KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
PROFIL KESEHATAN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Setiap individu berkewajiban ikut serta
masyarakat.
kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Regional dan Nasional sangat ditentukan
Decision Making). Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten
adalah Profil Kesehatan Tahunan yang diharapkan akan terbit secara berkala guna
menyediakan data, informasi yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan secara transparan, efisien dan
efektif.
merupakan modal dasar demi tercapainya Indonesia Sehat 2015. Derajat kesehatan
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal merupakan salah satu unsur kesejahteraan
dan genetik (H. L. Blum). Sehingga penanganan masalah kesehatan pun mesti
tersebut di atas.
membina perilaku hidup sehat, menggalakkan upaya promotif dan preventif serta
memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan efisien.
antara lain melalui upaya pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, PHBS,
pelayanan kesehatan ibu dan anak dan tentunya adanya koordinasi dan dukungan dari
ekonomi.
Profil Kesehatan Kabupaten Gowa merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian MDGs dan hasil
berbagai upaya perbaikan.Baik dari segi materi, analisis maupun bentuk penampilan
fisiknya.
Ada beberapa sumber daya yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan profil
bentuk kerjasama yang digalang. Dalam hal ini diperlukan tiga data penting yaitu:
2. Data kesehatan
analisanya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya data dan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai
2. Tujuan Khusus
program kesehatan.
danpelaporan kesehatan.
C. Sistimatika Penulisasn
1. Sistimatika Penyajian
Profil Kesehatan Kabupaten Gowa Tahun 2014 ini terdiri dari 6 (Enam) Bab,
yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Informasi Lainnya, Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpenaruh terhadap
Kabupaten Gowa sampai dengan Tahun 2014 yang mencakup Umur Harapan
kesehatan.
tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga
BAB VI :Penutup
Pengumpulan data profil dengan dua macam cara yaitu secara aktif dan pasif.
Secara aktif dengan mengumpulkan data dari sektor terkait dan Rumah Sakit,
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
0
Kabupaten Gowa berada pada 12 38.16 Bujur Timur dari Jakarta dan 5
0
33.6 Bujur Timur dari Kutub Utara.sedangkan letak wilayah administrasinya
antara 12033.19 hingga 13015.17 Bujur Timur dan 505 hingga 5034.7 Lintang
Bantaeng
kelurahan/desa dengan luas wilayah 1.883,33 kilometer persegi atau sama dengan
3,01 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa
sebagaian besar terletak di daratan tinggi yaitu sekitar 72,26%, ada 9 wilayah
Biringbulu.
Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30 persen mempunyai kemiringan tanah di
Tompobulu.
GAMBAR 1.
PETA WILAYAH KABUPATEN GOWA
B. KEADAAN DEMOGRAFI
pokok, yaitu : jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan
yang ada di Sulawesi Selatan. Jumlah penduduk dengan urutan pertama adalah Kota
Makassar, urutan kedua Kabupaten Bone dan urutan ketiga adalah Kabupaten
Gowa. Berdasarkan Gowa Dalam Angka Tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten
sebanyak 652.941 jiwa, penduduk laki-laki sebanyak 320.793 jiwa (49,13%) dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 332.148 jiwa (50,86%), Tahun 2011 jumlah
sebanyak 332.148 jiwa (50,86%), Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Gowa
jiwa (49,13%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 332.148 jiwa (50,86%),
670.465 jiwa, penduduk laki-laki sebanyak 329.673 jiwa (49,2%) dan jumlah
TABEL 1
JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2009-2014
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK TOTAL % LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
L P L P
GAMBAR 2
PERSENTASE LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI
Dari Gowa Dalam Angka tahun 2014 masih tampak bahwa penyebaran
sebesar 19,95 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pallangga sebesar 15,12
TABEL 2
JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KECAMATAN
DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2013
NO KECAMATAN JUMLAH % LAJU
PENDUDUK PERTUMBUHAN
PENDUDUK
1 18,96984
Sombaopu 124.489
2 16,37889
Pallangga 107.486
3 5,322843
Barombong 34.931
4 11,44417
Bajeng 75.102
5 3,529769
Bajeng Barat 23.164
6 5,745855
Bontonompo 37.707
7 Bontonompo 4,739679
31.104
Selatan
8 4,752174
Bontomarannu 31.186
9 3,695865
Pattallassang 24.254
10 2,648088
Parangloe 17.378
11 2,213496
Manuju 14.526
12 3,495483
Tinggimoncong 22.939
13 2,165343
Parigi 14.210
14 4,48764
Tombolopao 29.450
15 3,821884
Tompobulu 25.081
16 4,109428
Biringbulu 26.968
17 2,479554
Bungaya 16.272
0
18 Bontolempangan
JUMLAH 656.247 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Gowa, 2014
penduduk produktif (umur 15-64 tahun) dengan umur tidak produktif (umur 0-14
tahun dan umur 65 tahun keatas). Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anak-
anak yang berjenis kelamin perempuan (umur 0-14 tahun) jumlahnya mencapai
29,12 persen (99.242 jiwa), sedangkan untuk kelompok umur, penduduk anak-anak
yang berjenis kelamin laki-laki (umur 0-14 tahun) jumlahnya mencapai 32,77 persen
(108.044 jiwa). Penduduk usia produktif Perempuan (umur 15-64 tahun) mencapai
63,25 persen (215.554 Jiwa), penduduk usia produktif laki-laki (umur 15-64 tahun)
mencapai 63,27 persen (202.319 Jiwa) dan penduduk usia lanjut Laki-laki (umur
65 tahun) mencapai 3,96 persen (13.005 jiwa) sedangkan untuk penduduk usia
lanjut Perempuan (umur 65 tahun) mencapai 7,63 persen (25.996 jiwa). Hal ini
TABEL 3
KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
N % N %
1 0-14 108044 32,77 99242 29,12
2 15-64 208574 63,27 215554 63,25
3 65 13055 3,96 25996 7,63
JUMLAH 329673 100,00 340792 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Gowa, 2014
GAMBAR 3
PERSENTASE KELOMPOK UMUR PRODUKTIF BERDASARKAN JENIS
KELAMIN KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
produktif berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 63,27% dan
laki-laki sebanyak 63,25%. Sedangkan utuk kelompok umur tidak produktif yang
C. KEADAAN EKONOMI
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di
wilayah tersebut.
PDRB Kabupaten Gowa pada Tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercatat
sebesar 1.782,16 milyar rupiah dan naik menjadi sebesar 1.890,03 milyar rupiah pada
tahun 2010. Sedangkan harga konstan 2000 tercatat bahwa PDRB Tahun 2009
sebesar 1.782,16 milyar rupiah meningkat menjadi 1.890,36 milyar rupiah pada
Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari
sebanyak 264.352 penduduk miskin dan persentase yang telah memiliki kartu
miskin mencapai 100 % pada tahun 2012 dari jumlah penduduk miskin di
Kecamatan Somba Opu (12,86 %), sedangkan terendah yaitu kecamatan Parigi
(1,98%). Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dapat dilihat pada tabel
56.
TABEL 4
PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN GOWA TAHUN 2012
TAHUN
2011 2010 2009 2008
SEKTOR Rupiah % Rupiah % Rupiah % Rupiah %
(Juta) (Juta) (Juta) (Juta)
Pertanian 886.253 44,1 858.770 45,43 720.933 42,47 693.153 44,
5 94
LAJU 6 10
PERTUM
BUHAN
Sumber : Gowa Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kab. Gowa
D. TINGKAT PENDIDIKAN
Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke
atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya.Yang dimaksud
huruf lainnya misalnya huruf Arab, Bugis, Makassar, Jawa, China dan sebagainya.
Gowa Dalam Angka tahun 2013 terlihat bahwa penduduk laki-laki usia 10 tahun ke
atas yang melek huruf sebanyak 87,21 persen lebih tinggi dibanding penduduk
perempuan usia 10 tahun ke atas yang melek huruf yaitu 82,18 persen. Dapat dilihat
Bila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, di Kabupaten Gowa ada 71.829
tamat SD. Penduduk yang menamatkan SD, SLTP, dan SLTA mencapai 330.884
jiwa (63.27 persen) sedangkan Diploma I ke atas hanya ditamatkan oleh 23.797 jiwa
(3.85 persen) dari total penduduk usia 10 tahun keatas yang sekolah.
TABEL 5
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS
KELAMIN DAN PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI KABUPATEN
GOWA TAHUN 2012
PENDIDIKAN LAKI- PEREMPUAN TOTAL
YG DITAMATKAN LAKI
Tidak /belum pernah 26.282 45.547 71.829
Sekolah
Tidak/Belum Tamat SD 48.374 48.132 96.506
SD/MI/Setara 73.880 76.873 150.53
SMP/MTS/SEDERAJAT 45.196 48.699 93.895
SMA/MA/SEDERAJAT 49.275 36.921 86.196
AKADEMI/DIPLOMA 1.630 3.377 5.007
UNIVERSITAS 10.162 8.628 18.790
Sumber : Gowa Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kab.Gowa
lebih banyak yang tidak/belum pernah sekolah yakni 45.547 jiwa dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki berumur 10 tahun keatas yang hanya 26.282 jiwa.
E. KEADAAN LINGKUNGAN
Dari data curah hujan dapat diperoleh bahwa jumlah curah hujan dan
banyaknya curah hujan relatif kecil dan bervariasi antara bulan yang satu
dengan yang lainnya. Jumlah curah hujan terbesar pada bulan Oktober
Daerah ini juga dilalui 15 sungai dimana Sungai Jeneberang adalah sungai
yang paling panjang dengan luas daerah aliran sungainya yaitu 881 Km2,
Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan Gowa kaya akan bahan galian,
paling luas yaitu Kecamatan Tombolo Pao yang berada di dataran tinggi,
dengan luas 251,82 Km2 (13,37 % dari luas wilayah Kabupaten Gowa).
BAB III
dengan indikator derajat kesehatan yaitu Umur Harapan Hidup (UHH), Angka
Umur Harapan Hidup adalah umur perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak
lahir yang akan dicapai oleh penduduk dalam suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat
Harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap
derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan
Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir ini secara
tidak langsung juga memberikan gambaran kepada kita tentang adanya peningkatan
Dari estimasi hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS, umur harapan hidup
waktu lahir (E) penduduk Indonesia secara Nasional mengalami peningkatan dari
45,73 tahun pada tahun 1967 menjadi 67,97 tahun pada tahun 2000. Berdasarkan
harapan hidup sebesar 67,8 tahun pada tahun 2000-2005, meningkat menjadi 69,8
pada tahun 2005-2010 dan menjadi 73,6 pada tahun 2010-2025. Sementara itu, rata-
rata Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan dapat
GAMBAR 4.
UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (E)
DI SULSEL TAHUN 2003-2008
kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian
pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.
sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai
berikut :
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal.
Kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari
orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi
eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia
satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah yang
bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan
hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal
pencapaian terget program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui
survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di
Di Indonesia data SDKI menyatakan AKB telah menurun dari 35 per 1.000
kelahiran hidup (2004) menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (2007) sementara AKI
menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (2004) menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup (2007).Target MDG sesuai kesepakatan yaitu AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup dan AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015.Berdasarkan
data yang dimiliki, jumlah bayi yang meninggal di Indonesia mencapai 34 kasus per
1.000 kelahiran. Jumlah tersebut lebih tinggi dari angka Millenium Development
Goals (MDG's), yakni 25 kasus per 1.000 kelahiran. Sementara jumlah ibu
melahirkan yang meninggal dunia sebanyak 228 kasus per 1.000 kelahiran.
Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah tingginya angka kematian bayi.
Ternyata diketahui sekitar 56 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal atau
baru lahir hingga usia 28 hari.Berdasarkan data angka kematian neonatal, bayi dan
balita di Indonesia, sekitar 56 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal,
penyebab kematian bayi ini akibat masalah pada neonatal seperti afiksi (sesak napas
saat lahir), bayi lahir dengan berat badan rendah serta infeksi neonatus.Masalah lain
yang bisa menjadi penyebab kematian pada bayi seperti pneumonia, diare serta
masalah gizi buruk dan gizi kurang yang biasanya mulai terjadi sejak masa
sangat tajam, yaitu dari 161 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 55
pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun
2003 menjadi 48. Dan menurut hasil Surkesnas 2002-2003 AKB di Sulawesi Selatan
sebesar 47 per 1000 kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan
AKB di Sulsel pada tahun 2005 sebesar 36 per 1000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI
2007 menunjukkan angka 41 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan hasil
SDKI Tahun 2012 menunjukkan 25 per 1000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa
terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi
yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar
Jumlah kematian bayi yang dilaporkan pada Subdin Kesga dan PKM pada
tahun 2007 sebanyak 41 orang bayi atau 4.17 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2008
sebanyak 34 orang bayi atau 3,29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun
2009 jumlah kematian bayi dilaporkan mengalami penurunan yang sangat drastis
sebanyak 9 orang bayi atau 0,8 per 1000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2010,
bayi atau 2,9 per 1000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2011, jumlah kematian bayi
yang dilaporkan sebanyak 42 orang bayi atau 3,2 per 1000 kelahiran bayi. Tahun
2012, jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 57 orang atau 4,5 per 1000
kelahiran bayi, pada tahun 2013 jumlah kematian bayi yang dilaporkan sebanyak 17
orang atau 1 per 1000 kelahiran bayi, sedangkan pada Tahun 2014 jumlah kematian
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada
tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai
anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini
kemiskinan penduduk. Adapun nilai normal AKABA yakni lebih besar dari 140
tergolong sangat tinggi, antara 71-140 sedang, dan kurang dari 71 tergolong rendah.
kelahiran hidup. Namun hasil SDKI 2002AKABA diperkirakan sebesar 64 per 1000
kelahiran hidup dan menurun menjadi 53 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007).
Sedangkan jumlah kematian balita yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan kab/kota di
Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebanyak 148 (1,13 % per 1000 KH), pada tahun
2007 jumlah kematian balita dilaporkan sebanyak 105 balita (1,33 per 1000 KH),
peningkatan menjadi 283 balita atau 1,93 per 1000 kelahiran hidup, dan pada Tahun
Berdasarkan jumlah kematian balita yang dilaporkan pada Subdin Bina Kesga
tahun 2009, jumlah kematian balita sebanyak 24 balita atau 22 per 1000 kelahiran
balita yang dilaporkan sebanyak 9 balita atau 0,7 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab
orang), sebab lain-lain (5 orang). Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kematian
balita yang dilaporkan sebanyak 25 orang atau 1,9 per 1000 kelahiran hidup, dan
pada Tahun 2012 Angka kematian balita dilaporkan sebanyak 8 orang atau 0,6 per
1000 kelahiran hidup, pada Tahun 2013 Angka kematian Balita dilaporkan sebanyak
3 orang atau 0 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada Tahun 2014 kematian
kematian anak balita (kematian Bayi ditambah dengan kematian balita/2 per 1000
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi
dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai
ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan
secara khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat
Rumah Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI),
maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey-survey
sebelumnya.
data hasil SKRT. Menurut SKRT, AKI menurun dari 450 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992,
kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995.
Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survey mengenai AKI. Pada tahun 2002-2003,
AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, kemudian
menjadi 248 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Hal ini menunjukkan AKI
cenderung terus menurun. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai
secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,
target tersebut dimasa mendatang sulit tercapai.Jumlah kematian ibu maternal yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan pada tahun
2006 sebanyak 133 orang atau 101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk
tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang
atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi
118 orang atau 78,84 per 100.000 KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari
kematian ibu hamil (19%), kematian ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas
(35%).
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Subdin Bina Kesga pada
tahun 2011 sebanyak 12 orang atau 92,7 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami
penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 12 orang atau 106,53
per 100.000 kelahiran hidup, pada Tahun 2012 yaitu sebanyak 19 orang atau 149,6
per 100.000 kelahiran hidup, pada Tahun 2013 sebanyak 10 orang atau 80 per
100.000 kelahiran hidup, dan pada Tahun 2014 sebanyak 3 Orang atau 24 per
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui survei, dan hasil pengumpulan data
dari Subdin BP3PL dinas kesehatan serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility
based data) yang diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan. Dari data yang ada,
Atas masih menjadi penyakit pada urutan teratas sebagai penyakit yang utama yang
TABEL 6
10 PENYAKIT TERBESAR
DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH %
1 ISPA 2113 13,86
2 Batuk 1313 7,44
3 Mialgia 1237 7,39
4 Dermatitis 1164 5,02
5 Gastritis 1108 4,91
6 Commond Cold 984 4,64
7 Hipertensi 958 4,63
8 Rematik 683 4,02
9 Diare 559 3,90
10 Demam 548 3,41
1. Penyakit Menular
Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun di dunia secara
globalnya relatif meningkat pertahunnya, hal ini baik disebabkan kecelakaan, proses
menderita berbagai macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam penyakit dan
istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit
menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteri, atau parasit),
bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar, dan trauma benturan) atau kimia
(seperti keracunan) yang bisa ditularkan atau menular pada orang lain melalui media
tertentu seperti udara (TBC, influenza,dll), tempat makan dan minum yang kurang
1. Penyakit Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang
setiap tahunnya.
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih
dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat
biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling
lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi,
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri,
kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis
terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau
Kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk
serta kondisi rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya
jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan
anak-anak.
Dari data Subdin BP3PL tahun 2010, menunjukkan penderita diare yang
kasus (78%) dari 28.941 kasus yang diperkirakan. Jumlah kasus tertinggi
dengan rata-rata diatas 90% pada puskesmas Samata dan Bajeng (96%),
Diare yang ditangani sebanyak 12.785 kasus (86,9%) dari 14.705 kasus
yang diperkirakan, dan pada Tahun 2014 jumlah penderita Diare yang
2. Pneumonia
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-
paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru
atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering
sebesar 9,3% pada tahun 2007, sebesar 7,9% pada tahun 2008 dan
sebesar 7,4% pada tahun 2009, sedangkan pada Tahun 2014 jumlah kasus
3. TB Paru
tahun) dan anak anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Penyakit ini
penyakit ini menyerang paru paru sebagai organ tempat infeksi primer,
namun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit, kelenjar limfe,
suatu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan, selain malaria dan
HIV & AIDS. Pada level nasional, berbagai upaya telah dilakukan untuk
(44,9% dari 583.000 penderita baru TB) dan 140.000 orang diperkirakan
Pada Tahun 2013 jumlah seluruh kasus TB sebanyak 725 kasus dan 703
1016 kasus dan 188 kasus diantaranya adalah TB paru BTA Positif. Data
4. Kusta
Penyakit kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi
stigma masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian
yang selesai berobat (RFT) MB 65%, dan 2010 persentase penderita yang
GAMBAR.5
PERSENTASE KESEMBUHAN KUSTA RFT PB (+) DAN RFT MB
(+) DI KABUPATEN GOWA
TAHUN 2014
yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan imunisasi. PD3I yang
akan dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis, Campak,
dan Polio.
1. Difteri
faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai
nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak
kasus (0%). Data terperinci dapat dilihat pada lampiran tabel 19.
2. Pertusis
hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1 3 bulan
sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak
Pertusis
3. Campak
lain Tator (7,1%), Luwu Utara (2,8%), Luwu (2,5%), Bantaeng (2,2%),
penderita Campak yang tercatat sebanyak 203 orang Data terinci dapat
GAMBAR.6
JUMLAH KASUS CAMPAK DI KABUPATEN GOWA
TAHUN 2010-2014
inilah disebut acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layuh akut.
Polio menyerang semua usia, namun sebagian besar terjadi anak usia 3
(DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini
Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada saat pagi dan sore
Penyakit, pada tahun 2013 di Kabupaten Gowa jumlah kasus DBD yaitu
324 kasus mengalami kenaikan dari 213 kasus pada tahun 2012,
sebanayak 173 Kasus dengan insidens rate per 100.000 penduduk sebesar
2. Malaria
Malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan
terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap
Pulau Jawa dan Bali. Konsentrasi terbesar berada di Pulau Irian Jaya dan
tinggi di pulau Jawa dan Bali selama beberapa dekade ini menyebabkan
Penyakit, pada tahun 2013 di Kabupaten Gowa jumlah kasus Malaria yaitu 0
Kabupaten Gowa jumlah kasus Malaria yaitu 29 kasus dari 920 pemeriksaan
3. Filariasis
D. STATUS GIZI
sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi
terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi,
Periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis
karena itu terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen
dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi.
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah Bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (WHO, 1994:9). Berat Lahir dipengaruhi dua
intrauterine. Risiko kematian neonatal dengan BBLR adalah 6,5 kali lebih
besar bila dibandingkan dengan bayi lahir berat badan cukup. BBLR dapat
kurang dari 1 bulan terutama disbabkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
(Depkes, 1996).
SDKI 2002 2003 kejadian BBLR sebesar 6%. Di Kabupaten Gowa pada
tahun 2010, jumlah bayi bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak
139 orang (1,1 % dari total bayi lahir ) sedangkan pada tahun 2011
lahir rendah sebanyak 191 orang (1,5% dari total bayi lahir) yang tertangani
sebanyak 191 orang (100%), pada Tahun 2012 tercatat bahwa jumlah Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 255 orang (2% dari total bayi lahir)
yang tertangani sebanyak 255 orang (100%). Pada Tahun 2013 tercatat
bahwa jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 286 dari 8.139
Bayi Baru Lahir yang ditimbang (3,5%). Sedangkan pada tahun 2014
jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 342 dari 9.828 Bayi
Baru Lahir yang ditimbang (3,5%). Data terinci dapat dilihat pada tabel 37.
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada
Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan
seluruh kabupaten/kota. Dari hasil pemantauan status gizi pada tahun 2013
di kabupaten Gowa terdapat 9 kasus Gizi Buruk dan 195 kasus BGM
(Bawah Garis Merah) dari 23.947 Balita yang Ditimbang. Sedangkan pada
Tahun 2014 terdapat 4 kasus Gizi Buruk dan 313 kasus BGM. Data
3. Status Gizi Wanita Usia Subur dan Kurang Energi Kronik (KEK)
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS)
Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara
risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah masalah
BAB IV
berbagai macam upaya pelayanan kesehatan seperti yang tergambar dalam uraian di
bawah ini :
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian
Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa
pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara
teratur pada masa kehamilan guna menghindari gangguan atau segala sesuatu yang
(dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat)
antenatal yang ada, dan diutamakan pada kegiatan promotif dan preventif.
hamil, yaitu gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan
yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit
empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali
GAMBAR.7
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN ANC DI KABUPATEN
GOWA TAHUN 2010 2014
95,3%, pada Tahun 2012, cakupan pelayanan K1 tercatat sebesar 99,1 % dan
98% dan K4 sebesar 92%. Dan pada Tahun 2014, cakupan pelayanan K1
tercatat sebesar 100% dan K4 sebesar 96%. Data terinci pada tabel 29.
perlu lebih ditingkatkan baik difasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
perdarahan pervagina, ketuban pecah dini, letak lintang usia kehamilan >32
prematur.
beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (Risti) dan
GAMBAR.8
PERSENTASE BUMIL RISTI DITANGANI
TAHUN 2010 2014
yang dapat ditangani sebanyak 1457 ibu (50,7%), Sedangkan Pada tahun
2011dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2756 ibu) yang dapat
ditangani sebanyak 1475 ibu (53,5%), dan Pada tahun 2012 dari seluruh ibu
hamil risiko tinggi/komplikasi (2835 ibu) yang dapat ditangani sebesar 2272
(80,1%). Pada tahun 2013 dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2894
ibu) yang dapat ditangani sebesar 1475 (50,97%). Sedangkan pada Tahun 20
14 dari seluruh ibu hamil risiko tinggi/komplikasi (2879 ibu) yang dapat
ditangani sebesar 2307 (80, 13%). Data terinci dapat dilihat pada tabel 33.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini terjadi antara lain disebabkan
bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta.Komplikasi dan kematian ibu
maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan. Hal ini antara
GAMBAR.9
PERSENTASE IBU BERSALIN YANG DITOLONG OLEH TENAGA
KESEHATAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2010 2014
Kabupaten Gowa tercatat sebesar 90,66% dari 13660 ibu bersalin, Mengalami
peningkatan pada tahun 2011, tercatat sebesar 92,9% dari 13143 ibu bersalin, pada
Tahun 2012 tercatat sebesar 95% dari 13293 ibu bersalin, pada Tahun 2013 tercatat
sebesar 91% dari 13.647 ibu bersalin, dan pada Tahun 2014 tercatat sebesar 93% dari
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
kali dengan distribusi waktu: kunjungan nifas pertama pada 6 jam stelah persalinan
sampai 3 hari, kunjungan nifas kedua dilakukan pada minggu ke-2 setelah
persalinan dan kunjungan ketiga dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan.
di Posyandu. Dalam masa nifas, ibu akan memperoleh pelayanan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu),
dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak
dua kali (2 x 24 jam), dan pelayanan KB pasca persalinan. Perawatan nifas yang
tepat akan memperkecil risiko kelainan atau bahkan kematian ibu nifas.
GAMBAR.10
PERSENTASE IBU NIFAS YANG DITOLONG OLEH TENAGA
KESEHATAN DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2010 2014
Kabupaten Gowa tercatat sebesar 100% dari 13.660 ibu nifas, pada tahun 2011,
tercatat sebesar 81,6% dari 13143 ibu nifas, pada Tahun 2012 tercatat sebesar 87,6%
dari 13.293 ibu nifas, pada Tahun 2013 tercatat sebesar 92% dari 13.647 ibu nifas,
dan pada Tahun 2014 tercatat sebesar 91% dari 13.076 ibu nifas. Data terinci pada
Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang rentan
pelayanan kesehatan pada neonatus minimal tiga kali yaitu dua kali pada usia 0-7 hari
dan satu kali pada usia 8-28 hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan kesehatan yang
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberianimunisasi), pemberian
neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Pada tahun 2013, di Kabupaten Gowa
pada Tahun 2014, di Kabupaten Gowa cakupan KN 1 mencapai (98%) dan cakupan
f. Kunjungan
Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari-
11 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat di
perawatan kesehatan bayi. Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 di Kabupaten
Gowa sebesar 12.183 bayi atau 93,1% dari jumlah sasaran bayi sebesar 13.083 bayi.
Pada Tahun 2014 Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Gowa sebesar 13.126 bayi
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian
usia subur seorang wanita rata-rata 15-49 tahun walaupun sebagian wanita
mengalami menarche (masa haid pertama) pada usia 9 10 tahun. Oleh karena itu
untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur
Jumlah PUS di Kabupaten Gowa Tahun 2014 yang tercatat 121.964 orang.
Dari jumlah PUS tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak 16.869 orang
(13,8%) dan peserta KB aktif sebanyak 86.480 orang (70,9%). Berdasarkan jenis
kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, MOW 0,5%, Implan 7,5%, sedangkan
88,5% memilih metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil, suntik dan kondom.
Proporsi metode kontrasepsi yang digunakan akseptor KB Aktif terlihat pada gambar
14.
GAMBAR.11
PROPORSI METODE KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
AKSEPTOR KB AKTIF DI KAB. GOWA TAHUN 2014
3. Pelayanan Imunisasi
mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
angka UCI (Universal Child Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai
tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu
DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI
sudah mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan
suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya
imunisasi adalah bayi (0 11 bulan), ibu hamil, WUS dan murid SD. Cakupan desa
Anak balita dan pra sekolah adalah anak berusia 5 6 tahun. Pemantauan
kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini
tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Cakupan deteksi
pelayanan kesehatan remaja di Kabupaten Gowa pada tahun 2014 dapat dilihat dari
Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam
upaya membentuk perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah. Pelayanan kesehatan
pada UKS meliputi pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu tenaga terlatih (guru UKS dan dokter kecil).
Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda
diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan
maupun biaya yang akan dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan akan cukup besar,
salah satu sarana pelayanan bagi warga usia lanjut dilaksanakan melalui Posyandu
Lansia.
Pada tahun 2014 jumlah Usila di Kabupaten Gowa sebanyak 26.960 orang dan
cakupan pelayanan kesehatan Lansia sebesar 100%. Cakupan ini meningkat bila
dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya
kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh
kerusakan gigi yang tinggi. Oleh karena itu kegiatan pelayanan kesehatan gigi
mulut dilakukan melalui upaya promotif dan preventif di sekolah dengan kegiatan
sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif
pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan dan rawat
inap bagi puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Perawatan). Sementara rumah
sakit yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi
melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan
rawat jalan di Puskesmas sebesar 1.656.769 pasien. Untuk rawat inap di Puskesmas
sebesar 19.730 pasien, di RSUD Syekh Yusuf Gowa rawat jalan sebesar 5.589 rawat
inap sesbesar 18.138 pasien. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mendapatkan pelayanan rawat jalan dan lebih memanfaatkan rumah sakit pada
pelayanan rawat inap, mengingat kelengkapan fasilitas yang ada di sarana tersebut.
untuk masalah kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung
maupun melalui rujukan pasien untuk masalah kesehatan sedang dan berat.
Pelayanan kesehatan ini biasa dilakukan di sarana pelayanan baik milik pemerintah
(Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit) maupun di sarana milik swasta (Balai
Pengobatan, Rumah Sakit Swasta, Klinik swasta) dan di sarana Upaya Kesehatan
1. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit
adalah antara 60% s.d. 85%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur
Sakit yang digunakan oleh pasien rawat inap di Rumah Sakit. Di Kabupaten
Gowa tahun 2014 angka BOR sebesar 79,8%. Angka yang dicapai ini
efektif.
2. Length Of Stay (LOS), adalah rata-rata lama perawatan seorang pasien. Nilai
ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan. Nilai ideal
dari LOS untuk sebuah Rumah Sakit adalah 6 sampai dengan 9 hari. LOS
Kabupaten Gowa Tahun 2014 adalah 4 hari. Nilai yang dicapai ini sudah
efisien.
tempat tidur. Nilai ideal dari TOI adalah 1 sampai dengan 3 hari. TOI di tahun
4. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap 1000 penderita
tahun 2014 adalah 150/1000, yamg berarti tiap 1000 penderita yang keluar
dari rumah sakit, ada 150 orang penderita yang keluar dalam keadaan
meninggal.
5. Net Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
25/1000 penderita keluar. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit berarti
bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik. NDR di tahun 2014
adalah 0,9 penderita keluar, hal ini berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan
samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu,
masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
Penemuan kasus AFP (non Polio) pada tahun 2014 tidak terdapat kasus.Data
3. Pemberantasan penyakit TB
akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Pada tahun 2014
Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu; 1) Peningkatan kegiatan
untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M),
juru pemantauan jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ),
Demam berdaran dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan Oktober Mei.
Jumlah kasus DBD pada tahun 2014 yakni 173 kasus dan yang meninggal 0
orang, CFR sebesar 0%. Kasus DBD menurut puskesmas di Kabupaten Gowa
penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan
Pada penderita kusta yag ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang
terdiri dati Rifamfisin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The
Problem The year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World
Health Essebly) pada tahun 1997.Di Kabupaten Gowa pada tahun 2014, kasus
indikator yangmerupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan hasil dari upaya
Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya pemukiman dan
tempat-tempat umum sehat, persentase penduduk dengan akses air minum, serta
1. Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting, hampir
terhindar dari faktor yangmerugikan kesehatan. Kondisi rumah dan lingkungan yang
penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan. Rumah yang baik, tidak harus
besar dan mewah, tetapi harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga para
penyakit.
tahun 2015. Target rumah sehat yang hendak dicapaitelah ditentukan sebesar 80%
(Depkes RI, 2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase
Pada Tahun 2014 dari jumlah rumah yang ada di kabupaten gowa sebanyak
170.415, tercatat 155.034 rumah yang dinyatakan sehat atau 90,9% dari jumlah
penyebaran penyakit. TUPM terbagi atas TTU (Tempat-tempat Umum) dan TPM
(Tempat Pengelolaan Makanan) yang terdiri atas sarana pendidikan, hotel, rumah
sakit, ponpes, restoran, pasar, tempat wisata, terminal, stasiun, kantin sekolah, dll.
TUMP yang dikategorikan sehat apabila memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, pembuangan limbah, ventilasi baik dan luas yang sesuai
diperiksa sanitasinya pada Tahun 2014 sebanyak 643 yang ada dan tercatat 494 unit
atau 77% yang dinyatakan sehat, sedangkan untuk jumlah Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) di Kabupaten Gowa pada Tahun 2014 sebanyak 1742, yang
memenuhi syarat higiene sanitasi sebanyak 1135 (65,15%) dan yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 590 (33, 87%), sedangkan untuk TPM yang dibina 1135
terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang
daerahnya. Air bersih yang dimiliki dan dipergunakan masyarakat Kabupaten Gowa
berasal dari air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air dan lainnya. Pada
Tahun 2014 telah dilakukan pemeriksaan akses air bersih pada 384.056 keluarga
disebabkan tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh
dari makanan. Berbagai upaya perbaikan gizi yang telah dilakukan di Kabupaten
Magetan dalam upaya menanggulangi masalah gizi kurang antara lain melalui :
Anemia Gizi Besi masih merupakan masalah gizi yang perlu mendapat
penanganan karena dampak yang ditimbulkan antara lain risiko perdarahan yang
kesegaran fisik.
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena
prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Presentase cakupan ibu hamil di
Kabupaten Gowa di Tahun 2014 yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar
100% dan yang mendapat 90 tablet sebesar 92%. Data terinci dapat dilihat pada
angka kesakitan dan angka kematian balita. Upaya pencegahan dan penanggulangan
untuk sasaran prioritas Bayi (umur 6 11), anak balita (umur 1 4 tahun), dan ibu
nifas.
kapsul vitamin A dosis tinggi A(100.000 UI) yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi
(6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari dan Agustus) dan
kapsul vitamin A merah untuk anak balita (1-4 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap
Bulan Februari dan Agustus serta untuk ibu nifas paling lambat 30 hari setelah
tahun 2014 pada bayi sebesar 51,85%, dan anak balita sebesar 90,33%.
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak
generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan
penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3) meningkatkan kualitas
kesehatan dasar, serta melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang
kesehatan formal.
konsepsi obat esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada
ketersediaan obat menurut jenis obat tahun 2013 secara terinci dapat dilihat
BAB V
Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila
kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran
mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan ke dalam sajian data dan
A. SARANA KESEHATAN
Rumah Sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana
tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
unit dengan 115 puskesmas pembantu. Adapun rasio puskesmas per 100.000
2. Rumah Sakit
diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap
jumlah penduduk.
Pada tahun 2014, RSUD Syekh Yusuf merupakan rumah sakit Tipe B dengan
farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan pada tahun 2014 tercatat 78 apotek, 17 toko obat, dan 1 Gudang
Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan
Pada tahun 2014, jumlah posyandu di Kabupaten Gowa tercatat sebanyak 691
Gambaran proporsi posyandu pada tahun 2014 menurut strata atau tingkat
perkembangannya dapat dilihat pada gambar 15 , dan data terinci dapat dilihat
GAMBAR.12
PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA
DI KABUPATEN GOWA TAHUN 2014
kesehatan dasar bagi masyarakat desa.UKBM yang dusah dikenal luas oleh
(Polindes), dll.
resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
kesehatan.
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-
lain.
Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki satu poskesdes. Berdasarkan
sebanyak 31 unit.
6. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki
Kabupaten Gowa jumlah desa siaga aktif sebanyak 159 desa (24%).
B. TENAGA KESEHATAN
Saat ini, jumlah tenaga kesehatan yang tercatat melalui Profil Kesehatan
Kabupaten Gowa Tahun 2014 sebanyak 995 orang (Puskesmas, RS Syekh Yusuf, RB
Mattiro Baji, Gudang Farmasi dan Dinas Kesehatan). Tenaga kesehatan terdistribusi
paling banyak pada Puskesmas (termasuk Pustu dan Polindes) 62,9 %, kemudian RS
sebanyak 28,3%, lalu sarana kesehatan lainnya (Dinas Kesehatan dan GFK) sebesar
6,3 %. Rincian distribusi tenaga kesehatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 72 s/d
80.
a. Tenaga Medis
Yang tergolong ke dalam tenaga medis adalah dokter spesialis, dokter umum,
dokter gigi dan dokter keluarga. Hingga tahun 2012 di Kab. Gowa tercatat
jumlah tenaga medis sebanyak 130 orang dengan rasio 19,5 per 100.000
penduduk.
per 100.000 penduduk, rasio dokter umum 10,3 per 100.000 penduduk dan
rasio dokter gigi sebesar 5,7 per 100.000 penduduk, Data terinci pada
Untuk tenaga kefarmasian saat ini telah berjumlah 60 orang, dengan rincian
tenaga gizi pada tahun 2014 berjumlah sebanyak 40 orang dengan rasio 6 per
100.000 penduduk. Data terinci dapat dilihat pada lampiran tabel 74.
c. Tenaga Keperawatan
rumah sakit, dan rumah bersalin . Rasio tenaga perawat di Kab.Gowa sebesar
masyarakat sebesar 8,3 per 100.000 penduduk dan rasio tenaga sanitasi sebesar
4,6 per 100.000 penduduk. Data terinci pada lampiran tabel 75.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Gowa Tahun 2014 sebesar Rp. 75.298.677.220 ,- (termasuk gaji pegawai dan
BAB VI
PENUTUP
Berbagai data dan informasi dalam bentuk buku Profil Kesehatan Kabupaten
Gowa Tahun 2014 ini sangat diperlukan dalam rangka evaluasi kegiatan tahunan dan
pencatatan yang efektif dan kontinyu, jalinan kerjasama dan kevalidan data yang
baik sangat diperlukan, sehingga angka-angka, data dan informasi yang ada dalam
Masukan dan partisipasi dari pihak terkait sangat kami harapkan dalam
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.Akhir kata semoga