Academia Writing
Academia Writing
1)Aturan Umum
2)Format Kepenulisan
ANDHIKA DEWANTARA
1
Wah, Chin Kin. 1987. Defence Spending in Southeast Asia. Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies.
2
Chang, Felix K. 2012. Chinas Naval Rise and the South China Sea: An Operational
Assessment. Orbis 56 (1): 1938
Selain itu terhitung sejak terjadinya konflik di laut China Selatan, yang merupakan
salah satu konflik yang melibatkan perselisihan di antara negara-negara yang meliputi
:Tiongkok,Taiwan ,Filiphina,Vietnam, Brunei dan Malaysia. Hal ini memicu negara-negara
khususnya di kawasan Asia Tenggara yang terlibat didalamnya serta disekitarnya ke dalam
sebuah euforia Arm Race yang berujung pada peningkatan belanja militer untuk
memoderinisasi persenjataan mereka.3Selain itu tidak adanya forum yang dibentuk untuk
mengkontrol perlombaan persenjataan di kawasan tersebut mengakibatkan negara-negara di
kawasan Asia khususnya di Asia Tenggara semakin larut dalam Arm Race. Fenomena ini
memperlihatkan semakin memanasnya keamanan di kawasan Asia Tenggara.Meskipun
belum mencapai tahap kritis,namun sejumlah ketegangan kawasan ini dapat memicu negara
yang terlibat untuk berkonfortasi secara langsung.
Bagian Pendahuluan: Disertai dengan gambaran umum topik yang akan dibahas dan pengatar
menuju bahasan topik
Menurut pendapat salah satu ahli David Kang menjelaskan permasalahan Arm Race
yang dikonotasikan kedalam bentuk peningkatan anggaran belanja militer,telah membuktikan
adanya perbandingan analisis statistik yang mirip akan kedua wilayah antara Amerika Latin
dan Asia Tenggara.4Lebih lanjut Welsh berargumen bahwa penyebab utuma dari peningkatan
belanja militer ini adalah kondisi domestik yang dikonotasikan dengan struktural dengan
negara.5
3
Wu, Shicun, and Keyuan Zou. (2009). Maritime Security in the South China Sea: Regional
Implications and International Cooperation. Secretary. Surrey: Ashgate Publishing.
4
Kang, David. 2014. A Looming Arms Race in East Asia?.
http://nationalinterest.org/feature/looming-arms-race-east-asia-10461
5
Welsh, Bridget. 2015. A Wrong Turn in ASEANs Arms Race. .
http://bridgetwelsh.com/2015/03/a-wrong-turn-in-aseans-arms-race/
The Military Balance dan SIPRI on Southeast Asian Military Spending
memperlihatkan bahwa terjadi sebuah trend dari negara-negara yang ada di kawasang Asia
Tengara sejak 2001,tepatnya setelah negara-negara tersebut berhasil bangkit setelah krisis
finansial yang melanda Asia 1997/1998.6 Setelah melakukan penilaian lebih dekat,terdapat
faktor kompleks dan beragam yang meliputi peningkatan militer di Asia Tenggara. Dapat
dicontohkan misalnya pada tabel diatas menunjukan bahwa pengeluaran militer di Thailand
melonjak secara eksponensial setelah 2006. Hal ini berlangsung terutama sejak kudeta militer
yang terjadi di tahun 2006 dan sekali suatu pemerintahan berkuasa belanja negarapun secara
tidak langsung kan mengalami lonjakan tinggi tidak meliputi ancaman dari eksternal itu
tersendiri.7Lebih lanjut relasi sipil dan militer di Thailand bisa dibilang tak seimbang dalam
artian militer lebih kuat dari sipil,akan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan belanjar
militer.8
6
IIS.2015.The Military Balance 2015.
https://www.iiss.org/en/publications/military%20balance/issues/the-military-balance-2015-
5ea6
7
Abuza, Zachary. 2012. The Philippines: Internal and external security challenges.
https://www.aspi.org.au/publications/special-report-issue-45-the-philippines-internal-and-
external-security-challenges
8
Chambers, Paul. 2013. Military Shadows in Thailand Since the 2006 Coup Asian
Affairs: An American Review, 40 (2): 67-82.
Selanjutnya setelah melewati fase krisis keuangan di tahun 1997, Indonesia
mengalami sebuah tren peningkatan belanja militer di kawasan. Di tahun 2001 sampa dengan
2014 belanja militer naik sangat signifikan dari mulai 1 Miliar Us Dollar sampai dengan 7
Miliar Us Dollar. Peningkatanpun terjadi kembali setelah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menduduk jabatanya di oktober 204. Diantara 2005 sampai dengan 2013,
anggaran pertahanan naik kembali 290 % sebelum jatuh periode 2014.9
Dalam kasus lain Filiphina, berdasarkan tabel diatas juga menunjukan adanya
peningkatan pengeluaran militer sesuai dengan peningkatan tensi konflik maritim dengan
Tiongkok di Laut China Selatan. Lebih lanjut,Filiphina bisa dibilang mempunyai keinginan
yang tinggi untuk melengkapi dan meningkatkan persenjataan sendiri untuk menghalangi dan
menantang ambisi China dalam sebuah model tit for tat dalam akuisisi militernya untuk
mempertahankan kedaulatan teritorialnya,yang bisa dikatakan kondisi seperti ini merupakan
penjelasan struktural dari Arm Race. Tantangan ini pun bisa dibilag merupakan hal yang
normal bisa dianggap sebagai pemicu peningkatan belanja militer dikawasan.Selain itu
merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk memeriksa keterkaitan domestik dan
persepsi ancaman dari luar untuk melakukan analisis dan penjelasan akan dinamika militer di
kawasan.
Dilain sisi kiranya terdapat fakta adanya ketidakseimbangan dari modernisasi militer
di regional Asia Tenggara,tidak memungkiri terdapat fakta bahwa Singapura dan Brunei yang
diuntungkan dengan banyanya investasi dan relatif mempunyai angkatan militer kecil dan
pengelolaan aset militer yang bagus,dimana di negara Asia Tenggara lain masih mengalami
sebuah permasalahan terkait penuaan persenjataan yang didapatkan sebagai warisan perang
dingin yang lampau.10
Negara seperti Indonesia,Malaysia, Vietnam dan Thailand mungkin saja telah secara
selektif memoderenisasi kapabilitas pertahanan mereka,seperti pesawat tempur dan kapal
selam.Akan tetapi, sebagian besar angkatan militer mereka harus beroperasi dalam peralatan
militer yang telah menua,terutama dalam konteks angkatan darat. Bisa dilihat Indonesia
memiliki kendaraan,seperti Kendaraan bersenjata dan tank amfibi PT-76 , yang di dapat dari
9
Abuza, Zachary.2015.Analyzing Southeast Asia Military Expenditures.
https://www.cogitasia.com/analyzing-southeast-asias-military-expenditures/
10
Shang Su ,Wu.2016.Ageing Arsenals In Southeast Asia : Impact on Military Modernisation
Analysis. http://www.eurasiareview.com/11022016-ageing-arsenals-in-southeast-asia-
impact-on-military-modernisation-analysis/
era Konfortasi, Malaysia mendapatkan model OTO 56 howitzers dari periode pembentukan
negara Malaya, Thailand yang menyimpan tank ringan M-41 dari perang Korea. Lebih
menariknya Vietnam tidak mewarisi apapun sistem persenjataan darat di era perang perang
dingin yang lampau.11
Persenjataan yang mengalami penuaan di Asia Tenggara ini bisa dikaitkan dengan
erat atas kemampuan keuangan yang terbatas dari setiap negara dan dinamika perubahan
konteks keamanan. Bahkan ketika sejumlah besar senjata diperoleh dengan harga yang murah
selama Perang Dingin,negara-negara tersebut yang menerima kiranya jarang siap untuk
memasukan persenjataan tersebut sebagai penganti atau meningkatkan kemampuan
persenjataan berakhir.Kembali lagi setelah perang dingin berakhir dan suasanan yang relatif
damai di kawasan itu muncul,seperti tuntutan infrastruktur,seperti layaknya pendidikan dan
kesehatan yang terkendala akan anggaran pertahanan.Lebih lanjut berdasarkan catatan
,meskipun perekonomian di kawasan meingkat dan seiringpula dengan pertambahan
anggaran militer tetap saja negara-negara tersebut tidak melakukan moderenisasi secara
komperhensif.
Bagian Pembahasan : Analisis kasus lebih mendalam yang bisa mengunakan analisis data dan
pendapat para ahli disertai dengan opini pribadi yang bersifat ilmiah.
Tentu saja praktik moderenisasi selektif merupakan salah satu prioritas strategi dari
praktik dalam wilayah tersebut.Lebih lanjut, isu maritim telah menarik perhatian dari negara-
11
Ibid
12
Ibid
negara di Asia Tenggara pasca era Perang dingin,untuk mengarahkan porsi besar sumber
daya nasional untuk mengalokasikanya kedalam sektor keamanan maritim serta pertahanan
udara. Secara kontras, bisa dikatakan suatu siklus manajemen aset militer yang relatif akan
kapabilitas,terlebih sistem persenjataan darat, lebih bisa dikatakan tidak terlalu
diproritaskan.Dan lebih lanjut untuk sistem persenjataan terutama darat mendapat pendanaan
yang kurang dalam agenda moderenisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Website
Abuza, Zachary. 2012. The Philippines: Internal and external security challenges.
https://www.aspi.org.au/publications/special-report-issue-45-the-philippines-internal-and-
external-security-challenges
Chang, Felix K. 2012. Chinas Naval Rise and the South China Sea: An Operational
Assessment. Orbis 56 (1): 1938
Chambers, Paul. 2013. Military Shadows in Thailand Since the 2006 Coup Asian Affairs:
An American Review, 40 (2): 67-82.
Wu, Shicun, and Keyuan Zou. (2009). Maritime Security in the South China Sea: Regional
Implications and International Cooperation. Secretary. Surrey: Ashgate Publishing.