Oleh:
R A Samodro, Karyono dan A B Setio Utomo
INTI SARI
Telah dilakukan pengukuran aktivitas gas Radon di udara menggunakan metode kontinu. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui distribusi gas Radon pada waktu dan ketinggian tertentu diatas permukaan tanah. Dalam hal
ini udara dilewatkan melalui sebuah sungkup silinder yang dilapisi ZnS (Ag) sebagai detektor sintilator sehingga dapat
dilakukan pencacahan gas Radon di udara melalui pancaran zarah alphanya.
Telah berhasil ditentukan tenaga, umur paro dan nilai saat laju cacah zarah alpha maksimum dari gas Radon
secara sampling menggunakan botol sintilator sebagai detektornya.
Konsentrasi gas Radon di udara cenderung turun terhadap naiknya ketinggian diatas permukaan tanah. Dilain
pihak konsentrasi gas Radon di udara sebagai fungsi waktu pencacahan pada ketinggian yang sama cenderung meningkat
saat mendekati siang hari. Dari penelitian ini diperoleh bahwa aktivitas gas Radon di udara berkisar antara (4−8838)
pCi/m3.
ABSTRACT
A Measurement of Radon gas activity on the air using a continuous method has been done. This research is
conducted to find out the Radon gas distribution at a certain time and height above the ground surface. In a manner the air
has been passed through a cylinder mulch which is layered a ZnS (Ag) powder as a scintillation detector so that Radon
gas on the air can be counted through its alpha radiation.
Radon gas energy, half life and time of alpha maximum rate can be determined by sampling experiment test
using a scintillation bottle as the detector.
The Radon gas concentration decreases as increasing the height. On the other hand, at the same height the
Radon gas concentration on the air rise as increasing the time and the highest is getting closer and closer midday. From
this research is obtained that activity of Radon gas on the air is in range from 4 to 8838 pCi / m3.
I. PENDAHULUAN
Salah satu radioaktivitas alamiah adalah gas Radon (sekitar 50-60% radiasi yang diterima
masyarakat berasal dari gas Radon dan hasil luruhannya yang berumur pendek) yang dilepaskan dari hasil
peluruhan Uranium di dalam perut bumi (Bunawas dan Ramain, 1991). Gas Radon yang lolos dari mineral-
mineral batuan akan bergerak di celah-celah batuan dan lepas ke atmosfir menjadi bagian dari udara.
Banyaknya gas Radon di udara akan menentukan besarnya aktivitas hasil-hasil peluruhannya di atmosfir.
Selain itu juga memberikan gambaran besarnya aktivitas moyangnya di batuan bumi. Oleh sebab itu dari
pengukuran aktivitas gas Radon akan didapatkan kedua hal tersebut di atas sekaligus.
Penelitian gas Radon secara kuantitatif dimulai sekitar tahun 40-an. Penelitian terutama dilakukan di
daerah pertambangan Uranium karena disadari bahwa gas Radon menimbulkan bahaya radiasi dan
mengganggu pernafasan. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa bidang penelitian memanfaatkan
pengukuran radioaktivitas gas Radon a.l.: bidang Lingkungan yaitu sebagai indikator pencemaran udara,
bidang Vulkanologi untuk meramalkan aktivitas gunung berapi dan bidang Geofisika yaitu untuk
memprediksi datangnya gempa.
68
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
69
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
berarti interaksinya dengan bahan melalui interaksi coulomb. Apabila radiasi α mengenai bahan, maka akan
terjadi proses ionisasi atau bentukan pasangan elektron-ion, eksitasi elektron atom dan eksitasi molekul.
II.4. Proses Sintilasi
Penyerapan tenaga oleh suatu bahan dan memancarkannya kembali sebagai cahaya disebut proses
luminisen kalau disebabkan oleh atom-atom dan akan disebut sebagai sintilasi kalau diakibatkan oleh benda
padat secara keseluruhan. Apabila zarah-zarah radiasi dikenakan pada bahan sintilator, maka terjadi benturan
dengan bahan sintilator dan akan menyebabkan terjadi eksitasi yang langsung diikuti oleh deeksitasi sehingga
terpancarlah foton-foton cahaya (yang mempunyai panjang gelombang ≈ 450nm).
II.5 Detektor Sintilator ZnS (Ag)
Bahan sintilasi yang dinamakan sintilator adalah bahan yang apabila dikenai radiasi akan
menghasilkan cahaya. Detektor sintilator merupakan suatu detektor radiasi nuklir yang didasarkan pada
interaksi bahan sintilator dengan radiasi nuklir, yang selanjutnya akan menghasilkan besaran-besaran yang
mudah diamati atau diukur.
Oleh karena gas Radon memancarkan alpha, maka penelitian ini berdasar pada teknik spektroskopi
α menggunakan detektor sintilastor ZnS (Ag). Detektor jenis ini hanya baik dipergunakan untuk radiasi α ,
sedangkan radiasi β dan γ tidak efektif.
II.6 Sistem Instrumentasi Elektronika Nuklir
Pada proses deteksi radiasi dibutuhkan sejumlah instrumen elektronik nuklir sebagai pendukung, yang
dinamakan instrumen deteksi.
Selain instrumen deteksi diatas, diperlukan kelengkapan lain sebagai kalibrator dan instrumen
pendukung metode pengukuran kontinu, a. l.: Sungkup Silinder yang didalamnya telah dilapisi ZnS (Ag),
Am-241 sebagai sumber standar pemancar alpha (kalibrator), Pompa Hisap, Tipe TRIVAC model D44,
Selang dengan panjang 15 meter dan berdiameter 1 cm, Tapis (Wheatman 41) dan penjepitnya, Meteran
gulung, Tali dan Botol Sintilator (digunakan pada waktu metode sampling)
III.2. Skema Percobaan
Adapun skema instrumen deteksi dan sistem deteksi gas Radon di udara secara kontinu terangkai
seperti Gambar III.1 dan III.2, sedangkan skema percobaan untuk eksperimen uji keberadaan gas Radon
terlihat seperti Gambar III.3a dan III.3b sebagai sungkupnya.
HVPS osiloskop
r
70
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
botol sintilator
P
M Amplifier
Pre Ampsistem deteksi SCA
Gambar
T III.2 Diagram metode sampling
71
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
Aktivitas cuplikan lingkungan sangat rendah, sehingga sumbangan cacah latar harus diperhitungkan
(Sudarti dkk., 1997).
spektrum Am-241
50000
40000
30000
cpm
20000
10000
0
0 10 20 30 40 50 60
kanal
E 5,476 MeV
Dari persamaan kalibrasi tenaga k= , didapat bahwa k = = 0,196 MeV,
No kanal 28
yang berarti 1 kanal MCA mewakili tenaga sebesar 0,196 MeV. Hasil tersebut dipakai untuk membandingkan
energi gas Radon di udara yang diperoleh dengan menggunakan metode kontinu (Gambar IV.1b).
Pada pencacahan cuplikan udara menggunakan metode kontinu, spektrum gas Radon yang didapat
tenaganya hampir sama dengan Am-241 dengan puncak spectrum berada pada kanal 28.
Dari hasil uji dengan metode sampling tentang laju pertumbuhan gas Radon didapatkan hasil seperti
pada Gambar IV.2.
spektrum gas Rdaon di udara dan cacah latarnya
2500
2000
cacah (cpm)
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40 50
kanal
gas Radon latar
72
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
60
50
cacah (cpm)
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
t (menit)
Dari Gambar IV.2 didapatkan bahwa nilai saat laju zarah alpha dari gas Radon maksimum adalah
saat t = (210 ± 5) menit, ternyata nilai ini tak jauh berbeda dengan perhitungan secara teoritis bahwa
kesetimbangan radioaktif gas Radon dan hasil peluruhannya adalah saat t = 215 menit. (Bunawas, 1989)
Eksperimen uji berikutnya adalah penentuan waktu paro dari gas Radon yang terdeteksi dengan cara
dilakukan pencacahan setelah terjadi kesetimbangan sekular, yaitu setelah t = 215 menit. Hal ini agar laju
aktivitas pertumbuhan alpha dari peluruhan gas Radon sudah stabil. (Gambar IV.3).
Secara umum, terlihat bahwa cacah gas Radon yang terdeteksi akan semakin berkurang seiring
dengan bertambahnya hari saat dilakukan pencacahan berikutnya pada waktu yang sama.
Besarnya konstanta peluruhan (λ) diperoleh dari gradien kemiringan grafik (m) pada Gambar IV.4.
Melalui perhitungan didapatkan nilai gradien sebesar m ± ∆m = − ( 0,20 ± 0,07 ) hari-1 yang tak lain
merupakan konstanta peluruhan Radon (λ). Dari hasil tersebut, dapat diperoleh waktu paro gas Radon yaitu
T1/2 = (3,4 ± 0,6) hari.
Penurunan cacah gas Radon dalam botol sintilator
terhadap waktu pencacahan
45
40
35
cacah (cpm)
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
waktu (hari)
Hal ini mendekati nilai literatur yaitu waktu paro dari gas Radon sebesar 3,82 hari. Sekilas hal
tersebut juga dapat dilihat dari Gambar IV.3, yang mendukung bahwa cacah gas Radon yang terukur semakin
menurun terhadap waktu dan berkurang hampir menjadi setengah dari cacah awal pada pencacahan dihari
keempat.
73
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
4
3.5
3
ln N
2.5
2 y = -0.2017x + 3.8293
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5
waktu (hari)
Dari kedua parameter hasil eksperimen uji tersebut dapat disimpulkan bahwa metode kontinu yang
dilakukan untuk mengukur aktivitas gas Radon dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena dapat
memberikan hasil pengukuran yang mendekati literatur untuk tenaga, waktu paro dan laju pertumbuhan
maksimum dari gas Radon, sehingga dalam hal ini terbukti bahwa gas Radon yang terdeteksi.
Pengukuran konsentrasi gas Radon di udara secara kontinu yang diperoleh dari penelitian ini
memberikan hasil yang menunjukkan terjadi kecenderungan penurunan konsentrasi gas Radon terhadap
naiknya ketinggian. (Gambar IV.5)
25000 jam 8
20000
jam 9
cacah (cpm)
15000
10000 jam 10
5000
jam 11
0
1 21 32 43 54 65 jam 12
ketinggian (m)
Gambar IV.5 Fluktuasi gas Radon di udara terhadap ketinggian di atas permukaan tanah pada tiap waktu
pencacahan (tanggal 28 oktober 2004)
Selain ditunjukkan dalam bentuk hubungan cacah gas Radon terhadap ketinggian juga perlu
dikemukakan hasil penelitian ini tentang perubahan cacah gas Radon terhadap waktu pencacahan yang akan
ditunjukkan Gambar IV.6. Dalam hal ini diperoleh bahwa cacahan gas Radon cenderung naik terhadap
waktu.
74
Proseding Seminar DIES FMIPA UGM ke 50 17 September 2005
25000 ketinggian 1m
20000
ketinggian 2m
15000
cacah (cpm)
ketinggian 3m
10000
5000 ketinggian 4m
0 ketinggian 5m
1
08.00 2
09.00 10.00
3 11.00
4 512.00
Gambar IV.6 Fluktuasi cacah gas Radon di udara dari jam 08.00-12.00
(pada tanggal 28 oktober 2004)
Sedangkan perhitungan aktivitas konsentrasi gas Radon di udara yang diukur dari yang terendah
sampai dengan yang paling tinggi adalah (4 - 8838) pCi/m3. Konsentrasi terendah didapat pada waktu
pencacahan ke-2 (jam 09.00), pada ketinggian 5 m diatas permukaan tanah. Konsentrasi paling tinggi
diperoleh pada waktu pencacahan ke-4 (jam 11.00), pada ketinggian 1 m diatas permukaan tanah.
V.I. PUSTAKA
Bunawas, 1989, Pembuatan Detektor Sintilasi Radon, Prosiding Simposium Fisika Nasional, Yogyakarta.
Bunawas dan Ramain, A., 1991, Pemantau Radon Kontinyu, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah,
PPNY-BATAN, Yogyakarta.
Silakhuddin, 1981, Pengukuran Konsentrasi Gas Radon Air Sumur dengan Metode Penggelembungan,
Skripsi FMIPA-UGM.
Sudarsono, Gatot W., Pujadi dan Nazaroh, 1991, Standarisasi Radionuklida Pemancar-α Am-241 dengan
Pencacah Proposional 4πα , Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, PPNY-BATAN,
Yogyakarta.
Sudarti S., Dewita S. dan Gede S. W., 1997, Pengujian Resolusi dan Efisiensi Detektor Surface Barier Tipe
Silikon sebagai Pencacah Latar Rendah, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, PPNY-
BATAN, Yogyakarta.
Wilkening, M., 1981, Radon in Atmospheric Studies: A Review, Proceeding of Second Special Symposium
on Natural Radiation Environment, Bhaba Atomic Research Center India.
75