HEMODIALISA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Medikal di
Ruang Hemodialisa RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Oleh:
Yodha Pranata
NIM. 150070300011038
Kelompok 4
2. Indikasi Hemodialisis
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD kronik.
Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
2.1 Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al., 2007):
1. Kegawatan ginjal
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l )
e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia
2. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
2.2 Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur hidup
penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika
GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama,
sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di
bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
3. Kontra Indikasi Hemodialisis
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang
tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan
menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan
akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut
(PERNEFRI, 2003)
4. Tujuan Hemodialisis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
7. Nyeri dada
Frekuensi nyeri dada saat hemodialisis adalah 2-5 % dari keseluruhan hemodialisis
(Holley, 2007). Lebih lanjut daurgirdas, 2008 menyebutkan bahwa nyeri dada hebat saat
hemodialisis ferekuensinya adalah 1-4%. Nyeri dada saat hemodialisis dapat terjadi pada pasien
akibat penurunan hematokrit dan perubahan volume darah karena penarikan cairan (Kallenbach,
et all, 2005). Perubahan dalam volume darah menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah
miokard dan mengakibatkan berkurangnya oksigen miokard. Nyeri dada juga bisa menyertai
kompilkasi emboli udara dan hemolisis (Kallenbach, et all, 2005, Thomas, 2003). Nyeri dada saat
hemodialisis dapat ,menimbulkan masalah keperawatan penurunan curah jantung, gangguang
rasa nyaman, dan intoleransi aktivitas. Nyeri dada yang terjadi perlu dicegah dan diatasi perawat.
Observasi monitor volume darah dan hematokrit dapat mencegah resiko timbulnya nyeri dada.
Perawat dapat berkolaborasi memberikan nitroglisernin dan obat anti angina untuk mengurangi
nyeri dada (Kallenbach, et all, 2005). Pemberian oksigen, menurunkan Ob dan TMP juga
meringankan nyeri dada.
8. Asuhan keperawatan Pasien Dengan Hemodialisis
1. Pengkajian
Keluhan utama
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual, muntah, anoreksia
berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth,
2001 : 1397)
Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal). (Brunner & Suddarth, 2001:
1398)
Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan
cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialysis,
merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan
hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya.
Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah
rendah yang berbahaya. (Brunner & Suddarth, 2001: 1401)
Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya yang
tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam
mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat
sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. (Brunner & Suddarth, 2001: 1402)
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama kali
dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267)
ADL (Activity Day Life)
Nutrisi
Pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan
gejala seperti penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta
edema paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen
dan dengan demikian meminimalkan gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang
diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas
sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam menjalani
aktivitas sehai-hari.
Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan tekanan darah diatas
rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat prosedur selesai dengan
membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011: 268)
B2 : hipotensi, turgor kulit menurun
Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4
ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)
2. Diagnosa keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan
Pre Hemodialisis
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional mengenai
tindakan yang akan dilakukan.
Intra Hemodialisis
2. Resiko tinggi terhadap kehilangan akses vaskuler berhubungan
dengan perdarahan karena lepas sambungan secara tidak
sengaja.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ultrafiltrasi.
4. Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
pemasukan cairan untuk mendukung tekanan darah selama
dialisa.
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah
Post Hemodialisis
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dengan status
kesehatan atau fungsi peran
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi kulit pada
sisi pemasangan kateter
3. Rencana Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA