
muskulus pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama
muskulus pektoralis mayor. Setelah menembus muskulus pektoralis
mayor,arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep
surface).
c. Arteri thorakalis lateralis (arteri mammaria eksterna). Pembuluh darah ini
jalan turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.
d. Arteri thorako-dorsalis. Pembulus darah ini merupakan cabang dari arteri
subskapularis. Arteri ini mendarahi muskulus latissimus dorsi dan muskulus
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandula mamma,tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal matektomi,perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit di
control,sehingga daerah ini di namakan the bloody angle.
2. Vena Pada daerah payudara terdapat 3 vena, yaitu:
a. Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna. Vena ini merupakan
vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara
pada vena mammaria interna yang kemudian bermuara pada vena
innominata.
b. Cabang-cabang vena aksilaris yang terdiri dari vena thorako-akromialis,
vena thorako-lateralis dan vena thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada vena azygos
(melalui vena-vena ini metastase dapat terjadi di paru).
D. Fisiologi
Fisiologi Payudara ini melibatkan fisiologi laktasi dimana payudara
menjalankan perannya sebagai penghasil air susu. Ada 2 faktor yang terlibat
dalam fisiologi laktasi, yaitu hormone prolaktin dan hormone oksitosin.
1. Produksi air susu
Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormone yang disekresi oleh
glendula pituitary anterior, penting untuk produksi ASI tetapi
walaupun kadar hormone ini di dalam siklus maternal meningkat
selama kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone
plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses
persalinan, maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur
turun hingga tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya
prolaktin. Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar pat dilewat
payudara dan dapat diekstraksi dan penting untuk pembentukan akhir
susu. Globulun, lemak, dan molekul-molekul protein dari dasar sel-
sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju
ke tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat
ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi,
tetapi ibu perlu memberi air susu agar pengaruhnya benar-benar
efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan
penghentian pertama air susu dilakukan pada malam hari yang
biasanya memang demikian sebagai fungsi kontrasepsi.
2. Pengeluaran air susu
Dipengaruhi oleh hormone oksitosin, dimana pengeluran air susu
dibagi menjadi 2 proses, yaitu:
a. Tekanan dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong
globuli tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi
yang akan memacu sekresi air susu lebih banyak.
b. Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui maka grakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan syaraf yang terdapat di dalam glandula
pituitary posterior. Akibat langsung reflex ini adalah dikeluarkannya
oksitosin dari pituitary posterior, hal ini akan menyebabkan sel-sel
mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu
masuk ke dalam pembuluh laktifer dan dengan demikian lebih
banyak air susu yang mengalir ke dalam ampulla. Refleksi ini dapat
dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum.Dengan
demikian penting untuk menempatkan ibu dalam posisi yang aman,
santai dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam jam
menyusukan anak. Sekresi oks itosin yang sama juga akan
menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus
selama nifas.

E. Epidemiologi
Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian
kanker (Siswono, 2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru
ditemukan diberbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien
meninggal karena penyakit ini. Demikian pula di Bali, kini jumlah
kasusnya meningkat dan menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker
serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.
F. Etiologi
Faktor risiko Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik
kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:

1. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis.

2. Penggunaan hormone
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara
pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel 3 yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas.

3. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan
pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan
Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan
risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun

6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetic
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu.
Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap
kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar
60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

8. Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud
adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat
mensupresi tumor.Gen pensupresi tumor yang berperan penting
dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1
dan gen BRCA2.

9. Umur
Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS
Kanker Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya adalah perempuan
berusia kurang dari 30 tahun. Semakin bertambahnya umur
meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang
kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di
bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun
risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun.
Penelitian Devi Nur Octaviana tahun 2011 yang berjudul faktor
faktor risiko kanker payudara pada pasien kanker payudara wanita di
rumah sakit kanker Dharmais Jakarta menyatakan bahwa kelompok
kasus kanker payudara banyak terdapat pada rentang usia 40-49
tahun yaitu sebesar 41,7% , kemudian pada rentang usia 50-59 tahun
yaitu sebesar 37,5 %. Menurut penelitian rini indrati (2005) kasus
kanker yang terjadi pada rentang usia 20- 5 29 tahun sebanyak 1,9% ,
30-39 tahun sebanyak 21,2% , 40-49 tahun sebanyak 38,5% , 50-59
tahun sebanyak 32,7% , 60-69 tahun adalah 3,8% dan >70 tahun
adalah 1,9%.
Adapun penggolongan kategori umur sebagai berikut :
a. 26 35 : dewasa awal
b. 36 45 : dewasa akhir
c. 46 55 : lansia awal.
d. 56 65 : lansia akhir

G. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel
dengan perkembangan sel sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut
menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira seperempat dari
carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia,
Wilson Lorrairee M, 1995) .
H. Manisfestasi Ca mammae
Menurut Price (2006), kanker payudara menimbulkan tanda dan
gejala sebagai berikut :
a. Umumnya terjadi di payudara sebelah kiri dan kuadran lateral
atas.
b. Biasanya tidak nyeri, benjolan dapat diraba, konsistensi agak
keras, irregular, terfiksasi pada dinding dada.
c. Adanya tanda lesung, peau dorange (edema kulit akibat
obstruksi limfatik), dan nodus satelit kulit serta tanda
kembang kol akibat ulserasi. Perubahan papilla mammae
meliputi retraksi puting susu.
d. Pembesaran kelenjar limfe regional.

I. Klasifikasi CA MAMMAE
1. Berdasarkan Patologi
a. Pagets disease
Pagets disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf
permulaan manifestasinya sebagai eksema menahun putting
susu, yang biasanya merah dan menebal. Suatu tumor sub areoler
bisa teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara yang
berinfiltrasi ke kulit mempunyai prognosis yang buruk namun
pada pagets disease prognosisnya lebih baik. Pagets disease
merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian
terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya
adalah: sel-sel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid,
infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
b. Kanker duktus laktiferus
Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan
intraductal, sering dengan nekrosis sentral sehingga pada
permukaan potongan terlihat seperti terisi kelenjar, jarang sekali
comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan
mengadakan infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo
carcinoma.
c. Adeno carcinoma
Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker
yang lazim ditemukan 75 % kanker payudara adalah tipe ini.
Karena banyak terdiri dari fibrosis umumnya agak besar dan
keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe scirrbus yaitu tumor
yang mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.
d. Medularry Carcinoma
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae,
biasanya tidak seberapa keras, dan kadang-kadang disertai kista
dan mempunyai kapsul. Tumor ini kurang infiltratif disbanding
dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak sangat lama.
Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.
e. Kanker Lobulus
Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan
lobulus yang membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus
atau kumpulan lobulus yang berisi kelompok sel-sel asinus
dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi hamper
tidak dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.

2. Klasifikasi Klinis
a. Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak
memiliki anak sebar.
b. Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak
sebar dikelenjar ketiak.
c. Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak
sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular, atau
infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara
yang apert (memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal
ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru, ahti dan panggul.
J. Penanganan pada CA mammae
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi
radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-
gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi
dilakukan secara individual.

1. Pembedahan
Pembedahan Tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien
kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat
mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara
yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara
(mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan
biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi.

Tipe tipe mastectomy :


Menurut Pierce & Neil (2007) tipe mastektomi dan penanganan
kanker payudara bergantung pada beberapa faktor meliputi : usia,
kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi tumor,
tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan
keganasannya, status reseptor hormon tumor, penyebaran tumor telah
mencapai simpul limfe atau belum. Tipe pembedahan secara umum
dikelompokkan dalam empat kategori meliputi:
a. Mastektomi Preventif (preventife mastectomy)
Operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan
mengangkat seluruh payudara dan putting atau berupa
subcutaneous mastectomy dimana seluruh payudara diangkat
namun puting tetap dipertahankan .
b. Mastektomi total
Mengangkat semua jaringan payudara tetapi semua atau
kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.

c. Mastektomi Radikal Modifikasi


Mengangkat seluruh payudara, beberapa atau semua nodus
limfe dan kadangkadang otot pektoralis minor.otot dada
mayor masih utuh. Mastektomi radikal adalah prosedur yang
jarang dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit,
otot pektoralis mayor dan minor, nodus limfe ketiak dan
kadang-kadang nodus limfe mamari internal atau supra
klavikular.
d. Prosedur Membatasi Dilakukan pada pasien rawat jalan yang
hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya
diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila
kurang dari 5 cm ukurannya yang tidak melibatkan puting.
Prosedur ini untuk keperluan diagnostik dan atau pengobatan
bila dikombinasi dengan terapi radiasi misalnya :
lumpektomi.
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan
menjadi :
a. Terapi Bedah Kuratif
Adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan
sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini
dilakukan pada kanker payudara stadium dini (stadium 0, I
dan II).
b. Terapi Bedah Palliatif
Adalah untuk mengangat kanker payudara secara
makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara
mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya
dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan penderita
seperti perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus,
dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium
III.

Indikasi masektomi berdasarkan stadium yaitu:


2. Non pembedahan
a. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas
tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat
pembedahan.

b. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping
setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
c. Kemoterapi Obat
kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap
lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan).
Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine
dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim
yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel
kanker saja.
d. Terapi Imunologik Sekitar 15-25% tumor payudara
menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes
HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.

K. Komplikasi Ca mammae
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke
organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah
paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan
mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia.
Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada
paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi
sensori.
L. Prognosis Ca Mammae
1. Staging (TNM) Semakin awal stadium kanker maka prognosisnya
akan semakin baik.
a. Stadium I : 5-10 tahun 90-80 % Stadium
b. II : 70-50 % Stadium
c. III : 20-11 % Stadium
d. IV : 0 % Untuk stadium 0 (in situ)
2. Jenis histopatologi keganasan Karsinoma insitu mempunyai
prognosis yang baik di bandingkan dengan karsinoma yang sudah
invasif.

Anda mungkin juga menyukai