Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Landasan Pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan pola pemikiran dimaksud, dimana bahwa desa berwenang mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintah Nasional dan berada di
Kabupaten/Kota, maka sebuah desa diharuskan mempunyai perencanaan yang matang
berlandaskan partisipasi dan transparansi serta demokratisasi yang berkembang di desa.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Peraturan Pemerintah ini disusun dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan Desa yang didasarkan pada asas penyelenggaraan pemerintahan yang
baik serta sejalan dengan asas pengaturan Desa sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, antara lain kepastian hukum,
tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan,
profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan lokal, keberagaman
serta partisipasi. Dalam melaksanakan pembangunan Desa, diutamakan nilai
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong-royongan guna mewujudkan perdamaian
dan keadilan sosial.
Peraturan Pemerintah ini menjadi pedoman bagi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan tujuan
penyelenggaraan Desa sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6

Page 1
Tahun 2014 tentang Desa, yakni Terwujudnya Desa yang maju, mandiri, dan
sejahtera tanpa harus kehilangan jati diri.
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Pemerintah Desa wajib menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten.
Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disebut RKP Desa merupakan
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa, hasil evaluasi pelaksanaan
pembangunan tahun sebelumnya, prioritas kebijakan supra desa dan atau hal-hal yang
karena keadaan darurat/ bencana alam serta adanya kebijakan baru dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten.
Sebagai Rencana strategis pembangunan tahunan Desa, RKP Desa merupakan
dokumen perencanaan pembangunan yang bersifat reguler yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan
semangat gotong-royong. RKP Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang dipakai sebagai pedoman atau acuan pelaksanaan
pembangunan bagi pemerintahan Desa selanjutnya sebagai dasar penyusunan APB
Desa tahun anggaran bersangkutan.
Rancangan RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa, dibahas dan disepakati oleh
Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat dalam Musrenbang Desa, dan selanjutnya
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa
selanjutnya diundangkan dalam Lembaran Desa oleh Sekretaris Desa.
1.2 Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana;

Page 2
f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan
Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
l. Peraturan Bupati Pinrang Nomor 29 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembangunan
Desa.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan penyusunan Dokumen RKP Desa secara partisipatif adalah sebagai
berikut:
1. Menjabarkan RPJM Desa dalam perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun;
2. Menetapkan Program dan kegiatan prioritas;
3. Menetapkan kerangka pendanaan.
4. Agar desa memiliki dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang
berkekuatan hukum tetap.
5. Sebagai dasar/pedoman kegiatan atau pelaksanaan pembangunan di desa.
6. Sebagai dasar penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APB Desa).
1.4 Manfaat
Manfaat Penyusunan Dokumen RKP Desa sebagai berikut:
1. Mengatasi permasalahan kemiskinan di desa,
2. Sebagai pedoman dan acuan pembangunan desa;
3. Pemberi arah kegiatan pembangunan tahunan di desa;
4. Menampung aspirasi yang sesuai kebutuhan masyarakat dan dipadukan dengan
program pembangunan supra desa;

Page 3
5. Mendorong partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat.
6. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan di tingkat desa dan antar Desa.

1.5 Visi dan Misi Desa

Sebagai dokumen perencanaan yang menjabarkan dari dokumen RPJMDes maka


seluruh rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan dilakukan oleh desa
secara bertahap dan berkesinambungan harus dapat menghantarkan tercapainya Visi Misi
Desa.
visi Misi Desa Samaulue disamping merupakan Visi-Misi Calon Kepala Desa terpilih juga
di integrasikan dengan keinginan bersama masyarakat desa dimana proses penyusunannya
dilakukan secara partisipatif mulai dari tingkat Dusun /RW sampai tingkat Desa.
Adapun Visi Desa Samaulue sebagai berikut :
Terwujudnya Kehidupan Masyarakat Desa Samaulue yang Maju, Adil, Merata,
Sejahtera, Aman, Harmonis, dan Religius
Sedangkan Misi desa Samaulue adalah :
1. Mewujudkan terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat secara
komperehensif dan terpadu.
2. Meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan yang merata dan terjangkau .
3. Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan mengedepankan
pola pembangunan partisipasi.
4. Mengoptimalkan pelayanan kemasyarakatan menuju terciptanya pemerintahan
yang baik.
5. Memperkokoh semangat kebangsaan yang bersinergi dengan dinamika sosial dan
kearifan local.
6. Meningkatkan pembangunan Infrastruktur yang proposional, berkualitas, dan
berkelanjutan.
7. Memajukan perekonomian masyarakat desa dan memperkuat masyarakat Desa
sebagai subjek pembangun, sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan
rakyat.
8. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan masyarakat
Samaulue beriman dan bertaqwa.

Page 4
BAB II
KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu yang berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan
Keuangan Desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan desa. Agar
pengelolaan keuangan desa lebih mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan masyarakat
dan sesuai peraturan perundangan, maka harus dikelola secara transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Agar kebijakan pengelolaan keuangan Desa sesuai amanah Undang-Undang Nomor 6
tentang Desa dan Peraturan Pelaksanaannya, Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, dan
mencerminkan keberpihakan terhadap kebutuhan riil masyarakat, maka setiap tahunnya
Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa menetapkan Peraturan Desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APB Desa ) secara partisipatif dan transparan yang
proses penyusunannya dimulai dengan lokakarya desa, konsultasi publik dan rapat
Musyawarah BPD untuk penetapannya. RAPB Desa di dalamnya memuat Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan yang pengelolaannya dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
Kebijakan pengelolaan keuangan desa untuk tahun anggaran 2015 merupakan sistem
pengelolaan keuangan yang baru bagi desa. Sehingga masih harus banyak dilakukan
penyesuaian-penyesuaian secara menyeluruh sampai pada tekhnis implementasinya.

2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Desa


Pendapatan Desa sebagaimana meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa. Perkiraan pendapatan desa disusun berdasarkan asumsi realisasi
pendapatan desa tahun sebelumnya dengan perkiraan peningkatan berdasarkan potensi yang
menjadi sumber Pendapatan Asli Desa, Bagian Dana Perimbangan, Bantuan Keuangan dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, Hibah, Sumbangan Pihak
Ketiga dan Dana Desa yang Bersumber dari APBN.

Page 5
Adapun asumsi Pendapatan Desa Samaulue Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp.
10.800.000 (Sepuluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah), yang berasal dari :
NO URAIAN JUMLAH
1 Pendapatan Asli Desa 10.800.000
2 Dana Desa bersumber APBN
3 Bagi Hasil Pajak Daerah
4 Bagi Hasil Retribusi Daerah
5 ADD
6 Bantuan Keuangan dari Kabupaten
a. Dari Pemerintah
b. Dari Pemerintah Provinsi
c. Dari Pemerintah Kabupaten
7 Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga
8 Lain-lain Pendapatan Desa yang sah
Jumlah 10.800.000

2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Desa


Belanja Desa sebagaimana dimaksud meliputi semua pengeluaran dari rekening desa
yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja sesuai dengan Permendagri
terdiri dari Belanja Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Belanja Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Belanja Pembinaan Kemasyarakatan, Belanja Pemberdayaan
Masyarakat, Belanja Tak Terduga.
Untuk Tahun Anggaran 2016 Total Belanja Desa Samaulue sebesar Rp 785.936.600.-
(Tujuh Ratus Delapan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Enam
Ratus Rupiah), sebagai berikut :
NO URAIAN JUMLAH
1 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 172.116.600
2 Pelaksanaan pembangunan Desa 550.580.000
3 Pembinaan kemasyarakatan Desa 28.242.00
4 Pemberdayaan masyarakat 35.000.000
Jumlah Perkiraan Belanja 785.938.600

Page 6
2.3 Pembiayaan
Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Namun demikian
dalam RKP Desa Tahun 2016 ini, Pemerintah Desa Samaulue belum dapat menyusun
kebijakan pembiayaan disebabkan disamping sistem baru juga belum disusunnya
perubahan dan atau perhitungan APB Desa tahun sebelumnya.
Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan sebagaimana di atas, mencakup:
1) Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya;
2) Pencairan Dana Cadangan;
3) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; dan
4) Penerimaan Pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana di atas, mencakup:
1) Pembentukan Dana Cadangan;
2) Penyertaan Modal Desa; dan
3) Pembayaran Utang

Page 7
BAB III
EVALUASI PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN

Rumusan permasalahan yang cukup besar di tingkat desa, bukan semata-mata disebabkan
oleh internal desa, melainkan juga disebabkan permasalahan makro baik di tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi maupun pusat. Permasalahan yang terjadi akan semakin
besar manakala tidak pernah dilakukan identifikasi permasalahan sesuai sumber penyebab
masalah beserta tingkat signifikasinya secara partisipatif. Ketidakcermatan mengidentifikasi
permasalahan sesuai suara masyarakat secara tidak langsung menghambat efektifitas dan
efisiensi perencanaan program pembangunan yang pada akhirnya inefisiensi anggaran.
Identifikasi dan rumusan prioritas masalah dalam RKP Desa Tahun 2015 Desa Samaulue
dilakukan berdasarkan 4 (empat) aspek, sebagai berikut :
3.1 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan pada RKP Desa tahun Sebelumnya
Evaluasi hasil pembangunan tahun sebelumnya dilakukan melalui analisa terhadap
kesesuaian antara program dan kegiatan yang terdapat dalam RKP Desa dan APB Desa
Tahun 2015 dengan implementasi pelaksanaan pembangunan tahun 2015. Dari hasil analisa
tersebut diperoleh beberapa prioritas program dan kegiatan sebagai berikut :
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Penghasilan Tetap dan Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Tambahan Tunjangan Perangkat Desa dan BPD
Operasional Perkantoran
Operasional BPD
Penyusunan Profil Desa
Pemilihan Kepala Desa
2. Bidang Pembangunan Desa
Kios Pasar Dusun Bottoulu (5 x 8) 1 Unit
Pembangunan Saluran Irigasi Batue Dusun Bottoulu (399 M)
Pembangunan Saluran Drainase Jalan Tani Lamakkile Dusun Bottoulu (100M)
3. Bidang Pemberdayaan Desa
Program Desa Siaga Prima Aktif (Jamban 25 Unit)
Pembangunan Talud Jalan

Page 8
3.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan RPJM Desa
Berdasarkan peraturan Desa Samaulue nomor 03 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa Samaulue tahun 2015-2021, prioritas program
dan kegiatan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

NO MASALAH
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
1.1 Desa belum memiliki batas desa
1.2 Desa belum menguasi Sistem Administrasi dan Informasi yang baik
1.3 Desa belum menetapkan BUM Desa
1.4 Baru sebagian Aset ditetapkan dalam Peraturan Desa
1.5 Desa belum memiliki kerja sama antar desa
Desa belum menetapkan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai
1.6
dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat Desa
1.7 Pengelolaan arsip desa belum baik
Operasional Perkantoran desa khususnya belanja barang dan jasa masih
1.8 kurang (ATK,Benda Pos, Materai, Penggadaan,Perjalanan
Dinas,makan/minum Musyawarah Desa,Pemeliharaan,dan Pakaian Dinas)
Operasional Perkantoran desa khususnya belanja Modal belum ada (Kursi
1.9 Tamu, Kursi Rapat, Meja, kursi kerja, Print,Laptop/Komputer,LCD,kamera
,Mesin Pemotong Rumput dan Saund System)
Tidak adanya Belanja Pegawai Desa khususnya Tunjagan Tetap Pemerintah
1.10
Desa (Kades,Sekdes,BPD,kadus,Imam Desa dan Dusun)
Masih Minimnya Belanja Pegawai Desa khususnya Tambahan Tunjagan
1.11
Pemerintah Desa (Kades,Sekdes,BPD,kadus,Imam Desa dan Dusun)
1.12 Tidak adanya Operasional BPD
1.13 Tidak adanya Operasional dan Insentif RT/RW
1.14 Tidak adanya insentif Guru Mengaji
1.15 Pemerintah Desa belum memiliki kendaraan dinas
1.16 Tidak adanya insentif LKD dan Hansip
2 Bidang Pembangunan Desa
2.1 Jalan Tani batue yang masih setapak perlu dirintis P.1000 M L.4 M

Page 9
Sebagian besar masyarakat dusun bottoulu belum menikmati adanya lampu
2.2
jalan
Tidak adanya sarana penghubung antara Dusun Bottoulu dan dusun massappa
2.3
yang dapat di lalui kendaraan mobil P. 55 M L.4,5 M
2.4 Perlunya Perbaikan dan Pemeliharaan Kantor Desa
2.5 Jalan disekeliling pasar desa mengalamai Kerusakan P 1000 M L. 4,5 M
Jalan diseputar lapangan bola belum pernah mendapat perkerasan P.300 M
2.6
L.3 M
2.7 Rusaknya jalan Batue karna Terkikis yang disebabkan banjir
2.8 Jalan Falie Ke batue Amblas dan Terkikis P.2000 L.4,5 M
Belum adanya sekretariat BPD sehingga pelayanan terhadap masyarakat
2.9
kurang maksimal 1 Unit
2.10 Jalan falie ke batue mengalami kerusakan P.2000 M L. 4,5 M
2.11 Jalan Tani Lamakkile yang masih setapak perlu dirintis P.1000 M L.4 M
2.12 Tidak adanya sarana panggung kesenian di desa Samaulue
2.13 Pagar kantor kepala desa tidak serasi P.80 M T.1,5 M
Jalan Tani di bottoulu Sulit dilalui sehingga pengangkutan hasil bumi tidak
2.14
lancar sehingga perlu dirintis P.2000 M L.4 M
Jalan di Bottoulu/Tosiang belum di Talud P 3000 M sehingga badan Jalan
2.15
jadi Terkikis
Jalan di Bottoulu/Batue belum di Talud P 6000 M sehingga badan Jalan jadi
2.16
Terkikis
Jalan di Bottoulu/Palie belum di Talud P 4000 M sehingga badan Jalan jadi
2.17
Terkikis
Jalan di Bottoulu/Kampung Samaulue belum di Talud P 3000 M sehingga
2.18
badan Jalan jadi Terkikis
Rusak dan Kurang Memadainya Sarana Prasarana Olah Raga/Lapangan
2.19
Sepak Bola
Jalan Tani di bottoulu/Batue Sulit dilalui sehingga pengangkutan hasil bumi
2.20
tidak lancar sehingga perlu dirintis P.700 M
Jalan Tani di bottoulu/Kampung Baru Sulit dilalui sehingga pengangkutan
2.21
hasil bumi tidak lancar sehingga perlu dirintis P.1000

Page 10
Rusaknya Kantor Desa sehingga Pelayanan ke Masyarakat Kurang Memadai
2.22
maka dianggap perlu pembangunan Kembali
2.23 Tidak Adanya Kantor LPMDK
Rusaknya Gedung PKK sehingga Pelayanan ke Masyarakat Kurang Memadai
2.24
maka dianggap perlu pembangunan Kembali
Jalan yang menghubungkan antar desa Samaulue dan desa Tadangpalie
2.25
Belum pernah mendapat perkerasan P.500 M L.4,5M
2.26 Masyarakat dusun massappa belum menikmati adanya lampu jalan
Jalan yang menghubungkan antar desa Samaulue dan desa Tadangpalie
2.27
Belum pernah mendapatat perkerasan P.1000M L.4,5M
2.28 Jalan kuburan didusun yang masih setapak perlu dirintis P.50 M L.2 M
2.29 Jalan tani lompolabojo yang masih setapak perlu dirintis P.1500 M L.4M
Rusaknya Jalanan Menuju Jembatan Tompace sehingga Transportasi Kurang
2.30
lancar
2.31 Tidak adanya tiang Listrik di Dusun Massappa
Jalan Tani di Tompace/tadangpalie Sulit dilalui sehingga pengangkutan hasil
2.32
bumi tidak lancar sehingga perlu dirintis P.2000 M
Tidak adanya got atau saluran pembuangan air pada jalan Batue sehingga
2.33
pada waktu penghujan membuat jalan menjadi tergenang air P.4000 M
2.34 Terjadinya kerusakan pada pintu bendungan Cilellang sebanyak 5 Unit
Tersumbatnya got pada jalan sekitar pasar Samaulue sehingga pada waktu
2.35
penghujan membuat jalan menjadi tergenang air P.2000 M
2.36 Tidak lancarnya saluran Pembuangan air di lamaboja P. 2000 M
Tidak adanya got atau saluran pembuangan air pada Jalan Poros Samaulue
2.37 sehingga pada waktu penghujan membuat jalan menjadi tergenang air P.4000
M
Saluran Pembuangan Air di Dusun Bottoulu (Palie-Kab.Soppeng) belum
2.38
dibangun 2000 M
Terjadinya pengikisan bibir sungai di lokasi Tomangetta maka diperlukan
2.39
adanya beronjong atau talud sungai P. 500 M
2.40 Tidak lancarnya pengairan di saluran air skunder DI lompo labojo P2000M
2.41 Sering terjadinya Banjir dan kekeringan pada dus Massappa dikarnakan tidak

Page 11
terkontrolnya arus air yang ada kebutuhan 2 Unit Pintu air
Untuk menghindari terkikisnya bibir sungai di lokasi jembatan gantung
2.42
tompace maka diperlukan adanya beronjong atau talud sungai P. 500 M
Mendangkalnya Sungai Walannae sehingga pada musim hujan akan terjadi
2.43
banjir dan pada musim kemarau akan terjadi kemarau P. 6000 M
Tidak adanya saluran pembuangan air di labucai sehingga arus air menjadi
2.44
tidak lancar P.500 M
2.45 Tidak lancarnya pengairan disaluran tersier DI lompo labojo P.2000 M
2.46 Tidak lancarnya saluran air di labucai ke skunder labojo P. 2000 M
Tidak adanya got atau saluran pembuangan air pada jalan dusun massappa
2.47 sehingga pada waktu penghujan membuat jalan menjadi tergenang air dan
banjir P.6000 M
2.48 Tidak adanya Drainase Jalan Dorie dusun Massappa P 1000 M
2.49 saluran Tersier BCL Belum dibangun P 2000 M
2.50 Tidak adanya tempat penampungan pupuk di desa
Tidak adanya tempat para petani dusun bottoulu untuk mengadakan tudang
2.51
sipulung
2.52 Kurang aktfnya koprasi tani dikarenakan tidak mempunyai sekretariat sendiri
2.53 Saluran Irigasi Bottoulu/Batue 1500 M belum dibangun
2.54 Tidak Adanya Saluran Drainase Jalan Tani Lamakkile
Tidak adanya tempat para petani dusun massappa untuk mengadakan tudang
2.55
sipulung
2.56 Tidak adanya Sumur Bor didusun Massappa
2.57 Tidak Adanya Saluran Air La Mabboja
2.58 Tidak adanya Hand Tractor untuk Kelompok Tani
2.59 Belum Adanya Pembentukan dan Pendirian Bumdes
2.60 Tidak adanya Kompanisasi untuk Kelompok Tani
Kurangnya hewan sapi di desa sehingga berkurangnya pendapatan ekonomi
2.61
desa
2.62 Unggas di desa Samaulue sering terjangkit penyakit
2.63 Tertanganinya hewan yang sakit

Page 12
2.64 Kuranya modal para pengusaha kecil perempuan di desa Samaulue
2.65 Rusaknya Kios Pasar Desa Samaulue 24 Unit
2.66 Rusaknya Ruko dipasar desa Samaulue 12 Unit
2.67 Kurangnya Los pasar desa 1 Unit
2.68 Masih Kurangnya SDM Masyarakat mengenai Menjahit
2.69 Masih Kurangnya SDM Masyarakat mengenai Komputer
Kesenian Tradisional hampir punah dan belum mampu mengangkat sosial
2.70
budaya masyarakat
2.71 Tidak adanya Pagar SDN 243
2.72 Tidak adanya Sertifikat Tanah Sekolah SDN 243
2.73 Rusaknya Pintu Gerbang SDN 243/291
2.74 Tidak adanya Pagar SDN 291
2.75 Rusaknya Rumah Dinas 291
2.76 Belum ada status kepemilikan Tanah Sekolah dari Desa
2.77 Tidak adanya Paud + Mobiler
2.78 Ada 40 KK RTM rumahnya tidak layak huni
2.79 Tidak adanya Gedung Posyandu sendiri
2.80 Rusaknya Rumah Dokter dan bidan
2.81 tidak adanya Rumah perawat
2.82 Tidak adanya Pagar dan Jalan Puskesmas belum baik
2.83 Tidak adanya Jamban Keluarga
2.84 Tidak adanya pagar dan palfon mesjid asyuhada
2.85 Tidak adanya Pagar dan Menara Masjid Nurul Huda
2.86 Tidak adanya WC Masjid Asyuhada
2.87 Tidak adanya WC Masjid Nurul Huda
2.88 Tidak adanya Rumah Rawatib Masjid Nurul Yaqin Samaulue
3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Masih kurangnya Kesadaran Mengenai keamanan, ketertiban dan
3.1
ketenteraman wilayah dan masyarakat Desa
3.2 Masih kurangnya Pemahan Mengenai kerukunan warga masyarakat Desa
3.3 Masih Kurangnya Pemahaman tentang perdamaian, menangani konflik dan

Page 13
melakukan mediasi di Desa
Masih Kurangnya Pemahaman tentang gotong royong/Partisisipasi
3.4
Masyarakat
4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
4.1 Masih Kurang Berkembangnya Pemahaman tentang Seni Budaya Lokal
4.2 Lembaga kemasyarakatan dan dan Lembaga adat belum terorganisasi
4.3 Masih Kurangnya fasilitas kelompok Tani (Modal dan Alat Pertanian)
4.4 Tidak adanya santunan sosial kepada keluarga fakir miskin
Masih kurangnya fasilitasterhadap kelompok-kelompok rentan, kelompok
4.5
masyarakat miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel
Desa belum melakukan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan
4.6
sehat
4.7 Masih Minimnya Pemahan tentang Usaha Ekonomi Desa
4.8 Masih Minimnya Pemahan tentang Teknologi Tepat Guna
4.9 Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan KPMD
Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan Kelompok usaha ekonomi
4.10
produktif
4.11 Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan Kelompok perempuan
4.12 Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan Kelompok Tani
4.13 Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan Kelompok Pemuda
4.14 Masih minimnya Pemahaman/Pengetahuan Kelompok Pengrajin
4.15 SDM pengurus LPMD masih kurang
4.16 SDM anggota BPD mengenai pemerintahan kurang
4.17 SDM anggota PKK masih rendah
4.18 SDM perangkat desa masih kurang

3.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan Analisis Keadaan Darurat


Analisa keadaan darurat dilakukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang
muncul secara tiba-tiba, baik disebabkan oleh bencana alam dan ataupun sebab lain
yang apabila tidak segera diatasi akan semakin menimbulkan masalah bagi
masyarakat. Identifikasi berdasarkan analisa keadaan darurat adalah sebagai berikut:

Page 14
Tingkat Alternatif
Bentuk/ Kerusakan Kegiatan
No Lokasi Volume Biaya
Kejadian yang Tanggap
Ditimbulkan Darurat
1 Nihil - - - - -
2

3.4 Identifikasi Masalah berdasarkan Prioritas Pembangunan (urusan)

RKP Desa sebagai satu kesatuan mekanisme perencanaan daerah dalam proses
penyusunannya harus juga memperhatikan prioritas kebijakan pembangunan daerah, mulai
dari evaluasi Renja Kecamatan dan ataupun hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun
sebelumnya serta prioritas kebijakan daerah tahun berikutnya. Masukan ini mutlak diperlukan
agar RKP Desa benar-benar mendorong terwujudnya visi-misi daerah secara menyeluruh.

Page 15
BAB IV
PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN

Prioritas kebijakan pembangunan desa Samaulue yang tersusun dalam RKP Desa Tahun 2016
sepenuhnya didasarkan pada berbagai permasalahan sebagai mana tersebut dalam rumusan
masalah diatas, sehingga diharapkan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan
pada tahun 2016 nantinya benar-benar berjalan efektif untuk menanggulangi permasalahan di
masyarakat, terutama upaya meningkatkan keberpihakan pembangunan terhadap hak-hak
dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, pendapatan,dll. Dengan demikian arah
kebijakan pembangunan desa secara langsung dapat berperan aktif menanggulangi
kemiskinan pada level desa.
Rumusan prioritas kebijakan program pembangunan desa Samaulue secara detail
dikelompokan sebagai berikut :

4.1 Prioritas Program dan kegiatan Tahunan Skala Desa


Prioritas program pembangunan skala desa merupakan program pembangunan yang
sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh desa. Kemampuan tersebut dapat diukur dari
ketersediaan anggaran desa, kewenangan desa dan secara teknis di lapangan desa mempunyai
sumber daya.
Adapun program dan kegiatan pembangunan tersebut meliputi :
NO MASALAH
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
1.1 Penghasilan Tetap Kepala Desa
1.2 Penghasilan Tetap Sekertaris Desa
1.3 Penghasilan Tetap Kaur Pemerintah Desa
1.4 Penghasilan Tetap Kepala Dusun
1.5 Penghasilan Tetap Imam Desa
1.6 Penghasilan Tetap Imam Dusun
1.7 Penghasilan Tetap Guru Mengaji
1.8 Pemberian Tunjangan Bendahara Desa
1.9 Pemberian Tunjangan BPD

Page 16
pengembangan sistem administrasi dan informasi Desa (pemasangan Jaringan
1.10
Internet)
Pengadaan Operasional Perkantoran desa khususnya belanja barang dan jasa
1.11 (ATK,Benda Pos, Materai, Penggadaan,Perjalanan Dinas,makan/minum
Musyawarah Desa,Pemeliharaan,dan Pakaian Dinas)
1.12 Rehabilitasi Kantor Desa
1.13 Penataan Halaman Kantor Desa (Pemeliharaan )
2 Bidang Pembangunan Desa
2.1 Pembangunan Kios Pasar
2.2 Pembangunan Drainase Lamakille
2.3 Pembangunan Saluran Irigasi Batue Dusun Bottoulu
3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
3.1 Pembinaan PKK
4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
4.1 Pelatihan KPMD
4.2 Pelatihan BPD
4.3 Pelatihan Perangkat Desa

4.2 Prioritas Program dan kegiatan Tahunan Skala Kabupaten, Provinsi, dan Pusat
Prioritas program pembangunan skala daerah adalah program dan kegiatan
pembangunan yang merupakan kebutuhan riil masyarakat Desa Kalibeji, tetapi pemerintah
desa tidak mampu melaksanakan. Hal ini disebabkan pertama, kegiatan tersebut secara
peraturan perundangan bukan kewenangan desa. kedua, secara pembiayaan desa tidak
mampu membiayai karena jumlahnya terlalu besar dan yang ketiga, secara sumber daya di
desa tidak tersedia secara mencukupi, baik SDM maupun prasarana pendukung lainnya.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka prioritas pembangunan tersebut akan dibawa
melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(Musrenbang RKPD) Kabupaten di Kecamatan oleh delegasi Desa Samaulue yang dipilih
secara partisipatif pada forum Musrenbang Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.

Page 17
4.3 Pagu Indikatif Program dan Kegiatan Masing-Masing Bidang
Perkiraan anggaran yang dipergunakan untuk membiayai program dan kegiatan
pembangunan skala desa adalah perkiraan pendapatan desa yang bersumber dari Pendapatan
Asli Desa dan ADD Tahun 2016.
Untuk Desa Samaulue Belanja Pembangunan dibiayai melalui sumber pendapatan desa yang
berasal dari :
1. Pendapatan Asli Desa ;
2. ADD & DANA DESA;
3. Bantuan Keuangan.
Penetapan Perkiraan anggaran pada masing-masing bidang dalam RKP Desa Tahun 2016 ini
dilakukan melalui kesepakatan saat pelaksanaan Forum Musrembangdes RKP Desa .
Dengan komposisi perkiraan anggaran tersebut, diharapkan visi-misi desa terutama
bagaimana mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan hak-hak
dasar masyarakat dapat segera terwujud. Secara lebi rinci perkiraan anggaran belanja dalam
RKP Desa Tahun 2016 tercantum pada Lampiran II Keputusan Kepala Desa ini.

Page 18
BAB V
PENUTUP

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan di tingkat desa pada dasarnya ditentukan


oleh sejauh mana komitmen dan konsistensi pemerintahan dan masyarakat desa saling
berkerjasama membangun desa. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan secara
partisipatif mulai dari perencanaan , pelaksanaan sampai pada monitoring evaluasi
akan lebih menjamin keberlangsungan pembangunan di desa , sebaliknya
permasalahan dan ketidak percayaan setu sama lain akan mudah muncul mana kala
seluruh komunikasi dan ruang informasi bagi masyarakat tidak memadai.
Diharapkan proses penyusunan RKP desa yang benar-benar partisipatif dan
berorientasi pada kebutuhan rill masyarakat akan mendorong percepatan
pembangunan skala desa menuju kemandirian desa. Selain itu dengan akurasi
kegiatan yang dapat dengan mudah di akses masyarakar desa , maka diharapkan
dalam proses penyusunan APB Desa seluruhnya bias teranggarkan secara
proporsional.

Ditetapkan di : Paladang
Pada tanggal : Desember 2013
KEPALA DESA MALLONGILONGI

( H. AMIRUDDIN, B.Sc )

Page 19

Anda mungkin juga menyukai