Anda di halaman 1dari 3

Draft Per 3 Januari 2013

IMPLEMENTASI PETA JALAN INDUSTRIALISASI GARAM

Sejumlah tahapan yang biasa dilakukan di dalam menyusun suatu peta jalan (road map),
antara lain adalah: analisis kesenjangan (gap analysis), analisis SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunity, dan Threat), identifikasi strategi pengembangan, penyusunan peta jalan (roadmap),
serta penyusunan rencana tindak (action plan).

3. Strategi Pengembangan

Berdasarkan Matriks SWOT di atas, maka dapat diketahui dengan jelas berbagai formulasi
arahan alternatif strategi yang bisa ditempuh dalam rangka industrialisasi garam di Indonesia, yaitu:

a) Strategi S-O

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15 (Matriks SWOT) diperoleh beberapa formulasi
strategi berikut:

1) Meningkatkan produksi garam nasional melalui program ektensifikasi lahan


garam.

2) Peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk garam dengan lebih


mendorong berdiri dan berkembangnya unit-unit usaha pengolahan garam
(seperti pengolahan garam krosok menjadi garam beriodium, garam industri,
dll) dengan skala produksi yang bisa dilakukan di tingkat petani, kelompok
petani, dan/atau koperasi garam.

3) Peningkatan nilai tambah dengan mendorong berkembangnya unit-unit usaha


pemanfaatan bittern dengan skala produksi yang bisa dilakukan di tingkat
petani, kelompok petani, dan/atau koperasi garam.

4) Mengembangkan sejumlah sentra produksi garam menjadi pilot project desa


garam untuk menjadi tujuan wisata pendidikan (edutourism).

b) Strategi W-O

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15 (Matriks SWOT) diperoleh beberapa formulasi
strategi berikut:

1) Melaksanakan pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan bagi para petani


garam agar mampu menguasai dengan baik teknologi baru (tepat guna) proses
produksi, peningkatan kualitas garam, diversifikasi produk, pemanfaatan

1
Draft Per 3 Januari 2013

bittern, serta pengetahuan dan kemampuan manajerial (keuangan dan


pemasaran) usaha garam rakyat.

2) Menerapkan teknologi baru (tepat guna) untuk meningkatkan produktivitas


lahan yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing sentra produksi
garam.

3) Menerapkan teknologi baru (tepat guna) untuk meningkatkan kualitas garam


yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing sentra produksi garam.

4) Mendorong dan memfasilitasi pemerataan pelaksanaan sistem polikultur (mix


farming) usaha garam rakyat (di musim kemarau) dengan usaha biota
budidaya (di musim penghujan).

5) Program bantuan pemerintah untuk penataan ulang dan/atau perbaikan


kondisi infrastruktur dan fasilitas produksi di areal lahan garam rakyat.

c) Strategi S-T

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 16 (Matriks SWOT) diperoleh beberapa formulasi
strategi berikut:

1) Menetapkan pola usaha garam sesuai lamanya musim kemarau dengan


terlebih dulu mengantisipasi kendala kesulitan penyediaan sejumlah faktor
produksi (misalnya: tenaga kerja) di awal musim garam/kemarau.

2) Adanya standar kualitas yang jelas dari pemerintah di antara ketiga jenis
kualitas garam (K1, K2, dan K3) dengan disertai adanya bantuan penyediaan
alat uji yang portable.

3) Menata sistem tataniaga garam agar transparan, rantai tataniaganya tidak


terlalu panjang, dan ada keberpihakan kepada para petani garam.

4) Mengembangkan pola kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan


(stakeholder) untuk membantu para petani memperoleh akses ke sumber
pembiayaan.

d) Strategi W-T

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 16 (Matriks SWOT) diperoleh beberapa formulasi
strategi berikut:

2
Draft Per 3 Januari 2013

1) Pengembangan inovasi dan teknologi tepat guna untuk mengurangi


ketergantungan yang sangat tinggi terhadap faktor cuaca/iklim.

2) Program bantuan penyediaan fasilitas gudang untuk menyimpan stok garam


para petani garam yang tidak memiliki gudang atau adanya sistem lain dengan
tujuan serupa, yakni mensiasati agar harga garam di tingkat petani tidak lagi
anjlok pada saat panen raya.

3) Memperkuat mekanisme pengawasan pelaksanaan regulasi garam di tingkat


akar rumput dengan membentuk lembaga pengawas yang berwenang
memberikan sanksi yang tegas kepada para pelanggar regulasi terkait.

4) Peningkatan posisi tawar petani garam melalui penguatan kelembagaan usaha


garam rakyat, jaringan pasar, dan/atau akses ke industri pengguna.

5) Memfasilitasi pengembangan industri pendukung bagi usaha garam rakyat


(dan usaha diversifikasinya) di wilayah-wilayah sentra produksi garam.

Anda mungkin juga menyukai