Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN dermatitis kontak alergik akibat kerja (DKAAK) yang

Ekzema berasal dari bahasa Yunani. Artinya air mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja
mendidih. Penggunaan kata ini merupakan refleksi (DKAK). Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90%
kelainan kulit yang tampak berbintik, menggelembung dari dermatitis akibat kerja (DAK) prevalensi DKAAK
pada permukaan kulit sperti buih air mendidih. Di Eropa, berbeda - beda di tiap Negara tergantung macam serta
ekzema merupakan nama penyakit yang mempunyai ciri derajat industrialisasi Negara tersebut. Di Eropa insiden
khas gatal. Di Amerika ekzema ini dinamakan Dermatitis. juga tinggi seperti Swedia dermatitis kontak dijumpai
Ciri khasnya terutama keluhan gatal. Rasa gatal pada 48% dari populasinya. Di belanda 6% di Stockholm
merupakan perwujudan rasa nyeri yang berada dibawah 8% dan Bergen 12%. (Iwan Trihapsoro, 2009)
nilai ambang. Rangsangan dapat berbentuk trauma fisik, Menurut Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara
kimiawi, dan mekanisme alergi. (Banjarmasin post, 2006) menunjukkan penyakit alergi adalah satu dari tiga
Ekzema mempunyai banyak bentuk gambaran klinis, penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke
sehingga sulit dibuat defenisi untuk kata Ekzema. dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar
Disarankan istilah tersebut tidak dipakai lagi dan 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar
digantikan dengan istilah dermatitis. Sebenarnya istilah 80% dantaranya menunjukkan gangguan berulang yang
dermatitis sudah banyak dipakai untuk ekzema karena menjurus pada kelainan alergi. Penderita alergi di Eropa
kontak, ekzema pada atopik, dan pada dermatitis ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian
seboroik. Pengarang lainnya beranggapan istilah ekzema alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap
dan dermatitis ini tidak sama. Ada yang lebih senang saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia
menggunakan istilah dermatitis. Karena pengertian sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20%
dermatitis dan ekzema sampai saat ini masih juga mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai Dermatitis
diperdebatkan, penulis masih mengangap kedua istilah (alergi kulit). (Widodo Judarwanto, 20010)
itu mempunyai pengertian yang sama. Jadi dermatitis Di Indonesia laporan dari bagian penyakit kulit dan
adalah suatu reaksi peradangan kulit yang karakteristik kelamin FK Unsrat Manado dari tahun 1988-1991
terhadap berbagai rangsangan endogen ataupun dijumpai insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di
eksogen. Penyakit ini sangat sering dijumpai. (Marwali, RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat
2008) pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden dermatitis kontak
Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat sebanyak 17,76%. Sedangkan di RS Dr. Pirngadi Medan
kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis insiden dermatitis kontak pada tahun 1992 sebanyak
kontak. Antigen penyebab utamanya adalah nikel, 37,54% tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994
potassium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi ke sebanyak 40,05%. Dari data kunjungan pasien baru di
dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat
kontak. Dermatitis tangan mengenai 2% dari populasi 3897 pasien baru di poliklinik alergi dengan 1193 pasien
dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak dari bulan
hidupnya. Anak-anak dengan dermatitis kontak 60% akan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi
positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah dengan 645 pasien (30,40%) menderita dermatitis
lama memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun
dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada Amerika. 2000 terdapat 731 pasien baru dipoliklinik alergi dimana
Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari
dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan disebut bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien
dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak. dengan pelaksanaan pengukuran atau pengamatan
(Widodo Judarwanto, 2010) pada saat bersamaan.
Berdasarkan jumlah kunjungan penderita Dermatitis di
B. Populasi dan Sampel
Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo terdapat 125
pasien (47.2%) diantaranya 59 kasus dermatitis, hal ini 1. Populasi
menunjukkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
tentang hidup sehat. Sehingga peniliti ingin mengetahui
pasien Januari sampai dengan bulan Juni 2015
faktor yang berhubungan dengan dermatitis.
terdapat 125 pasien (47.2%) diantaranya 59
Penyebab dermatitis tidak diketahui, namun jika salah
kasus dermatitis yang datang berobat di
satu atau lebih anggota keluarga mengalami dermatitis,
Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo.
asma, atau rinitas alergi maka anak anda memiliki
2. Sampel
kemungkinan lebih besar untuk mengalami ekzema
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan
pasien dermatitis yang datang berobat di
ekzema juga mengalami asma atau rinitas alergi.
Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo pada
Ekzema dapat dipicu oleh berbagai hal, antara lain : 1)
saat berlangsungnya penelitian serta bersedia
keringnya kulit 2) iritasi oleh sabun detergen, pelembut
menjadi responden untuk penelitian. jumlah
pakaian, dan bahan kimia lain 3) menciptakan kondisi
sampel 40 orang.
yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus
3. Cara Pengambilan Sampling
anak dengan pakaian berlapis-lapis 4) alergi atau
Cara penentuan sampel dilakukan secara
intoleransi terhadap makanan tertentu 5) alergi terhadap
Accidental Sampling yaitu sampel yang diambil
tungau debu, serbuk sari makanan, atau bulu hewan 6)
yang kebetulan ada dilokasi penelitian selama
virus dan infeksi lain 7) perjalanan ke Negara dengan
penelitian berlangsung, dengan menggunakan
iklim berbeda.
rumus :
METODE PENELITIAN N
=
A. Desain Penelitian 1 + ()
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriptif analitik (gambaran mengenai suatu data Ket : n = jumlah sampel
agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan N = jumlah populasi
informatif bagi orang yang membacanya) dengan d = derajat kepercayaan : 0,01
menggunakan cross sectional yang dirancang untuk a. Kriteria Inklusi :
melakukan analisis data yang sifatnya telah terjadi 1) Penderita dermatitis
atau sedang berlangsung dalam populasi penelitian 2) Bersedia diteliti
3) Bersedia mengisi kuesioner 2. Variable Independen
4) Berada di tempat pada saat penelitian a. Alergi Makanan
dilakukan Reaksi imunologis (kekebalan tubuh) yang
5) Penderita yang masih bagus menyimpang karena masuknya bahan
ingatannya penyebab alergi dalam.
b. Kriteria Eksklusi : Kriteria Objektif :
1) Bukan penderita dermatitis 1) Alergi makanan baik, jika respon
2) Tidak bersedia diteliti menjawab 17,5% jawaban benar dari
3) Tidak mengisi kuesioner seluruh pertanyaan yang diajukan dalam
4) Tidak berada ditempat pada saat kuisioner.
penelitian 2) Alergi makanan kurang, jika respon
5) Penderita sedang hilang ingatan. menjawab < 17,5% jawaban benar dari
C. Variabel Penelitian seluruh pertanyaan yang diajukan dalam
1. Variablel Dependen kuisioner.
Kejadian Dermatitis b. Lingkungan
2. Variable Independen Segala sesuatu yang ada disekitarnya baik
a. Alergi Makanan berupa benda hidup, benda mati, benda
b. Lingkungan nyata/abstrak. Seperti debu, bahan wool, air,
c. Pengetahuan suhu, cuaca dll.
D. Definisi Oprasional Kriteria Objektif :
1. Variablel Dependen 1) Lingkungan baik, jika respon menjawab
Kejadian Dermatitis 17,5% jawaban benar dari seluruh
Suatu peradangan pada lapisan atas kulit pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
yang menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya 2) Lingkungan kurang, jika respon menjawab
dermatitis juga disertai dengan tanda - tanda < 17,5% jawaban benar dari seluruh
seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.
(bening/nanah) dan bersisik. c. Pengetahuan
Kurang pengetahuan adalah suatu
keadaan dimana seorang individu atau
kelompok mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif atau keterampilan keterampilan
psikomotor berkenaan dengan kondisi atau berhubungan dengan kejadian dermatitis
rencana pengobatan. kemudian data yang diperoleh diolah
Kriteria Objektif : menggunakan SPSS.
1) Tingkat pengetahuan baik, jika respon F. Cara Pengumpulan Data
menjawab 17,5% jawaban benar dari 1. Data Primer
seluruh pertanyaan yang diajukan dalam Pengumpulan data dilakukan melalui
kuisioner. pembagian kuesioner langsung kepada
2) Tingkat pengetahuan kurang, jika respon responden pada saat penelitian yang berkaitan
menjawab < 17,5% jawaban benar dari dengan variabel.
seluruh pertanyaan yang diajukan dalam 2. Data Sekunder
kuisioner. Data sekunder di peroleh dari Rekam Medis di
E. Instrumen Penelitian Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo Tahun
Alat untuk mengumpilkan data adalah 2015.
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Prosedur pengolahan data yang dilakukan
Kuesioner terdiri dari data karakteristik sebagai berikut :
responden,dan data kejadian dermatitis terdiri dari a. Seleksi
alergi makanan, lingkungan dan pengetahuan Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasikan
responden dalam upaya melakukan pencegahan data yang masuk menurut kategori.
dermatitis. b. Editing
Menurut Djuanda (2010), aspek pengukuran Editing dilakukan untuk memeriksa ulang
dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih jumlah responden dan meneliti kelengkapan
dahulu menentukan criteria (tolak ukur) yang akan jawaban.
dijadikan penentuan. Pengumpulan data c. Koding
dilakukan secara langsung terhadap responden, Untuk memudahkan pengelolaan data,
selanjutnya peneliti mengadakan pendekatan semua jawaban perlu di sederhanakan
kepada responden kemudian memberikan dengan cara memberikan simbol tertentu
penjelasan sesuai dengan etika penelitian. pada setiap jawaban.
Apabila responden bersedia maka dipersilahkan d. Tabulasi
menandatangani lembar kuesioner untuk diisi Setelah data terkumpul dan tersusun,
atau dijawab pada saat itu juga, yang meliputi selanjutnya data dikelompokkan dalam satu
data demografi responden, faktor-faktor yang
tabel menurut sifat - sifat pengelompok peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
kannya/sesuai penelitian. menghormati hak - hak subjek.
G. Analisa Data 2. Anonimty (Tanpa Nama)
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan
dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur. mencantumkan nama responden tetapi lembar
Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan tersebut di beri kode.
analisis distribusi frekuensi. Menggunakan bantuan 3. Kerahasiaan (Confidentiality)
program SPSS for windows 16,0 yang meliputi : Menjelaskan masalah - masalah responden yang
1. Analisa Univariat harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan
Dilakukan terhadap tiap - tiap variabel - informasi yang telah dikumpulkan dijamin
variabel penelitian untuk melihat tampilan kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap - akan dilaporkan pada hasil riset.
tiap variabel independen. HASIL PENELITIAN
2. Analisa Bivariat A. Hasil Penelitian
Untuk melihat hubungan tiap - tiap variabel Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wara
independen dengan kejadian penyakit Selatan Kota Palopo Tahun 2015. Pengumpulan
dermatitis sebagai variabel dependen maka data dimulai dari Tanggal 24 Agustus s/d 5
digunakan uji statistik chi-squre dengan nilai September Tahun 2015 dengan jumlah sampel 40
kemaknaan = 0,05. orang. Pengumpulan data dilakukan secara
H. Etika Penelitian langsung terhadap responden, selanjutnya
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti peneliti mengadakan pendekatan kepada
mengajukan permohonan izin kepada instansi responden kemudian memberikan penjelasan
tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, sesuai dengan etika penelitian. Analisis ini
kemudian melakukan penelitian dengan dilakukan terhadap tiap variabel penelitian dimana
menekankan masalah etika yang meliputi ; Variabel independent (Alergi Makanan, Lingkungan,
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) dan Pengetahuan) dan Variabel dependent
Lembar persetujuan ini di berikan kepada (Kejadian PenyakitDermatitis).
responden yang akan di teliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian, bila subjek menolak maka
1. Analisis Univariat Menunjukkan bahwa responden yang tidak
a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur sekolah 1 orang (2,5%), responden yang
Tabel 5.1 berpendidikan SD 9 orang (22,5%),
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tentang
responden yang berpendidikan SMP 5 orang
Kejadian Dermatitis di Puskesmas Wara Selatan
Kota Palopo (12,5%), responden yang berpendidikan SMU
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
13 orang (32,5%) dan responden yang
0-1 1 2,5
2-15 5 12,5 berpendidikan Perguruan Tinggi 12 orang
16-30 13 32,5 (30%).
31-45 8 20,0
46-60 4 10,0 c. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
61-75 8 20,0 Kelamin
76-90 1 2,5
Total 40 100 Tabel 5.3
Sumber : Data primer Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tentang Kejadian Dermatitis di Puskesmas
Diketahui bahwa dari 40 orang responden Wara Selatan Kota Palopo
yang paling banyak pada kelompok umur 16- Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (n) (%)
30 tahun yaitu sebesar 13 responden (32,5%) Laki-Laki 15 37,5
dan yang paling sedikit pada kelompok umur Perempuan 25 62,5
Total 40 100
0-1 tahun dan kelompok umur 76-90 tahun
Sumber : Data primer
yaitu 1 orang responden (2,5%). Diperoleh data bahwa responden yang
b. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang
Pendidikan (37,5%) lebih kecil dibanding responden yang
Tabel 5.2 berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
25 orang (62,5%).
Pendidikan Tentang Kejadian Dermatitis
Di Puskesmas Wara Selatan d. Distribusi Frekuensi Responden
Kota Palopo
Berdasarkan Faktor Alergi Makanan
Pendidikan Frekuensi Persentase
(n) (%) Tabel 5.4
Tidak 1 2,5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Alergi
Sekolah 9 22,5 Makanandi Puskesmas Wara Selatan
SD 5 12,5 Kota Palopo
SMP 13 32,5 Alergi Makanan Frekuensi (n) Persentase
SMU 12 30,0 (%)
PT Alergi 33 82,5
Total 40 100 Tidak Alergi 7 17,5
Sumber : Data primer Total 40 100
Sumber : Data primer
Diatas menunjukkan bahwa dari 40 Diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden yang beresiko menderita dermatitis responden yang beresiko menderita dermatitis
terhadap alergi makanan sebanyak 33 orang dari pengetahuan sebanyak 36 orang (90%)
(82,5%) dan responden yang tidak berisiko dan responden yang tidak berisiko dermatitis
menderita dermatitis terhadap alergi makanan dari pengetahuan sebanyak 4 orang (10%).
sebanyak 7 orang (17,5%). 2. Analisis Bivariat
e. Distribusi Frekuensi Responden a. Analisis Hubungan Antara Variabel Alergi
Berdasarkan Faktor Lingkungan Makanan Dengan Kejadian Dermatitis
Tabel 5.5 Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Hubungan Antara Variabel Alergi Makanan dengan
Lingkungan di Puskesmas Wara Selatan Kejadian Dermatitis di Puskesmas Wara Selatan
Kota Palopo Kejadian Jumlah Nilai
Alergi
Lingkungan Frekuensi Persentase Dermatitis p
Makanan
(n) (%) Ya Tidak
Berisiko 35 87,5 n % n % n %
Tidak 5 12,5 Alergi 33 82,5 0 0 33 82,5
Berisiko Tidak 0,004
Total 40 100 Alergi 4 10,0 3 7.5 7 17,5
Sumber : Data primer 2015 Total 37 92,5 3 7,5 40 100
Sumber : Data primer
Diatas menunjukkan bahwa dari 40 Menunjukkan bahwa dari 40 responden
responden yang berisiko menderita dermatitis yang menderita dermatitis dan berisiko
terhadap kondisi lingkungan sebanyak 35 terhadap faktor alergi makanan sebesar 33
orang (87,5%) dan responden yang tidak (82,5%) dan responden yang tidak menderita
berisiko dermatitis terhadap kondisi dermatitis dan berisiko terhadap faktor alergi
lingkungan sebanyak 5 orang (12,5%). makanan sebesar 0 (0%).. Sedangkan
f. Distribusi Frekuensi Responden responden yang menderita dermatitis dan
Berdasarkan Faktor Pengetahuan. tidak berisiko terhadap faktor alergi makanan
Tabel 5.6 sebesar 4 (10%) dan yang tidak menderita
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor
Pengetahuandi Puskesmas Wara Selatan dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor
Kota Palopo lingkungan sebesar 3 (7,5%).
Riwayat Frekuensi Persentase
Keluarga (n) (%) Berdasarkan hasil Fishers Exact Test
Berisiko 36 90 diperoleh nilai p= 0,004 yang berarti lebih
Tidak 4 10
kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian
Berisiko
Total 40 100 dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara alergi makanan dengan c. Analisis Hubungan Antara Variabel
kejadian dermatitis di Puskesmas Wara Pengetahuan Dengan Kejadian Dermatitis
Selatan Kota Palopo. Tabel 5.9
Hubungan Antara Variabel Riwayat Keluarga dengan
b. Analisa Hubungan Antara Variabel
Kejadian Dermatitis di di Puskesmas Wara Selatan
Lingkungan Dengan Kejadian Dermatitis Riwayat Kejadian Jumlah Nilai
Keluarg Dermatitis p
Tabel 5.8
Hubungan Antara Variabel Lingkungan Dengan a Ya Tidak
Kejadian Dermatitis di Puskesmas Wara Selatan n % n % n %
Berisiko 35 87,5 1 2,5 36 90
Kejadian Dermatitis Jumlah Nilai Tidak 2 5 2 5 4 10 0,022
Lingkungan Berisiko
Ya Tidak p
n % n % n % Total 37 92,5 3 7,5 40 100
Berisiko 34 85 1 2,5 35 87,5 Sumber : Data primer
Tidak Berisiko 3 7,5 2 5,0 5 12,5 0,036 Menunjukkan bahwa dari 40 responden
Total 37 92,5 3 7,5 40 100 yang menderita dermatitis dan berisiko
Sumber : Data primer
terhadap faktor pengetahuan sebesar 35
Menunjukkan bahwa dari 40 responden (87,5%) dan responden yang tidak menderita
yang menderita dermatitis dan berisiko dermatitis dan berisiko terhadap faktor
terhadap faktor lingkungan sebesar 34 (85%) pengetahuan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan
dan responden yang tidak menderita responden yang menderita dermatitis dan
dermatitis dan berisiko terhadap faktor tidak berisiko terhadap faktor
lingkungan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan pengetahuan sebesar 2 (5%) dan yang tidak
responden yang menderita dermatitis dan menderita dermatitis dan tidak berisiko
tidak berisiko terhadap faktor lingkungan terhadap faktor pengetahuan sebesar 2 (5%).
sebesar 3 (7,5%) dan yang tidak menderita Berdasarkan hasil Fishers Exact Test
dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor diperoleh nilai p= 0,022 yang berarti lebih
lingkungan sebesar 2 (5%). kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian
Berdasarkan hasil Fishers Exact Test dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
diperoleh nilai p= 0,036 yang berarti lebih bermakna antara pengetahuan seseorang
kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian dengan kejadian dermatitis di Puskesmas
dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang Wara Selatan Kota Palopo.
bermakna antara dengan kejadian dermatitis
di Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil Fishers Exact Test diperoleh
1. Analisis Univariat nilai p= 0,004 yang berarti lebih kecil dari nilai
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
maka pembahasan mengenai tiap variabel yang diteliti ada hubungan yang bermakna antara alergi
dijelaskan sebagai berikut : makanan dengan kejadian dermatitis di
a. Faktor Alergi Makanan Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo.
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala b. Faktor Lingkungan
yang mengenal banyak organ dan system tubuh Lingkungan sangat mempengaruhi kejadian
yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. suatu penyakit. Interaksi antara penjamu, agen,
Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan
makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi kondisi penyakit seseorang tetapi ada beberapa
banyak dokter atau masyarakat awam penyakit yang hanya disebabkan oleh kesalahan
menggunakan istilah alergi makanan untuk semua letak kode atau informasi genetik yang dinamakan
reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik oleh penyakit keturunan. Akan tetapi, hampir
yang imunologik atau non imunologik. semua penyakit pada manusia berada di antara
(Judarwanto, 2009) kedua ujung spectrum ini dan kedua faktor baik
Menunjukkan bahwa dari 40 responden yang intrinsik maupun ekstrinsik saling mempengaruhi
menderita dermatitis dan berisiko terhadap faktor secara bermakna.
alergi makanan sebesar 33 (82,5%) dan Berdasarkan pada tabel distribusi, responden
responden yang tidak menderita dermatitis dan yang berisiko menderita dermatitis karena faktor
berisiko terhadap faktor alergi makanan sebesar 0 lingkungan sebesar 35 orang (87,5%), hal tersebut
(0%).. Sedangkan responden yang menderita dikarenakan sebagian besar responden lebih
dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor alergi banyak terpapar oleh kondisi lingkungan sehari-
makanan sebesar 4 (10%) dan yang tidak hari misalnya dalam penggunaan sabun tertentu
menderita dermatitis dan tidak berisiko terhadap yang dapat menyebabkan alergi.
faktor lingkungan sebesar 3 (7,5%). Berdasarkan c. Faktor Pengetahuan
hal tersebut dikarenakan sebagian besar Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan
responden lebih banyak mengkonsumsi makanan dimana seorang individu atau kelompok
seperti telur dan makanan ringan yang mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau
mengandung penyedap rasa yang tinggi keterampilan keterampilan psikomotor
berkenaan dengan kondisi atau rencana
pengobatan.(TantyHandayani,http://www.medicast dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor
ore.com). alergi makanan sebesar 3 (7,5%). Berdasarkan
Batasan karakteristik mayor : pada Uji Fishers Exact Test faktor yang
Mengungkapkan kurang pengetahuan atau berhubungan dengan kejadian dermatitis
keterampilan keterampilan/permintaan informasi, didapatkan ada hubungan antara variabel alergi
Mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi makanan dengan kejadian dermatitis dengan
status kesehatan. Melakukan dengan tidak tepat nilai signifikan p = 0,004 lebih kecil dari = 0,05.
perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang Menurut teori Sinarty Hartanto (2009),
diinginkan, memverbalisasikan adanya masalah, hampir seluruh makanan bisa menyebabkan
ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak alergi namun hanya beberapa jenis yang kerap
sesuai. (Sudibjo, 2007). memicu alergi seperti susu, kacang tanah, telur
Berdasarkan pada tabel distribusi, responden dan makanan laut. Alergi berlangsung manakala
yang berisiko menderita dermatitis karena faktor system kekebalan tubuh salah mengartikan
pengetahuan sebesar 36 orang (90%), hal tersebut makanan yang masuk kedalam tubuh, sehingga
dikarenakan sebagian responden menderita tubuh harus dilindungi. Yang terjadi, tubuh
dermatitis lebih banyak diturunkan dari bapak/ibu membuat antibody terhadap beberapa jenis
yang menderita alergi. makanan yang merupakan bagian dari makanan
2. Analisis Bivariat penyebab timbulnya reaksi alergi, biasanya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disebabkan oleh protein.
maka pembahasan mengenai tiap variabel yang diteliti Pada hasil penelitian yang dilakukan
dijelaskan sebagai berikut: menunjukkan bahwa responden yang menderita
a. Hubungan Antara Faktor Alergi Makanan dengan dermatitis dan berisiko terhadap faktor alergi
Kejadian Dermatitis makanan sebesar 33 orang (82,5%) dan tidak
Responden yang menderita dermatitis dan ada responden yang tidak menderita dermatitis
beresiko terhadap faktor alergi makanan sebesar dan berisiko terhadap faktor alergi makanan.
33 orang (82,5%) dan tidak ada responden yang Sedangkan responden yang menderita dermatitis
tidak menderita dermatitis dan berisiko terhadap dan tidak berisiko terhadap faktor alergi makanan
faktor alergi makanan. Sedangkan responden sebesar 4 orang (10%) dan responden yang tidak
yang menderita dermatitis dan tidak berisiko menderita dermatitis dan tidak berisiko terhadap
terhadap faktor alergi makanan sebesar 4 orang faktor alergi makanan sebesar 3 orang (7,5%).
(10%) dan responden yang tidak menderita Responden yang menderita dermatitis yang
alergi makanan disebabkan karena pada saat responden yang menderita dermatitis dan tidak
system kekebalan tubuh salah mengenal berisiko terhadap faktor lingkungan sebesar 3
beberapa jenis makanan tertentu yang kita (7,5%) dan responden yang tidak menderita
makan sebagai musuh yang harus diserang. Jika dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor
orang bersangkutan mengkonsumsi makanan lingkungan sebesar 2 (5%). Berdasarkan pada
tersebut, sistem kekebalan tubuhnya akan Uji Fishers Exact Test faktor yang berhubungan
melepaskan sejumlah zat kimia yang melindungi dengan kejadian dermatitis didapatkan ada
tubuhnya. Zat - zat kimia ini memicu munculnya hubungan antara variabel lingkungan dengan
reaksi atau gejala - gejala alergi. kejadian dermatitis dengan nilai signifikan
Reaksi alergi muncul dalam berbagai gejala yang p = 0,036 lebih kecil dari = 0,05.
bervariasi. Mulai dari gatal - gatal di daerah Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
mulut, lidah, atau bibir membengkak, sesak bahwa responden yang berisiko menderita
nafas, diare, gatal - gatal di kulit dan timbul ruam, dermatitis sebagian besar disebakan oleh
rasa mual, pusing, badan lemas dan sebagainya. adanya alergen yang ada di lingkungan yang
Gejala ini bisa muncul dalam hitungan menit merupakan faktor pencetus terjadinya dermatitis
sampai dua jam setelah orang tersebut yaitu sabun atau detergen tertentu yang biasa di
mengkonsumsi makanan penyebab alergi. gunakan sehari - hari. Sabun dan busa
Berdasarkan pada pengamatan dan asumsi yang berlebihan akan membuat kulit kering dan
peneliti, sebagian besar responden menderita bersisik, juga dapat menimbulkan alergi seperti
dermatitis karena alergi makanan. Sehingga dari gatal-gatal, kemerahan, timbul bintik dan kulit
hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya terkelupas.
hubungan alergi makanan dengan kejadian Menurut teori Nurul Itqiyah, (2007) yang
dermatitis di Puskesmas Wara Selatan Kota menyatakan bahwa lingkungan sangat
Palopo. mempengaruhi kejadian suatu penyakit. Interaksi
b. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan antara penjamu, agen dan lingkungan sangat
Kejadian Dermatitis erat kaitannya dengan kondisi penyakit
Responden yang menderita dermatitis dan seseorang tetapi ada beberapa penyakit yang
berisiko terhadap faktor lingkungan sebesar 34 hanya disebabkan oleh kesalahan letak kode
(85%) dan responden yang tidak menderita atau informasi genetik yang dinamakan oleh
dermatitis dan berisiko terhadap faktor penyakit keturunan. Faktor lingkungan yang
lingkungan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan memicu atau memperparah dermatitis, misalnya :
Bahan seperti wol, detergen, sabun, antiseptic, c. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan dengan
kontak dengan bulu hewan, menggunakan krim Kejadian Dermatitis
pelembab (moisturizer), serta bahan - bahan Responden yang menderita dermatitis dan
kosmetik. berisiko terhadap faktor pengetahuan sebesar 35
Responden yang menderita dermatitis dan (87,5%) dan responden yang tidak menderita
berisiko terhadap faktor lingkungan sebesar 34 dermatitis dan berisiko terhadap faktor
(85%) dan responden yang tidak menderita pengetahuan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan
dermatitis dan berisiko terhadap faktor responden yang menderita dermatitis dan tidak
lingkungan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan berisiko terhadap faktor pengetahuan sebesar 2
responden yang menderita dermatitis dan tidak (5%) dan yang tidak menderita dermatitis dan
berisiko terhadap faktor lingkungan sebesar 3 tidak berisiko terhadap faktor pengetahuan
(7,5%) dan yang tidak menderita dermatitis dan sebesar 2 (5%). Berdasarkan pada Uji Fishers
tidak berisiko terhadap faktor lingkungan sebesar Exact Test factor yang berhubungan dengan
2 (5%). Hal ini berarti bahwa faktor lingkungan kejadian dermatitis didapatkan ada hubungan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh antara variabel pengetahuan dengan kejadian
terhadap timbulnya penyakit dermatitis ini, dermatitis dengan nilai signifikan p = 0,022 lebih
terutama faktor cuaca yang panas ini akan kecil dari = 0,05.
memicu timbulnya dermatitis terutama dermatitis Responden yang menderita dermatitis yang
atopik, dan kemungkinan juga di picu oleh faktor memiliki pengetahuan dermatitis dalam keluarga
debu yang berada di lingkungan sekitar yang di masa lalu didapatkan dari keluarga yakni
dapat dapat menyebabkan iritasi pada kulit bapak/ibu, kakek/nenek, saudara kandung
berupa dermatitis. bapak/ibu disebabkan karena alergi dapat
Berdasarkan pada pengamatan dan asumsi diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada
peneliti, sebagian responden menderita penderita. Pada kasus terakhir ini bisa saja
dermatitis disebabkan oleh faktor lingkungan. terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat
Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan orang tuanya mengalami alergi.
bahwa adanya hubungan antara faktor Responden yang menderita dermatitis dan
lingkungan dengan kejadian dermatitis di berisiko terhadap faktor pengetahuan sebesar 35
Puskesmas Wara Utara Kota Palopo. (87,5%) dan responden yang tidak menderita
dermatitis dan berisiko terhadap faktor
pengetahuan sebesar 1 (2,5%). Sedangkan
responden yang menderita dermatitis dan tidak 3. Ada hubungan antara variabel riwayat keluarga
berisiko terhadap faktor pengetahuan sebesar 2 dengan kejadian dermatitis dari responden yang
(5%) dan responden yang tidak menderita berkunjung di Puskesmas Wara Selatan Kota
dermatitis dan tidak berisiko terhadap faktor Palopo.
pengetahuan sebesar 2 (5%). Hal ini berarti
bahwa faktor pengetahuan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit dermatitis.
Berdasarkan pada pengamatan dan asumsi
peneliti, sebagian besar responden menderita
dermatitis disebabkan oleh faktor pengetahuan.
Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian dermatitis di Puskesmas Wara
Selatan Kota Palopo.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian Dermatiti di Puskesmas
Wara Selatan Kota Palopo pada Tanggal 24 Agustus s/d
5 September Tahun 2015 dengan jumlah sampel
sebanyak 40 responden, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara variabel alergi makanan
dengan kejadian dermatitis dari responden yang
berkunjung di Puskesmas Wara Selatan Kota
Palopo.
2. Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan
kejadian dermatitis pada responden yang
berkunjung di Puskesmas Wara Selatan Kota
Palopo.

Anda mungkin juga menyukai