Anda di halaman 1dari 2

ASAL MULA KOTA BANYUWANGI

Banyuwangi merupakan salah satu kota yang terletak di propinsi Jawa Timur. Bagaimana asal
mula kota ini? Berikut ini cuplikan atau sinopsis dari cerita rakyat Asal Mula Kota Banyuwangi yang
diambil dari buku berjudul Ulasan Cerita Rakyat Jawa Timur karya V. Sudiati dan Sujiati.
Pada zaman dahulu di pantai timur Pulau Jawa atau Jawa Timur berdiri sebuah kerjaan yang
diperintah oleh seorang raja. Raja tersebut memiliki seorang putra bernama Raden Banterang yang
kelak akan menggantikan ayahnya sebagai raja. Raden Banterng adalah sosok yang gagah, cakap,
dan bagus parasnya. Sayangnya, Raden Banterang mudah sekali marah.
Suatu hari Raden Banterang berburu dengan beberapa pengiringnya. Dalam perburuan
tersebut, Raden Banterang berpisah dengan pengiringnya dan sampailah ia di sebuah sungai. Di tepi
sungai tersebut ada seorang gadis yang cantik sedang memetik bunga. Raden Banterang langsung
tertarik padanya. Kemudian Raden Banterang mengajaknya berkenalan dan bertanya mengapa ia
sendirian di sini. Gadis itu ternyata bernama Surati, putrid Raja Klungkung. Dia berada di situ karena
ia takut apabila serangan musuh datang lagi. Beberapa waktu lalu kerajaan yang dipimpin ayahnya
diserang kerajaan lain. Ayahnya gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan. Sejak saat itu
Surati mengembara seorang diri dan sampailah ia di tempat itu. Mendengar cerita Surati, Raden
Banterang hanya bisa diam. Karena ia mengetahui bahwa yang menyarang kerajaan Klungkung
adalah ayahnya sendiri. Raden Banterang merasa iba pada Surati dan memutuskan untuk
membawanya ke istana.
Beberapa waktu kemudian Raden Banterang menikahi Surati. Rakyat merasa senang karena
Raden Banterang mempunyai istri yang cantik dan berbudi pekerti yang luhur. Karena sikap Surati
yang baik hatilah, Raden Banterang menjadi tidak pemarah lagi.
Suatu hari Raden Banterang sedang berburu dan Surati sedang berjalan-jalan di luar istana.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memanggil Surati. Surati menoleh kearah orang yang
memanggilnya. Alangkah kagetnya ketika ia melihat siapa yang memanggilnya tadi. Ternyata adalah
kakak kandungnya. Dia tak pernah menyangka kalau kakaknya masih hidup. Kakak kandungnya
tersebut menyuruhnya untuk membantu menuntut balas atas kematian ayah mereka. Namun, Surati
menolaknya karena ia merasa berhutang budi pada Raden Banterang yang telah menyelamatkannya
dari kesengsaraan. Karena tidak mendapatkan dukungan dari adiknya, kakak Surati memutuskan
untuk balas dendam dengan caranya sendiri.
Pada saat berburu tiba-tiba ada seorang pengemis mendatangi Raden Banterang. Raden
Banterang dihasut oleh pengemis tersebut yang sebenarnya adalah kakak Surati yang sedang
menyamar. Pengemis tersebut berkata bahwa ia mendengar pembicaraan Surati dengan kakak
kandungnya tentang rencana mereka balas dendam atas kematian ayah mereka. Pengemis itu juga
bilang bahwa apabila Raden Banterang tidak percaya, Raden Banterang harus melihat di bawah
peraduan permaisuri Surati terdapat sebuah ikat kepala seorang laki-laki. Setelah itu pengemis
tersebut langsung menghilang. Raden Banterang ingin membuktikan kebenaran ucapan pengemis
itu. Bergegaslah ia pulang.
Setibanya di istana Raden Banterang langsung menuju tempat peraduan istrinya. Kecewanya
ia ketika melihat ke bawah peraduan istrinya ternyata memang ada sebuah ikat kepala laki-laki.
Raden Banterang tak bisa menahan lagi kemarahannya. Diajaknya istrinya ke muara sebuah
sungai. Tiba di muara sungai diceritakannya semua laporan yang didengarnya dari seorang pengemis
saat sedang berburu. Raden Banterang lalu menanyakan hal itu pada Surati dengan nada marah.
Surati bersumpah pada Raden Banterang bahwa ia tidak melakukan apa yang diceritakan pengemis
itu pada Raden Banterang. Namun, Raden Banterang tetap tidak percaya. Maka dihunusnya keris
yang terselip di pinggangnya. Sebelum keris itu ditikamkan pada Surati, Surati melompat ke sungai
lalu menghilang. Kemudian pengemis tadi datang sambil neneriakkan sebuah kata yaitu
Banyuwangi. Pengemis tersebut menjelaskan semuanya dan ia juga bilang bahwa Banyuwangi
adalah tanda cinta suci dari Surati untuk Raden Banterang.
Raden Banterang menyesali perbuatannya. Raden Banterang terburu nafsu tanpa
menyelidikinya dengan cermat. Perbuatannya membawa maut bagi permaisuri yang dicintainya.
Sejak saat itu tempat permaisuri menghilang dalam dasar sungai disebut Banyuwangi yang berarti air
yang harum.

Copyed From Mayditya.Blogdeti.com

Anda mungkin juga menyukai