Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Tablet Secara Umum

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1994).

Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi

sebagai:

a. Zat pengisi, digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang

digunakan seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat,

dan zat lain yang cocok.

b. Zat pengikat, digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.

Zat-zat yang digunakan seperti: Musilago 10-20% b/v, larutan Metil-

cellulosum 5% b/v.

c. Zat penghancur, digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran

pencernaan. Zat-zat yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering,

Gelatin, Natrium Alginat.

d. Zat pelicin, digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada

cetakan. Zat-zat yang digunakan seperti: Talkum 5% b/b, Magnesium

stearat, Natrium Benzoat.

Universitas Sumatera Utara


Pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain kecuali pelicin

dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan

tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta

menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).

Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu:

a. Metode granulasi basah

Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan

terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama

dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu

massa lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan

dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50o-60oC. Setelah kering diayak

lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya

digunakan ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian

dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989).

b. Metode Granulasi Kering (slugging)

Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat

penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga

menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang

tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian

digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang

diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Syamsuni,

2006).

Universitas Sumatera Utara


c. Kempa langsung

Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan zat

pelicin dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk

dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yang telah

homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi (Siregar, 2010).

Menurut Lachman, dkk., (1994), tablet memiliki kelebihan dibandingkan

dengan sediaan padat lainnya, diantaranya:

a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta

variabilitas kandungan yang paling rendah.

b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling

rendah.

c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

kompak.

d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah

untuk dikemas serta dikirim.

e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah.

f. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang kemungkinan pecah / hancurnya

tablet tidak segera terjadi.

g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pengelepasan khusus, seperti

pengelepasan di usus atau produk lepas lambat.

Universitas Sumatera Utara


h. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk

diproduksi secara besar-besaran.

i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

2.1.2 Penggolongan Tablet

Menurut Syamsuni (2006), penggolongan tablet dapat dibedakan

berdasarkan atas:

1. Berdasarkan metode pembuatan:

Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak

dan tablet kempa.

a. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umunya

mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.

Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol

tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut,

serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab

ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian

dikeluarkan dan dibiarkan kering.

b. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan cetakan baja.

Universitas Sumatera Utara


2. Berdasarkan Cara Pemakaian

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan

cara ditelan, pecah dilambung.

b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara

pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya

tidak pahit.

c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar

beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-

lahan dalam mulut.

d. Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum digunakan

dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih. Tablet ini

selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat, asam

tartrat) dan Na2CO3.

e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi

hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit

sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.

f. Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang mudah larut

atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk

membuat sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet dalam

air steril untuk injeksi.

g. Tablet bukal adalah tablet yang diletakkan antara pipi dan gusi.

Universitas Sumatera Utara


h. Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.

i. Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi

dan pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina.Tablet ini berbentuk

telur atau berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan dalam

vagina, untuk melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen guna

mengobati infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk absorpsi

sistemik.

2.2 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh

dibandingkan mineral lain, yaitu: 2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar

1,0-1,4 kg. Pada bayi kalsium hanya sedikit (25-30 g), namun setelah usia 20

tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam

tubuhnya. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi di jaringan keras yaitu tulang

rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Di dalam

cairan ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam

mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan

darah, dan menjaga permeabilitas membran sel (Winarno, 2004).

Kalsium diekskresikan lewat urine serta feses dan untuk mencegah

kehilangan ini diperlukan kalsium melalui makanan. Kalsium tambahan

diperlukan dalam keadaan tertentu seperti pada masa pertumbuhan mulai dari

anak-anak hingga usia remaja dan pada saat hamil untuk memenuhi kebutuhan

janin (Budiyanto, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Fungsi Kalsium

Selain pada pembentukan tulang dan gigi, kalsium juga berperan pada

berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan

darah, eksitabilitas syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul syaraf,

memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim

dan sekresi hormon (Suhardjo, 2000).

2.2.2 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Kalsium

a. Akibat kekurangan kalsium:

Pada massa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat mengganggu

pertumbuhan. Setelah dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, terjadi kehilangan

kalsium dari tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Keadaan ini dikenal sebagai osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan

stres sehari-hari (Almatsier, 2001).

Selain itu, kekurangan kalsium juga dapat menyebabkan osteomalasia

pada orang dewasa, yang dinamakan juga riketsia pada anak-anak biasanya terjadi

karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangaan konsumsi kalsium

terhadap fosfor. Terganggunya mineralisasi matriks tulang menyebabkan

kandungan kalsium di dalam tulang menurun (Almatsier, 2001).

Rendahnya kadar kalsium dalam darah dapat meneyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat,

sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu

Universitas Sumatera Utara


hamil yang makananya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi

mengandung fosfor (Almatsier, 2001).

b. Akibat kelebihan kalsium:

Kelebihan kalsium dapat menyebabkan batu ginjal atau gangguan ginjal.

Selain itu, dapat juga meneyebabkan konstipasi (susah buang air besar).

Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet

atau bentuk lain. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi kalsium tidak melebihi

2500 mg perhari (Almatsier, 2001).

2.3 Uraian Umum Kalsium Laktat (Ditjen POM, 1995)

Rumus bangun :

H H
O O

H3C C C C C CH3 5 H2O


O Ca O
OH OH

Nama Kimia : Kalsium Laktat Hidrat

Sinonim : Kalsium Laktat Pentahidrat

Kalsium Laktat Anhidrat

Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O

Berat Molekul : Kalsium Laktat Pentahidrat (BM 308,30)

Kalsium Laktat Anhidrat (BM 218,22)

Universitas Sumatera Utara


Pemerian : Serbuk atau granul putih; praktis tidak berbau; bentuk

pentahidrat mekar pada suhu 120oC menjadi bentuk

anhidrat.

Kelarutan : Kalsium Laktat Pentahidrat larut dalam air; praktis

tidak larut dalam etanol.

Syarat Kadar : Kalsium Laktat mengandung tidak kurang dari 98,0%

dan tidak lebih dari 101,0% C6H10CaO6, dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan

2.4 Tablet Kalsium Laktat 500 mg

Tablet Kalsium Laktat mengandung Kalsium Laktat, C6H10CaO6.5H2O,

tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket (Ditjen POM, 1995).

a. Cara kerja: Kalsium Laktat merupakan garam kalsium yang berguna untuk

menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Kekurangan kalsium dalam tubuh dapat

menyebabkan rakitis, osteomalasia, dan tetani. Kalsium berguna untuk fungsi

jantung, otot, dan saraf. Pada penderita alergi, seperti asma, yang berhubungan

dengan system saraf, kalsium penting untuk mengurangi kemudahan sel saraf

menerima rangsang, sehingga efek alergi dapat dikurangi. Oleh karena itu,

kalsium dapat dipakai sebagai bagian dari pengobatan alergi. Kalsium dapat

mencegah karies gigi dengan menguatkan pembentukan gigi. Pada wanita hamil,

dalam masa laktasi, serta anak-anak dalam massa pertumbuhan kebutuhan akan

kalsium dapat dipenuhi dari kalsium laktat (Tjay dan Rahardja).

Universitas Sumatera Utara


b. Indikasi: terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium

meninggi, seperti pada : kehamilan, menyusui, defisiensi paratiroid. Pada

osteomalasia dan rikets diberikan bersama vitamin D (Tjay dan Rahadrja).

c. Cara penggunaan: sehari 1 tablet, atau sesuai petunjuk dokter.

d. Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih.

e. Efek samping: hiperkalsemia dapat menyebabkan iritasi lambung, sembelit

(konstipasi), bradikardia, malas, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, haus, dan

poliuria (Tjay dan Rahadrja).

f. Interaksi obat: mengurangi absorpsi tetrasiklin karena resorpsi tetrasiklin

dihambat akibat terbentuknya kompleks dengan Ca. Serta dapat menambah

sekresi gastrin dan asam lambung (Tjay dan Rahardja).

g. Peringatan dan perhatian: hati-hati pada gangguan ginjal, riwayat batu

saluran kemih (Tjay dan Rahardja).

2.5 Titrasi Kompeksometri

Titrasi kompleksometri merupakan metode yang sering digunakan untuk

menentukan kadar garam-garam logam. Titran yang sering digunakan adalah

etilen diamin tetra asetat (EDTA). Kecuali dengan natrium dan kalium, EDTA

dapat membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam. Pada pH rendah

EDTA dengan logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium akan

membentuk kompleks yang tidak stabil. Oleh karena itu, titrasi untuk logam-

logam alkali tanah dilakukan pada pH 10 dengan menggunakan larutan buffer

amonia (Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna.

Penambahan indikator sebelum titrasi akan membentuk kompleks antara indikator

dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi, sedikit kelebihan EDTA

akan memecah kompleks logam-indikator dan menghasilkan warna yang berbeda.

Contoh indikator yang digunakan untuk titrasi kompleksometri antara lain:

Eriokrom Balck T (Rohman, 2007).

2.5.1 Macam-Macam Titrasi Kompleksometri

Menurut Rohman (2007), ada berbagai macam titrasi kompleksometri,

yaitu:

a. Titrasi Langsung

Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering

dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan bufer, misalnya bufer

pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan

larutan baku dinatrium edetat.

b. Titrasi Kembali

Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH

yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat,

kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat

dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat

daripada dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan

baku dinatrium edetat berlebih kemudian larutan ditambahkan bufer pada pH yang

Universitas Sumatera Utara


diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan larutan baku

ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan pertolongan indikator logam.

c. Titrasi Substitusi

Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir

yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga

jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil

daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.

d. Titrasi Alkalimetri

Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus

dalam suasana netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir

menggunakan indikator asambasa.

2.5.2 Penetapan Kadar Kalsium Laktat

Penetapan kadar kalsium laktat adalah dengan cara titrasi kompleksometri.

Cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk

senyawa kompleks yang mantap dan larut dalam air. Indikator yang digunakan

adalah Eriochrom Black T (EBT) dan titran yang dignakan adalah ligan

polidentat, salah satu diantaranya yaitu etilen diamin tetra asetat (EDTA) (Rivai,

1995).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai