Anda di halaman 1dari 207

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu rumah sakit, keberhasilan organisasi ini mencapai tujuan salah satunya
ditentukan oleh pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang terorganisir dengan
baik maka diharapkan dapat memberikan pelayanan keperawatan yang prima yang akhirnya
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik.
Menurut undang-undang No. 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk dapat
menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka
rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi
pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk rumah sakit umum ditetapkan seorang
wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan yang dibantu oleh kepala bidang
keperawatan yang mempunyai tugas melakukan bimbingan pelaksanaan asuhan/pelayanan
keperawatan, profesi keperawatan, logistik keperawatan, serta etika dan mutu keperawatan
(Aditama, 2006).
Manajemen keperawatan sendiri merupakan suatu proses koordinasi dan integrasi
sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Huber, 2006). Jadi manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber sumber yang
ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan
yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat. Untuk mencapai hal tersebut
dibutuhkan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
Dasar MAKP tersebut dituangkan dalam Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Pasal
29 ayat 1 (b) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit. MAKP merupakan suatu system
(struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat profesional

1
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan keperawatan. Tujuan utama MAKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, sehingga untuk mencapai aplikasi MAKP terdapat tiga tahap antara lain tahap
persiapan (pra-implementasi), tahap pelaksanaan (intra-implementasi), dan tahap evaluasi
(paska implementasi) (Ahsan, 2012).
Dalam tahap persiapan sama seperti halnya asuhan keperawatan di depertemen
lain, departemen manajemen keperawatan juga melakukan pengumpulan data dengan 5M
terdiri dari Man/M1, Material and machine/M2, Method/M3, Money/M4 dan Marketing/M5.
Method/M3 merupakan data yang menitik beratkan pada penerapan MAKP sendiri,
penerimaan pasien baru-sentralisasi obat, timbang terima (TT), discharge planning,
supervisi, diskusi refleksi kasus atau biasa dikenal dengan ronde keperawatan dan
dokumentasi (Ahsan, 2012). Hal-hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan dan dapat
memepengaruhi efektifitas pelaksanaan model asuhan keperawatan di ruangan.
Lokasi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu juga berada di jalur transportasi dan
komunikasi yang mudah dijangkau masyarakat sehingga dapat mendorong pihak rumah
sakit untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan mudah untuk mengembangkan
pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan. Maka dari itu, untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang prima dengan cepat dan mudah sesuai standart pelayanan kesehatan yang
telah ditetapkan pemerintah dalam mengembangkan pelayanan serta meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit Umum Karsa Husada khususnya di ruang Kemuning-Dahlia
memerlukan peningkatan dengan perbaikan mutu manajemen di ruang Kemuning-Dahlia.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 13-15 Juni 2016a didapatkan hasil bahwa
ruang Kemuning-Dahlia menggunakan model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini
sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode Tim. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen
manajemen, penulis mencoba mengidentifikasi dan menganalisa proses manajemen
keperawatan yang ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan di Ruang Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran dari seluruh kegiatan
praktik manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan dan merupakan
pertanggungjawaban kepada pihak Rumah Sakit dan Jurusan Keperawatan
FKUB

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami profil Rumah Sakit Umum Karsa Husada
khususnya di ruang Kemuning-Dahlia
2. Menganalisa manajemen dari ruang Kemuning-Dahlia
3. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di ruang
Kemuning-Dahlia
4. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak dari ruang Kemuning-Dahlia
5. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan
6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknik operasional bagi ruang Kemuning-Dahlia
7. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang disepakati bersama unit terkait di ruang Kemuning-Dahlia
8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada proses pada manajemen
keperawatan
9. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit
ruang Kemuning-Dahlia

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Rumah Sakit
1. Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan atau pengembangan
fungsi perencanaan manajemen keperawatan ruang Kemuning-Dahlia guna
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di
ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2. Alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah sesuai dengan
yang disepakati bersama berdasarkan analisis masalah diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan manajemen keperawatan di Ruang
Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


1. Memberikan ilmu baru yang nantinya dapat dikembangkan sebagai pedoman
pendidikan di departemen manajemen

3
2. Meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya departemen
manajemen dengan mengkombinasikan antara teori dan praktik klinik
manajemen keperawatan

1.3.3 Bagi Mahasiswa


1. Mengaplikasikan konsep pengkajian hingga evaluasi manajemen keperawatan
dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan.
2. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Profesional)
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen
keperawatan

4
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum dan Sejarah Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
Rumah Sakit ini didirikan sejak tahun 1912 pada masa penjajahan Belanda dengan
pelayanan Rawat Jalan untuk penyakit paru yang berlokasi di Kota Batu. Selanjutnya, pada
tahun 1934 tepatnya tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang perawatan (Rawat Inap) yang
diresmikan oleh Mas Soemarto (Patih Kabupaten Malang), JA Seven (Poning Master),de
Ruyter de Wild (Voorith Bob) dan dikenal dengan nama Sanatorium. Pada masa penjajahan
Belanda Sanatorium dikuasai oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda.
Setelah Indonesia merdeka Sanatorium diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia,
khususnya Pemerintah Propinsi Jawa Timur dengan nama Rumah Sakit Paru Batu.
Rumah Sakit Paru Batu mendapatakan penetapan akreditasi dengan 5 pelayanan
pada tahun 2011 dan berubah nama pada awal maret 2015 dengan nama Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Batu. Rumah Sakit UmumKarsaHusada Batu terletak di Jalan A. Yani
No. 10-13 Batu Malang. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 37
Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur Nomor 26 Tahun 2002 Rumah Sakit Umum
KarsaHusada ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota Batu. Sementara itu pada tanggal 4 Juli 2007
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: YM.02.04.3.3.3228,
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu mendapatkan ijin penyelenggaraan Rumah Sakit
Khusus. Pada tanggal 29 Desember 2009 Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum daerah (BLUD) dengan keputusan nomor:
118/259/kpps/013/2009.
2.1.1 Visi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
Visi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah Menjadi Rumah Sakit Pilihan
Utama Masyarakat.

2.1.2 Misi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu


Misi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan berkualitas.
b. Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.
c. Mengembangkan manajemen dan sumber daya berbasis teknologi
informasi/iptek berwawasan wisata (hospital tourism).
d. Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan dan pelatihan di
bidang pelayanan kesehatan.

5
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan berdasarkan profesionalisme dan
kepuasan pelanggan.

2.2. Gambaran Umum Ruang Kemuning - Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu
Ruang KemuningDahlia sebelumnya berdiri masing-masing dalam management
ruanganya, Baru pada awal maret 2015 ruangan ini tergabung dalam 1 management
ruangan. Ruang kemuning adalah ruang perawatan pasien Paru NonTB yang ada di Rumah
Sakit Karsa Husada Batu. Ruangan ini terdiridari 6 ruanganpasiendanterdapat 18 tempat
tidur. Di ruangan juga terdapat nurse station sebagai tempat perawat berkumpul untuk
melakukan kegiatan Keperawatan.Terdapat pantry untuk perawat dan pegawai istirahat dan
makan.Ruang Dahlia adalah ruangTB dengan pasien dengan penyakit paru infeksius atau
disebut juga sebagai ruang isolasi. Pada Ruang dahlia terdapat 4 ruanganpasien yang
memiliki 13 tempattidur, di ruangan initerdapat nurse station, gudang, ruang sputum, dan
ruang oksigen.
Pada Ruang Kemuning dan Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu ini terdapat
3 perawat S1 dan 15 perawat D3. Pergantian shift dilakukan 3 kali dengan menerapkan
model bed side dimana perawat yang bertugas shift ini mendapat informasi danoperan
langsung dari perawat yang bertugas pada shift sebelumnya. Mekanisme pre conference
dan post conference saat ini belum bisa berjalan dikarenakan jumlah tenaga yang minimal.
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu juga memiliki program studi lanjut untuk tenaga
kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
Dengan peningkatan kualitas yang diberikan tenaga kesehatan akan memberikan mutu dan
pelayanan yang baik kepada masyarakat. Peningkatan mutu dan citra dari rumah sakit
nantinya juga berdampak pada tingkat kepercayaan dari pasien baik baru maupun pasien
lama.

6
Ruang Kemuning dan Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu memiliki
struktur organisasi sebagai berikut :

Ka. Instalasi Rawat Inap


dr. Dyah R, Sp.PD

Koor Yan Kep


Ns. Sujud Priono,S.Kep., M.Kep
sssssssssssssssssssm.kesM.,mmmmmm/
kM.Kes Ns
PJ/Kepala Ruangan
Mahfud Surya A P, S. Kep. Ns

Administrasi Administrasi
Sih Lini Pur Wiwit K

Kortim Kemuning Kortim Dahlia


Winarno, Amd. Kep. Nanin Dwi Vinta, Amd. Kep

Staf Pelaksana Keperawatan


1. Utari Ika, Amd. Kep.
2. Immaculata, Amd. Kep.
3. Fibri Andi, Amd. Kep.
4. Andri Candra, Amd. Kep.
5. Nurindah R, Amd. Kep.
6. Sugeng W, S. Kep. Ns.
7. Nurinda Diani, Amd. Kep.
8. Oktavia KS, Amd. Kep
9. Afrilia N, S.Kep, Ns.
10. Anita Arimbi, Amd. Kep.
1. Danny R, Amd. Kep.
2. Devyana, Amd. Kep.
3. Ferawati, Amd.Kep.

7
Denah Ruang Kemuning

Kelas I Kelas II Kelas Kelas Ruang Pantry


utama I utama II KaRu

1 4
TERAS
2 5

3 6

Kelas III Pria


B

Nurse
Station
S U

Kelas III
TAMAN
Wanita T
7 1
0
8 1
o
1
o
9 1
0
2
0

Denah Ruang Dahlia

8
9
BAB III
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG KEMUNING-DAHLIA

3.1. Man
3.1.1 Kuantitas Sumber Daya Manusia
Kualifikasi tenaga kerja keperawatan dan non keperawatan di ruang
Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu berjumlah 18
keperawatan dan 2 non keperawatan.
a. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1 Tenaga Kerja Keperawatan
No Kualifikasi Asli Jumlah Prosentase
1. S1 Keperawatan Ners 3 16,6%
2. D3 Keperawatan 15 83,4%
Jumlah 18 100%

Berdasarkan tabel 3.1 diinterpretasikan bahwa sebagian besar perawat di


ruang Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yaitu 83,4%
berpendidikan DIII Keperawatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah
tenaga kerja saat ini sudah cukup baik.
b. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 3.2 Tenaga Kerja Non Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Prosentase
1. Dokter 5 71,42%
2. Pekarya 2 28,58%
Jumlah 7 100%

Berdasarkan tabel 3.2 diinterpretasikan bahwa tenaga non keperawatan yaitu


dokter sebanyak 71,42 % dan pekarya sebanyak 28,58%.

3.1.2 Kualitas Sumber Daya Manusia


Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Kemuning-Dahlia,
Kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan stafKepala ruangan
melakukan pertemuan rutin minimal 1 kali dalam satu bulan, namun kadang
dilakukan 1 minggu sekali. Apabila ada masalah atau suatu kepentingan yang
harus mengumpulkan staff maka dilakukan segera. Namun, pada dasarnya
pertemuan dilakukan situasional.

10
Rencana peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) staf di ruangan
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu dengan pelatihan berjenjang yang
diusulkan setiap tahunnya sehingga dilakukan secara berkala.
Tabel 3.3 Data staf Ruang Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu
No Nama Jabatan Masa Pendidikan Pelatihan
kerja
1 Mahfud Kepala 11 S1 BLS, pelatihan nasional
Surya A.P, Ruangan Tahun pembimbing klinik,
S.Kep, Ns menejemen bangsal,
menejemen pasien, PPI
dasar, Preceptorship,
sertifikat implementasi
comite keperawatan,
penggulangan penderita
gadar, sertifikat pelatihan
nasional pembimbing klinik
keperawatan
2 Winarno, Koordinator 11 D3 Pelatihan endoscopy,
Amd. Kep Tim Tahun seminar pasien safety
dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi
nosakomial, ESQ,
leadership training,
seminar praktik
keperawatan, pelatihan
senam asma, workshop
broadcasting, keselamatan
dan management resiko
klinis, BCLS.
3 Nanin Dwi V, Koordinator 11 tahun D3 BCLS, Pelatihan
Amd.Kep Tim Endoscopy, Pelatihan TB,
managemant bangsal,
sertifikat manajemen
keperawatan, BIMTEK
4 Utari Ika H, Perawat 10 D3 BCLS, pencegahan dan
Amd. Kep Pelaksana Tahun engendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran keselamatan
pasien , PPGD dan GELS
(general emergency life
suport)
5 Fibri Andi H, Perawat 5 Tahun D3 BCLS, pencegahan dan
Amd.Kep Pelaksana pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
6 Immaculata Perawat 5 tahun D3 BCLS, Pelatihan TB,
Eka S, Pelaksana pencegahan dan

11
Amd.Kep pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
7 Andri Perawat 4 tahun D3 BCLS, pencegahan dan
Candra, Pelaksana pengendalian infeksi,
Amd.Kep keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
8 Nurindah R, Perawat 5 tahun D3 BCLS, Seminar ilmiah
Amd.Kep Pelaksana keperawatan
9 Sugeng W, Perawat 1 tahun S1 BCLS, seminar
S.Kep, Ns Pelaksana keperawatan competition
strategy of nursing job
opportunity of international
2007, seminar
keperawatan safe
motherhood and baby
dalam upaya menurunkan
angka kematian bayi 2009,
pelatiahan dasar
kepemimpinan
keperawatan, pelatihan
pelayanan kesehatan di
rumah pasca stroke dan
wound care 2011,
pelatihan BTLS, pelatihan
praktek klinik di instalasi
gawat darurat RS.
Dr.Saiful Anwar Malang
10 Nurindah Perawat 1 tahun D3 BCLS, diklat KSR PMI,
Diani, Pelaksana panitia seminar
Amd.Kep keperawatan sejawa Bali,
penatalaksanaan
keperawatan stroke dan
nursing home care, one
day nursing seminar
update on burn
managemant, seminar
KMB, penetalaksanaan
terkini kaki diabetic,
update critical care on
intensive care unit, BTLS
11 Devyana I, Perawat 7 bulan D3 BTLS, BCLS, PPI, K3RS,
Amd.Kep Pelaksana Safety px, Servix, Rawat
luka. pencegahan dan
pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,

12
sasaran dan keselamatan
pasien
12 Oktavia K, Perawat 1 tahun D3 BLS, penanggulangan
Amd.Kep pelaksana penderita gadar,
pencegahan dan
pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
13 Dani Perawat 1 tahun D3 BLS, pencegahan dan
Hardiansyah, Pelaksana pengendalian infeksi,
Amd.Kep keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
14 Anita Arimbi, Perawat 5 tahun D3 BLS, home care wound
Amd.Kep Pelaksana treatment saatnya
melepas ketergantungan
rakyat sehat negara kuat,
bcoming a profesional and
quality fied nurse
15 Aprilia Perawat 1 tahun S1 BLS, penggulangan
Novianti, Pelaksana penderita gadar, praktek
S.Kep, Ns klinik keperawatan jiwa,
pencegahan dan
pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien
16. Ferawati, Perawat 5 tahun D3 BLS, sertifikat ketrampilan
Amd.Kep Pelaksana kerja, praktek klinik
keperawatan jiwa,
pencegahan dan
pengendalian infeksi,
keselamatan dan
kesehatan kerja, hak
pasien dan keluarga,
sasaran dan keselamatan
pasien

3.1.3 Kebutuhan Tenaga Perawat Sesuai Tingkat Ketergantungan Pasien Tingkat


Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di Ruang
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tahap pengkajian yakni tanggal 13-15
Juni 2016 adalah sebagai berikut :

13
Tabel 3.4 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Kemuning RSU
Karsa Husada Batu pada tanggal 13 Juni 2016
No.Tem Initial Skor
Kamar Diagnosa Medis
pat tidur Pasien Ketergantungan
Ruang Kemuning
Utama I 18 Ny. N. S Parkison Disease P
Utama II 17 Ny R GEDS+CHF M
13 Tn. Sl COPD E.A + Gagal nafas M
Kelas II
14 Tn. Ag TF (Thyoid Fever) M
15 Tn. K Susp. Pneumonia post + CHF T
Kelas I 16 Tn. S Melena, anamia. CHF, P
Diabetes foot
3 Tn. D Tumor abdomen M
2 Tn. F Melena + anemia M
Kelas III 6 Tn. Sr COPD E.A + Ht P
Laki-Laki 4 Tn. L COPD E.A + Pneumonia P
1 Tn. Ms COPD + ALO T
5 Tn. St COPD E.A M
11 Ny. Sm Ht + COPD P
12 Ny. M Ht + Dyspesia Syndrome M
Kelas III 10 - - -
Wanita 9 - - -
8 - - -
7 - - -
Ruang Dahlia
Utama Tn. Ar COPD E.A P
1 Tn. Ab Suspect TB. + B24 M
Kelas I
2 Tn. T TB. ONTX P
2 Tn. S COPD E.A P
Kelas II
- - - -
3 Nn. T Suspect TB. Paru P
5 Ny. Y TB. Paru + CHD M
6 Ny. S TB. ONTX M
7 Tn. Ns TB. Paru P
Kelas III
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

Berdasarkan tabel 3.4 diinterpretasikan bahwa pada tanggal 13 Juni 2016


terdapat pasien,terdiri dari 14 pasien di Ruang Kemuning dan 8 pasien di Ruang
Dahlia. Sebanyak 45.5 % pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan
minimal dan 50 % pasien memiliki tingkat ketergantungan parsial, 10% pasien yang
dirawat memiliki tingkat ketergantungan total.

14
Tabel 3.5 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Kemuning-Dahlia
RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 14 Juni 2016
No. Initial
Skor
Kamar Tempat Pasien Diagnosa Medis
Ketergantungan
Tidur
Ruang Kemuning
Utama I 18 Ny. NS Parkison Disease P
Utama II 17 Ny. St Muntah darah M
15 Tn. Sl COPD E.A + Gagal nafas P
Kelas I
16 Tn. Ag TF (Typoid Fever) M
13 - - -
Kelas II
14 Ny. P Dysepsia Syndrome P
3 Tn. D Tumor abdomen M
2 Tn. AC Hemoptu M
Kelas III 6 Tn. Sr COPD E.A + Ht M
Laki-Laki 4 Tn. L COPD E.A + Pneumonia P
1 Tn. Ms COPD + ALO T
5 Tn. St COPD E.A M
11 Ny. Sm Ht emergency T
12 Ny. M Ht + Dyspesia Syndrome M
Kelas III 10 Nn Sk DHF (Dengue High Fever) M
Wanita 9 Ny. Sn TF (Thyoid Fever) M
8 Nn. K TF (Thyoid Fever) M
7 Nn. N Post op. Tumor prabrepra M
Ruang Dahlia
Utama Tn. Ar COPD E.A M
1 Tn. Ab Suspect TB. Paru + B24 M
Kelas I
2 Tn. T TB. Paru ONTX P
2 Tn. S COPD E.A P
Kelas II
- - -
3 Nn. T Suspect TB. Paru M
5 - -
6 Ny. S TB. Paru M
7 Tn. Ns TB. Paru M
Kelas III
2 Tn. Nsd TB. Paru M

Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

Berdasarkan tabel 3.5 diinterpretasikan bahwa pada tanggal 14 Juni 2016


terdapat pasien,terdiri dari 16 pasien di Ruang Kemuning dan 8 pasien di Ruang
Dahlia. Sebanyak 83.3% pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan minimal
dan 8,3% pasien memiliki tingkat ketergantungan parsial, 8,3% pasien yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan total.

15
Tabel 3.6 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Kemuning-Dahlia
RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 15 Juni 2016
No. Initial
Skor
Kamar Tempat Pasien Diagnosa Medis
Ketergantungan
tidur
Ruang Kemuning
Utama I 18 Ny. NS Parkison Disease P
Utama II 17 Ny. St Muntah darah M
15 Tn. Sl COPD E.A + Gagal nafas P
Kelas I
16 Tn. Ag TF (Thyoid Fever) M
13 Nn. Z AFI + Trombositopenia M
Kelas II
14 Ny. P Dysepsia Syndrome M
3
2 Tn. AC Hemoptu M
Kelas III 6 Tn. J Pneumonia M
Laki-Laki 4 Tn. L COPD E.A + Pneumonia P
1
5 - -
11 Ny. Sm Ht emergency P
12 Ny. M Ht + Dyspesia Syndrome M
Kelas III 10 Nn Sk DHF (Dengue High Fever) M
Wanita 9 Ny. Sn TF (Typoid Fever) M
8 Nn. K TF (Typoid Fever) M
7 Nn. N Ektopasi tumor palpebra M
Ruang Dahlia
Utama Tn. Ab Suspect TB. Paru + B24 M
1 - -
Kelas I
2 Tn. T TB. ONTX P
1 Tn. HS TB. Paru P
Kelas II
2 Tn. S COPD E.A P
1 Tn. Nsd TB. Paru M
2 - -
3 Nn. T Suspect TB. Paru M
4 - -
Kelas III
5 Ny. S TB. ONTX M
6 - -
7 - -
8 - -
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

Berdasarkan tabel 3.6 diinterpretasikan bahwa pada tanggal 15 Juni 2016


terdapat pasien,terdiri dari 15 pasien di Ruang Kemuning dan 7 pasien di Ruang
Dahlia. Sebanyak 68.2% pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan minimal
dan 31.8% pasien memiliki tingkat ketergantungan parsial, 0% pasien yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan total.

16
3.1.4 Penghitungan Jumlah Tenaga Kerja Di Ruang Kemuning-Dahlia
a) Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan Ruang Kemuning-Dahlia periode
13-15 Juni 2016 dengan Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care : 3 x 6 jam = 18 jam
Partial care : 20 x 4 jam = 80 jam
Minimal care : 45 x 2 jam = 90 jam +
Total waktu perawatan langsung = 188 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


68 klien x 1 jam = 68 jam

Waktu Pendidikan Kesehatan :


68 klien x 15 menit = 1020 menit = 17 jam +
Total jam perawatan = 273 jam
Rata-rata jam perawatan per hari = 273 : 68 = 4 jam

Kebutuhan tenaga perawat dalam satu unit :

AxBxC = 4 x 23 x 365 = 33580 = 17 orang/unit


(C D) x E ( 365 86) x 7 1953

Keterangan :
A = rata-rata jumlah jam perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
= hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) + cuti sakit /
ijin (10 hari)
E = jam efektif perawat
b) Perhitungan Tenaga Kesehatan Per hari di Ruang Kemuning-Dahlia
a. Senin, 13 Juni 2016 di Ruang Kemuning-Dahlia
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care : 1 x 6 jam = 6 jam
Partial care : 11 x 4 jam = 44 jam
Minimal care : 10 x 2 jam = 20 jam +
Total waktu perawatan langsung = 70 jam

17
Waktu perawatan tidak langsung :
22 klien x 1 jam = 22 jam

Waktu Pendidikan Kesehatan :


22 klien x 15 menit = 330 menit = 5,5 jam +
Total jam perawatan = 97,5 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawatan/hari = 97,5 = 14 perawat


Jam efektif perawat 7

Shift pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 perawat


Shift sore : 35% x 14 = 4,9 = 5 perawat
Shift malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 perawat

b. Selasa, 14 Juni 2016


Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care : 2 x 6 jam = 12 jam
Partial care : 2 x 4 jam = 8 jam
Minimal care : 20 x 2 jam = 40 jam +
Total waktu perawatan langsung = 60 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


24 klien x 1 jam = 24 jam

Waktu Pendidikan Kesehatan :


24 klien x 15 menit = 360 menit = 6 jam +
Total jam perawatan = 90 jam
Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawtan/hari = 90 = 13 perawat
Jam efektif perawat 7

Shift pagi : 47% x 13 = 6,11 = 6 perawat


Shift sore : 35% x 13 =4,55 = 5 perawat
Shift malam : 17% x 13 = 0,51= 1 perawat

18
c. Rabu, 15 Juni 2016
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care : 0 x 6 jam = 0 jam
Partial care : 7 x 4 jam = 28 jam
Minimal care : 15 x 2 jam = 30 jam +
Total waktu perawatan langsung = 58 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


22 klien x 1 jam = 22 jam

Waktu Pendidikan Kesehatan :


22 klien x 15 menit = 330 menit = 5,5 jam +
Total jam perawatan = 85,5 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawatan/hari = 85,5 = 12 perawat


Jam efektif perawat 7

Shift pagi : 47% x 12 = 5,54 = 6 perawat


Shift sore : 35% x 12 = 4,2 = 4 perawat
Shift malam : 17% x 12 = 2,04 = 2 perawat

d. Rata-rata jumlah perawat dalam setiap shift pada tanggal 13-15 Juni 2016
Shift Pagi
7 + 6 + 6 = 6,33 = 6 perawat
3

Shift Sore
5 + 5 + 4 = 4,66 = 5 perawat
3
Shift Malam
2 + 1 + 2 = 1,66 = 2 perawat
3

3.2 Material and Machine


3.2.1 Fasilitas untuk Pasien
Kapasitas Ruang (R.) Kemuning Rumah Sakit Karsa Husada adalah 18
Tempat Tidur. Ruang Kemuning terdiri dari 5 ruangan, yaitu R. Kelas utama I, R.

19
Kelas utama II, R. Kelas II, R. Kelas I, R. Kelas III. R. Kelas utama I dan II terdiri
dari 1 bed, 1 kamar mandi dalam, 1 westafel, 1 lemari, 1 tv, 1 sofa. R. Kelas I dan II
terdiri dari 2 bed, 1 kamar mandi, 1 TV, 2 kursi kayu, 2 lemari. R. Kelas III terdiri
dari R kelas III perempuan dan R. Kelas III laki-laki. R. Kelas III perempuan terdiri
dari 6 bed, 1 kamar mandi, 6 kursi kayu, 1 TV. R. Kelas III laki-laki terdiri dari 6
bed, 2 kamar mandi, 6 kursi kayu, 1 tv.
Kapasitas ruang Dahlia ada 13 tempat tidur, terdiri dari 1 R. Kelas Utamayang
terdiri dari 1 kamar untuk 1 penderita, 1 tempat tidur, 1 kamar mandi, 2 sofa
panjang, 1 meja sofa, 1 buah lemari 3 pintu, 1 buah TV 21, 1 buah jam dinding, 1
Wastafel, toilet dengan closet duduk, shower, kotak sampah, pegangan, lampu,
ventilasi, keset. R. Kelas I sebanyak 1 ruang, yang terdiri dari 1 kamar untuk 2
penderita, 2 tempat tidur untuk 2 pasien, 2 buah lemari kecil, 1 wastafel, 1 kamar
tidur, 1 TV 21, 1 meja. R. Kelas II dengan 1 kamar untuk 2 penderita, 2 tempat
tidur untuk 2 pasien, 2 buah lemari kecil, 1 wastafel, 1 kamar tidur, 1 meja. R.
Kelas III terdapat 1 kelas III, yang terdiri dari 1 kamar untuk 8 penderita yang diberi
sekat setiap 2 tempat tidur. Kamar mandi terletak diluar, 8 lemari kecil, ada 3 alat
UV (ultraviolet) diatas pintu masuk menuju kamar

3.2.2 Fasilitas untuk Perawat


Nurse station
Ruang Kemuning memiliki nurse station dengan kondisi cukup rapi dan sudah
terstrukur mengenai penempatan status dan dokumen asuhan keperawatan. Nurse
station berada diantara kelas III perempuan dan kelas III laki-laki, perawat dapat
mengakses pasien dengan cepat karena letaknya dekat. Terdapat beberapa
dokumentasi diantaranya yaitu 1 buku pemberian obat, 1 buku observasi TTV, 1
buku dokumentasi pasien sesuai SBAR, 1 dokumen rekam medis pasien. Dalam
ruangan nurse station terdapat 4 kursi, 1 tempat obat, loker obat tiap pasien, 1
buah komputer, 1 tv, loker infus, loker plastik sampah, papan informasi dan rencana
kerja, westafel, handscrub. Terdapat juga ruang istirahat yang terdiri dari sofa dan
lemari.
Ruang Dahlia memiliki nurse station dengan kondisi cukup rapi dan sudah
terstrukur mengenai penempatan status dan dokumen asuhan keperawatan. Nurse
station berada satu ruangan dengan kelas III akan tetapi diberi skat, jika mau ke
kelas utama, I, dan II harus keluar ruangan. perawat dapat mengakses pasien
untuk kelas III dengan cepat akan tetapi untuk kelas Utama, I, dan II agak lama
karena harus keluar ruangan terlebih dahulu. Di nurs station terdapat rekam medis,
buku regristasi retribusi, obat-obatan, APD (alat perlindungan diri) , sampah medis

20
dan nonmedis, kipas angis, lemari es, kursi dan meja panjang dan TV. Untuk
dokumentasi dilengkapi dengan 1 buku dokumentasi laborat, 1 buku laporan
pulang, 1 buku kuitansi, 1 buku apotek (serah terima obat).
Fasilitas lain
Di depan nurse station Ruang Kemuning terdapat meja administrasi terletak
di depan R. Kelas III perempuan yang terdiri dari 3 kursi kayu, 2 kursi, 1 meja.
Tersedia ruang untuk linen bersih di masing-masing ruang Kemuning dan Dahlia,
serta gudang untuk penyimpanan alat-alat seperti kursi roda, pispot dan lain-lain.

3.2.3 Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan


Tabel 3.7 Daftar inventaris Alat Keperawatan Tahun 2016 Ruang Kemuning
Bulan Juni 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No. Nama Jumlah Kualitas Kuantitas
barang barang
1 Nebulizer 4 Baik Keadaan masih baru,
digunakan sudah 2 tahunan

2 Bed side 1 Baik Masih lumayan baru


monitor
3 Kamar 8 Masih layak 8 kamar mandi masih dapat
mandi digunakan, digunakan semuanya
lantai kamar
mandi
bersih, dan
berkeramik
4 Termometer 3 2 Sudah 2 sudah tidak bisa
rusak digunakan dan 1 masih bisa
1 Masih baik digunakan
5 Set rawat 1 Isinya Isinya lengkap dan hanya
luka lengkap ada satu di ruangan.
Perawat mengatakan bahwa
ruang kemuning adalah
ruangan untuk pasien
penyakit paru tidak menular
sehingga penggunaan set
rawat luka tidak terlalu
dibutuhkan. Sehingga 1 saja
sudah cukup
6 Tensimeter 2 1 Masih 1 Masih baik untuk
terlihat baik tensimeter yang digunakan
dan baru pasien B20 dan B24 dan 1
1 Sudah sudah rusak untuk
rusak tensimeter yang digunakan
untuk pasien umum
7 Sampah 2 Terlihat layak Jumlahnya terlalu sedikit
medis
8 Sampah 2 Terlihat layak Jumlahnya terlalu sedikit
non medis

21
9 Wastafel 5 bisa Jumlahnya masih kurang,
digunakan, karena cuci tangan
dan ada merupakan tindakan yang
beberapa harus selalu dilakukan
yang terlihat
kotor
10 Syiringe 0 - -
pump

11 Stetoskop 3 Baik dan Masih layak dan cukup untuk


bagus digunakan

12 Etalase 2 Baik dan Jumlah masih cukup dan


bagus layak digunakan
13 Kursi meja 16 kursi, 18 Kursi 16 Jumlah cukup dan layak
meja meja 18 digunakan
dalam
keadaan baik
dan bagus

Berdasarkan tabel 3.7 didapatkan data bahwa ada beberapa alat medis yang
biasa digunakan seperti bak instrumen sedang, pispot, tensimeter, stetoscope,
urinal, sputum pot, cucing, bengkok, hands rub, identitas bed pasien, dan pinset
anatomis tidak sesuai standart.

a. Daftar inventaris alat Kemuning


Tabel 3.8 Daftar inventaris alat Tahun 2016 Ruang Kemuning Bulan Juni 2016
dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No. Nama barang Jumlah Kondisi Standart
barang
1 Lemari Pasien 18 Baik
2 Kursi pasien 5 Baik
3 Kursi Kayu 11 Baik
4 Hospital/Bed 1 Baik
5 Kereta linen 1 Rusak
6 Bed 18 Baik
7 Bed side cabinet 18 Baik
8 Timbangan badan 1 Baik
besar
9 Standart infus 12 Baik

Tabel 3.9 Daftar inventaris Alat Rumah Tangga Tahun 2016 Ruang Kemuning
Bulan Juni 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No Nama Barang Jumlah Kondisi Standart
Barang

22
1 Kursi roda 2 Baik
2 Meja pasien kayu 45 Baik
3 Standar infus besi 15 Baik
4 Standar infus jalan 12 Baik
5 Lampu senter 2 Baik
6 Baskom mandi 6 Baik
7 Baki 8 Baik
8 Troli obat 2 Baik
9 Tempat baca foto 1 Baik
10 Kereta O2 1 Baik
11 Tempat sampah 2 Baik
pasien sedang
12 Tempat sampah 4 Baik
pasien kecil
13 Tempat sampah 9 Baik
besar tertutup
14 Piring 20 Baik
15 Scal 32 Baik
16 Sendok kecil 12 Baik
17 Sendok besar 10 Baik
18 Gelas kecil 25 Baik
19 Gelas besar 6 Baik
20 Tempat lauk 5 Baik
21 Tempat sayur 5 Baik
22 Ceret 12 Baik
23 Garpu 2 Baik
24 Bengkok 2 Baik

Tabel 3.10 Fasilitas untuk pendokumentasian Tahun 2016 Ruang Kemuning


Bulan Juni 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No. Lembar Pendokumentasian
RM
1. RM 01
Data sosial pasien
Surat persetujuan rawat inap
General Consent
Hak dan kewajiban pasien dan keluarga
2. RM 02
Lembar ringkasan masuk dan keluar Rumah Sakit
Lembar penempelan surat (MRS, rujukan, dan lain-lain)
Lembar penempelan surat penting
3. RM 03
Lembar asesmen medis SMF
4. RM 04
Kajian awal keperawatan rawat inap
Perencanaan pulang
5. RM 05
Pengkajian gizi
Skrining gizi
Daftar masalah gizi
Rencanan awal gizi
6. RM 06

23
Pemnatauan pengobatan farmasi
Daftar masalah farmasi
7. RM 07
Lembar OK
8. RM 08
Catatan perkembangan pasien terintegrasi
Catatan perkembangan gizi
Grafik
Daftar pemberian obat injeksi
Asesmen ulang nyeri
Patograf
9. RM 09
Penempelan hasil pemeriksaan penunjang
Penempelan hasil copy resep
10. RM 10
Lembar konsultasi
Form edukasi
11. RM 11
Resume medis
Resume keperawatan
Resume gizi
Resume asuhan kefarmasian
Billing biaya
Dari hasil observasi, di ruang Kemuning memiliki alat proteksi atau
perlindungan diri untuk menghindari resiko infeksi penularan penyakit. Alat proteksi
diri tersebut diantaranya adalah skort dan masker sekali pakai yang dimiliki oleh
ruang kemuning. Lokasi skort digantung dan diletakkan ruang kepala ruangan
(karu) tanpa paparan sinar matahari langsung sehingga untuk perawatannya
kurang maksimal. Kebersihan skoret menjadi tanggung jawab pribadi setiap
perawat. Selama 3 hari berada di ruang Kemuning skoret belum pernah dicuci.
Untuk ruangan kelas III klien di Ruang Kemuningdibedakan untuk ruang
rawat inap lakoi-laki dan perempuan. Saat akan melakukan kegiatan yang
membutuhkan privasi seperti ganti pampers atau BAB/BAK di bed, sketsel yang
digunakan tembus pandang sehingga privasinya kurang. Proteksi diri seperti
handsrub sudah disediakan oleh ruangan untuk pasien dan keluarga pasien,
kemudian pasien dan keluarga juga diedukasi untuk selalu menggunakan masker
saat kontak atau bertemu dengan pasien akan tetapi masih banyak keluarga pasien
maupun pengunjung yang masih menyadari larangan membawa anak dibawah usia
12 tahun. Di ruang Kemuning terdapat papan daftar jaga/shift yang mempermudah
perawat mengetahui jadwal jaganya tetapi pengisiannya belum dilakukan secara
rutin terkadang daftar jaga tidak ditulis.

24
b. Daftar inventaris Ruang Dahlia
Tabel 3.11 Daftar inventaris alat kesehatan
No
Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
.
1. ECG 1 Baik 1:1 ruangan
2. Suction lendir 1 Baik 1:1 ruangan
3. Brankar 1 1 1:1 ruangan
4. Resusitator/ Ambubag - - 1:1 ruangan
Baik 6
5. Manometer O2 12 1:1 pasien
Rusak 6
6. Termometer Axilla 3 1 Baik, 2 Rusak 1:1 pasien
7. Pispot 14 Baik 1:1 pasien
8. Urinal 3 Baik 1:1 pasien
9. Standart infus 14 Baik 1:1 pasien
10. Sputum pot 20 Baik 2:1 pasien
Baik 2
11. Tensimeter 3 1:10 pasien
Rusak 1
12. Stetoskop 3 2 Baik, 1 Rusak 1:5 pasien
13. Senter 2 Baik 1:10 pasien
14. Tempat baca foto 1 Baik 1:1 ruangan
15. Irigator/lavement - - 1:1 ruangan
Baik (1 dahlia, 2
16. Kursi roda 4 kemuning, 1 1:10 pasien
RPKP)
17. Troli obat 1 Baik 1:1 ruangan
18. Troli rawat luka 1 Baik 1:1 ruangan
19. Troli injeksi - - 1:1 ruangan
20. Troli ECG 1 Baik 1:1 ruangan
21. Troli Nebulizer 1 Baik 1:10 pasien
22. Nebulizer 2 Baik 1:10 pasien
23. Timbangan BB 1 Baik 1:1 ruangan
24. Pengukur TB 1 Baik 1:1 ruangan
25. Gelas ukur urine - - 1:1 ruangan
26. Bengkok 1 Baik 1:2 pasien
27. Gunting kassa/plester - - 1:1 ruangan
28. Pinset anatomis 1 Baik 1:4 pasien
29. Klem 2 Baik
30. Pinset sirugis 1 Baik 1:4 pasien
31. Gunting lurus - - 1:4 pasien
32. Gunting bengkok 1 Agak rusak 1:4 pasien
33. Korentang + tempatnya - - 1:1 ruangan
34. Spatel lidah 1 Baik 1:4 pasien
35. Penumbuk obat 1 Baik 1:1 ruangan
36. Spuit gliserin - - 1:1 ruangan
37. Oxymetri - - 1:1 ruangan
38. Bak instrument 2 Baik 1:10 pasien
39. WWZ - - 1:10 pasien
40. WSD - - 1:5 pasien
41. Alat UV 3 Baik
42. UV portable 1 1 UV rusak

25
Tabel 3.12 Daftar inventaris rumah tangga
No
Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
.
2 Baik 1 1:1 kamar
1. Kulkas
Rusak 1
7 Baik 5 1:1 kamar
2. Jam dinding
Rusak 2
3. Tempat sampah nonmedis 1 Baik 1:1 kamar
4. Tempat sampah KM - - 1:1 KM
5. Tempat sampah medis 3 Baik 4:1 ruangan
6. Safety box 3 Baik
7. Tempat sampah umum 3 Baik 4:1 ruangan
8. Sapu ijuk 2 Baik 2:1 ruangan
9. Serok sampah 2 Baik 2:1 ruangan
10. Tempat tidur pasien 13 Baik 1:1 pasien
11. Almari pasien 13 Baik 1:1 pasien
12. Kursi penunggu 15 Baik 1:1 pasien
13. Sofa penunggu 1 Baik
14. Kasur dan bantal 13 Baik 1:1 pasien
15. Guling 4 Baik 1:1 pasien
16. Almari/locker perawat 2 Baik 1:1 perawat
17. Almari linen RS 1 Baik 1:1 ruangan
18. Almari berkas/arsip 1 Baik 1:1 ruangan
19. Kom besar untuk seka 2 Baik 1:1 pasien
20. Meja makan pasien 1 Baik 1:1 pasien
21. Keset kamar - - 2:! Kamar
22. Keset kamar mandi 5 Baik 2:1 KM
23. Televisi 3 Baik 1: kamar
24. Kunci inggris 1 Baik 1:1 ruangan

Tabel 3.13 Daftar Inventaris Alat Tenun


No
Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
.
1. Selimut lorek (kelas III) 30 Baik 3:1 pasien
2. Selimut biru (kelas II) 20 Baik 3:1 pasien
3. Selimut cokat (kelas I) 5 Baik 3:1 pasien
4. Sprei/laken putih 20 Baik 3:1 pasien
5. Sprei/laken hijau 5 Baik 3:1 pasien
6. Sprei/laken coklat 5 Baik 3:1 pasien
7. Sarung bantal putih 30 Baik 3:1 pasien
8. Sarung bantal biru 20 Baik 3:1 pasien
9. Sarung bantal coklat 5 Baik 3:1 pasien
10. Sarung guling 10 Baik 3:1 pasien
11. Perlak 24 Baik 2:1 pasien
12. Bed cover - - 1:1 pasien
13. Steek laken 5 Baik 3:1 pasien
14. Gorden 20 Baik 2:1 kamar

26
Tabel 3.14 Fasilitas untuk pendokumentasian Tahun 2016 Ruang Dahlia Bulan
Juni 2016 dengan Kapasitas 13 Tempat Tidur
No. Lembar Pendokumentasian
1. RM 01
Data sosial pasien
Surat persetujuan rawat inap
General Consent
Hak dan kewajiban pasien dan keluarga
2. RM 02
Lembar ringkasan masuk dan keluar Rumah Sakit
Lembar penempelan surat (MRS, rujukan, dan lain-lain)
Lembar penempelan surat penting
3. RM 03
Lembar asesmen medis SMF
4. RM 04
Kajian awal keperawatan rawat inap
Perencanaan pulang
5. RM 05
Pengkajian gizi
Skrining gizi
Daftar masalah gizi
Rencanan awal gizi
6. RM 06
Pemnatauan pengobatan farmasi
Daftar masalah farmasi
7. RM 07
Lembar OK
8. RM 08
Catatan perkembangan pasien terintegrasi
Catatan perkembangan gizi
Grafik
Daftar pemberian obat injeksi
Asesmen ulang nyeri
Patograf
9. RM 09
Penempelan hasil pemeriksaan penunjang
Penempelan hasil copy resep
10. RM 10
Lembar konsultasi
Form edukasi
11. RM 11
Resume medis
Resume keperawatan
Resume gizi
Resume asuhan kefarmasian
Billing biaya
Dari hasil observasi, di ruang Dahlia memiliki alat proteksi diri untuk
menghindari resiko infeksi penularan penyakit. Alat proteksi diri tersebut
diantaranya adalah skort dan masker N95 yang dimiliki oleh setiap perawat. Hanya
saja lokasi skort digantung dan diletakkan disudut ruangan tanpa sinar matahari

27
langsung sehingga untuk perawatannya kurang maksimal. Kebersihan skoret
menjadi tanggung jawab pribadi setiap perawat. Selama 3 hari berada di ruang
Dahlia skoret belum pernah dicuci.
Untuk ruangan kelas III klien di Ruang Dahlia terdapat sekat antar 2 tempat
tidur, kemudian pembagian ruangan adalah 4 wanita dan 4 pria. Saat akan
melakukan kegiatan yang membutuhkan privasi seperti ganti pampers atau
BAB/BAK di bed, sketsel yang digunakan agak tembus pandang sehingga
privasinya kurang. Proteksi diri seperti handsrub sudah disediakan oleh ruangan
untuk pasien dan keluarga pasien, kemudian pasien dan keluarga juga diedukasi
untuk selalu menggunakan masker saat kontak atau bertemu dengan pasien akan
tetapi masih banyak keluarga pasien maupun pengunjung yang masih belum
menggunakan masker. Di ruang Dahlia terdapat papan daftar jaga/shift yang
mempermudah perawat mengetahui jadwal jaganya tetapi pengisiannya belum
dilakukan secara rutin terkadang daftar jaga tidak ditulis.
c. Daftar inventaris Ruang Dahlia
Tabel 3.15 Daftar inventaris alat kesehatanRuang Dahliatahun 2016
No. Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
1. ECG 1 Baik 1:1 ruangan
2. Suction lendir 1 Baik 1:1 ruangan
3. Brankar 1 1 1:1 ruangan
4. Resusitator/ Ambubag - - 1:1 ruangan
Baik 6
5. Manometer O2 12 1:1 pasien
Rusak 6
6. Termometer Axilla 3 1 Baik, 2 Rusak 1:1 pasien
7. Pispot 14 Baik 1:1 pasien
8. Urinal 3 Baik 1:1 pasien
9. Standart infus 14 Baik 1:1 pasien
10. Sputum pot 20 Baik 2:1 pasien
Baik 2
11. Tensimeter 3 1:10 pasien
Rusak 1
12. Stetoskop 3 2 Baik, 1 Rusak 1:5 pasien
13. Senter 2 Baik 1:10 pasien
14. Tempat baca foto 1 Baik 1:1 ruangan
15. Irigator/lavement - - 1:1 ruangan
Baik (1 dahlia, 2
16. Kursi roda 4 kemuning, 1 1:10 pasien
RPKP)
17. Troli obat 1 Baik 1:1 ruangan
18. Troli rawat luka 1 Baik 1:1 ruangan
19. Troli injeksi - - 1:1 ruangan
20. Troli ECG 1 Baik 1:1 ruangan
21. Troli Nebulizer 1 Baik 1:10 pasien
22. Nebulizer 2 Baik 1:10 pasien
23. Timbangan BB 1 Baik 1:1 ruangan
24. Pengukur TB 1 Baik 1:1 ruangan
25. Gelas ukur urine - - 1:1 ruangan

28
26. Bengkok 1 Baik 1:2 pasien
27. Gunting kassa/plester - - 1:1 ruangan
28. Pinset anatomis 1 Baik 1:4 pasien
29. Klem 2 Baik
30. Pinset sirugis 1 Baik 1:4 pasien
31. Gunting lurus - - 1:4 pasien
32. Gunting bengkok 1 Agak rusak 1:4 pasien
33. Korentang + tempatnya - - 1:1 ruangan
34. Spatel lidah 1 Baik 1:4 pasien
35. Penumbuk obat 1 Baik 1:1 ruangan
36. Spuit gliserin - - 1:1 ruangan
37. Oxymetri - - 1:1 ruangan
38. Bak instrument 2 Baik 1:10 pasien
39. WWZ - - 1:10 pasien
40. WSD - - 1:5 pasien
41. Alat UV 3 Baik
42. UV portable 1 1 UV rusak
Berdasarkan data diatas didapatkan data bahwa beberapa alat medis yang
digunakan sudah memenuhi standard dan memiliki fungsi (keadaan) yang baik,
namun ada juga alat yang tidak bisa digunakan seperti manometer yang berjumlah
12 dan bisa digunakan hanya 6, dari 3 stetoskop yang bisa digunakan 2.Penataan
alat kesehatan diruang Dahlia sudah pada tempatnya, namun tidak ada label pada
tempat alat kesehatan.
Tabel 3.16 Daftar inventaris rumah tangga Ruang Dahlia tahun 2016
No. Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
2 Baik 1 1:1 kamar
1. Kulkas
Rusak 1
7 Baik 5 1:1 kamar
2. Jam dinding
Rusak 2
3. Tempat sampah nonmedis 1 Baik 1:1 kamar
4. Tempat sampah KM - - 1:1 KM
5. Tempat sampah medis 3 Baik 4:1 ruangan
6. Safety box 3 Baik
7. Tempat sampah umum 3 Baik 4:1 ruangan
8. Sapu ijuk 2 Baik 2:1 ruangan
9. Serok sampah 2 Baik 2:1 ruangan
10. Tempat tidur pasien 13 Baik 1:1 pasien
11. Almari pasien 13 Baik 1:1 pasien
12. Kursi penunggu 15 Baik 1:1 pasien
13. Sofa penunggu 1 Baik
14. Kasur dan bantal 13 Baik 1:1 pasien
15. Guling 4 Baik 1:1 pasien
16. Almari/locker perawat 2 Baik 1:1 perawat
17. Almari linen RS 1 Baik 1:1 ruangan
18. Almari berkas/arsip 1 Baik 1:1 ruangan
19. Kom besar untuk seka 2 Baik 1:1 pasien
20. Meja makan pasien 1 Baik 1:1 pasien
21. Keset kamar - - 2:1 Kamar
22. Keset kamar mandi 5 Baik 2:1 KM

29
23. Televisi 3 Baik 1: kamar
24. Kunci inggris 1 Baik 1:1 ruangan

Berdasarkan data diatas didapatkan data bahwa alat rumah tangga yang
digunakan sudah memenuhi standard dan memiliki fungsi (keadaan) yang baik,
namun ada juga alat yang tidak bisa digunakan seperti jam dinding yang berjumlah 7
dan yang tidak bisa digunakan hanya 2. Ada 2 kulkas ang ada di ruang dahlia namun
ada 1 yang sudah tidak bisa digunakan. Peletakkan alat rumah tangga diruang
Dahlia sudah terletak di tempat yang strategis.
Tabel 3.17 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Dahlia tahun 2016
No. Nama Alat Jumlah Kondisi Standart
1. Selimut lorek (kelas III) 30 Baik 3:1 pasien
2. Selimut biru (kelas II) 20 Baik 3:1 pasien
3. Selimut cokat (kelas I) 5 Baik 3:1 pasien
4. Sprei/laken putih 20 Baik 3:1 pasien
5. Sprei/laken hijau 5 Baik 3:1 pasien
6. Sprei/laken coklat 5 Baik 3:1 pasien
7. Sarung bantal putih 30 Baik 3:1 pasien
8. Sarung bantal biru 20 Baik 3:1 pasien
9. Sarung bantal coklat 5 Baik 3:1 pasien
10. Sarung guling 10 Baik 3:1 pasien
11. Perlak 24 Baik 2:1 pasien
12. Bed cover - - 1:1 pasien
13. Steek laken 5 Baik 3:1 pasien
14. Gorden 20 Baik 2:1 kamar

Berdasarkan data diatas didapatkan data bahwa alat tenun yang digunakan
sudah memenuhi standard dan memiliki fungsi (keadaan) yang baik, dan sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. Penataan alat tenun diletakkan didalam almari dan
tertata rapi serta diberi label pada tempat penataan sehingga memudahkan dalam
penataan.

3.3 Method
3.3.1 Pengorganisasian perawatan pasien
Dari hasil wawancara dan observasitentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan Ruang Kemuning dan
Dahlia adalah metode tim. Metode tim ini digunakan dengan membagi kerja
menjadi 2 tim yang kemudian memiliki 12 perawat pelaksana yang dilakukan
moving kerja setiap bulan di Ruang Kemuning dan Dahlia. Perawat melaksanakan
tindakan dengan di pimpin oleh katim dan dilakukan pembagian shift kerja yang di
acc oleh kepala ruangan.

30
Pengambilan keputusan di ruang Kemuning dan Dahlia di pegang langsung
oleh kepala Ruangan, setiap perawat pelaksana telah sadar untuk melaporkan
setiap konflik yang terjadi. Biasanya dalam penyelesaian akan dilaksanakan
melalui sistem musyawarah mufakat, namun ada kalanya kepala ruangan akan
menetapkan kebijakan secara otoriter tergantung dengan pentingnya dan sifat dari
kebijakan tersebut.
Pembagian pekerjaan di Ruang Kemuning dan Dahlia RSU Karsa Husada
Batu cukup jelas, terdapat job deskripsi setiap tugas yang dilaksanakan oleh
perawat pelaksana di ruangan. Pembagian tersebut dapat berganti sesuai dengan
kondisi lapangan dan kebutuhan lapangan. Setiap perawat pelaksana memiliki
tugas yang spesifik sehingga tidak terdapat kesalahan dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan keperawatan. Pembagian pekerjaan dilakukan langsung oleh
kepala ruangan.
Pengelompokan pekerjaan di ruang kemuning dan dahlia sudah jelas.
Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dan
menuliskan dokumentasi klien sesuai dengan SOP yang diterapkan di ruangan,
bagian administrasi bekerja sesuai dengan bagian pekerjaannya, dan terdapat
pekarya yang bertugas membantu berjalannya pelayanan di ruangan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan komunikasi antar profesi
terlaksana. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
dengan menggunakan SBAR dan SOAP. SBAR dilakukan pada saat pertama
pasein masuk dan untuk catatan perkembangan menggunakan SOAP.
Keuntungan menggunakan SOAP ini karena semua data dapat tercakup namun
kerugiannya perawat tidak bisa melakukan keseluruhan.
Fungsi manajemen keperawatan diuraikan sesuai dengan jabatan dan uraian
tugasnya, yaitu sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan
Tabel 3.18 uraian tugas Kepala Ruangan
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
KEPALA RUANG
1. Melaksanakan fungsi perencanaan (p1)
meliputi:
a. Menyusun rencana kerja harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan.
b. Menunjuk perawat primer dan tugasnya
masing-masing.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien
dibantu perawat primer.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat

31
ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan
perawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui
kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan terhadap klien.
g. Menjaga terwujudnya visi dan misi
keperawatan dan rumah sakit.
h. Menyusun rencana kebutuhan tenaga
keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk ruang rawat, koordinasi
dengan kepala perawatan/ kepala instalasi.
i. Menyusun rencana kebutuhan fasilitas, alat,
dan dana keperawatan.
j. Menyusun jadwal dinas.
k. Menyusun jadwal cuti.
l. Menyusun rencana pengembangan staf.
m. Menyusun rencana kegiatan pengendalian
mutu.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan
pelaksanaan (p2) meliputi:
a. Merumuskan metode penugasan yang
digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat
pelaksana secara jelas.
d. Membuat rentang kendali.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan.
f. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan.
g. Menyelenggarakan konferen.
h. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui
kerjasama dengan petugas lain yang bertugas
diruang rawatnya.
i. Melaksanakan orientasi kepada tenaga
keperawatan baru/ tenaga lain yang akan kerja
di ruang rawat.
j. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa
keperawatan yang menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan praktik.
k. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya
meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada
dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin
sehari-hari.
l. Membimbing tenaga keperawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.
m. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-
waktu dengan staf keperawatan dan petugas
lain yang bertugas diruang rawatnya.
n. Memberi kesempatan/ijin kepada staf
keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala

32
instalasi/kasi perawatan.
o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-
obatan sesuai kebutuhan berdasarkan
ketentuan/kebijakan rumah sakit.
p. Mengatur dan mengkoordinasikan
pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
q. Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya di ruang rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan.
r. Meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien di ruang rawat.
s. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan pasien sesuai dengan program
dietnya.
t. Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa
perawatan diruang rawatnya dan selanjutnya
mengembalikan berkasi tersebut ke bagian
medical record bila pasien keluar/pulang dari
rumah sakit tersebut.
u. Membimbing mahasiswa keperawatan yang
menggunkan ruang rawatnya sebagai lahan
praktik.
v. Memberikan penyuluhan kesehatan pada
pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam
batas wewenangnya.
w. Melakukan serah terima pasien pergantian
dinas.
x. Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan, membuat daftar dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap dari dan lain-lain.
y. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan
3. Melaksanakan fungsi pengawasan,
pengendalian dan penilaian (p3) meliputi:
a. Mengawasi dan menilai mahasiswa
keperawatan untuk memperoleh pengalaman
belajar sesuai tujuan program bimbingan yang
telah ditentukan.
b. Melakukan penilaian kinerja tenaga
keperawatan yang berada dibawah
tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.
c. Memberikan pengarahan tentang penugasan
kepada ketua tim dan perawat pelaksana.
d. Memberikan pujian kepada perawat yang
mengerjakan tugas dengan baik.
e. Memberikan motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
f. Menginformasikan hal-hal yang dianggap
penting dan berhubungan dengan askep klien.
g. Membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
h. Meningkatkan kolaborasi.
i. Melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan perawat

33
primer mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
j. Mengobservasi pasien baru dan mengaudit
dokumentasi asuhan keperawatan.
k. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama.
Total 37 12
Prosentase 75,51% 24,48%

Berdasarkan tabel 3.18 di interpretasikan kepala ruang dalam menjalankan


fungsi manajemen keperawatan dilakukan 75,51% sehingga dapat dikatakan fungsi
tersebut dijalankan dengan cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan
dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya. Beberapa hal yang menjadi
poin penting dari uraian tugas Kepala Ruangan diatas adalah belum optimalnya
peran supervisi kepala ruangan terhadap anggota baik secara pelaksanaan dan
dokumentasi. Beberapa contohnya adalah point supervisi dalam hal :
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, serta
membuat rentang kendali.
2) Menyusun rencana pengembangan staf.
b. Penggerakan dan Pelaksanaan
1) Membuat rentang kendali.
2) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi : penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari.
3) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan
berdasarkan ketentuan/kebijakan rumah sakit.
4) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai
dengan program dietnya.
c. Pengawasan, Pengendalian,Penilaian :
1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama.
2) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.

34
b. Ketua Tim
Tabel 3.19 uraian tugas Ketua Tim
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
KETUA TIM
a. Bersama penanggung jawab ruangan/ kepala
ruangan/ perawat associate/ anggota tim
mengadakan serah terima tugas setiap
penggantian dinas.
b. Melakukan pembagian tugas kepada perawat
associate dengan mempertimbangkan
kemampuan masing-masing anggota.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
d. Mengikuti visite dokter.
e. Menciptakan suasana harmonis.
f. Membuat laporan pasien.
g. Mengorientasikan pasien baru.
h. Membina hubungan saling percaya antara
perawat, pasien, dan keluarga.
i. Memberikan pertolongan segera pada pasien
dengan kedaruratan.
j. Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari
pasien, kejadian diluar dugaan yang tidak
diinginkan.
k. Mengatur waktu istirahat.
l. Melakukan ronde keperawatan bersama Kepala
Ruang dan melaporkan tentang kondisi pasien,
asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan
yang dialami.
m. Bersama perawat pagi, sore, dan malam
melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi
pelayanan keperawatan pasien yang sudah
diprogramkan dan membuat pembaharuan sesuai
dengan kebutuhan pasien.
n. Mendelegasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anggota tim.
o. Membuat perincian tugas anggota tim.
p. Menerima konsultasi dari anggota tim dan
memberikan instruksi keperawatan.
q. Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk
menerima laporan, sistem pengarahan tentang
tugas anggota tim, pelaksanaan asuhan
keperawatan, serta masalah yang dihadapi.
r. Memelihara komunikasi efektif baik secara vertikal
maupun horizontal.
s. Melakukan penyuluhan kepada pasien/keluarga
atau kepada anggota tim.
t. Memberi teguran dan pujian.
u. Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh
anggota tim.
v. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat pelaksana.
w. Mengawasi proses asuhan keperawatan yang

35
dilakukan oleh anggota tim.
x. Membantu kepala ruangan membimbing peserta
didik.
Total 19 5
Prosentase 79% 21%

Berdasarkan tabel 3.19 di interpretasikan Ketua Tim dalam menjalankan


fungsi manajemen keperawatan sudah dilakukan 79%. Sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Peran fungsi Ketua Tim perlu
dipertahankan, serta perlu ditingkatkan lagi terhadap hal berikut :
1. Melakukan pembagian tugas kepada perawat associate dengan
mempertimbangkan kemampuan masing-masing anggota.
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.
3. Mengatur waktu istirahat.
4. Bersama perawat pagi, sore, dan malam melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan pasien yang sudah diprogramkan
dan membuat pembaharuan sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Membuat perincian tugas anggota tim.

c. Perawat Pelaksana
Tabel 3.20 Uraian tugas Perawat Pelaksana
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
ANGGOTA TIM
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih yaitu:
1) Menyusun rencana perawatan sesuai
dengan masalah klien.
2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai
dengan rencana.
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan
perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan.
b. Melaksanakan program berikut dengan penuh
tanggung jawab:
1) Pemberian obat.
2) Pemeriksaan laboratorium.
3) Persiapan klien yang akan operasi.
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik,
mental, sosial, dan spiritual klien:
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
2) Memberikan rasa aman, nyaman kepada

36
klien.
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental
untuk menghadapi tindakan perawatan dan
pengobatan atau diagnosis.
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuannya.
f. Memberikan pertolongan segera pada klien
gawat atau kritis.
g. Membantu kepala ruangan dalam
ketatalaksanaan ruang secara efective:
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau
meninggal.
2) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan,
keamanan, kenyamanan, dan keindahan
ruangan.
j. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau
hari libur secara bergantian sesuai dengan
jadwal dinas.
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan
dengan penyakitnya.
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan
klien baik secara lisan maupun tulisan.
m. Membuat laporan harian klien.
n. Operan dengan dinas berikutnya.
o. Menerima bantuan bimbingan koortim/ ka shift
dan melaksanakan pendelegasian dari kepala
ruangan.
Total 14 1
Prosentase 93% 7%

Berdasarkan tabel 3.20 di interpretasikan perawat pelaksana dalam


menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 93% sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Peran fungsi perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya. Hal-hal
yang perlu ditingkatkan adalah mengenai pendokumentasian kondisi dan
tindakan klien dalam rekam medis,karena masih terdapat rekam medis klien
yang belum ditulis secara lengkap mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan dan yang direncanakan. Selain itu perlu ditingkatkan dalam hal
edukasi kepada klien dan keluarga, seperti penyebab kondisi klien dan
alasan pemberian terapi maupun tindakan.
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Kemuning-
Dahlia RSU Karsa Husada Batu adalah menggunakan metode team nursing.
Dimana dalam struktur organisasi tersebut dipimpin oleh seorang kepala
ruangan dengan tingkat pendidikan S1, Ners.

37
3.3.2 Klasifikasi Pasien
Pada Ruang Kemuning merupakan ruangan penyakit paru non TB dan
menjadi ruangan perawatan umum jika ruangan lainnya penuh. Ruang Kemuning
Rumah Sakit Umum Karsa HusadaBatu terdiri dari Ruang Kelas I Utama, Kelas II
Utama, Kelas I, Kelas II, Kelas III Pria, Kelas III wanita. Sedangkan Ruang Dahlia
merupakan ruang penyakit paru TB dan juga digunakan sebagai ruang isolasi,
yang terdiri dari Ruang Kelas Utama, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Diruang
Kemuning-Dahlia belum dilakukan pendataan mengenai tingkat ketergantungan
pasien.

3.3.3 Proses Pendokumentasian Proses Keperawatan


Tabel 3.21 Proses Pendokumentasian Proses Keperawatan

No Aspek Yang Dinilai Dilakukan Tidak

A
1 Mencatat data yang dikaji dengan pedoman
pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
3 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
B
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan
2 Merumuskan diagnosa keperawatan
actual/potensial
C
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan
2 Disusun menurut urutan prioritas
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi pasien
dan atau criteria

4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan


kalimat perintah, terinci dan jelas

5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan


pasien atau keluarga

6 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama


tim kesehatan lain

D
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana
2 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
tindakan keperawatan

38
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas
E
1 Perawat mengevaluasi respon pasien sesuai
dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, analisa
masalah keperawatan dan rencana tindak lanjut.
F
1 Menulis pada format yang baku
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat
mancantumkan paraf/nama jelas dan tanggal jam
dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
RATA-RATA TOTAL 17 4
PRESENTASE 80,95% 19,05%

a) Pendokumentasian pengkajian
Pengisian pendokumentasian pengakajian di Ruang Kemuning-Dahlia diisi sesuai
dengan kondisi pasien. Di Ruang Kemuning-Dahlia menggunakan format
pengkajian meliputi aspek pengkajian dari data subjektif, objektif dan lengkap
dengan pengkajian head to toe serta hasil pemeriksaan penunjang. Format
pengkajian menggunakan metode check list, sehingga perawat hanya mencentang
kotak pilihan yang sudah disediakan.

b) Pendokumentasian diagnosa keperawatan


Pada pendokumentasian diagnosa keperawatan RS Karsa Husada Batu pada
umumnya hanya dituliskan satu diagnosa prioritas. Akan tetapi dalam penentuan
diagnosa keperawatan tidak disertakan data pendukung (subjektif dan objektif)
yang detail dan fokus dalam format.
c) Pendokumentasian perencanaan keperawatan
Dalam format perencanaan keperawatan bagian tujuan dan kriteria hasil, tidak
terdokumentasikan dengan baik. Waktu pelaksanaan tujuan tidak sesuai dengan
lama rawat inap pasien di rumah sakit. Kriteria hasil yang ingin dicapai kurang
lengkap dan ada beberapa yang kurang sesuai untuk menyelesaikan masalah
keperawatan. Untuk rencana keperawatan masih lebih banyak intervensi tindakan
medis, sebaiknya dapat diperbanyak tindakan terapi keperawatan.

39
d) Pendokumentasian pelaksanaan/implementasi keperawatan
Pendokumentasian pelaksanaan keperawatan dilakukan kurang benar, karena
pada jam/lama pelaksanaanya tindakan keperawatan tidak sesuai dengan kondisi
masalah pasien yang belum terselesaikan.

e) Pendokumentasian evaluasi
Pada pendokumentasian menggunakan evaluasi (SOAP) dan CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi). CPPT digunakan sebagai alat berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lain.

3.3.4 Timbang Terima operan (pre dan post conferent)


a) Timbang Terima operan
Dari hasil wawancara perawat pelaksanaan dan observasi yang
dilakukan selama 3 hari, di Ruang Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima (operan) yang
dilakukan belum secara optimal, operan hanya dilakukan oleh dari satu orang
yang dinas sebelumnya dan satu orang dari yang akan melakukan dinas
selanjutnya. Di Ruang Kemuning dan Dahlia dilakukan operan sebanyak 3 kali
dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam. Operan pagi dilakukan pada 7 pagi,
operan siang pada pukul 2 siang dan operan malam pada pukul 9 malam.
Tabel 3.22 ceklist operan shift

No. Aspek yang diobservasi hari 1 hari 2 Hari 3


13/06/2016 14/06/2016 15/06/2016
1. Persiapan
Buku laporan sebelumnya
Membaca buku laporan shift
sebelumnya
Shift yang mengoperkan
menyiapkan hal-hal yang
diperlukan
Shift yang akan menerima
membawa buku saku catatan
operan/catatan harian
Kedua kelompok sudah siap
2. Pelaksanaan
Kepala ruang membuka - - -
acara
timbang terima dengan
salam
Kegiatan dimulai dengan
menyebut/mengidentifikasi
satu persatu (berurutan
tempat tidur/kamar)

40
a. Identifikasi klien : nama, - -
alamat, no. register - -
b. Jelaskan dx medis
c. Jelaskan dx keperawatan
sesuai fokus
Jelaskan kondisi/keadaan
umum pasien
Jelaskan tindakan
keperawatan yang telah dan
belum dilakukan
Jelaskan hasil tindakan:
masalah teratasi, belum tau
muncul masalah baru
Jelaskan secara singkat dan
jelas rencana kerja dan - -
tindak lanjut asuhan (mandiri
atau kolaborasi)
Memberi kesempatan
anggota shift yang menerima - -
operan untuk melakukan
klarifikasi/ bertanya tentang
hal-hal atau tindakan yang
kurang jelas.
Perawat yang menerima
operan mencatat hal-hal
yang penting pada buku
catatan
Lakukan prosedur 1-7 untuk
pasien berikutnya sampai
seluruh pasien diperlukan
Perawat yang mengoperkan

menyerahkan semua berkas
catatan keperawatan kepada
tim yang akan menjalankan
tugas berikutnya.
3. Penutup
Kepala ruangan/ketua tim
kembali ke nurse station
Berkas bersama yang
dipimpin oleh kepala - - -
ruangan/ketua tim
Mengucapkan salam - - -
Mengucapkan selamat
beristirahat kepada anggota - - -
tim/anggota shift sebelumnya
Mengucapkan selamat
bekerja untuk tim/shift
berikutnya

41
b) Pre dan Post Confrence
Dari hasil wawancara perawat pelaksanaan dan observasi yang
dilakukan selama 3 hari, di Ruang Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu didapatkan bahwa pelaksanaan pre dan post confrence yang
dilakukan belum secara optimal.
Tabel 3. 23 ceklist pelaksanaan pre dan post confrence
hari 1 hari 2 Hari 3
No. Aspek Yang Diobservasi
13/06/2016 14/06/2016 15/06/2016
1 Semua anggota tim hadir dalam diskusi awal - -
(konferensi awal)
2 Memberi pengarahan kepada anggota tim - -
tentang rencana asuhan pasien pada hari
tersebutberdasarkan hasil evaluasi kemarin
dan kondisiklien yang dilaporkan oleh dinas
malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP
meliputi :
Keadaan umum klien
Keluhan klien
Tanda-tanda vital dan kesadaran
Hasil pemeriksaan
laboratorium/diagnostic terbaru
Masalah keperawatan
Rencana keperawatan hari ini
Perubahan terapi medis
Rencana medis
3 Memberi penugasan kepada anggota tim bila
ada pasien baru
4 Memberi kesempatan kepada anggota tim
untuk bertanya
5 Memberi penek-anan pada hal-hal yang perlu
diperhatikan
6 Memberi kesempatan pada pendidikan pasien - - -
7 Membahas pasien-pasien yang menjadi - - -
prioritas pada shift tersebut
8 Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota - - -
dalam melakukan asuhan
9 Semua anggota tim menyepakati pertemuan - - -
diskusi akhir
10 Mengucapkan selamat bekerja kepada - - -
anggota tim

No. Aspek Yang diobservasi hari 1 hari 2 Hari 3


13/06/2016 14/06/2016 15/06/2016
1 Semua anggota tim hadir dalam konferensi - - -
akhir
2 Menanyakan hasil dari kegiatan yang sudah - - -
dilaksanakan anggota tim terkait dengan
asuhan keperawatan
3 Mengevaluasi tentang kelengkapan - -
dokumentasi ASKEP, pelaksanaan program

42
dan administrasi pasien
4 Memberikan pujian akan apa yang telah - - -
dilaksanakan dengan baik
5 Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap - - -
anggota tim
6 Memberi umpan balik kepada anggota tentang - - -
pelaksanaan yang telah dilakukan
7 Mengucap terima kasih atas kerjasama anggota - - -
tim
8 Semua anggota tim menyepakati pertemuan - - -
konferensi selanjutnya.

3.3.5 Ronde Keperawatan


Dari hasil wawancara perawat pelaksana dan observasi di Ruang Kemuning
dan Dahlia perawat belum melakukan ronde keperawatan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya jumlah klien yang tidak sesuai dengan beban kerja perawat.Diskusi
kondisi klien hanya dlakukan antar perawat-dokter pada saat setelah visite tetapi
belum terlaksana ronde keperawatan yang membahas kasus yang unik pada
pasien dengan multi disipilin ilmu. Ronde keperawatan biasanya hanya dilakukan
ketika ada mahasiswa praktik untuk membantu mengajarkan proses ronde
keperawatan yang ada di pelayanan.

Tabel 3.24 Observasi Ronde keperawatan


No. Aspek Yang Observasi hari 1 hari 2 Hari 3
13/06/2016 14/06/2016 15/06/2016
A. PERSIAPAN
1 Membuat Satuan Acara Ronde untuk - - -
kegiatan bimbingan (dalam bentuk
tertulis)
2 Mempersiapkan tempat yang cukup - - -
sesuai jumlah peserta ronde
3 Mendapatkan data mengenai kondisi - - -
pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan serta meminta ijin pasien.
4 Menyiapkan alat yang diperlukan - - -
5 Mengatur lingkungan fisik untuk ronde - - -
keperawatan sehingga mudah dilihat
dan didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
Ruangan Perawat - - -
6 Membuka kegiatan ronde dengan - - -
mengucapkan salam
7 Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, - - -
tujuan ronde keperawatan
8 Menjelaskan tentang hasil yang - - -
diharapkan dari hasil ronde
9 Menjelaskan secara umum pasiennya - - -
(data fokus, diagnosa keperawatan,

43
rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum
bisa dipecahkan)
10 Mengajak peserta menuju ruang - - -
pasien
Ruangan Pasien - -
11 Mengucapkan salam, validasi kontrak - - -
untuk ronde keperawatan dan
menanyakan kondisi kepada pasien
11 Mereview masalah yang dikeluhkan - - -
pasien, tindakan keperawatan dan
medis yang sudah dilakukan serta
perkembangan kondisi pasien
12 Memberikan kesempatan untuk - - -
bertanya dan berdiskusi pada peserta
yang lain, keluarga/pasien
13 Memberikan pujian pada - - -
pasien/keluarga atas kerjasamanya
dalam melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan.
C EVALUASI
Ruangan Perawat - - -
14 Mereview hasil diskusi di ruangan - - -
pasien
15 Menyimpulkan kegiatan ronde - - -
keperawatan
16 Memberikan pujian pada peserta - - -
17 Rencana tindak lanjut setelah kegiatan - - -
ronde keperawatan
18 Menutup kegiatan ronde keperawatan - - -

3.3.6 Pengelolaan Logistik dan Obat-Obatan


Dari hasil wawancara perawat pelaksana, di Ruang Kemuning dan Dahlia ini
terdapat almari penyimpanan obat. Tentang mekanisme pemberian dan alur obat
kepada pasien yaitu obat diperoleh dari keluarga yang membeli obat secara
mandiri dengan resep yang sudah diberikan kemudian langsung dibawa ke ruang
perawatan dan dimasukkan ke dalam masing-masing kotak berdasarkan
identitas pasien di almari obat.

3.3.7 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


Dari hasil observasi dan wawancara perawat pelaksana, di Ruang Kemuning
dan Dahlia sudah ada form ringkasan pulang/resume yang terdapat di status
pasien untuk dokter namun belum ada lembar discharge planning untuk perawat.
Sedangkan yang dibawa pulang oleh pasien adalah surat kontrol. Di ruangan juga
tidak terdapat leaflet yang merupakan bagian dari perencanaan pulang.

44
3.3.8 Penerimaan Pasien Baru (OB)
Menurut hasil wawancara perawat pelaksana yang sudah dilakukan, untuk
mekanisme penerimaan pasien baru di Ruang Kemuning dan Dahlia jika pasien
datang dari poli maka pasien harus membawa kelengkapan surat-surat yang
ditunjukkan ke ruang perawatan dan kemudian langsung diberi tindakan. Jika
pasien datang dari ruang IGD maka tindakan sudah dilakukan di ruang IGD
setelah itu pasien dibawa ke ruang perawatan dengan membawa kelengkapan
surat-surat kemudian dilakukan perawatan. Dalam penerimaan pasien baru
seharusnya dilakukan pengenalan tenaga kesehatan yang merawat pasien, tata
tertib rumah sakit, KIE pengendalian infeksi (cuci tangan 6 langkah, penggunaan
masker, dan selalu menutup pintu ruangan infeksius saat keluar atau masuk,
namun di Ruang Kemuning-Dahlia belum dilakukan secara optimal)

3.4 Money
3.4.1 Sistem Gaji dan Remunerasi
Sumberdana gaji pegawai PNS di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia Rumah
Sakit Umum Karsa Husada Batu berasal dari pemerintah dari dana APBD,
sedangkan sumber penggajian pegawai Non-PNS (BLUD) berasal dari dana
BLUD yang berasal dari rumah sakit itu sendiri berdasarkan sepengetahuan BKD.
Besaran gaji pokok yang diterima oleh pegawai PNS maupun pegawai Non-PNS
diatur berdasarkan golongan pegawai yang dilihat dari jenjang pendidikan.
Perawat yang masih dalam fase orientasi telah mendapatkan gaji namun belum
memperoleh remunerasi karena belum masuk dalam unit atau ruang penetapan
kerja. Sedangkan perawat magang tidak memperoleh gaji.
Untuk besar nilai uang makan didapat sesuai dengan golongan apabila
berstatus PNS dan sesuai BLUD apabila berstatus non PNS. Sedangkan untuk
besar nilai uang jasa pelayanan dihitung sesuai jumlah pasien di rumah sakit.
Apabila jumlah pasien meningkat maka nilai uang jasa pelayanan juga akan
meningkat.
Remunerasi kepada pegawai PNS maupun BLUD didapatkan melalui
pendapatan rumah sakit salah satunya tergantung jasa pelayanan dan BOR
masing-masing unit. Remunerasi dibagi menjadi dua yaitu, remunerasi yang
digunakan bersama dan remunerasi yang dikembalikan ke unit atau ruangan
berdasarkan BOR dan beban kerja petugas yang ada di ruangan. Remunerasi
yang dikembalikan ke Rumah Sakit dipertimbangkan dengan beberapa indeks
yaitu :
a. Basic Index

45
b. Kegawatan tindakan
c. Faktor resiko tindakan
d. Beban kerja
e. Performent/kehadiran
Evaluasi kinerja dilakukan secara berkala setiap akhir tahun untuk tenaga
kepegawaian non perawat terutama untuk pegawai non-PNS, sedangkan evaluasi
kinerja untuk perawat dilakukan setiap 6 bulan. Perawat yang jaga malam atau
jam lembur tidak dimasukan kedalam indeks menentukan remunerasi, namun tiga
kali shift malam akan digantikan dengan satu luaran atau libur sesuai dengan
aturan Rumah Sakit.
Gaji maupun remunerasi didistribusikan oleh rumah sakit kepada staf secara
periodik setiap bulan. Gaji didistribusikan per tanggal satu setiap bulan.

3.4.2 Sumber Pendapatan Ruangan


Pendapatan Ruang Kemuning dan Dahlia berasal dari iuran staf. Iuran
diambil dari gaji pokok staf dan ditarik kepada setiap staf tiap setelah gajian. Iuran
dilakukan sebulan sekali. Iuran ruangan ini di atur oleh bendahara ruangan.
Dokumentasi keuangan internal dilakukan dengan buku kas. Tiap sebulan sekali di
agendakan untuk rapat keuangan untuk membahas pemasukan dan pengeluaran
dana iuran. Iuran biasanya digunakan untuk kas ruangan, santunan kematian/ sakit
untuk sesama staf maupun keluarga staf, dan untuk membeli alat-alat ruangan (alat
rumah tangga). Sedangkan untuk bahan medis habis pakai tiap bulannya staf
ruangan bagian administrasi akan melaporkan kebutuhan bahan kepada kepala
ruangan kemudian setelah kepala ruangan memberikan persetujuan maka
selanjutnya mengajukan proposal ke RS, kemudian RS akan melakukan pengadaan
bahan-bahan tersebut melalui bagian farmasi, kurang lebih 1 minggu kemudian
bahan dapat turun. Sedangkan untuk pengadaan alat medis yang sifatnya tidak
habis pakai atau mahal akan dilakukan pengajuan proposal pada akhir tahun
kemudian akan turun pada tahun berikutnya.

3.5 Market
3.5.1 Penghitungan market Ruang Kemuning-Dahlia
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sangat penting sebab bila barang
yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar
merupakan faktor yang menentukan dalam suatu organisasi atau perusahaan.

46
Agar pasar dapat dikuasai maka mutu harus sesuai dengan selera konsumen dan
kemampuan konsumen. Sehingga indikator mutu menjadi salah satu hal penting
untuk meningkatkan market atau pasar. Dan mutu suatu RS bisa dilihat dari hasil
pelayanan.
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
(jumlah pasien)
BOR =
(jumlah tempat tidur)

Jumlah TT = 31 TT
Jumlah pasien dirawat pada 13-18 Juni 2016 = 46

= 46 = 1,5
31

Selama kurun waktu 6 hari yaitu padahari senin hingga sabtu tanggal
13-18 Juni 2016 didapatkan ratarata BOR 74%. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Sehingga BOR di ruangan
Kemuning dan Dahlia sudah sesuai dengan standar Depkes RI 2005.
Semakin baik nilai BOR menunjukkan bahwa market dari rumah sakit ternilai
baik.

ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien dirawat. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-
9 hari (Depkes, 2005).

ALOS = (jumlah lama dirawat)


(jlh pasien keluar (hidup + mati)

47
Ruang Kemuning
Tabel 3.25 Tabel Lama Rawat Pasien Di Ruang Kemuning

No Inisial Pasien Lama Dirawat


1 Nn. K 1 hari
2 Ny. Sn 1 hari
3 Ny M 2 hari
4 Ny. Sk 1 hari
5 Ny. NA 1 hari
6 Ny. Sm 1 hari
7 Tn. D 5 hari
8 Tn. AC 1 hari
9 Tn. L 3 hari
10 Tn. Ms 10 hari
11 Tn. Sr 4 hari
12 Tn. Sl 5 hari
13 Tn. Ag 3 hari
14 Ny. P 1 hari
15 Ny. Sw 1 hari
16 Ny. NS 9 hari
17 Tn. St 2 hari
18 Tn. FMW 4 hari
19 Tn. St 2 hari
20 Tn. K 5 hari
21 Ny. R 3 hari
Total Hari 65 hari
Jumlah Pasien Keluar (hidup+mati) 8 orang

Tabel 3.26 Tabel Lama Rawat Pasien Ruang Dahlia


No Inisial Pasien Lama Dirawat
1 Tn. Ar 7 hari
2 Tn. Ab 3 hari
3 Tn. T 3 hari
4 Tn. S 5 hari
5 Tn. Nsd 2 hari
6 Tn. Ns 2 hari

48
7 Nn. T 5 hari
8 Ny. Y 7 hari
9 Ny. S 7 hari
10 Tn. Hs 2 hari
Total Hari 43 hari
Jumlah Pasien Keluar (hidup+mati) 5 orang

Jumlah lama dirawat Kemuning - Dahlia =


65 +43 = 108 = 7,7 hari = 8 hari
ALOS =
8 + 614

Selama pengamatan hari senin-rabu tanggal 13-15 Juni 2016didapatkan


lama hari perawatan di ruang Kemuning Dahlia rata-rata 8 hari. Menurut
Depkes 2005 nilai ALOS yang ideal adalah 6-9 hari sehingga ALOS di ruang
Kemuning termasuk baik dan Dahlia termasuk ideal.

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati (dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya). Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada 1-3 hari (Depkes, 2005)
((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan)
TOI =
(jmlh pasien keluar (hidup + mati))
= (31 X 2) 80
8
= 1 hari
Kemuning 3 TT kosong
Dahlia 5 kosong
Selama pengamatan padatanggal14 Juni 2016 didapatkan TOI diruang
Kemuning dan Dahlia sejumlah 1 hari yang idealnya 1-3 hari menurut Depkes
2005, yang berarti sudah ideal.

BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan

49
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.

BTO selama 1 hari padatanggal15 Juni 2016 di ruang Kemuning - Dahlia


Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
BTO =
(jumlah tempat tidur)

8 = 0,25 kali putaran


BTO =
31
BTO selama 2 hari penggunaan bed diRuang Kemuning - Dahlia yaitu
0,25 kali putarandalam 1hari. Sehinggadalam 1 tahun BTO ruangKemuning
Dahlia sebesar 91 . Idealnya dalam 1 tahun adalah 40-50 kali digunakan.

3.5.2 Indikator Mutu Pelayanan


a. Tingkat Kecemasan Pasien
Tabel 3.27 Hasil kuesioner tingkat kecemasan yang dilakukan pada
tanggal 15 Juni 2016
Klien Item tingkat kecemasan Klien Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 skor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 3 3 1 1 3 2 4 4 3 1 3 1 1 2 1 4 4 3 1 1 45
2 1 1 1 1 4 1 1 1 4 2 1 1 4 2 1 4 4 1 1 1 37
3 2 2 1 1 3 1 1 3 3 1 1 1 4 1 1 4 4 1 2 1 38
4 2 1 1 1 2 1 2 2 4 3 2 1 4 2 1 4 4 1 1 1 40
5 1 1 1 1 4 1 3 2 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 30
6 1 1 1 1 1 1 3 2 4 1 2 1 4 1 1 1 4 1 1 1 33
7 1 1 1 1 4 4 2 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 33
8 1 1 1 1 1 1 2 4 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 28
9 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 4 1 32
10 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 2 1 4 1 3 3 1 2 1 34
Ket:
Skor 20-44 normal/tidak cemas
Skor 45-59 kecemasan ringan
Skor 60-74 kecemasan sedang
Skor 75-80 kecemasan berat
a. Prosentase kejadian cemas ringan di ruang kemuning-dahlia
= Jumlah pasien cemas ringan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 2/20 x100
= 10 %

b. Prosentase kejadian cemas sedang di ruang kemuning-dahlia


= Jumlah pasien cemas sedang x 100%
Jumlah pasien yang dirawat

50
= 0/20 x100%
= 0%

c. Prosentase kejadian cemas berat di ruang kemuning-dahlia


= Jumlah pasien cemas beratx 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 0/20 x100%
= 0%

d. Prosentase kejadian tidak cemas di ruang kemuning-dahlia


= Jumlah pasien tidak cemas x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
= 8/20 x100%
= 40 %

Dari koesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) diperoleh


nilai tertinggi adalah 45, dan nilai terendah adalah 28, dengan
pengelompokan sebagai berikut: skor 20 - 44: normal/tidak cemas, skor 45-59
mengalami kecemasan ringan, skor 60-74 mengalami kecemasan sedang,
skor 75-80 mengalami kecemasan berat. Sehingga dari tabel dapat
disimpukan bahwa sebagian besar pasien di ruang kemuning-dahlia tidak
mengalami kecemasan. Terdapat2 pasien yang mengalami kecemasan
ringan akibat tindakan keperawatan seperti disuntik, plebotomy, infus, dll.
Fungsi instrumen kecemasan klien ini untuk melihat tingkat cemas klien
terhadap kondisinya maupun lingkungan sekitarnya, sehingga tindakan
keperawatan diharapkan mampu menurunkan tingkat kecemasan klien
tersebut. Perawat melakukan intervensi dengan mengajarkan teknik relaksasi
seperti nafas dalam, teknik distraksi seperti menonton tv yang disukai, juga
dengan menjelaskan tindakan yang diberikan kepada pasien agar pasien
mengerti sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan yang dialami.

b. Tingkat Kepuasan Pasien


Hasil dari kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 3.28 Hasil dari kuesioner tingkat kepuasan yang dilakukan pada
tanggal 15 Juni 2016
Item Tingkat Kepuasan Pasien Skor
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 total
1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 32
2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 32
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33

51
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
9 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 25
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33

a) Prosentase Tingkat Kepuasan di ruang kemuning-dahlia


= jumlah klien memiliki tingkat kepuasan baik x 100%
Jumlah klien yang dirawat

= 10
10
= 100%
Dari tabel tersebut dibuat rentang tingkat kepuasan dengan nilai
terendah adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 33. Nilai tidak puas berada dalam
rentang 0-11 merupakan skor tidak puas, 12-23 merupakan skor kurang puas,
24-34 merupakan puas dan 35-44 merupakan skor sangat puas. Dari hasil
didapatkan bahwa dari 10 responden menunjukkan memiliki tingkat puas
terhadap layanan di ruang kemuning-dahlia dan tidak ada responden yang
memiliki ketidakpuasan atas tindakan keperawatan di Ruang Kemuning -
Dahlia.
Hasil ini menjadi acuan bagi perbaikan tingkat layanan dan program dari
rumah sakit selanjutnya. Walaupun hasil menunjukkan tingkat kepuasan
seluruhnya namun ada beberapa item yang perlu diperhatikan oleh
manajemen rumah sakit dan juga dari perawat di Ruang Kemuning-Dahlia
untuk meningkatkan dalam hal Kepastian, Kedisiplinan, Kecepatan,
Keterbukaan Informasi, Ketepatan Waktu, Kenyamanan Ruang dan Fasilitas
dan yang terakhir adalah Biaya dalam Pelayanan. Hal ini di karenakan ada
beberapa responden yang memberikan nilai sedang dalam item-item tersebut
sehingga dalam upaya peningkatan kualitas layanan perlu adanya evaluasi
dan peningkatan.
Instrumen tersebut perlu adanya penyusunan dan perbaikan redaksi
sebagai bentuk untuk meningkatkan gambaran penjelasan kepada pasien
agar lebih jelas. Pada instrumen tersebut masih sebatas sub-sub penting
tanpa dijelaskan maksudnya sehingga perlu adanya upaya memvalidkan
instrumen dan juga penjabaran lebih agar apa yang disampaikan masyarakat
atau pasien bisa tersampai kepada pihak-pihak terkait selaku pengelola ruang
kemuning-ruang dahlia.

52
c. Tingkat Risiko Jatuh Klien
Hasil kuesioner tentang resiko jatuh yang dilkukan mulai tanggal 15
April 2016 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. 29 hasil kuesioner tingkat resiko jatuh
Pasien 1 2 3 4 5 6 Skor
1 0 0 15 20 10 0 45
2 0 0 0 20 10 0 30
3 0 0 0 0 10 0 10
4 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 30 20 10 0 60
6 0 15 15 20 10 0 60
7 0 15 0 20 10 0 45
8 25 15 0 20 0 0 45
9 0 15 15 30 10 0 60
10 0 15 0 15 0 15 45

= Jumlah pasien jatuh x 100 %


Jumlah pasien yang berisiko jatuh
= 4 x 100 %
10
= 40 %
Dari koesioner Morse Fall Scalediperoleh nilai tertinggi adalah, dan
nilai terendah adalah, dengan pengelompokan sebagai berikut: skor 0-40:
normal, skor 41-80 mengalami gangguan pergerakan ringan, skor 81-125
mengalami pergerakan berat. Sehingga dari tabel dapat disimpukan bahwa
rata-rata pasien di ruang kemuning-dahlia tidak mengalami gangguan
pergerakan atau normal. Namun hal tersebut juga dapat membuat adanya
hambatan bagi klien karena tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
sehingga butuh bantuan alat atau orang lain.

d. Angka Kejadian Dekubitus


Pendokumentasiaan angka kejadian dekubitus telah dilakukan
dengan baik. Pada bulan Juni mulai tanggal 13 sampai 15 di ruang Kemuning
- Dahlia, angka kejadian dekubitus terdapat 0 kejadian dekubitus.
Tabel 3.30 Angka Kejadian Dekubitus
No Tanggal Kejadian Dekubitus
1 13 Juni 2016 0
2 14 Juni 2016 0
3 15 Juni 2016 0

53
Menurut Depkes (2001) indikator dekubitus dapat diukur sebagai
berikut :
= jumlah kejadian dekubitus x 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadinya dekubitus

= 0 X100%
0
= 0%

e. Angka Kejadian Plebitis


Pendokumentasian angka kejadian dekubitus telah dilakukan dengan
baik. Pada tanggal 13-15 Juni 2016 di ruang Kemuning-Dahlia angka kejadian
plebitis terdapat kejadian plebitis. Menurut Depkes (2001) indikator plebitis
dapat diukur sebagai berikut
Tabel 3.31 Angka Kejadian Plebitis
No Tanggal Kejadian Dekubitus
1 13 Juni 2016 1
2 14 Juni 2016 2
3 15 Juni 2016 1
Menurut Depkes (2001) indikator dekubitus dapat diukur sebagai
berikut :

Jumlah kejadian plebitis


x 100%
= Jumlah pasien beresiko terjadinya plebitis
= 4
x 100%
69
= 5,79 %

3.5.3 Pelayanan Keperawatan Ruang Kemuning-Dahlia


a. Perawat
Perawat yang melayani pasien bekerja dengan baik, ramah dan cekatan dalam
menangani keluhan klien.
b. Administrasi
Tenaga administrasi baik dan ramah kepada keluarga klien ketika
menyelesaikan masalah administrasi.
c. Lingkungan
Ruangan kemuning dan dahlia sudah cukup bersih, setiap hari dibersihkan oleh
petugas ruangandan petugas kebersihan yang telah disediakan oleh rumah
sakit.

54
d. Keamanan Pasien
Selama pengkajian di ruang kemuning dahlia di dapatkan hasil sebagai
berikut :
Kesalahan pemberian obat tidak terjadi, pemberian obat dilakukan secara
benar sesuai advice yang diberikan oleh dokter
Kejadian jatuh tidak terjadi.
Ada beberapa klien yang memiliki resiko plebitis. Pengumpulan data
tentang plebitis dilakukan dengan observasi langsung kepada klien.
e. Kenyamanan pasien
Ada pembatasan pengunjung, tetapi jam berkunjung secara langsung tidak
ditaati hanya berupa tulisan saja.
Terdapat larangan pengunjung membawa anak kecil, namun pada
kenyataan masih terdapat anak kecil yang bisa masuk ruang.
Terdapat visi misi ruangan, falsafah RS, motto, tata tertib pengunjung dan
pasien, ada hak dan kewajiban pasien,serta alur rawat inap RS
Terdapat kotak pengaduan yang bagi klien dan keluarga yang merasa
kurang puas dengan pelayanan yang diberikan.

3.5.3 Daftar Sumber Pembiayaan Pasien Ruang Kemuning - Dahlia pada bulan
Mei-15 Juni 2016
Tabel 3.32 Sumber pembiayaan pasien Ruang Kemuning - Dahlia
No. Sumber pembiayaan Jumlah
1 JKN 41
2 Umum 59
3 KIS 9

3.6 Fungsi Manajemen


3.6.1 Fungsi Perencanaan
3.6.1.1 Visi Dan Misi Organisasi
a. Visi Rumah Sakit Umum Karsa HusadaBatu
Visi RS Paru Batu adalah Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama
Masyarakat.
b. Misi Rumah Sakit Umum KarsaHusada Batu
Misi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan berkualitas.
2. Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.

55
3. Mengembangkan manajemen dan sumberdaya berbasis teknologi
informasi / iptek berwawasan wisata (hospital tourism).
4. Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan dan
pelatihan di bidang pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan berdasarkan
profesionalisme dan kepuasan pelanggan.

3.6.1.2 Visi dan Misi Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia adalah sebagai
berikut :
a. Visi
1. Pelayaan kesehatan publik
2. Berstandar Nasional dan Internasional
3. Serta Berdaya saing Global
b. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna
2. Aman dan berkualitas
3. Menyelenggarakan pengembangan manajemen
4. Pengembangan sumber daya khususnya Sumber Daya Manusia
Berbasis Teknologi Informasi
5. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta
6. Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan
7. Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan pelanggan serta
karyawan
Visi misi Rumah Sakit Umum Karsa HusadaBatu dengan visi
misi Ruangan Kemuning dan Ruangan Dahlia di RS Paru Batu
memiliki keterkaitan didalamnya. Visi misi yang dimiliki Rumah Sakit
menjadi acuan visi misi ruangan yang lebih detail dan lebih fokus
didalamnya.

3.6.1.3 Tujuan Organisasi


a. Tujuan Rumah Sakit
Mengembangkan Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu menjadi
rumah sakit umum dengan unggulan penyakit paru.
Tujuan khusus :
1) Menyediakan pelayanan kesehatan yang ramah, manusiawi, dan
terjangkau.

56
2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar mutu
dan kebutuhan serta kepuasan pelangan.
3) Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana serta
teknologi kesehatan dengan kebutuhan dan kemampuan.
4) Mengembangkan profesionalitas sumber daya manusia.
5) Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan secara
berkeadilan dan bertanggung jawab.
b. Tujuan Keperawatan
Memelihara dan meningkatkan pelayanan keperawatan prima
dengan sentuhan kasih sayang.
Tujuan Khusus :
1) Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang profesional untuk
kasus paru non TB melalui proses keperawatan yang sesuai
dengan standart Asuhan Keperawatan
2) Tersedianya fasilitas keperawatan yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
c. Kebijakan dan Prosedur Organisasi
Kebijakan, prosedur dan peraturan terkait dengan
keperawatan saat ini masih mengikuti kebijakan, prosedur dan
peraturan keperawatan terkait dengan keperawatan rumah sakit.
Peraturan di Ruang Kemuning dan Ruang Dahliaadalah semua
elemen di Ruang Kemuning dan Dahlia harus memberikan pelayanan
sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan
rumah sakit dan semua harus menjalankan tugas sesuai tugas pokok
dan fungsi masing-masing.

3.6.1.4 Perencanaan Strategis


a. Rencana strategis rumah sakit
1. Identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan cara
pemberian warna gelang yang berbeda berdasarkan gender. Pada
pasien laki-laki menggunakan gelang berwarna biru dan perempuan
menggunakan gelang berwarna merah muda.
2. Cuci tangan. Program ini merupakan program yang dijalankan oleh
Instalasi Rawat Inap saat ini. Program ini penting dalam mengurangi
resiko infeksi pada pasien.

57
3. Identifikasi pasien resiko jatuh, resiko dekubitus dan alergi. Program
ini sudah disosialisasikan dengan pemberian gelang khusus tatapi
implementasi belum dilakukan.
b. Rencana Operasional
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
meningkatkan standart mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Batu.
c. Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan
Staf keperawatan terlibat dalam pemberian perawatan secara
langsung sesuai program yang telah direncanakan sesuai tugas
masing-masing.

58
3.6.2 Fungsi Pengorganisasian
3.6.2.1 Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi Keperawatan Ruang Kemuning-Dahlia


Ka. Instalasi Rawat Inap
dr. Dyah R, Sp.PD

Koor Yan Kep


Ns. Sujud Priono S.Kep, M.Kep.

PJ/Kepala Ruangan
Ns. Mahfud Surya, S. Kep.
Ns
Administrasi Administrasi
Sih Lini Pur Wiwit K

Kortim Kemuning Kortim Dahlia


Winarno, Amd. Kep. Nanin Dwi Vinta, Amd. Kep.

Staf Pelaksana Keperawatan


1. Utari Ika, Amd. Kep..
2. Immaculata, Amd. Kep.
3. Fibri Andi, Amd. Kep.
4. Andri Candra, Amd. Kep.
5. Nurindah Resliah, Amd. Kep.
6. Sugeng W, S. Kep. Ns,
7. Nurindah Diani, Amd. Kep.
8. Oktavia KS, Amd. Kep
9. Afrilia, S.Kep, Ns,
10. Anita Arimbi, Amd. Kep,
11. Danny, Amd. Kep.
12. Devyana, Amd. Kep,
13. Ferawati, Amd.Kep.

59
3.6.2.2 Sistem Penghitungan Tenaga Keperawatan
Sistem penghitungan tenaga keperawatan yang umum digunakan di
beberapa instansi rumah sakit yaitu menggunakan rumus Gillies. Begitu
juga di ruang Dahlia-Kemuning RSU Karsa Husada menggunakan rumus
Gillies akan tetapi penerapan sistem penghitungan tenaga keperawatan
masih terbatas dikarenakan sumber daya manusia masih terbatas
jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga keperawatannya.

3.6.2.3 Jadwal/Shift Dinas


Penanggungjawab pembuatan jadwal dinas/jaga semua karyawan di
Ruang Kemuning dan Dahlia adalah Ibu Nanin.Beliau adalah ketua tim di
ruangan Dahlia. Pembuatan jadwal dinas/jaga harus disetujui oleh kepala
ruangan. Apabila ada karyawan yang menginginkan cuti/ijin, sebaiknya
mengkonfirmasi ke Ibu Nanin 15 hari sebelumnya.
Jadwal dinas yang sudah diterapkan di Ruang Kemuning dan Ruang
Dahlia yaitu 3 kali shift pagi, 3 kali shift siang, dan 3 kali shift malam.
Dalam satu shift terdapat 1-2 orang perawat yang jaga.
Untuk jumlah ketenagaan di ruang Kemuning dan Dahlia memiliki:
a. 1 orang S1 sebagai karu (Kepala ruangan)
b. 1 orang S1 sebagai perawat pelaksana
c. 10 orang D3 sebagai perawat pelaksana
d. 2 orang PNM sebagai tenaga administrasi

3.6.2.4 Ketenagaan
Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia merupakan ruangan yang masih
memerlukan tambahan tenaga keperawatan, 4 orang. Dalam proses
rekruitment pegawai hanya dapat dilakukan jika terdapat permohonan
tambahan tenaga dari tiap ruangan kepada manajemen rumah sakit. Dari
manajemen rumah sakit akan dilimpahkan kepada komite keperawatan
dan akan dibentuk panitia seleksi pegawai baru.
Dalam proses seleksi pegawai baru terdapat 4 tahap seleksi. Seleksi
administrasi, tes tulis, wawancara, dan tes skill+sikap. Pada tes skill+sikap
akan dilakukan magang selama 3 hari dan berpindah tiap harinya. Hal ini
dilakukan untuk melihat kompetensi skill dan sikap tiap pegawai baru.
Jika sudah memenuhi persyaratan pegawai baru, dan diterima. Maka
akan dilakukan orientasi ruangan selama 3 bulan dengan sistem moving
dan penempatan ruangan akan ditentukan oleh komisi keperawatan
dengan banyak pertimbangan selama orientasi.

60
Di Rumah Sakit Umum Karsa Husada, proses pengembangan staf
berlaku 2 sistem. Ada sistem in house training yang artinya pelatihan
dilakukan didalam rumah sakit dengan mendatangkan pemateri sehingga
memungkinkan untuk diikuti oleh seluruh pagawai di rumah sakit,
sedangkan ex house training yang berarti pelatihan dilakukan diluar rumah
sakit dan hanya diikuti oleh perwakilan dari rumah sakit.

3.6.3 Fungsi Pengarahan dan Pengawasan


3.6.3.1 Komunikasi
Komunikasi yang diterapkan dalam Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia
rumah sakit Umum Karsa HusadaBatu ada dua jenis komunikasi yaitu jenis
komunikasi botton-up dan up-down. Komunikasi ini diterapkan dengan
mekanisme dari kepala ruang mendengar aspirasi dan masukan dari
bawahan atau dari kepala ruang ke bawahan. Komunikasi ini bertujuan
untuk memberikan instruksi yang jelas dan juga penyampaian kinerja yang
jelas dari kepala ruang maupun perawat lainnya. Pada ruang kemuning dan
ruang dahlia juga diterapkan sistem komunikasi musyawarah sebagai
bentuk upaya merumuskan masalah bersama dan menciptakan
kekeluargaan antar tenaga di ruang kemuning dan ruang dahlia.
Berdasarkan jenis komunikasi, instruksi yang diberikan jelas dan tepat pada
tujuan. Kepala ruang ada kalanya bertindak otoriter sebagai instruksi yang
tegas kepada perawat lainnya dan ada pula bertindak terbuka sebagai
bentuk menerima saran dan aspirasi.
Antar tenaga keperawatan diruang kemuning dan dahlia tergabung
dalam group di media sosial. Hal ini memiliki keutungan dari penyampaian
informasi dan hambatan selama kinerja lebih cepat dan akan bisa
didiskusikan antar tenaga kesehatan yang lainnya. Selain itu dengan
adanya media sosial mempermudah dalam proses berbagi masalah pasien
terkini dan jika ada hambatan terkait kinerja bisa di sampaikan ke petugas
lain.
Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia menerapkan pertemuan satu bulan
sekali sebagai bentuk perencanaan dan penyusunan program kerja dari
ruang kemuning. Pertemuan yang dilakukan juga bisa seminggu 2 kali
tergantung dengan situasi dan kondisi apakah ada hal-hal yang bersifat
sangat mendesak dan perlu dilakukan penyelesaian masalah. Kegiatan
pertemuan rutin yang dilakukan satu bulan sekali tidak mengalami
hambatan karena dari pihak pimpinan maupun staff sudah mempunyai

61
komitmen yang jelas dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesi
yang dijalaninya.
Pertemuan yang bersifat kondisional terkadang mempunyai hambatan
dari segi hal-hal yang tidak terduga. Faktor yang biasa menjadi
penghambat dalam pertemuan kondisional adalah dari segi kesibukan
perawat di ruang, adanya undangan tertentu dan kondisi perawat yang
sedang libur. Dari segi keefektifan pertemuan yang dilakukan cukup efektif
dan banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan program dari rumah
sakit khususnya di ruang kemuning.
Dokter setiap hari akan melakukan kunjungan rutin untuk
mengobservasi kondisi klien. Dokter memberikan resep dan terapi untuk
klien. Dokter juga akan memberikan dlegasi tindakan kepada perawat yang
bertugas. Dokter yang tidak dapat hadir atau berhalangan untuk melakukan
konsultasi kondisi klien, akan dihubungi via telepon yang sudah tersedia di
ruang perawat. Selain via telepon, konsultasi hasil foto thorax atau USG
dan sejenisnya akan dikonsulkan dengan mengirim hasil pemeriksaan via
surat elektronik (email).

3.6.3.2 Motivasi
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996),
membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang
paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti
makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan
akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya
kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan
jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
b. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara
minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk
persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.
Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

62
kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama
dan sebagainya.
c. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai
atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian
seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
d. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling
tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi
yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan
kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan
kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang
meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang
yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti
perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang
penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah
dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia
menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia
bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi
bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan
berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan
kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan,
kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya
yang lebih kecil.
Cara motivasi yang dilakukan di ruang kemuning dan ruang
dahlia adalah memberikan kesempatan bagi para perawat dengan
mengikuti pelatihan dan juga adanya peningkatan di bidang alih
jenjang yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di ruang
kemuning untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja.
Saat ini sistem pemberian reward belum berjalan, dikarenakan
belum ada agenda atau perencanaan. Pemberian reward dipandang

63
menjadi salah satu upaya peningkatan kinerja perawat dalam dunia
kerja. Tertundanya pelaksanaan pemberian reward pada klien
dikarenakan tidak ada penanggungjawab dan monitoring untuk
kategori reward yang diberikan.
Sistem punishment yang diterapkan di ruang kemuning-dahlia
mempunyai tahap-tahap tertentu. Pada fase pertama ada tahap
teguran yang dilakukan kepada perawat yang melakukan kesalah.
Tahap selanjutnya ada pembuatan surat pernyataan yang ditolerir
sampai 3 kali. Tahap selanjutnya bisa dilakukan pemberhentian kerja
bagi tenaga honorer, dan adanya laporan ke dinas terkait bagi tenaga
yang sudah pegawai negeri sipil.
Pemberian punishment dilakukan sebagai upaya menciptakan
rasa tanggung jawab dan peningkatan kualitas sebagai profesional
keperawatan. Setiap tindakan salah yang dilakukan oleh perawat
akan merusak citra dari rumah sakit sehingga akan mengurangi
tingkat kepuasan dari klien. Hal ini yang melatar belakangi di ruang
kemuning selalu memberikan aturan yang jelas dan tegas terhadap
kinerja setiap tenaga kesehatan

3.6.3.3 Supervisi
Kepala ruangan memiliki jadwal kerja, 5 hari kerja dan jika tidak ada
halangan hadir di rumah sakit kepala ruangan akan langsung masuk dalam
proses perawatan langsung ke pasien. Kepala ruangan tidak memiliki
jadwal khusus untuk melakukan supervisi kepada stafnya dan tidak
memiliki check list supervisi.

3.6.3.4 Pendelegasian
Kepala ruangan akan melakukan pendelegasian kepada perawat
yang memiliki kompetensi memimpin dan mampu mengganti sementara
posisi kepala ruangan yang berhalagan hadir. Prosedur pendelegasian
tugas karu jika berhalangan, akan diserahkan kepada ketua tim tiap
ruangan. Pendelegasian akan dilakukan sehari sebelum hari H, sehingga
ketua tim yang mendapat pendelegasian sudah siap sesuai peran dan
tugas pendelegasiannya.

3.6.3.5 Mekanisme penyelesaian masalah


Konflik yang terjadi di Ruang Dahlia-Kemuning bersifat accidental dan
secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah diselesaikan secara

64
internal, namun jika masalah tidak dapat diselesaikan dapat berkonsultasi
dengan Ka. Instalasi Rawat Inap. Kepala Ruang menggunakan teknik
penyelesaian konflik secara kompromi atau negosiasi secara bersama-
sama.

3.6.4 Fungsi Pengendalian


3.6.4.1 Penilaian Kinerja Perawat di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia
Dilakukan dengan rutin tiap semester. Ini dilakukan dengan tujuan
agar kualitas kinerja para perawat terjaga dan tetap berada di atas rata-rata
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan. Instrumen yang digunakan untuk penilaian
kinerja perawat adalah format instrumen yang sudah tersedia di rumah sakit
yaitu berupa lembar observasi yang meliputi penilaian intelektual, kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian dilakukan secara menyeluruh agar
menjaga kualitas dan profesionalisme kerja.
Hasil penilaian kinerja perawat di ruang kemuning dan ruang Dahlia
bersinergis dengan program yang dirancang oleh manajemen rumah sakit.
Rumah sakit selalu melakukan follow-up terkait dengan upaya peningkatan
kualitas dan profesionalisme kerja para perawatnya. Selama semester ini
diperoleh hasil penilaian kinerja perawat berada pada kategori diatas rata-
rata atau dikatakan diatas 75%. Ruang kemuning dan ruang dahlia
menerapkan sistem yang tegas dan disiplin dimana bila ada perawat yang
yang melakukan pelanggaran akan ditindak lanjuti dengan pemberian surat
peringatan pertama. Bila masih melakukan pelanggaran lagi, akan
diberikan surat peringatan yang kedua. Pemberian surat peringatan ini
diiringi dengan pemberian pembinaan pada perawat tersebut. Namun bila
setelah pemberian pembinaan tidak ada perubahan, perawat akan
diberhentikan dari pekerjaannya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan atau
tetap menjaga profesionalisme kinerja para perawat di ruang kemuning.
Selama semester ini didapatkan bahwa tidak ada perawat yang
dikeluarkan. Hal ini menandakan perawat di ruang kemuning dan ruang
dahlia tetap menjunjung tinggi profesionalisme kinerjanya.

3.6.4.2 Pengendalian Mutu


a. Kegiatan Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu sangat menjadi perhatian di ruang
kemuning dan ruang dahlia. Dalam penilaian pengandalian mutu di ruang

65
kemuning dan ruang dahlia dilakukan oleh tim khusus yang berkoordinasi
langsung dengan komite pengendalian mutu. Ini merupakan salah satu
kegiatan yang rutin dilakukan mengingat tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh mutu pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit. Sehingga ruang kemuning dan ruang
dahlia yang merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu juga sangat menyadari pentingnya menjaga mutu pelayanan.
Berbagai program untuk pengendalian mutu telah dijalankan secara
maksimal. Program yang dijalankan diantaranya presentasi kasus, in
house training, dan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
kemampuan perawat. Presentasi kasus merupakan kegiatan yang secara
rutin dilakukan setiap bulan pada minggu kedua. Sehingga kegiatan ini
menjadi salah satu kegiatan dimana seluruh perawat maupun tenaga
kesehatan lain dapat sharing informasi tentang berbagai kasus yang ada
di ruang kemuning dan ruang dahlia. Ruang kemuning dan ruang dahlia
juga rutin mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan melalui kerja sama
rumah sakit dengan Event Organiser yang memberikan program
pelatihan untuk peningkatan profesionalisme kerja perawat. Ruang
kemuning dan ruang dahlia juga mengirimkan perawat pilihan yang diberi
tugas untuk mengikuti pelatihan sebagai perwakilan.

2.6.4.3 Pengembangan Standar Asuhan Keperawatan Dan Kinerja


Ruang kemuning-ruang dahlia mempunyai beberapa rencana untuk
melakukan pengembangan standard asuhan keperawatan dan kinerja
untuk lebih meningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang optimal.
Salah satu pengembangan standard asuhan keperawatan yang akan
dilakukan ialah akan menggunakan acuan asuhan keperawatan dengan
Nanda, NIC, dan NOC, karena di ruang kemuning belum menggunakan
standard acuan asuhan keperawatan tersebut. Selama ini dalam memberi
asuhan keperawatan kepada pasien, ruang kemuning-ruang dahlia
menggunakan Standard Operasional Prosedure (SOP) Pelayanan
Keperawatan Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu sebagai pedoman
serta tolak ukur mutu pelayanan yang diberikan sehingga seluruh staf
keperawatan harus melaksakan pelayanan sesuai standard yang telah
diterapkan.
Ruang Kemuning-Ruang Dahlia sedang dalam proses dalam
mengembangkan standard asuhan keperawatan dengan menggunakan

66
acuan Nanda, NIC,dan NOC, namun dibutuhkan sosialisasi kepada
perawat senior untuk mengubah paradigma mengenai tindakan asuhan
keperawatan yang sesuai Nanda, NIC, dan NOC.Sedangkan dalam
pengembangan standard asuhan kinerja perawat yang dilakukan di ruang
kemuning-ruang Dahlia adalah dengan memberikan kesempatan bagi para
perawat untuk mengikuti pelatihan, in house training, serta program-
program peningkatan kualitas kerja lainnya. Ruang kemuning-ruang dahlia
juga mengupayakan adanya peningkatan pendidikan di bidang alih jenjang
yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di Ruang Kemuning-Ruang
Dahlia untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja.
Selain itu ruang kemuning-ruang dahlia juga sedang mengusahakan
dalam pemberian reward kepada perawatyang dipandang menjadi salah
satu upaya peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja.

67
Tabel 3.32 Tabel Analisa SWOT

ANALISA SWOT Ranking x


Ranking Bobot Rating Skor
Konstanta
STRENGTH
Kepala ruangan Dahlia-Kemuning telah mengikuti pelatihan tentang manajemen
5 20 0,10 4 0.4
keperawatan sebanyak 2 kali (manajemen pasien dan manajemen perawatan/bangsal)
Setiap karu, koortim, dan anggota tim perawat telah memiliki sertifikat pelatihan BCLS
6 24 0,09 4 0.36
atau BLS
Ruang Dahlia-Kemuning mengirimkan anggota timnya untuk mengikuti pelatihan 7 28 0,08 4 0.32
Ruang pelayanan di ruang Kemuning-Dahlia bervariatif, terdiri dari berbagai kelas sesuai
8 24 0,07 3 0.21
dengan kemampuan dan kebutuhan klien
Metode yang digunakan di ruangan dahlia-Kemuning adalah metode tim, sesuai dengan
4 16 0,1 4 0.4
kualifikasi tenaga keperawatannya (D3 dan S1)
Tidak terdapat perbedaan ruangan antara ruangan untuk penyakit paru non-TB (Ruang
3 12 0,11 4 0.44
Kemuning) dan penyakit paru TB (Ruang Dahlia)
Di kelas III terdapat sekat antar 2 bed dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan 9 18 0,07 2 0.14
Pada ruang Dahlia-Kemuning terdapat fasilitas untuk mengurangi resiko infeksi pada
tenaga kesehatan (misal: wastafel cuci tangan, sabun cuci tangan, hadsrub, tissue, 1 4 0,14 4 0.56
masker, handscone, scored)
Terdapat visi misi ruangan, falsafah RS, motto, kotak pengaduan bagi klien serta
keluarga, tata tertib pengunjung serta pasien, ada hak dan kewajiban serta alur rawat 10 40 0,06 4 0.24
inap RS
Standart peralatan tindakan keperawatan minimal sudah terpenuhi dan tersedia di ruang
kemuning-dahlia dan tersedia dalam kondisi baik (misal: nebulizer, ekg, tabung O2, alat 2 6 0,12 3 0.36
ttv)
Terdapat buku operan untuk 1 ruangan yang diisi secara lengkap sesuai dengan SBAR
11 44 0.06 4 0.24
untuk pasien yang baru datang dan SOAP untuk pasien yang rawat inap
Jumlah 236 1 3.67

ANALISIS SWOT Ranking x


Ranking Bobot Rating Skor
WEAKNESS Konstanta
Penyimpanan skort terletak di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari 5 15 0.15 3 0.45

68
(beresiko berkembang biaknya kuman) dan belum diberikan jadwal pencucian
Pada saat operan belum dilakukan secara optimal hanya dilakukan operan antar perawat
1 2 0.2 2 0.4
melalui buku operan
Belum optimalnya pre conference dan post confrence 3 3 0.17 1 0.17
Belum optimalnya pemberian edukasi pada pasien dan keluarga tentang pengetahuan
pencegahan dan pengendalian infeksi (penggunaan masker) pada saat pasien pertama 2 2 0.18 1 0.18
kali masuk ruangan dan pada saat keluarga menjaga pasien
Belum ada pemanfaatan papan tulis yang berisi nama perawat jaga pada hari tersebut
6 6 0.14 1 0.14
yang sudah disediakan
Belum terlaksana ronde keperawatan yang membahas klien dengan penyakit tertentu
(dominan yang terjadi di ruangan) dengan multi disipilin ilmu untuk memecahkan 4 8 0.16 2 0.32
masalah yang ada
Jumlah 64 1 1.66

ANALISIS SWOT Ranking x


Ranking Bobot Rating Skor
OPPORTUNITY Konstanta

Ditunjuk proviinsi sebagai rumah sakit rujukan untuk penyakit TB (Satelit penyakit 2 4 0.18 2 0.36
TB) dari berbagai daerah malang bagian barat.
Satu-satunya rumah sakit pemerintah di Kota Batu 1 3 0.2 3 0.6
Tersedia instrumen penilaian kinerja yang disediakan perawat 3 3 0.17 1 0.17
Terdapat tim pengendalian mutu 5 15 0.15 3 0.45
Terdapat follow up dalam peningkatan kualitas profesionalisme dari rumah sakit 4 12 0.16 3 0.48
Adanya akreditasi rumah sakit secara rutin 6 18 0.14 3 0.42
Jumlah 55 1 2.48

69
ANALISIS SWOT
Ranking Konstanta Bobot Rating Skor
THREAT
Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk memberikan pelayanan keperawatan 2 4 0.33 2 0.66
yang professional
Terdapat rumah sakit lainnya di sekitar RSU Karsa Husada yang memiliki fasilitas 3 3 0.3 1 0.3
lebih lengkap
Anggapan masyarakat bahwa masih menjadi Rumah Sakit khusus Paru. 1 3 0.37 3 1.11
Jumlah 10 1 2.01
DIAGRAM LAYANG

S W = 3.67-1.66 = 2.01 (x) O


O T = 2.48-2.01= 0.47 (y)

Keterangan:
S = Strength
W = Weakness
O = Opportunity
0.47
T = Threat
W S
2.01

T 70
Berdasarkan perhitungan analisis SWOT, ruang Kemuning-Dahlia berada di kuadran I.
hal ini berarti strategi yang digunakan adalah strategi umum yang dapat dilakukan oleh
ruang Kemuning-Dahlia adalah menggunakan kekuatan ruangan (Strength) untuk
mengambil setiap keunggulan pada kesempatan (Opportunity) yang ada.

71
BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG KEMUNING DAN DAHLIA

Setelah dilaksanakan pengkajian selama tiga hari (13-15 Juni 2016), didapatkan
beberapa permasalahan di ruang Kemuning dan Dahlia. Kemudian, untuk
menyelesaikan masalah tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of
Action dari tiap-tiap masalah yang diangkat.

4.1 Penentuan Prioritas Masalah


Teknik prioritas masalah yang digunakan disini adalah teknik kriteria matrik
(criteria matrix technique), yakni teknik pemungutan suara dengn menggunakan
kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 macam yaitu:
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv).
3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)

Tabel 3.33 Tabel Prioritas Masalah


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
Penyimpanan skort terletak di tempat
tersembunyi dan tidak terkena sinar
1 matahari (beresiko berkembang 4 3 3 4 4 576 5
biaknya kuman) dan belum diberikan
jadwal pencucian.
Pada saat operan belum dilakukan
secara optimal hanya dilakukan operan
2 5 5 4 4 4 1600 2
antar perawat melalui buku operan,
berkeliling ke pasien untuk operan.
Pelaksanaan pre-conference maupun
3 post-conference belum dilaksanakan 4 4 4 4 5 1280 3
secara optimal
Belum optimalnya pemberian edukasi
atau pada pasien dan keluarga tentang
pengetahuan pencegahan dan
pengendalian infeksi (penggunaan
4 5 4 5 4 5 2000 1
masker & cuci tangan) pada saat
pasien pertama kali masuk ruangan
dan pada saat keluarga menjaga
pasien.

72
Belum ada pemanfaatan papan tulis
5 yang berisi nama perawat jaga pada 3 3 4 4 3 432 6
hari tersebut yang sudah disediakan.
Belum terlaksananya ronde
keperawatan yang membahas klien
dengan penyakit tertentu (dominan
6 5 3 4 3 4 720 4
yang terjadi di ruangan) dengan multi
disipilin ilmu untuk memecahkan
masalah yang ada.

Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting
1 = sangat tidak penting

Prioritas masalah yang diambil:


1. Edukasi Pencegahan Infeksi
Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga pasien saat pertama kali masuk
ruangan (OB) dan KIE pada tiap pasien dan anggota keluarga pasien yang
menemani pasien tentang pencegahan dan pengendalian infeksi (cuci tangan,
pemakaian masker)
2. Operan
Pada saat operan hanya dilakukan operan antar perawat melalui buku operan,
operan keliling pada pasien hanya dilakukan pada pagi hari sedangkan siang dan
malam tidak dilakukan operan keliling pasien. Bertujuan untuk memberikan operan
dan memperkenalkan diri ke klien untuk pergantian perawat jaga tiap shift.
3. Pre dan post-conference
Pelaksanaan pre-conference maupun post-conference belum dilaksanakan secara
optimal.
4. Ronde Keperawatan
Belum terlaksananya ronde keperawatan yang membahas klien dengan penyakit
tertentu (dominan yang terjadi di ruangan Dahlia dan Kemuning) dengan multi
disipilin ilmu untuk memecahkan masalah yang ada.
5. Seleksi Penyelesaian Masalah
Pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Efisiensi biaya (Cost = C)

73
4.2 Seleksi penyelesaian masalah
Tabel 3.34 Tabel Seleksi Penyelesaian Masalah
Jumlah Prioritas
No Efektivitas Efisiensi
Daftar alternatif jalan keluar MxIxV Analisis
Masalah
M I V C C Masalah
1 1. Sosialisasi kepada pasien dan 5 5 5 5 3 1
keluarga terkait dengan
pencegahan dan pengendalian
infeksi sejak pertama masuk, di
rawat, dan pulang dari rumah sakit
Melakukan cuci tangan 6
langkah
2. Pemakaian masker kepada pasien 5 5 5 5 3
dan keluarga
Perawat mengajarkan untuk
selalu menggunakan masker
pada saat setiap kontak dengan
pasien yang terinfeksi
3. Menganjurkan cuci tangan setiap 4 5 4 4 3.25
sebelum dan sesudah dari rumah
sakit
Sebelum dan sesudah
menyentuh pasien
Sebelum dan sesudah
menyentuh lingkungan pasien
Sebelum dan sesudah dari
kamr mandi
Sebelum dan sesudah makan
2 1. Sosialisasi kepada perawat 4 5 5 5 2.8 2
ruangan dengan melakukan
roleplay operan
Sosialiasi kepada perawat
ruangan mengenai operan yang
sesuai dengan SOP dengan
mengadakan roleplay
(mahasiswa sendiri)
2. Kerjasama dengan perawat 4 5 4 4 3.25
ruangan untuk melakukan roleplay
operan bersama-sama
(mahasiswa dan perawat)
Memonitoring dan
mengevaluasi perawat ruangan
dalam melakukan praktik
operan secara mandiri sesuai
SOP
3. Operan dilakukan pada setiap shift 4 5 4 4 3.25
dengan diskusi terkait kondisi
pasien pada hari itu dalam setiap
shift nya

74
3 1. Sosialisasi kepada perawat 4 5 5 5 2.8 3
ruangan dengan melakukan
roleplay pre-post conference
Sosialiasi kepada perawat
ruangan mengenai pre-post
conference yang sesuai dengan
SOP
2. Kerjasama dengan perawat 5 5 5 5 3
ruangan untuk melakukan roleplay
pre-post conference bersama-
sama (mahasiswa dan perawat)
Melihat hasil pre-post
conference setelah sosialisasi
3. Memonitoring dan mengevaluasi 4 4 5 4 3.25
perawat ruangan dalam
melakukan praktik pre-post
conference secara mandiri
sesuai SOP

4 1. Sosialisasi kepada perawat 4 5 5 5 2.8 4


ruangan tentang pentingnya
melakukan ronde keperawatan
dengan melakukan roleplay ronde
keperawatan
o Kerjasama antara perawat
ruangan dan mahasiswa
praktek untuk role play
pelaksanaan ronde
keperawatan sesuai SOP
Ronde keperawatan penting
dilakukan dengan role play agar
perawat lebih paham
bagaimana pelaksanaan ronde
keparawatan tersebut

Keterangan :
5 = Sangat bisa/sangat tersedia
4 = Bisa/tersedia
3 = Cukup
2 = Kurang
1 = Sangat kurang

4.3 Tujuan Alternatif Penyelesaian Masalah


Tabel 3.35 Tujuan Alternatif Penyelesaian Masalah
No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
1. Belum ada 1. Kurangnya Tujuan: Untuk edukasi pasien dan
pemberian edukasi inisiatif keluarganya tentang
atau pada pasien edukasi pengendalian infeksi

75
No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
dan keluarga untuk pasien 1. Sosialisasi kepada pasien dan keluarga
tentang 2. Kurangnya terkait dengan pencegahan dan
pengetahuan tenaga pengendalian infeksi sejak pertama
pencegahan dan keperawatan masuk, di rawat, dan pulang dari rumah
pengendalian sehingga sakit
infeksi pelksanaan - Melakukan cuci tangan 6 langkah
(penggunaan edukasi 1. 2. Pemakaian masker kepada pasien
masker) pada saat kepada dan keluarga
pasien pertama kali pasien tidak - Perawat mengajarkan untuk selalu
masuk ruangan maksimal menggunakan masker pada saat
dan pada saat setiap kontak dengan pasien yang
keluarga menjaga terinfeksi
pasien 2. 3.Menganjurkan cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah dari rumah sakit
- Sebelum dan sesudah menyentuh
pasien
- Sebelum dan sesudah menyentuh
lingkungan pasien
- Sebelum dan sesudah dari kamr
mandi
- Sebelum dan sesudah makan
2. Pada saat operan 1. Kurangnya Tujuan: Untuk mengetahui perkembangan
hanya dilakukan kebutuhan kondisi klien sehingga dapat
operan antar tenaga memberikan tindakan keperawatan
perawat melalui perawat di secara kompehensif
buku operan, ruangan. 1. Operan dilakukan pada setiap shift
berkeliling ke 2. Tingginya dengan diskusi terkait kondisi pasien pada
pasien untuk beban kerja hari itu dalam setiap shift nya
operan hanya perawat 2. Kerjasama dengan perawat ruangan
dilakukan pada sehingga untuk melakukan roleplay operan
saat pagi saja tidak sempat bersama-sama (mahasiswa dan
(sore dan malam berkeliling ke perawat)
tidak berkeliling ke pasien saat - Memonitoring dan mengevaluasi
pasien) untuk operan perawat ruangan dalam melakukan
memberikan praktik operan secara mandiri sesuai
operan dan SOP
memperkenalkan 3.Sosialisasi kepada perawat ruangan
diri ke klien untuk dengan melakukan roleplay operan
pergantian perawat - Sosialiasi kepada perawat ruangan
jaga. mengenai operan yang sesuai
dengan SOP dengan mengadakan
roleplay (mahasiswa sendiri)
3. Belum ada pre- 1. Beban kerja Tujuan: Untuk mengetahui perkembangan
conference perawat yang kondisi klien sehingga dapat
maupun post- cukup tinggi. memberikan tindakan keperawatn
conference 2. Kurangnya secara komperehensif.
SDM 1. Kerjasama dengan perawat ruangan
keperawatan untuk melakukan roleplay pre-post
3.Kurangnya conference bersama-sama (mahasiswa
motivasi dan perawat)
perawat untuk - Melihat hasil pre-post conference

76
No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
melakukan pre- setelah sosialisasi
post conference 2. Memonitoring dan mengevaluasi perawat
ruangan dalam melakukan praktik pre-
post conference secara mandiri sesuai
SOP
3.Sosialisasi kepada perawat ruangan
dengan melakukan roleplay pre-post
conference
- Sosialiasi kepada perawat ruangan
mengenai pre-post conference yang
sesuai dengan SOP
4. Belum terlaksana 1. Beban kerja Tujuan: Untuk mengetahui perkembangan
ronde keperawatan perawat kondisi klien sehingga dapat
yang membahas yang cukup memberikan tindakan keperawatan
klien dengan tinggi. secara komperehensif.
penyakit tertentu 2. Kurangnya 1. Sosialisasi kepada perawat ruangan
(dominan yang SDM tentang pentingnya melakukan ronde
terjadi di ruangan) keperawatan keperawatan dengan melakukan
dengan multi 3. Kurangnya roleplay ronde keperawatan
disipilin ilmu untuk motivasi a. Kerjasama antara perawat ruangan dan
memecahkan perawat mahasiswa praktek untuk role play
masalah yang ada untuk pelaksanaan ronde keperawatan
melakukan sesuai SOP
ronde b. Ronde keperawatan penting dilakukan
keperawatan dengan role play agar perawat lebih
. paham bagaimana pelaksanaan ronde
keparawatan tersebut

77
4. Menganjurkan cuci tangan setiap 4 5 4 4 3.25
sebelum dan sesudah dari rumah
sakit
Sebelum dan sesudah
menyentuh pasien
Sebelum dan sesudah
menyentuh lingkungan pasien
Sebelum dan sesudah dari
kamr mandi
Sebelum dan sesudah makan
2 3. Sosialisasi kepada perawat 4 5 5 5 2.8 2
ruangan dengan melakukan
roleplay operan
Sosialiasi kepada perawat
ruangan mengenai operan yang
sesuai dengan SOP dengan
mengadakan roleplay
(mahasiswa sendiri)
4. Kerjasama dengan perawat 4 5 4 4 3.25
ruangan untuk melakukan roleplay
operan bersama-sama
(mahasiswa dan perawat)
Memonitoring dan
mengevaluasi perawat ruangan
dalam melakukan praktik
operan secara mandiri sesuai
SOP
4. Operan dilakukan pada setiap shift 4 5 4 4 3.25
dengan diskusi terkait kondisi
pasien pada hari itu dalam setiap
shift nya

78
4.3 Rencana Penyelesaian Masalah (Plan Of Action)
Tabel 3.32 Tabel Rencana Penyelesaian Masalah (Plan Of Action)

No Prioritas Faktor How PJ


What Why Where When Who How POA
. Masalah Penyebab Much
1. Pada
1 saat 1. Kurangny Sosialisasi kepada 1. Persamaan Ruang - Karu 1. Sosialisasi 70% Annas
. operan hanya a perawat ruangan persepsi Kemuning 1. Mingg - Katim masalah tasia ,
dilakukan kebutuhan dengan melakukan dan dapat -Dahlia u ke-2 - Perawat kepada karu Reky
operan antar tenaga roleplay operan mengetahui 2. Mingg pelaksana dan katim
perawat perawat di 1. Sosialiasi kepada kondisi u ke-3 - Mahasiswa saat
melalui buku ruangan. perawat ruangan pasien 3. Mingg - Pasien dan diseminasi
operan, 2. Tingginya mengenai operan secara u ke-4 keluarga awal
berkeliling ke beban yang sesuai komprehen 4. Mingg 2. Membuat
pasien untuk kerja dengan SOP sif u ke-5 kesepakatan
operan hanya perawat dengan 2. Agar dengan
dilakukan pada sehingga mengadakan terjalin katim
saat pagi saja tidak roleplay hubungan mengenai
(sore dan sempat (mahasiswa saling kegiatan
malam tidak berkeliling sendiri) percaya roleplay
berkeliling ke ke pasien 2. Kerjasama antara operan
pasien) untuk saat dengan perawat pasien dan 3. Mahasiswa
memberikan operan ruangan untuk keluarga mencari
operan dan melakukan dengan juknis (SOP)
memperkenalk roleplay operan perawat pelaksanaan
an diri ke klien bersama-sama sehingga operan dan
untuk (mahasiswa dan membantu latihan
pergantian perawat) pemberian secara
perawat jaga. 3. Memonitoring asuhan mandiri
dan keperawata sebelum
mengevaluasi n roleplay di
perawat ruangan RS
dalam melakukan 4. Pelaksanaan
praktik operan role play

79
secara mandiri operan yang
sesuai SOP dilakukan
oleh
mahasiswa
sendiri
(minggu 2)
5. Pelaksanaan
roleplay
operan
antara
mahasiswa
dengan
tenaga
keperawatan
di
R.Kemuning-
Dahlia
(minggu 3)
6. Monitoring
dan evaluasi

pelaksanaan
roleplay
operan
tenaga
keperawatan
R.Kemuning-
Dahlia
sendiri tanpa
mahasiswa
(minggu 4)
2. Belum
2 ada 1. Beban Sosialisasi kepada 1. Persamaa Ruang - Karu 1. Sosialisasi 70% Putri,
pre-conference kerja perawat perawat ruangan n persepsi, Kemuning 1. Minggu - Katim masalah Wenn
maupun post- yang cukup dengan melakukan kondisi Dahlia ke-2 - Perawat kepada karu y

80
conference tinggi. roleplay pre-post pasien dan pelaksana dan katim
2. Kurangnya conference tindakan 2. Minggu - Mahasiswa saat
SDM 1. Sosialiasi kepada yang akan ke-3 - Gizi diseminasi
keperawatan perawat ruangan dilakukan - Farmasi awal
3.Kurangnya mengenai pre- 2. Pembiasaa 3. Minggu (odd) 2. Membuat
motivasi post conference n kegiatan ke-4 - DPJP kesepakatan
perawat yang sesuai dengan
untuk dengan SOP 4. Minggu katim
melakukan 2. Kerjasama ke-5 mengenai
pre-post dengan perawat kegiatan
conference ruangan untuk roleplay pre-
melakukan post
roleplay pre-post conference
conference 3. Mahasiswa
bersama-sama mencari
(mahasiswa dan juknis (SOP)
perawat) pelaksanaan
3. Memonitoring pre-post
dan conference
mengevaluasi dan latihan
perawat ruangan secara
dalam melakukan mandiri
praktik pre-post sebelum
conference roleplay di
secara mandiri RS
sesuai SOP 4. Pelaksanaan
rolepaly pre-
post
conference
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
sendiri

81
(minggu 2)
5. Pelaksanaan
roleplay pre-
post
conference
antara
mahasiswa
dengan
tenaga
keperawatan
di
R.Kemuning-
Dahlia
(minggu 3)
6. Monitoring
dan evaluasi

pelaksanaan
roleplay pre-
post
conference
tenaga
keperawatan
R.Kemuning-
Dahlia
sendiri tanpa
mahasiswa
(minggu 4)

82
3. Belum 1. Beba Sosialisasi kepada 1. Mengat Ruang Minggu 2 - Karu 1. Sosialisasi 75% Vina,
terlaksana n kerja perawat ruangan asi kasus Kemuning Minggu 3 - Kartim masalah Zika
ronde perawat tentang pentingnya pasien yang - Dahlia - Perawat kepada karu
yang dan katim
keperawatan melakukan ronde rumit dan pelaksana
cukup saat
yang tinggi. keperawatan mengetahui - Ahi gizi diseminasi
membahas 2. Kurangny dengan melakukan penyebabny - DPJP awal
klien dengan a SDM roleplay ronde a - Farmasi 2. Membuat
penyakit keperawat keperawatan 2. Menam - Mahasiswa kesepakatan
tertentu an 1. Kerjasama bah ilmu dengan
(dominan yang Kurangnya antara perawat pengetahuan kartim
motivasi mengenai
terjadi di ruangan dan masing-
perawat kegiatan
ruangan) mahasiswa masing roleplay
dengan multi untuk praktek untuk tenaga ronde
disipilin ilmu melakukan role play kesehatan keperawatan
untuk ronde pelaksanaan 3. Menem 3. Mahasiswa
memecahkan keperawatan. ronde ukan inovasi mencari
masalah yang keperawatan untuk juknis (SOP)
pelaksanaan
ada sesuai SOP memecahka
ronde
- Roleplay n kasus keperawatan
individu pasien yang dan latihan
dengan rumit atau secara
perawat pasien yang mandiri
konselor tidak kunjung seblum
roleplay di
- Rolepay membaik
RS
kelompok 4. Mahasiswa
besar mencari
kasus yang
sesuai untuk
dijadikan
materi ronde

83
dan konsul
ke
pembimbing
5. Mahasiswa
melakukan
ronde
keperawatan
dengan
perawat
konselor
6. Kelompok
melakukan
ronde
keperawatan
besar
dengan
karu,
koortim,dan
tenaga
kessehatan
lainnya
4. Belum ada 1. 1. Pelaksanaan Untuk edukasi Ruang - Minggu 2 1. Karu 1. Sosialisasi 85%
pemberian Kurangnya edukasi tentang pasien dan Dahlia- - Minggu 3 2. Katim masalah
edukasi atau inisiatif pencegahan dan keluarganya Kemuning - Minggu 4 3. Perawat tentang
pada pasien edukasi pengendalian infeksi tentang pelaksan pasien yang
dan keluarga umtuk dengan metode pengendalian a belum
tentang pasien penyuluhan dan role infeksi PJ : 4. Mahasis maksimalsaat
pengetahuan 2. Kurangny play. Menjelaskan - Resti wa diseminasi
pencegahan a tenaga cara cuci tangan dan - Jayanti awal
dan keperaw pemakaian masker 2. Membuat
pengendalian atan terhadap pasien dan kesepakatan
infeksi sehingga keluarga dengan karu
(penggunaan pelksana dan katim
masker) pada an mengenai

84
saat pasien edukasi edukasi
pertama kali kepada pengendalian
masuk pasien infeksi yang
ruangan dan tidak belum
pada saat maksimal maksimal
keluarga 3. Mahasiswa
menjaga mempraktikka
pasien n edukasi
pada pasien
dan keluarga
4. Mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
edukasi
tentang
oengendalian
infeksi
kepada
pasien dan
keluarga

85
Tabel 3.36 Penjelasan How Much POA
No. Masalah Penjelasan How Much POA Prosentase PJ
1. Operan 1. Karu dan katim memahami 70% Anes &
masalah operan yang belum Vina
sesuai dengan SOP di Ruang
Kemuning-Dahlia
2. Terjadi kesepakatan antara karu
dan katim dengan mahasiswa
untuk menyelesaikan masalah
operan di Ruang Kemuning-
Dahlia dengan roleplay operan
3. Mahasiswa telah melakukan
roleplay operan sesuai SOP pada
minggu ke-2 dan disaksikan oleh
tenaga keperawatan yang berjaga
saat itu
4. Mahasiswa dengan tenaga
keperawatan Ruang Kemuning-
Dahlia telah melakukan roleplay
operan sesuai dengan SOP pada
minggu ke-3
5. Tenaga keperawatan Ruang
kemuning-Dahlia yang sedang
berjaga saat itu telah melakukan
operan sesuai dengan SOP
(tanpa mahasiswa, mahasiswa
hanya memonitor dan
mengevaluasi) pada minggu ke-5
2. Edukasi 1. Karu dan katim memahami 85% Putri &
masalah edukasi tentang Wenny
pengendalian infeksi yang belum
dilakukan secara optimal kepada
keluarga dan pasien
2. Terjadi kesepakatan antara karu
dan katim dengan mahasiswa
untuk menyelesaikan masalah
edukasi di Ruang Kemuning-
Dahlia
3. Mahasiswa mempraktikkan
penerimaan pasien edukasi
pasien baru dan keluarga
4. Mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan edukai pasien yang
telah dillakukan

86
3. Pre-post 1. Karu dan katim memahami 70% Resti &
conference masalah pre-post conference Reky
yang belum dilakukan di Ruang
Kemuning-Dahlia
2. Terjadi kesepakatan antara karu
dan katim dengan mahasiswa
untuk menyelesaikan masalah
pre-post conference di Ruang
Kemuning-Dahlia dengan
roleplay pre-post conference
3. Mahasiswa telah melakukan
roleplay pre-post conference
sesuai SOP pada minggu ke-2
dan disaksikan oleh tenaga
keperawatan yang berjaga saat
itu
4. Mahasiswa dengan tenaga
keperawatan Ruang Kemuning-
Dahlia telah melakukan roleplay
pre-post conference sesuai
dengan SOP pada minggu ke-3
5. Tenaga keperawatan Ruang
kemuning-Dahlia yang sedang
berjaga saat itu telah melakukan
pre-post conference sesuai
dengan SOP (tanpa mahasiswa,
mahasiswa hanya memonitor
dan mengevaluasi) pada minggu
ke-4

87
4. Ronde 1. Karu dan katim memahami 75% Jayanti &
keperawatan masalah ronde keperawatn yang Zika
belum berjalan dengan baik di
Ruang Kemuning-Dahlia
2. Terjadi kesepakatan antara karu
dan katim dengan mahasiswa
untuk menyelesaikan masalah
ronde keperawatan di Ruang
Kemuning-Dahlia dengan
roleplay ronde keperawatan
3. Mahasiswa dengan perawat
konselor melakukan roleplay
ronde keperawatan (individu)
sesuai dengan SOP pada minggu
ke-3 dan 4
4. Kelompok besar dengan karu,
katim, dan tenaga kesehatan
lainnya telah melakukan roleplay
ronde keperawatan besar pada
minggu ke-4

88
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
IMPLEMENTASI SAMPAI EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

5.1 Operan
5.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Operan atau timbang terima merupakan cara untuk
menyampaikan dan menerima informasi yang berkaitan dengan
keadaan klien. Operan atau timbang terima harus dilakukan secara
efektif dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang perlu
dilakukan pada shift berikutnya maupun sudah dilakukan saat shift
tersebut. Pelaksanaan operan atau timbang terima dilakukan oleh
perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan dan diikuti oleh
mahasiswa praktik agar informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna.
Rencana
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
Kegiatan
1. Identifikasi Masalah 13 18 juni 13 18 Juni 1. Melakukan pengkajian
2016 2016 masalah terkait operan
2. Sosialisasi kepada
perawat ruangan dengan
melakukan roleplay
operan
2. Implementasi 20 juni 30 20 juni 30 1. Membuat kesepakatan
Program juli 2016 juli 2016 dengan perawat ruangan
mengenai kegiatan operan
2. Pelaksanaan role play
operan bersama-sama
(mahasiswa dan perawat
ruangan)
3. Evaluasi 1, 2, dan 3 1, 2, dan 3 1. Mengevaluasi perawat
agustus 2016 agustus 2016 ruangan dalam melakukan
praktik operan secara

89
mandiri sesuai SOP

90
5.1.3 Implementasi

Operan
atau
20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 1 2 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30 Prosentase
timbang
terima
Operan atau V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 100%
timbang
terima

100

80 Dilakukan

60

40 Tidak
dilakukan
20

0
pengkajian implementasi evaluasi

Bagan 5.1 Bagan Perbandingan Pelaksanaan Operan Shift di Ruang Dahlia dan Kemuning

91
Selama masa pengkajian kegiatan operan, di ruang dahlia dan kemuning
sudah dilakukan kegiatan tersebut (operan 65%) namun dalam pelaksanaannya
belum sesuai standar dikarenakan melakukannya secara kondisional. Tetapi
pada saat implementasi, kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik (100%)
sesuai dengan perencanaan yang disusun bersama dengan mahasiswa, dan
berlanjut pada masa evaluasi (85%).
5.1.4 Evaluasi
a. Proses
Operan dilakukan sesuai SOP yang dilakukan oleh perawat primer
sesuai shift dan diikuti oleh mahasiswa untuk mengetahui tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang perlu dilakukan pada shift
berikutnya maupun sudah dilakukan saat shift tersebut.
b. Hasil
Operan dilakukan sesuai dengan SOP oleh perawat pelaksana di
semua shift dan pada saat operan perawat pelaksanan juga melakukan
diskusi tentang keadaan pasien.
c. Tindak Lanjut
Sebaiknya pelaksanaan operan shift dilakukan setiap kali pergantian
shift. Tujuannya mengetahui perkembangan kondisi pasien secara
langsung, mengetahui identitas pasien untuk menghindari kesalahan
dalam pemberian tindakan dan juga operan sebaiknya didampingi oleh
karu dan katim masing-masing ruangan agar operan bisa berjalan
dengan maksimal.

92
5.2 Pre-cofrence dan post-confrence
5.2.1 Pelaksanaan Kegiatan
Pre conference adalah komunikasi antara karu/ manajer ruangan,
katim (ketua tim) dan perawat pelaksana setelah selesai operan/
timbang terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh karu atau ketua tim atau penanggung jawab tim. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan ketua tim. Post confrence adalah
diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
No Kegiatan Rencana Pelaksanaan Keterangan
Kegiatan
1. Identifikasi Masalah 13 18 juni 13 18 juni 1. Melakukan pengkajian
2016 2016 masalah terkait pre
confrence dan post
cofrence
2. Sosialisasi masalah
kepada perawat
ruangan dan rencana
solusi
2. Implementasi 20 juni 20 juni 3. Membuat kesepakatan
program 30 juli 2016 30 juli 2016 dengan kepala
ruangan dan perawat
ruangan mengenai
kegiatan pre confrence
dan post confrence
4. Pelaksanaan role play
pre confrence an post
confrence yang
dilakukan mahasiswa
dan pada minggu ke 5
melibatkan perawat
ruangan.
3. Evaluasi 1, 2, dan 3 1, 2, dan 3 1. Memantau
agustus 2016 agustus 2016 keterlaksanaan pre

93
confrence an post
confrence sesuai SOP

94
5.2.2 Implementasi

Pre-post
20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 1 2 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30 Prosentase
Conferace
Pre V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 100%
Conferance
Post V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 100%
Conferance

100

80
Dilakukan
60

40
Tidak
20 dilakukan

0
pengkajian implementasi evaluasi

Bagan 5.2 Bagan Perbandingan Pelaksanaan Pre dan Post Conference di Ruang Dahlia dan Kemuning

95
Dari tabel diatas dapat menjelaskan bahwa selama masa
pengkajian kegiatan pre confrence dan post confrence, di ruang dahlia
dan kemuning sudah dilakukan tetapi belum optimal (40%) kegiatan
tersebut dikarenakan membutuhkan waktu tertentu dan tidak hanya
dilakukan oleh karu/ manajer ruangan, katim (ketua tim) dan perawat
pelaksana yang menyebabkan pihak manajemen kesulitan untuk
melakukan kegiatan tersebut.Pada saat implementasi, kegiatan tersebut
dapat terlaksana dengan baik (100%) sesuai dengan perencanaan yang
disusun bersama dengan mahasiswa, dan berlanjut pada masa evaluasi
(70%).
5.2.3 Evaluasi
a. Proses
Pre confrence dan post confrence dilakukan sesuai SOP yang diikuti
oleh katim, perawat pelaksana dan mahasiswa untuk merencanakan
asuhan keperawatan pada hari tersebut.
b. Hasil
Pre confrence dan post confrence telah dilaksanakan namun belum
optimal sesuai SOP karena keterbatasan waktu.
c. Tindak Lanjut
Pelaksanaan Pre dan Post Conference dilakukan setelah operan shift
yang tujuannya untuk membahas keadaan pasien dan rencana yang
akan dilakukan setelah pergantian shift, dan sebaiknya dilakukan
setiap hari sehingga kerja dari perawat pelaksana terstruktur dengan
baik.

5.3 Ronde Keperawatan


5.3.1 Pelaksanaan kegiatan
Ronde keperawatan sebagai sarana untuk menyelesaikan
masalah klien yang belum teratasi Pelaksanaan ronde keperawatan
sebagai oleh mahasiswa dan staf RSU Karsa Husada Batu dilakukan
di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia sebagai bentuk refreshment
untuk menjadikan budaya apabila ditemukan indikasi untuk
dilakukannya ronde keperawatan.

96
No Kegiatan Rencana Pelaksanaan Keterangan
Kegiatan
1. Identifikasi Masalah 27 29 Juni 27 - 29 Juni 1. Melakukan
2016 2016 pengkajian
masalah terkait
Ronde
keperawatan
2. Sosialisasi
masalah kepada
perawat ruangan
dan rencana solusi
2. Implementasi program 30 Juni 2016 3. Membuat
kesepakatan
dengan kepala
ruangan dan
perawat ruangan
mengenai
kegiatan ronde
keperawatan
4. Pelaksanaan role
play ronde
keperawatan yang
melibatkan
mahasiswa,
perawat ruangan,
dan tenaga
kesehatan lainnya.
3. Evaluasi 2 Agustus 5. Memantau
2016 keterlaksanaan
ronde
keperawatan.

97
5.3.2 Implementasi

Ronde/ Timbang terima Prosentase


27 28 29 30
keperawatan
Ronde Keperawatan v v v v 100%

100

80
Dilakukan
60

40 Tidak
dilakukan
20

0
pengkajian implementasi evaluasi

Bagan 5.3 Bagan Perbandingan Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Dahlia dan Kemuning

98
Dari tabel diatas dapat menjelaskan bahwa selama masa pengkajian
kegiatan ronde keperawatan, di ruang dahlia dan kemuning sudah pernah
dilakukan tetapi hasilnya belum optimal (10%) kegiatan tersebut dikarenakan
membutuhkan waktu tertentu dan mengumpulkan tenaga kesehatan dari multi
disiplin yang menyebabkan pihak manajemen kesulitan untuk melakukan
kegiatan tersebut. pada saat implementasi, kegiatan tersebut dapat terlaksana
dengan baik (100%) sesuai dengan perencanaan yang disusun bersama
dengan mahasiswa, namun pada saat evaluasi kegiatan tersebut belum
memungkinkan dilaksanakan karena beberapa hambatan seperti yang telah
teridentifikasi pada pengkajian (50%).
5.3.3 Evaluasi
a. Proses
Ronde dilakukan sesuai dengan SOP yang mana prosesnya diikuti
oleh mahasiswa, perawat ruang, ahli gizi, pasien dan keluarganya.
Semua peserta ronde turut berbartisipasi aktif dalam proses diskusi
untuk memecahkan masalah yang dialami pasien untuk mendapatkan
solusi.
b. Hasil
Kegiatan ronde keperaatan telah dilaksanakan selama implementasi
namun pada masa evaluasi ronde dilakukan menyesuaikan situasi dan
kondisi di ruangan sehingga pelaksanaan kurang optimal.
c. Tindak Lanjut
Pelaksanaan ronde keperawatan seharusnya dilakukan setiap ada
klien yang mempunyai masalah yang sulit untuk diselesaikan, serta
pelaksanaannya melibatkan seluruh anggota tim keperawatan di
ruangan dan tim kesehatan yang lain (ahli gizi, farmasi, dokter). Yang
tujuannya agar setiap tim kesehatan yang lain juga ikut berkolaborasi
dalam penyelesaian masalah klien.

99
5.4 Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga tentang pengetahuan
pencegahan dan pengendalian infeksi
5.4.1 Pelaksanaan kegiatan
Edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang dahlia
ddan kemuning sudah ddidukung dengan adanya poster himbauan
untuk membersihkan tangan di ruang kemuning-Dahlia tersedia
diatas handsrub atau wastafel untuk mencuci tangan ruangan
pasien utama maupun ruangan pasien kelas. Poster yang ditempel
merupakan langkah-langkah cara mencuci tangan dengan tulisan
kapan klien, pengunjung, keluarga, dan perawat melakukan cuci
tangan. Kecilnya tulisan membuat klien, pengunjung, dan keluarga
sering mengabaikan poster yang ditempel. Ruang dahlia sebagai
tempat penyakit menular juga tidak ditemukan penempelan
himbauan untuk keluarga, pengunjung, dan pasien untuk
menggunakan masker, sehingga keluarga dan pengunjung sering
keluar-masuk ruangan menular tanpa menggunakan masker.
Edukasi pada pasien dan keluarga Untuk Membersihkan Tangan
serta menggunakan masker dinilai perlu dilakukan dalam
upayameningkatkan pengetahuan pencegahan dan pengendalian
infeksi danmemperkecil penularan penyakit pada pasien serta
mencegah penularan penyakit menular di Rumah sakit.

No Kegiatan Rencana Pelaksanaan Keterangan


Kegiatan
1. Sosialisasi masalah 1-2 Juni 1-2 Juni dan - Menyampaikan hasil
2016 2016 identifikasi masalah
- Sosialisasi pentingnya
melakukan edukasi pada
pasien dan keluarga untuk
membersihkan tangan dan
pentingnya pengguanaan
masker saat masuk ruangan
infeksius (R. Dahlia)
2. Membuat 2 Juni 2 Juni 2016 - Membuat kesepakatan
kesepakatan 2016 dengan kepala ruangan dan

100
dengan kepala ketua tim perawat pelaksana
ruangan dan dan bagian PPI untuk
perawat ruangan melakukan eukasi pada
mengenai kegiatan pasien dan keluarga tentang
pemberian edukasi himbauan untuk
untuk membersihkan tangan dan
membersihkan penggunaan masker saat di
tangan serta ruang infeksius (R. Dahlia).
penggunaan
masker saat masuk
ruang infeksius (R.
Dahlia)
Pelaksanaan 18-19 Juni 18-19 Juni - Bersama-sama dengan ketua
2016 2016 tim,perawat pelaksana dan
mahasiswa praktik melakukan
edukasi kepada pasien dan
keluarga untuk
membersihkan tangan dan
penggunaan masker saat
masuk ruangan infeksius
(ruang dahlia).
- Mengajarkan klien, keluarga,
dan pengunjung cara
mencuci tangan yang benar
dan himbauan penggunaan
masker saat masuk ruangan
infeksius (R.Dahlia)
3. Evaluasi 1-3 1-3 Agustus - Melakukan evaluasi dan
Agustus 2016 pemantauan tentang saat
2016 klien, keluarga dan
pengunjung mencuci tangan
serta penggunaan masker di
ruangan infeksius.

101
5.4.2 Implementasi

Pelaksanaan edukasi pada pasien an keluarga


pasien tentang pengetahuan pencegahan dan 1 2 18 19 Prosentase
pengendalian infeksi
Pelaksanaan Edukasi v v V v 100%

100

80
Dilakukan
60

40 Tidak
dilakukan
20

0
pengkajian implementasi evaluasi

Bagan 5.4 Bagan Perbandingan Pelaksanaan Edukasi Pasien di Ruang Dahlia dan Kemuning

102
5.4.3 Evaluasi
a. Evaluasi proses
Pada saat pengkajian, sebagian besar klien, keluarga, dan penggunjung belum
mengetahui cara mencuci tangan dengan benar. Klien, keluarga, dan penggunjung juga
menjelaskan bahwa mereka jarang melakukan cuci tangan pada saat akan makan,
setelah dari kamar mandi, dsb. Pasien juga menjelaskan bahwa mengetahui himbauan
pengguanaan masker tetapi tidak mengetahui dimana beli masker disekitar rumah
sakit.
Selama dilakukan implementasi mengajarkan klien, keluarga, dan penggunjung
cara mencuci tangan edukasi kepada klien dan keluarga cara mencuci tangan dengan
baik dan benar serta pasien dan keluarga sudah menggunakan masker saat masuk
ruang infeksius diharapkan dapat mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi.
b. Evaluasi Hasil

Pelaksanaan edukasi pada pasien dan keluarga untuk membersihkan tangan serta
penggunaan masker saat masuk ruangan infeksius (ruang dahlia) dapat dilihat dari
tabel diatas, pada saat pengkajian resiko penularan penyakit di Kemuning-Dahlia tinggi
karena rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat. Ruangan Dahlia penggunjung dan
keluarga bebas keluar masuk tanpa menggunakan masker. Saat implementasi 100%
dilakukan edukasi himbauan untuk membersihkan tangan serta himbauan penggunaan
masker saat masuk ruangan infeksius. Saat evaluasi masih tetap 80% sesuai
perencanaan awal, sehingga pencegahan penyakit menular dapat sedikit ditekan.
d. Tindak lanjut
Untuk menindaklanjuti program edukasi mencuci tangan dan pemberian masker,
pelaksanaan edukasi dapat lebih maksimal yaitu pemberian poster cuci tangan dan
pemakaian masker disetiap ruangan dengan ukuran yang lebih besar dari
sebelumnyasehingga klien dan keluarga lebih mudah melihat dan memahami
pentingnya mencuci tangan engan benar an pemakaian masker saat masuk ruang
infeksius sehingga dapat mengurangi penyebaran infeksi di ruangan penyakit menular

103
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Operan
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13-16 Juli 2016 pelaksanaan operan di ruang
Kemuning dan Dahlia menunjukkan kurang optimalnya operan yang dilakukan oleh perawat
ruangan. Perawat ruangan hanya melakukan operan di nurse station, namun tidak melakukan
operan keliling, dikarenakanadanya kendala terbatasnya tenaga dan beban kerja perawat yang
tinggi.
Pelaksanaan operan pada minggu ke 2 hingga minggu ke 5 dilaksanakan antara perawat
pelaksana, ketua tim, dan kepala ruang dengan melibatkan mahasiswa praktik. Bertujuan
untuk mengetahui kondisi dari masing-masing pasien dan memperkenalkan kepada pasien
perawat yang akan menjaga pada shift yang dilaksanakan, tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang perlu dilakukan pada shift berikutnya maupun sudah dilakukan saat shift
tersebut.
Target implementasi tercapai 100% ketika dilakukan dengan mahasiswa namun ketika
tidak dengan mahasiswa implementasi operan tercapai 85%. Hal ini tidak adanya motivasi
untuk melakukan operan keliling.

6.2 Pre dan Post Confrence


pre pos conference untuk mengetahui perkembangan klien dan rencana tindak
lanjut lain sangat efektif dalam memberikan pelayanan yang paripurna kepada klien. Pada
saat melakukan pengkajian, pre post conference tidak dilaksanakan dengan optimal di ruang
kemuning maupun dahlia karena kendala terbatasnya tenaga dan beban kerja perawat yang
tinggi.
Dengan kembali melakukan sosialisasi pelaksanaan pre pos confrence sesuai dengan
alur yang benar maka perawat tetap dapat melaksanakanpre pos conferencedengan rencana
tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan ketua tim. Post
confrence adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
Target implementasi tercapai 100% ketika dilakukan dengan mahasiswa namun ketika
tidak dengan mahasiswa implementasi operan tercapai 70%. dikarenakan beban kerja yang
tinggi dan motivasi yang kurang.

6.3 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan merupakan sarana diskusi antar perawat dan tenaga kesehatan pada
klien dengan masalah khusus. Pada saat melakukan pengkajian, ronde keperawatan baik di

104
ruang kemuning maupun dahlia sudah pernah dilakukan (10%), tetapi hasilnya masih belum
optimal.
Dengan kembali melakukan sosialisasi pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan
alur yang benar maka perawat tetap dapat melaksanakan ronde keperawatan sehingga dapat
mencari solusi untuk mengatasi masalah klien bersama dengan tenaga kesehatan yang lain.
Pada saat implementasi ronde keperawatan kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik
(100%) sesuai dengan perencanaan yang disusun bersama dengan mahasiswa.
Namun, dikarenakan membutuhkan waktu tertentu dan harus mengumpulkan tenaga
kesehatan dari multi disiplin yang menyebabkan pihak manajemen ruangan kesulitan untuk
melakukan kegiatan tersebut. Maka pada saat dilaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan
ronde keperawatan masih belum oktimal (50%)

6.4 Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga tentang pengetahuan pencegahan dan
pengendalian infeksi
Pada saat pengkajian, sebagian besar klien, keluarga, dan penggunjung belum mengetahui
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi dengan cara mencuci tangan dengan benar dan
menggunakan masker (50%). Di ruang Kemuning dan Dahlia sudah terdapat poster tentang
langkah-langkah cara mencuci tangan. Karena poster dengan tulisan yang kecil yang kecil
sehingga membuat klien, keluarga dan pengunjung jarang yang membaca poster tersebut.
selain itu klien, keluarga, dan penggunjung juga menjelaskan bahwa mengetahui himbauan
pengguanaan masker tetapi tidak mengetahui dimana beli masker disekitar rumah sakit .
Selama dilakukan implementasi mahasiswa membuat poster dengan tulisan yang lebih
besar supaya klien, keluarga, dan penggunjung lebih mudah membacanya dan mahasiswa
menempelkan poster mencuci tangan di Kemuning-Dahlia serta himbauan pemaikaian masker
di ruangan Dahlia. Selain itu, mahasiswa mengajarkan klien, keluarga, dan pengunjung cara
mencuci tangan yang benar dan penggunaan masker saat masuk di ruangan infeksius.
Pada saat evaluasi didapatkan 80% klien, keluarga dan pengunjung yang mengetahui
pencegahan dan pengendalian infeksi. Faktor yang mendukung kesadaran untuk mencuci
tangan klien, keluarga dan pengunjung dapat meningkatkan perilaku hidup sehat. Sehingga
dengan ini dapat menekan kejadian penularan penyakit menular.

105
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
1. Operan
ii. Pada program ini pelaksanaan operan sudah dilaksanakan dengan optimal yang diikuti oleh
(Karu, Katim, PP) sehingga mengetahui masing-masing anggota tim mengetahui tindakan mandiri
keperawatan, tindakan kolaboratif, dan terapi yang sudah dilakukan pada shift sebelumnya.
1. Pre dan Post Confrence
iii. Pada program ini pelaksanaan pre post conference belum dilakukan secara optimal sesuai
pedoman manajemen yang diikuti oleh (Karu, Katim dan PP), hal ini menyebabkan sebagian dari
anggota tim belum mengetahui kondisi klien secara keseluruhan, baik kondisi ataupun keluhan
pasien
1. Ronde Keperawatan
iv. Pelaksanaan ronde keperawatan masih belum terlaksana secara maksimal dikarenakan
membutuhkan waktu tertentu dan harus mengumpulkan tenaga kesehatan dari multi
disiplin yang menyebabkan pihak manajemen ruangan kesulitan untuk melakukan
kegiatan tersebut sehingga masih ditemukan klien dengan masalah yang belum teratasi
1. Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga tentang pengetahuan pencegahan dan
pengendalian infeksi
b. Pada program ini telah tercapai kesadaran untuk mencuci tangan dan penggunaan
masker pada klien, keluarga dan pengunjung sehingga dapat meningkatkan perilaku
hidup sehat dan dapat menekan kejadian penularan penyakit menular. Rumah sakit
dapat memberikan pelayanan prima dengan menekan kejadian penularan penyakit
menular.

106
107
Lampiran 2 Modul Pre dan Post Conference
CONFERENCE TEAM

Hari :
Tanggal :
No Conference Hasil conference
1 Pre conference OB:
KRS:
PP:
Jumlah pasien:
TK:
TT:
Difficult case:

2 Middle conference OB:


KRS:
PP:
Jumlah pasien:
TK:
TT:
Difficult case:

108
3 Post conference OB:
KRS:
PP:
TK:
TT:
Jumlah pasien:
Difficult case:

Ketua Tim

( )

109
PESAN PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
(Keadaan Pasien dan Rencana Kegiatan/Program Kerja Tim Hari ini)
Hari / Tanggal ........................................

No Identitas Pasien Keadaan Pasien dan Evaluasi


Nama Kamar Program Kegiatan Sudah Sedang Belum

110
RSU Karsa Husada-Batu, 2016
Ketua Tim Perawatan

111
LAPORAN KETUA TIM

Hari/Tanggal:

Bed Nama T.K Pre Conference Dx. Keperawatan Intervensi Evaluasi (Post Conference)

Reg.

Dx Medis:

Reg.

132
Dx Medis:

133
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, Ed 2, SM, Jakarta.


Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan
Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,. EGC, Jakarta
Nurusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,
ed.5. Jakarta : Salemba Medika.
Swanburg, R.C, 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk Perawat
Klinis. Jakarta :EGC.

134
Lampiran 1 Laporan Pendahulan Ronde Keperawatan
LAPORAN RONDE KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Manajemen


Keperawatan Di Ruang Kemuning Dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

Oleh :
Kelompok 15 Kelas Kediri

Reky Sulistiono 126070218113055


Wenny Trisnaningtyas 126070218113027
Trirezika Dianingrum 126070218113026
Annastasia Diah Anggraini 126070218113009
Resti Riandani 126070218113010
Jayanti Indrayani 126070218113067
Putri Rohmad Utomo 126070218113063
Vina Sita Alfinia 126070218113042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

135
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat apembuluh darah
oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu organ terpenting dalam tubuh
yang apabila mengalami masalah dapat berakibat kepada kematian. Adapun salah satu
jenis penyakit jantung adalah gagal jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF).
CHF adalah penurunan fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen
ke organ-organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black & Hawks, 2005). Menurut Smeltzer
dan Bare (2001), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
CHF merupakan masalah kesehatan yang utama. Prevalensi gagal jantung di
negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Menurut World Health
Organization (WHO, 2004), jumlah penderita CHF di seluruh dunia pada tahun 2004
adalah 5,7 juta kasus (Anurogo, 2009). Di Amerika Serikat, CHF merupakan penyakit
jantung klinis yang paling pesat pertumbuhannya dan mempengaruhi 2% dari populasi.
Pada tahun 2006 di Amerika Serikat, 1,1 juta pasien dirawat di Rumah sakit karena gagal
jantung dekompensasi, hampir dua kali lipat jumlah dilihat dari 15 tahun sebelumnya.
Selain itu ada 3,4 juta kunjungan jalan rawat untuk CHF. Pada CHF yang didiagnosis
terdapat sebanyak 550.000 kasus baru dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal
jantung setiap tahun (Dumitru, 2011). Pada tahun 2010 terdapat lebih dari 5 juta orang
Amerika dan 22 juta orang di seluruh dunia telah gagal jantung (Dhana, 2010).
Berdasarkan data WHO (2004), Asia Tengggara merupakan wilayah yang
memiliki jumlah penderita CHF tertinggi yaitu 1,4 juta kasus. Menurut Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah (RSJDP) Harapan Kita (2010), terjadi peningkatan
kunjungan pasien mencapai 10 hingga 15% (Dewi, 2010). Data di RSUD Arifin Achmad
menunjukkan bahwa jumlah penderita CHF yang dirawat, pada tahun 2009 yaitu
sebanyak 166 kasus. Pada tahun 2010 penyakit CHF menempati urutan yang pertama
terdapat 316 kasus (Medical Record RSUD Arifin Achmad, 2011). Berdasarkan data di
poli rawat jalan penyakit jantung tahun 2010, penyakit CHF menempati urutan kedua
dengan jumlah pasien sebanyak 181 kasus setelah penyakit chronic iscemik heart yaitu
377 kasus (Medical Record RSUD Arifin Achmad, 2011).
Peningkatan jumlah kasus gagal jantung di Indonesia dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor perubahan gaya hidup seperti kebiasaan mengkonsumsi
makanan manis, minuman berkafein, kurangnya konsumsi buah dan sayur dan

136
kurangnya melakukan aktivitas dapat berpengaruh terjadinya CHF (Delima, 2009).
Manifestasi klinik yang dapat timbul pada pasien dengan CHF yaitu dispnea , batuk,
mudah lelah, denyut jantung cepat (tachykardia), kecemasan dan kegelisahan (Smeltzer
& Bare, 2001).
Dalam jurnal yang berjudul Nurses Performance In Classifying Heart
FailurePatients Based On Physical Exam: Comparison With Cardiologists Physical Exam
And Levels Of N-Terminal Pro-B-Type Natriuretic Peptide dikatakan bahwa sampai saat
ini peran perawat dalam managemen pasien gagal jantung hanya terfokus pada terapi,
intervensi pendidikan dan perawatan diri pasien, sedangkandiagnosis dan pengkajian
klinis pada pasien gagal jantung oleh perawat belum tereksplorasi dengan baik seperti
halnya yang di lakukan oleh kardiologis. Pengkajian dan diagnosis ini menjadi sngat
penting bagi perawat sendiri karena diagnosis dan pemeriksaan fisik prognosis dari pada
penyakit gagal adalah untuk menentukan managemen perawatan klien.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan CHF?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan CHF.

137
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi Congestive Heart Failure (CHF)


Istilah gagal jantung secara sederhana berarti kegagalan jantung untuk
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Guyton & Hall, 2006).
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
pengisian vena normal (Muttaqin, 2009).
Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi CHF
Menurut Smeltzer & Bare (2001), etiologi dari CHF adalah sebagai berikut:
Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Sehingga hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi
secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degenaratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Faktor sistemik. Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam), hipoksia
dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik.

C. Manifestasi Klinik CHF

138
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.
Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru
yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena
sistemik dapat mengakibatkan edema prifer umum dan penambahan berat badan
(Smeltzer & Bare, 2001).
1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jringan.
Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana
yang terjadi.
2. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi
paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi
jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.
3. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

139
D. PATOFISIOLOGI CHF
Lokasi organ di jantung yang sering terkena dengan chfialah ventrikel (bilik)
kiri (muttaqin, 2009). Ventrikel kiri mempunyai tugas yang paling berat. Jika ventrikel kiri
tidak mampu memompakan darah, maka akan timbul 2 hal:
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole daripada
sebelumnya dan karena pengisian saat sistole berlangsung terus, maka akan
terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir diastole. Peninggian volume
dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini bilik kiri (preload). Jika penyakit jantung
berlanjut, maka diperlakukan peregangan yang makin lama makin besar untuk
menghasilkan energy yang sama. Pada satu saat akan terjadi bahwa peregangan
diastolic yang lebih besar tidak lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan
jantung akan gagal melakukan fungsinya (dekompensasi).
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta untuk
memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak di perifer, berarti curah jantung sangat
rendah. Curah jantung yang rendah menimbulkan perasaan lesu.

Gagal jantung kanan Gagal jantung kiri

Gagal pompa ventrikel kanan gagal pompa ventrikel kiri

curah jantung kanan tek. ventrikel kiri

tek. akhir distol ventrikel kanan curah jantung kiri

tek. Atrium kanan tek. atrium kiri


(bendungan atrium kanan) & bendungan atrium kiri

tek. vena cava tek. vena pulmonalis


(bendungan vena sistemik) & bendungan vena
pulmonalis

Hambatan vena balik Gangguan keseimbangan bendungan paru


(bendungan sistemik) suplai O2 dg kebutuhan
tek. rata rata arteri
pulmonalis
& bendungan arteri
pulmonal

140
Gagal Jantung (CHF) perubahan kontraktilitas
jtg

curah jantung menurun

sekresi renin yg berlebihan aliran darah tidak efektif

angiotensin I-II vasokontriksi ginjal


aldosteron fungsi glomerulus sekresi ADH ,
adsorpsi H2O pd tubulus
distal
Reabsorpsi Na+ di tubulus distal reabsorpsi Na+ dan H2O

retensi ginjal

vol plasma

intoleransi cairan

odema

kelebihan cairan

Sumber : (Muttaqin, 2009)

141
E. Evaluasi Diagnostik CHF
Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan
penatalaksanaan. Alat diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-
invasif, yaitu ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada (Muttaqin,
2009).
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis
dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasive, dan segera dapat
memberikan diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan dengan
penyebabnya. Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan
ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya
hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya peningkatan
tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya
peningkatan ukuran pembuluh darah.

3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab, EKG
tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan
kecurigaan akan adanya diagnosis yang salah.
Gambar EKG pada klien gagal jantung:

Sumber: Samudera-fox.com

Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan EKG, yaitu:

142
1. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.
2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya penyakit
jantung iskemik.
3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri
karena adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan penyakit jantung
hipertensi).

F. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi pada Kasus CHF secara Teoritis


Menurut Muttaqin (2009) berdasarkan patofisiologi dan dari pengkajian,
diagnosis keperawatan utama untuk klien gagal jantung adalah sebagai berikut:
1. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2. Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke
miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat.
3. Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan
cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membrane kapiler alveoli, dan retensi
cairan interstisial.
4. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengenbangan
paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
5. Aktual/ risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya
curah jantung.
6. Aktual/risiko tinggi penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan
penurunan aliran darah keotak.
7. Aktual/risiko tinggi tehadap kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan perfusi organ.
8. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
9. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan intake, mual, anoreksia.
10. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesak
napas.
11. Aktual/risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pusing dan kelemahan.
12. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, peurunan status
kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
13. Aktual/risiko tinggi konstipasi yang berhubungan dengan penurunan intake, serat dan
penurunan bising usus.

143
14. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran
diri yang salah, perubahan peran.
15. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan tidak
mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

Intervensi:
Dx 1: Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikal.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol
atau tulang dan bebas gejala gagal jantung (seperti barameter hemodinamik
dalam batas normal, keluaran urin adekuat).
Intervensi Rasional
Kaji dan laporkan tanda Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan
penurunan curah jantung (nilai dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
normal curah jantung pada
orang dewasa 3 liter/menit).
Periksa keadaan klien dengan Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat
mengauskultasi nadi apical. istirahat untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
Catat bunyi jantung. S1dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi
murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis
mitral.
Palpasi nadi perifer. Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya
nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.
Istirahatkan klien dengan tirah Oleh karena jantung tidak dapat diharapkan untuk
baring optimal (mengurangi benar-benar istrahat untuk sembuh seperti luka pada
aktivitas). patah tulang, maka hal terbaik yang dilakukan adalah
mengistirahatkan klien. Melalui inaktivitas, kebutuhan
pemompaan jantung diturunkan.
Atur posisi tirah baring yang Klien dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring
ideal. Kepala tempat tidur harus untuk mengurangi kesulitan bernapas dan
dinaikkan 20 sampai 30 cm mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung

144
atau klien didudukkan dikursi. sehingga dapat mengurani kongesti paru.
Kaji perubahan pada sensorik. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
Contoh: letargi, cemas, dan sekunder terhadap penurunan curah jantung.
depresi.
Berikan istirahat psikologi Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang terkait,
dengan lingkungan yang meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan
tenang. frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
dengan nasal kanul/masker miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia.
sesuai dengan indikasi.
Kolaborasi untuk pemberian Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan
obat. volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti.
a. Diuretic, furosemid (lasix), Penurunan preload paling banyak digunakan dalam
spironolakton (aldakton) mengobati pasien dengan curah jantung relatif normal
ditambah dengan gejala kongesti diuretic blok
reabsorbsi diuretic, sehingga mempengarui reabsorpsi
natrium dan air.
b. Vasodilator, contoh nitrat Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah
(isosorbide dinitrat, isodril) jantung, menurunkan volume sirkulasi (vasodilator),
dan tahanan vascular sistemik (arteridilator, juga kerja
ventrikel).

c. Digoxin (ianoxin) Meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan


memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan
volume sirkulasi (vasodilator) dan tahanan vaskuler
sistemik (arteriodilator) juga kerja ventrikel.
d. Captopril (capoten), lisinopril Meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan
(prinivil), enapril (vasotec) memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan
konduksi dan memperlambat periode refraktori
angiotensin dalam paru serta menurunkan
vasokontriksi, SVR, dan TD
e. Morfin sulfat Penurunan tahanan vascular dan aliran balik
vena/menurunkan kerja miokard, menghilangkan
cemas dan mengistirahatkan sirkulasi umpan balik
cemas pengeluaran katekolamin vasokontriksi cemas.

145
f. Tranqulilizer/sedative Meningkatkan istirahat/relaksasi dan menurunkan
kebutuhan oksigen serta keja miokard.
g. Antikoagulan, contoh heparin Dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah
dosis rendah warfarin pembentukan thrombus/emboli pada adanya faktor
(Coumadin) risiko seperti statis vena, tirah baring, disritmia
jantung, dan riwayat episode sebelumnya.
h. Pemberian cairan IV, Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel
pembatasan jumlah total kiri, pasien tidak dapat menoleransi peningkatan
sesuai dengan indikasi, volume cairan (preload).
hindari cairan garam
Pantau seri EKG dan Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat
perubahan foto dada. terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal.

Dx 2: Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah
ke miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respon
nyeri dada.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri
intensitas, lama dan terjadi sebagai temuan pengkajian.
penyebarannya.
Anjurkan kepada klien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik
melaporkan nyeri dada segera. yang berdampak pada kematian mendadak.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan: Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke
a. Atur posisi fisiologis, seperti jaringan yang mengalami iskemia.
semi fowler
b. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan
perifer, sehingga kebutuhan miokardium menurun dan
akan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke
miokardium yang membutuhkan O2 untuk menurunkan
iskemi.
c. Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
dengan nasal kanul atau pemakaian miokardium sekaligus mengurangi

146
masker sesuai dengan ketidaknyamanan sampai dengan iskemia.
indikasi
d. Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan tenang dan eksternal dan pembatasan pengunjung akan
batasi pengunjung membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
e. Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan
napas dalam nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
f. Ajarkan teknik distraksi pada Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
saat nyeri stimulus internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
g. Lakukan manajemen Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah
sentuhan kemudian dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri serta menurunkan sensasi
nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi Obat-obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan
farmakologis antiangina. aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen
atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan
oksigen.
a. Antiangina (nitrogliserin) Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek
vasodilatasi koroner.
b. Analgesic, morfin 2-5 mg Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan
intravena mengurangi kerja miokard.
c. Penyekat beta. Contoh: Obat-obat ini berfungsi sebagai antiangina, karena
atenolol, tonormin, pindolol, mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas
visken propanolol (inderal) miokardium. Obat ini menurunkan kebutuhan
pemakaian oksigen, sehingga rasa nyeri angina
mereda.
d. Penyekat saluran kalsium. Kalsium mengaktivasi kontraksi miokardium serta
Contoh: verafamil (calan), menambah beban kerja dan keperluan jantung akan
diltiazen (prokardi) oksigen. Penghambat kalsium menurunkan
kontraktilitas jantung (efek inotropik negatif) dan
beban kerja jantung, sehingga mengurangi keperluan

147
jantung akan oksigen.

Dx 3: Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli,
dan retensi cairan interstisial.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan
respon sesak napas.
Intervensi Rasional
Berikan tambahan O2 6 Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses
liter/menit. pertukaran gas.
Koreksi keseimbangan asam Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi
basa. pernapasan.
Cegah atelektasis dengan Kongesti yang berat akan memperburuk proses
melatih batuk efektif dan napas pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya
dalam. hipoksia.
Kolaborasi: Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga
RL 500 cc/24 jam dapat mengurangi timbulnya edema dan dapat
Digoxin 1-0-0 mencegah gangguan pertukaran gas.
Furosemid 2-1-0 Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan
menghambat ADH.

Dx 4: Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan


pengenbangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi napas (krakles). Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi
jantung.
Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan
keluaran urine.
Timbang berat badan. Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang bedampak

148
terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.
b. Berikan diuretic, contoh: Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume
furosemid, sprinolakton, dan plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan,
hidronolakton sehingga menurunkan resiko terjadinya edema
paru.
c. Pantau data laboratorium, Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.
elektrolit kalium

Dx 5: Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan


menurunnya curah jantung.
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam perfusi perifer meningkat.
Intervensi Rasional
Auskultasi TD. Bandingkan Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel,
kedua lengan; ukur dalam hipertensi juga fenomena umum yang berhubunga
keadaan berbaring, duduk, atau dengan nyeri cemas karena pengeluaran
berdiri bila memungkinkan. katekolamin.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan
nadi perifer, dan diaphoresis tahanan perifer.
secara teratur.
Kaji adanya kongesti hepar pada Sebagai dampak gagal jantung kanan, jika berat
abdomen kanan atas. akan ditemukan adanya tanda kongesti.
Pantau urine output. Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat
pada produksi urine < 600 ml/hari merupakan tanda-
tanda terjadinya syok kardiogenik.
Catat adanya murmur. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung
(kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot
papilar).
Pantau frekuensi jantung dan Perubahan frekuensi dan irama jantung
irama. menunjukkan komplikasi disritmia.
Berikan makanan kecil/mudah Makanan besar dapat meningkatkan kerja
dikunyah, batasi asupan kafein. miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke
jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
Kolaborasi: Jalur yang paten untuk pemberian obat darurat.
Pertahankan cara masuk

149
heparin (IV) sesuai indikasi

Dx 6: Aktual/risiko tinggi penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan


penurunan aliran darah ke otak.
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat
mempertahankan cardiac output secara adekuat guna meningkatkan perfusi
jaringan otak.
Intervensi Rasional
Kaji status mental klien (tanyakan Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
bagaimana perasaan klien) secara
teratur.
Observasi perubahan sensori dan tingkat Bukti actual terhadap penurunan aliran
kesadaran pasien yang menunjukkan darah ke jaringan serebral adalah adanya
penurunan perfusi otak (gelisah, perubahan respons sensori dan penurunan
confuse/bingung, apatis, somnolen). tingkat kesadaran fase akut dari kegagalan
yang harus diawasi secara ketat.
Kurangi aktivitas yang merangsang Respon valsava akan meningkatkan beban
timbulnya respon valsava/aktivitas. jantung sehingga akan menurunkan curah
Contoh: mengedan, membaca, dan lain- jantung ke otak.
lain.
Catat adanya keluhan pusing. Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darah ke jaringan otak
yang parah.
Pantau frekuensi jantung dan irama. Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi disritmia.
Kolaborasi:
Pertahankan cara masuk heparin (IV) Jalur yang paten penting untuk pemberian
sesuai indikasi pbat darurat.

Dx 7: Aktual/risiko tinggi tehadap kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan


penurunan perfusi organ.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.

Intervensi Rasional
Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
ekstremitas.

150
Kaji tekanan darah. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan
jumlah cairan yang dapat diketahui dengan
meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui
dari meningkatnya tekanan darah.
Kaji distensi vena jugularis. Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel
kanan yang dapat dipantau melalui pemeriksaan
tekanan vena jugularis.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan
keluaran urin.
Timbang berat badan. Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
Beri posisi yang membantu Meningkatkan venous return dan mendorong
drainase ektremitas, lakukan berkurangnya edema perifer.
latihan gerak pasif.
Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang bedampak terhadap peningkatan
beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat.
b. Berikan diuretic, contoh: Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasma
furosemid, sprinolakton, dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga
dan hidronolakton menurunkan resiko terjadinya edema paru.
c. Pantau data laboratorium, Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.
elektrolit kalium

Dx 8: Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung
Tujuan: Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan
dan perubahan TD, selama adanya penurunan oksigen miokard.
dan sesudah aktivitas.
Tingkatkan istirahat batasi Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.
aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.

151
Anjurkan klien untuk Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,
menghindari peningakatan menurunkan curah jantung dan takikardi, serta
tekanan obdomen, misal: peningkatan TD.
mengejan saat defekasi.
Perahankan klien pada posisi Untuk mengurangi beban jantung.
tirah baring sementara sakit
akut.
Tingkatkan klien duduk di kursi Untuk meningkatkan venous return.
dan tinggikan kaki klien.
Pertahankan rentang gerak Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous
pasif selama sakit kritis. return.
Evaluasi tanda vital saat Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan
kemajuan aktivitas terjadi. aktivitas.
Berikan waktu istirahat Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan
diantara waktu aktivitas. tidak terlalu memaksa kerja jantung.
Pertahankan penambahan O2 Untuk meningkatkan oksigen jaringan.
sesuai kebutuhan.
Selama aktivitas kaji EKG, Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
dispnea, sianosis, kerja dan
frekuensi nafas, serta keluahan
subjektif.
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat
(pembatasan air dan Na). penurunan kontraktilitas jantung.
Rujuk ke program rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian
jantung. miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan
sampai dengan iskemia.

Dx 9: Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam terdapat penngkatan dalam pemenuhan nutrisi.
Intervensi Rasional
Jelaskan tentang manfaat Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti
makan bila dikaitkan dengan aturan.
kondisi klien saat ini.
Anjurkan agar klien memakan Untuk menghindari makanan yang justru dapat
makanan yang disediakan di mengganggu proses penyembuhan klien.

152
rumah sakit.
Berikan makanan dalam Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual,
keadaan hangat dan porsi mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban
kecil. kerja jantung.
Libatkan keluarga dalam Klien kadang kala mempunyai selera makan yang sudah
penuhan nutrisi tambahan terbiasa sejak di rumah, dengan bantuan keluarga dalam
yang tidak bertentangan penuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola
dengan penyakitnya. diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Lakukan dan anjurkan Higiene oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan
perawatan mulut sebelum dan klien.
sesudah makan serta sebelum
dan sesudah intervensi
pemeriksaan per oral.
Beri motivasi dan dukungan Meningkatkan secara psikologis.
psikologis.
Kolaborasi: Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien.
Dengan ahli nutrisi tentang
pemenuhan diet klien.
Pemberian multivitamin. Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan
asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan.

Dx 10: Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesak
napas.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam keluhan gangguan pemenuhan tidur berkurang.
Intervensi Rasional
Catat pola istirahat dan tidur Variasi penampilan dan perilaku klien dalam pemenuhan
klien siang dan malam hari. istirahat serta tidur sebagai temuan pengkajian.
Atur posisi fisiologis, seperti Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 dan rasa
semi fowler. nyaman.
Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pejadi
dengan nasal kanula atau pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
masker sesuai dengan ketidaknyamanan dan terjadi iskemia.
indikasi.
Manajemen lingkunagan: Lingkungan yang tenang, klien akan menurunkan stimulasi
lingkungan tenang dan batasi nyeri eksternal dan batasan pengunjung akan membantu
pengunjung. klien dalam melakukan istirahat psikologis.

153
Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
sebelum tidur. persepsi nyeri dan efektif pada klien yang sudah
mengalami penurunan tingkat sesak.
Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada klien yang insomnia berupa
sentuhan. sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan stimulus eksternal, massage ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis
membantu proses oksigen.
Kolaborasi pemberian obat Meningkatkan istirahat/relaksasi dan membantu klien
sedative. dalam memenuhi kebutuhan tidur.

Dx 11: Aktual/ resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pusing dan kelemahan.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi cedera pada klien.
Intervensi Rasional
Catat pola istirahat dan tidur Variasi penampilan dan perilaku klien dalam pemenuhan
klien siang dan malam hari. istirahat dan sebagai temuan pengkajian.

Pantau adanya pengaman Tempat tidur dengan adanya pengaman/pagar tempat


pada tempat tidur klien. tidur dapat mencegah klien jatuh pada saat gelisah dan
mengalami kelemahan.
Atur posisi fisiologis, seperti Posisi fisiologis asupan akan meningkatkan O2 dan rasa
semi fowler. nyaman.
Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan tenang dan batasi eksternal dan batasan pengunjung akan membantu klien
pengunjung. dalam melakukan istirahat psikologis.

Dx 12: Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.


Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam kesemasan klien berkurang terhadap tindakan dan wajah
rileks.
Intervensi Rasional
Bantu klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan dampak serangan jantung
perasaan marah, kehilangan, selanjutnya.
dan takut.
Kaji tanda verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,
nonverbal kecemasan, marah dan gelisah.
dampingi klien dan lakukan

154
tindakan bila menunjukkan
perilaku merusak.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
(menentang klien). kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
untuk mengurangi kecemasan,
beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat.
Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran
untuk mengungkapkan yang tidak diekspresikan.
ansietasnya.
Berikan privasi untuk klien dan Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk
orang terdekat. melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca)
akan menurunkan perasaan terisolasi.
Kolaborasi: Berikan anti cemas Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
sesuai indikasi, contohnya
diazepam.

Dx 13: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognisis penyakit gambaran
diri yang salah dan perubahan peran.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu mengembangkan koping yang positif.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
persepsi dan hubungan perawatan atau pemilihan intervensi.
dengan derajat
ketidakmampuan.
Identifikasi arti kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan
disfungsi pada klien. fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan Medis menurut Muttaqin (2009) adalah sebagai berikut:
1. Pemberian oksigen

155
Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
2. Terapi nitrat dan vasodilator
Terapi nitrat untuk memperbaiki prognosis gagal jantung. Terapi vasodilator
parenteral (nitrogliserin parenteral ) memerlukan pemantauan hemodinamik yang
akurat dari tekanan irisan arteri dan pulmonal serta penggunaan pompa infus untuk
menitrasi dengan cermat dosis yang diberikan.
3. Diuretik
Diuretic memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam
natrium. Menyebabkan cairan dan merendahkan tekanan darah. Diuretic yang
meningkatkan eksresi kalium digolongkan sebagai diuretic yang tidak menahan
kalium dan diuretic yang menahan kalium disebut diuretic hemat kalium.
4. Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Pada kegagalan
jantung, digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi serta peningkatan efisiensi jantung.
5. Intropik positif: dopamine dan dobutamin (dobutrex)
Dopamine bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi. Dobutamin (dobutex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja
beta 1 adrenergik. Efek beta 1 termasuk meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium dan meningkatkan denyut. Dobutamin merupakan indikasi pada keadaan
syok apabila ingin didapatkan perbaikan curah jantung dan kemampuan kerja jantung
secara menyelurh.
6. Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan
dapat diberikan. Dosis Phenobarbital 15-30 mg 4 kali sehari dengan tujuan
mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.

Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Menganjurkan untuk merubah gaya hidup.
Rasional: Pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada penderita dengan
kegemukan.
2. Memberikan pengetahuan pentingnya berolahraga.
Rasional: Mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel
serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas insulin.
3. Membatasi asupan natrium.

156
Rasional: Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau
mengurangi edema, seperti pada hipertensi atau gagal jantung.
4. Menganjurkan diet
Rasional: Agar kerja dan keteganggan otot jantung minimal, dan status nutrisi
terpelihara, sesuai dengan selera dan pola makan klien. Klien yang dibatasi diet
natriumnya juga hartus diingatkan untuk tidak meminum obat-obat tanpa resep seperti
antasida, sirup obat batuk, pencahar, penenang, atau pengganti garam
5. Memberikan dukungan psikologis.
Rasional: Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan merupakan gambaran utama
pada edema paru. Asuhan keperawatan harus disusun untuk memperbanyak
kehadiran perawat disisi tempat tidur klien. Klien harus sering diberi informasi yang
mudah dan ringkas mengenai apa yang telah dilakukan untuk merawat penyakitnya
dan bagaimana ia harus berespons.

Kata-kata Sulit:
1. Ateroskleresis koroner: Istilah umum untuk beberapa penyakit dimana dinding arteri
menjadi lebih tebal dan kurang lentur.
2. Hipertensi sistemik atau pulmonal: Peningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
3. Asidosis: Suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang
disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa
mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa.
4. Preload: Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
5. Afterload: Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
6. Kongesti paru: Vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan, yang
tidak dapat diakomodasi oleh jantung kiri.
7. Kontraktilitas: Kemampuan otot-otot jantung untuk mengembang dan menguncup.
8. Ortopnea: Ketidakmampuan berbaring datar karena dispnu, adalah keluhan umum lain
dari dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan kongesti vascular pulmonal.
9. Dispnea: Perasaan sulit bernafas dandan biasanya merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonal.
10. Pitting edema: Edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan
dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak
4,5 kg.

157
Pertanyaan:
1. Mengapa klien dengan CHF mengeluh sesak napas?
2. Mengapa klien dengan CHF sering buang air kecil dan susah tidur di malam hari?
3. Mengapa edema dan penambahan berat badan dialami klien CHF?

158
F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
Terapi farmakologis untuk klien CHF pada umumnya bertujuan untuk mengatasi
disfungsi sistolik (Muttaqin, 2009). Gangguan sistolik pada ventrikel kiri hampir selalu
disertai adanya aktivitas sistem neuroendokrin. Berikut ini ada beberapa terapi
farmakologi yang dapat diberikan untuk klien dengan CHF:
1. Inhibitor ACE.
Bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bekerja di ginjaldenganmenahanekskresicairan (Na+ dan H2O) yang
dapat meningkatkan tahanan periferdan berefek pada peningkatan tekanan darah.
Denganadanya ACE inhibitor makatidakakanterbentuk angiotensin II,
mengurangiretensicairan, terjadivasodilatasidanmengurangikerjajantung.
Beberapajenisdari ACE inhibitor adalahenalaprillisinopril, benazepril, quinapril,
fisinopril, ramiprildan yang banyakdigunakanadalah Captopril.
2. Diuretik
Bertujuanuntukmengatasiretensicairansehinggamengurangibeban volume
sirkulasi yang menghambatkerjajantung.
Padapemberiandiuretikharusdiawasikadarkaliumdarahkarenahipokalsemiamudahterj
adikarenagangguaniramajantung. Diuretikharusdiberikandalamjumlah yang
besaruntukmenghilangkan edema parudanatauperifer.
Efeksampingutamaadalahhipokalemia. Ada beberapamacamduretik yang
dapatdigunakan, sepertispironolakton, lasix, bumetanide, hydrochlorothiazide, dan
yang paling seringdigunakanadalahfurosemid (lasix).
3. AntagonisReseptor Angiotensin II.
Bekerjadenganmenghambatantagonismelangsungterhadapreseptornya.
Masukantagonis A.II yang spesifikadalah losartan, valsatran, kandesartan,
danirbesartan, sifatnyamiripdengan inhibitor ACE. Perbedaannyadengan inhibitor
ACE adalahobatgolonganinitidakmenghambatpemecahanbradikinindankinin-
kininlainya, sehinggatidakmenimbulkanbatukkering.
4. Beta bloker
Diberikanhanyapadapasien yang stabil,
dengandosisrendahdansertadinaikkansecarabertahap.
Berfungsiuntukmenurunkankegagalanpompasertakematianmendadakakibataritmia.
Yang termasuk beta blokeradalahbisoprolol, metoprolol, dankarvedilol.
5. Kombinasihidralazindenganissorbiddinitrat ( 37,5 mg/tablet dan 20 mg/tablet)

159
Obatinidiindikasikanuntukuntukpasien yang intolerandengan inhibitor ACE
Keadekuatanjantunguntukmemompakandarahkeseluruhtubuhsangatpentinguntukkela
ngsunganhidupindividu.
Ketikaterjadisuatumasalahpadajantungmakaseluruhfungsitubuhpunakanikutterkenaim
basnya. Suplaioksigendannutrisikeseluruhjaringantubuhakanikutterganggu yang
tentunyaakanmengganggu proses metabolismesel-seltubuh.

Non farmakologis
a. CHF Kronik
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
Diet pembatasan natrium
Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
Olahraga secara teratur
b. CHF Akut
Oksigenasi (ventilasi mekanik)
Pembatasan cairan

G. Health Education
Pasien dengan penyakit gagal jantung dapat belajar untuk mengatur aktivitas
sesuai respons individual. Tujuan: memperlambat perkembangan penyakit dan
perkembangan gagal jantung.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), perawat harus memberikan pengetahuan kepada
pasien agar mempelajari hal-hal berikut untuk mencapai tujuan:
1. Hidup dengan reserve jantung yang terbatas
a. Beristirahat harus cukup
i. Beristirahat secara teratur setiap hari.
ii. Memperpendek waktu kerja bila memungkinkan.
iii.Menghindari kemarahan emosional.
b. Menerima kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan natrium
mungkin harus dialami seumur hidup.
i. Minum digitalis dengan dosis sesuai dengan yang diresepkan.
Menghindari mengganti merek dagang dengan merek lain selain yang
diresepkan.

160
Memeriksa denyut nadi sendiri setiap hari.
Melakukan system penghitungan sisa tablet untuk menyakinkan bahwa
obat telah diminum.
ii. Minum diuretic sesuai resep.
Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama untuk
mendeteksi setiap kecenderungan penimbunan cairan.
Melaporkan peningkatan berat badan lebih 0,9-1,4 kg dalam beberapa
hari.
Mengetahui tanda dan gejala kehilangan kalium, bila meminum kalium
peroral, selalu menghitung sisa tablet sesuai jumlah obat diuretic.
iii. Minum vasodilator sesuai resep.
Belajar mengukur tekanan darah sendiri dengan interval yang dianjurkan.
Mengetahui tanda dan gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana
mencegahnya.
2. Membatasi natrium sesuai petunjuk.
a. Membaca dengan teliti rencana diit yang tertulis dan daftar makanan yang
dilarang dan yang tidak diperbolehkan.
b. Periksalah label untuk mengetahui kandungan natrium (antasida, pencahar,
obat batuk dan sebangsanya).
c. Menghindari penggunaan garam.
d. Menghindari makan dan minum yang berlebihan.
3. Memeriksa kembali program aktivitas.
a. Meningkatkan jalan-jalan dan aktivitas lain secara bertahap, agar tidak
menyebabkan kelelahan dan dispnea.
b. Secara umum, tetap menjalankan berbagai tingkat aktivitas yang bisa
dipertahankan, tanpa menimbulkan gejala.
c. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan, yang akan meningkatkan
kerja jantung. Air conditioning sangat penting pada iklim panas dan lembab.
d. Mematuhi kunjungan berkala ke dokter atau klinik.
4. Siaga terhadap gejala yang menunjukkan kekambuhan gagal yang menunjukkan
kekambuhan gagal jantung.
a. Mengingat gejala yang dialami ketika mulai sakit.
Timbulnya kembali gejala yang dulu menunjukkan adanya kekambuhan.
b. Melaporkan dengan segera kepada dokter atau klinik semua yang dibawah :
i. Peningkatan berat badan
ii.Kehilangan selera makan

161
iii.Napas pendek setelah beraktivitas
iv.Bengkak ditumit, kaki atau perut
v. Buang air kecil yang sering dimalam hari.

H. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini, diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan CHF dengan benar dan tepat.

162
DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawk. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcome.
St. Louis: Elseveir-Saunder
Delima. (2009). Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia (Analisis
Lanjut Data Riskesdas 2007). Diperoleh tanggal 22 September 2012 dari
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id-jkpkbppk-gdl-res-2009-delima-
3176&q=penyakit+jantung+di+Indonesia.
Dhana (2010). Pfizer untuk Mengobati Gagal Jantung. Diperoleh tanggal 22 September
2012 dari http://news.isdaryanto.com/2010/11/pfizer-mengobati-gagal-jantung-html.
Dharma, S. (2007). Jantung pulih, kualitas hidup meningkat. Diperoleh tanggal 21
September 2012 dari http://www.litbang.depkes.go.id/aktual
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Muttaqin, Arief. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardivaskular. Jakarta: Salemba Medika
Weller, B.F. (2005). Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO). (2004). SF Kuisioner. Diperoleh tanggal 22 September
2012 dari Translate.google.com=http://www.f-36org/demos/sf-8.html.

163
Lampiran 2 Satuan Acara Ronde (SAR)
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA
PASIEN Ny. M DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
PADA DIAGNOSA MEDIS CONGESTIF HEART FAILURE, CHRONIC KIDNEY DISEASE,
DAN DIABETES MELLITUS
(DI RUANG KEMUNING RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU)

Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan


Kelebihan Volume Cairan pada Diagnosis CHF, CKD dan DM.
Sasaran : Pasien Ny. M/60 tahun
Hari/tanggal : Kamis, 30Juli2016
Waktu : 60 Menit (Pukul 09.30. 10.30 WIB).

1. Tujuan Ronde Keperawatan


1.1 Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu kelebihan volume cairan.
1.2 Tujuan Khusus :
a. Menjustifikasi masalah kelebihan volume cairan yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan ketua tim dan tim kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
2. Sasaran
Pasien Ny. M umur 60 tahun yang dirawat dikelas III wanita Ruang Kemuning
3. Materi
a. Teori asuhan keperawatan pasien dengan CHF, CKD dan DM
b. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan CHF, CKD dan DM serta
intervensi pada pasien dengan CHF, CKD dan DM dengan masalah keperawatan
kelebihan volume cairan.
4. Metode
Diskusi
5. Media
- Dokumentasi/status pasien
- Sarana diskusi : kertas, bulpen
- Materi yang disampaikan secara lisan.

164
6. Kegiatan Ronde Keperawatan

PELAKSAN KEGIATAN
WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT
A PASIEN

Pra Ronde : Penanggung Ruang


1. Menentukan kasus Jawab : Kemuning
dan topik Reky
2. Menentukan tim Sulistiono
ronde keperawatan
1 hari
Pra 3. Menentukan
sebelum
Ronde literature
Ronde
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent.
Pembukaan : Kepala Nurse
1. Salam Pembuka Ruangan Station
2. Memperkenalkan tim
ronde
5 menit Ronde 3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara sepintas
Penyajian masalah : Ketua Tim 1 Mendengark Ruang
1. Memberi salam dan an perawat Kelas III
memperkenalkan dan Wanita
pasien dan keluarga menjawab Kemuning
kepada tim ronde salam
30 menit 2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah

165
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan

Validasi data : Karu, Katim 1 Ruang


4. Mencocokkan dan 2, Memberikan Kelas III
dan menjelaskan Perawat, respon dan Wanita
kembali data yang Konselor menjawab Kemuning
telah disampaikan pertanyaan
5. Diskusi antar anggota
tim dan pasien
tentang masalah
keperawatan tersebut
6. Pemberian justifikasi
oleh ketua tim atau
konselor atau kepala
ruangan tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan
yang akan dilakukan
7. Menentukan tindakan Karu, Katim
keperawatan pada 1, Perawat,
masalah prioritas Konselor
yang telah ditetapkan
1. Melanjutkan diskusi Karu, - Nurse
dan masukan dari Supervisor, Station
tim. Perawat
2. Menyimpulkan untuk konselor,
Pasca
10 menit menentukan tindakan pembimbing
Ronde
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah ditetapkan.
3. Merekomendasikan

166
intervensi
keperawatan.
4. Penutup

7. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
- Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu
- Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
- Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
- Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
- Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
c. Hasil
- Pasien puas dengan hasil kegiatan.
- Masalah pasien dapat teratasi.
- Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
b. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

8. Pengorganisasian
a) Kepala ruangan : Putri Rohmad Utomo
b) Ketua Tim`1 : Resti Riandani
c) Perawat Pelaksana : 1. Vina Sitta Alfinia
2. Jayanti Indrayani
d) Ketua Tim 2 : Reky Sulistiono
e) Perawat Pelaksana : 1. Trirezika Dianingrum
2. Wenny Trinanintyas
3. Annastasia Diah Anggraini

167
f) Konselor : Utari Ika, Amd. Kep. Anita Arimbi, Amd.Kep. dr. Dyah
Retno Sp.PD,. Ermida Amd, Gz.
Pembimbing :Winarno, Amd. Kep. Nanin Dwi Vinta, Amd. Kep.
g) Supervisor : Ns. Mahfud Surya Adi P., S. Kep.

Batu, 29 Juni 2016


Kepala Ruangan Perawat Penanggung jawab

Ns. Mahfud Surya Adi P., S. Kep. Reky Sulistiono


NIP. NIM. 125070218113055

168
Lampiran 3 Pengkajian, Analisa Data. Implementasi, Catatan Perkembangan, dan
Notulensi Kasus Ronde Keperawatan
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Kelompok 15 Profesi Ners Tempat Praktik : R.Kemuning/RSKH


NIM : - Tgl. Praktik : 27-06-2016

A. Identitas Klien
Nama : Ny. M ............................... No. RM : 91xxx ..............................
Usia : 60 tahun Tgl. Masuk : 27 Juni 2016 ...................
Jenis kelamin : Perempuan ...................... Tgl. Pengkajian : 27 Juni 2016 ...................
Alamat : Jl. Rahayu, Banaran ........ Sumber informasi : Pasien & Anak ................
No. telepon : 085 101 706 xxx............... Nama klg. dekat yg bisa dihubungi :
Ny. N
Status pernikahan : Sudah menikah ................
Agama : Islam ................................ Status : Anak ...............................
Suku : Jawa ................................ Alamat : Jl. Rahayu,
Banaran
Pendidikan : - ...................................... No. telepon : 085 101 706
xxx
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga .......... Pendidikan : S1 ...................................
Lama berkerja : - ....................................... Pekerjaan : Guru SMA .......................

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama : Pasien mengeluh muncul bengkak pada kaki dan tangan
sebelah kiri
2. Lama keluhan : 1 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : Bengkak pada kaki terasa berat dan sakit ketika digerakkan
4. Faktor pencetus : Mendadak muncul
5. Faktor pemberat : Riwayat DM dan Hipertensi
6. Upaya yg. telah dilakukan : Minum obat antihipertensi dan bengkak diberikan minyak
tawon

169
7. Keluhan saat Pengkajian : pasien mengeluh nyeri abdomen bagian bawah dan
bengkak pada kaki, dan pusing

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pada tanggal 27 Juni 2016 pasien dating untuk control ke poli penyakit dalam debgan
keluhan bengkak di seluruh tubuh. Saat di poli penyakit dalam, pasien telah dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil kolestrol 212 mg/Dl, Gula darah sewaktu
316,4 mg/Dl, Urea 118,6 mg/Dl, CRE ERBA 409 mg/dL. Kemudian pasien disarankan
MRS di Ruang Kemuning pada tanggal 27 Juni 2016. Saat ini pasien terpasang infus
NaCl 0,9% setelah dilakukan perawatan selama 2 hari pasien mengeluh kedua kaki dan
tangan kiri bengkak. Riwayat penyakit dahulu klien mempunyai riwayat penyakit DM
sudah 16 tahun, hipertensi selama 5 tahun. Pasien juga mempunyai riwayat sesak nafas.

Diagnosa medis :
a. Diabetes Mellitus ........................................................ Tanggal 27 Juni 2016
b. CHF (Congestive Heart Failure) ................................. Tanggal 27 Juni 2016
c. CKD (Chronic Kidney Disease)................................... Tanggal 27 Juni 2016

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah
c. Penyakit:
Kronis : DM (16 tahun) & Hipertensi (5 tahun)
Akut : Tidak ada
d. Terakhir masuki RS : 12 Juni 2016
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi
Tindakan
Antibiotik (Levofloxacin) Bintik-bintik pada kulit Tidak ada
3. Imunisasi:
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT (V) Tidak Tahu

170
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah
Kopi Setiap hari 2 Gelas > 10 Tahun
Alkohol Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah

5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
Obat Hipertensi (Captropil) 4 Bulan 3x/Hari
Insulin Pen (Levemir dan Lontus) 16 tahun 3x/hari dengan dosis 4 unit

E. Riwayat Keluarga
Tidak terdapat riwayat penyakit yang spesifik pada keluarga

GENOGRAM
(minimal 3 generasi, riwayat penyakit keluarga, tandai pasien dengan tanda panah)

Usia 60 th dg penyakit DM,


CHF dan CKD

F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Disapu tiap 2x Disapu tiap 2x
Bahaya kecelakaan Rumah dekat dg pinggir jalan Rumah dekat dg pinggir jalan
Polusi Rumah tdk dekat dg pabrik Banyak asap kendaraan
Ventilas Mempunyai jendela & pintu Jendela & pintu setiap pagi
yang setiap pagi dibuka dibuka
Pencahayaan Baik, terkena cahaya dari luar Baik

G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 2
Mandi 0 2

171
Berpakaian/berdandan 0 2
Toileting 0 2
Mobilitas di tempat tidur 0 2
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu >1 orang, 4 = tidak mampu

H. Pola Nutrisi Metabolik


Rumah Rumah Sakit
Jenis diit/makanan Nasi Bubur
Frekuensi/pola 3x/Hari 3x/Hari
Porsi yg dihabiskan Penuh Penuh
Komposisi menu Nasi, lauk, sayur Sesuai dengan
menu diet
Pantangan Pantangan garam Sesuai dengan
menu diet
Napsu makan Meningkat Meningkat
Fluktuasi BB 6 bln. terakhir Tidak terkaji Tidak terkaji
Jenis minuman Air putih Air putih
Frekuensi/pola minum Sering Sering
Gelas yg dihabiskan 5-6 gelas/hari 5-6 gelas/hari
Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada Tidak ada
Pemakaian gigi palsu (area) Tidak ada Tidak ada
Riw. masalah penyembuhan luka Tidak ada Tidak ada

I. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB:
- Frekuensi/pola Setiap hari 3x/hari
- Konsistensi Padat Padat
6) Warna & bau Kecoklatan & berbau Kecoklatan & berbau
7) Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
3) Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

172
BAK:
- Frekuensi/pola Sering Terbangun malam hari
- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau Kuning jernih Kuning jernih
- Kesulitan BAK Sedikit keluar BAK Sedikit keluar
- Upaya mengatasi Tidak ada Minum air putih

J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang : Lamanya
- Jam 13.00 s/d 13.30 Setengah jam Tidak
menentu
- Kenyamanan stlh. tidur Badan terasa segar Sering terbangun & tdk
nyaman nyaman
Tidur malam: Lamanya
- Jam 08.00 s/d 05.0 Sering terbangun di malam hari Tidak menentu
- Kenyamanan stlh. Tidur Terkadang badan terasa capek Terbangun karena BAK
- Kebiasaan sblm. tidur BAK BAK
- Kesulitan BAK sedikit keluar Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

K. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah Sakit
Mandi:Frekuensi 2x/hari 2x/hari
- Penggunaan sabun Menggunakan sabun Diseka dengan washlap
Keramas : Frekuensi 3x/minggu Belum keramas
- Penggunaan shampoo Menggunakan shampoo Belum keramas
Gososok gigi : Frekuensi 2x/hari Belum gosok gigi
- Penggunaan odol Kumur-kumur Belum gosok gigi
Ganti baju : Frekuensi 2x/hari Belum ganti baju
Memotong kuku: Frekuensi 1x/minggu Belum potong kuku
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya yg dilakukan Tidak ada Tidak ada

173
L. Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (V) dibantu orang lain, sebutkan : Anak
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll) : Dibiayai oleh anaknya
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah : Tidak terkaji
4. Harapan setelah menjalani perawatan : Segera sembuh
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit : Aktivitas terganggu

M. Konsep Diri
1. Gambaran diri :
2. Ideal diri :
3. Harga diri : Harga diri tinggi terlihat Ny.M
4. Peran : Sebagai ibu dan seorang nenek
5. Identitas diri :

N. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga : Nenek
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain,
sebutkan :
3. Kesulitan dalam keluarga : ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan pasangan
( ) Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
(V) Lain-lain sebutkan, Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS :
Pergantian jaga antar anak yang menjaga
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi : Saling berkomunikasi

O. Pola Komunikasi
6. Bicara : (V) Normal (V) Bahasa utama : Jawa
( ) Tidak jelas (V)Bahasa daerah : Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian :___
(V) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( )Afek :___________

7. Tempat tinggal: ( ) Sendiri


( ) Kos/asrama
( V ) Bersama orang lain, yaitu : Anak kedua

174
8. Kehidupan keluarga
o Adat istiadat yg dianut : Jawa
o Pantangan & agama yg dianut : Islam
o Penghasilan keluarga : ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 500.000 (V) Rp. 1.5 juta 2 juta
( ) Rp. 500.000 1 juta ( ) > 2 juta

P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : (V) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan :
( ) perhatian ( ) sentuhan (V) lain-lain, seperti : Tidak ada

Q. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi) :
Shalat 5 waktu & membaca Al-Quran
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS : Shalat & Puasa
Ramadhan
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya : Memfasilitasi untuk
melaksanakan ibadah

R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis (4 5 6)
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 140/80 mmHg - Suhu : 35,8oC
- Nadi : 84x/menit - RR : 20x/menit
Tinggi badan : 139cm Berat Badan : 39 kg
2. Kepala & Leher
a. Kepala :
Bentuk : Bulat
Massa :Tidak teraba massa
Distribusi rambut : Tidak terkaji (pasien memakai jilbab)
Warna kulit kepala : Tidak terkaji (pasien memakai jilbab)
Keluhan : pusing/ sakit kepala/ migraine/ lainnya
b. Mata :
Bentuk : Simetris

175
Konjungtiva : Anemis
Pupil : (V) reaksi terhadap cahaya ( ) isokor ( ) miosis ( ) pin point ( )
midriasis
Tanda radang : Tidak ada
Fungsi penglihatan : (V) baik ( ) kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) ya (V) tidak
c. Hidung :
Bentuk : Simetris
Warna : Sawo matang
Pembengkakan :Tidak ada pembengkakan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Pendarahan : Tidak ada pendarahan
Sinus : Tidak ada sinus di hidung
d. Mulut & tenggorokan :
Warna bibir : Pucat
Mukosa : Lembab
Ulkus : Tidak ada ulkus
Lesi : Tidak ada lesi
Massa : Tidak teraba massa
Warna lidah : Merah pink
Perdarahan gusi : Tidak ada perdarahan gusi
Karies : Tidak ada karies gigi di gigi belakang
Gangguan bicara : Tidak ada ganguan bicara
e. Telinga :
Bentuk : Simetris
Warna : Sawo matang
Lesi : Tidak ada lesi
Massa : Tidak ada massa
Nyeri : Tidak ada nyeri
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
f. Leher :
Kekakuan : Tidak ada
Benjolan / massa : Tidak ada benjolan/massa
Vena junggulris : Tidak ada massa di vena jugularis
Nyeri : Tidak ada nyeri

176
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Keterbatasan gerak : Tidak ada keterbatasan gerak
Keluhan lain : Tidak ada

3. Thorak & Dada :


Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordi normal
- Palpasi : Batas batas jantung ICS 4 dan batas bawah jantung ICS 5 (apex)
- Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi : S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi tambahan

Paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris
- Palpasi : Normal pergerakan tanggal antara sinistra dan dextra sama (taktil
femitus)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi :
Wheezing - -
- -
- -

Ronchi
- -
- -
- -

4. Payudara & Ketiak


Benjolan / massa :Tidak teraba massa
Bengkak : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Kesimetrisan : Simetris

5. Punggung & Tulang Belakang


Tidak ada lesi atau luka pada punggung.

6. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak terlihat pembesaran perut dan asites

177
Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen bagian bawah (suprapubik)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Suara bising usung : 18x/menit

7. Genetalia & Anus


Inspeksi : Tidak nampak keputihan dan kemerahan di daerah genetalia
Palpasi : Tidak ada massa di daerah genetalia dan anus

8. Ekstermitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/ nyeri tekan,
pergerakan)
Atas : Edema pada tangan kiri, tremor pada tangan kanan dan kiri, mati rasa,
edema pitting (+) tangan kiri
Bawah : Edema pada kedua kaki, kaki terasa berat, edema pitting (+)
9. Sistem Neorologi (SSP : I XII, reflek, motorik,sensorik)
Tidak terkaji
10. Kulit & Kuku
Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan, parut, suhu, tekstur, diaphoresis)
- Turgor tidak elastis
- Lesi tidak ada
Kuku : (warna. Lesi, bentuk, pengisian, kapiler)
CRT <3s, lesi tidak ada

S. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)

1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

GD Sewaktu 3,164 mg/dL (Meningkat) N : 0,0-200,0 mg/dL

Urea 118,6 mg/dL (Meningkat) N : 20,0-40,0 mg/dL

Cholesterol 212 mg/dL (Meningkat) N : 0-200 mg/dL

CRE ERBA 4,09 mg/dL (Meningkat) N : 0,00-1,30 mg/dL

178
2. Hasil Pemeriksaan EKG

Hasil : Sinus Rythm

T. Terapi ( medis, Rehabmedik, nutrisi)


- IVFD NaCl 12tpm
- Injeksi Ranitidin
- Injeksi Furosemid 40-20-0
- Captopril 3x12,5 mg
- P.O : Amilodiplin 1x10 mg

U. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Klien dapat menerima kondisinya saat ini

V. Kesimpulan
Ny. M terdiagnosa penyakit DM, CHF, dan CKD. Klien MRS di ruang Kemuning dengan
keluhan bengkak di kaki dan tangan sebelah kiri. Selama MRS pasien mendapat terapi
inj. Ranitidin, inj Furosemid 40-20-0, Captopril 3x12,5 mg, P.O : Amilodiplin 1x10 mg

179
W. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang :________________________________________________________
Transportasi pulang :___________________________________________________
Dukungan keluarga :____________________________________________________
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang :___________________________________
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang :____________________________
Pengobatan :
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Rawat jalan ke :
____________________________________________________________________
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
Keterangan lain :
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________

180
Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Riwayat DM dan hipertensi Kelebihan Volume Cairan,
1. Pasien mengatakan berhubungan dengan
mempunyai riwayat DM Gangguan sirkulasi regulasi
dan Hipertensi peredaran darah ke jantung

Tidak dapat mengakomodasi


DO : semua darah yang secara
1. Edema ekstermitas atas normal kembali dari sirkulasi
dan bawah vena
2. TD : 140/80 mmHg
Beban jantung naik

Volume intersitial naik

Retensi cairan pada


ekstremitas atas dan bawah

Pitting edema (+)

Kelebihan volume cairan


DO : Pasien memiliki riwayat Nyeri Akut, berhubungan
1. Pasien dengan diagnosa diabetes + hipertensi dan dengan agen injuri
medis CHF memiliki CHF
2. TD : 140/80 mmHg
DS : Jantung ventrikel kanan tidak
1. Pasien mengeluh nyeri dapat mengosongkan
pada abdomen dan volume darah adekuat
mengeluh pusing
2. Pasien mempunyai Tekanan darah meningkat
riwayat hipertensi dan Pusing
diabetes
Nyeri akut

181
DS : Jarang berolahraga, sering Resiko Ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan mengkonsumsi kopi manis Kadar Glukosa Darah
kurangnya aktivitas
harian Rusaknya pancreas yang
2. Pasien mengatakan menyebabkan sekresi insulin
mengkonsumsi menurun
minuman manis hingga
4 bulan terakhir tetapi Defisiensi insulin
mempunyai riwayat DM
16th Penurunan jumlah glukosa
DO : yang ditransport menuju sel
- Pemantauan glukosa
darah tidak adekuat Glukosa dalam darah tidak
dimetabolisme secara
Data Penunjang : maksimal
- GD sewaktu 316,4
mg/dL Peningkatan jumlah glukosa
dalam darah

Hiperglikemia(316,4mg/dL)

Resiko ketidakseimbangan
gula darah

Prioritas Diagnosa
Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan
1. Kelebihan Volume Cairan 27 Juni 2016
2. Nyeri akut 27 Juni 2016
3. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 27 Juni 2016

Rencana Asuhan Keperawatan


Dx Keperawatan Kelebihan Volume Cairan
Tujuan Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, kelebihan volume
cairan berkurang

182
Indikator NOC: Fluid Balance

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Edema perifer
2 Tekanan Darah
3 Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam
4 Kestabilan berat badan

Keterangan :
1 : Sangat parah
2 : Parah
3 : Cukup parah
4 : Sedikit parah
5 : Tidak parah
Intervensi NIC : Fluid Management & Fluid Monitoring
1. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam dan gejala komplikasi dari
kelebihan cairan
2. Kaji lokasi dan luas edema
3. Monitor tanda-tanda eddema pada ekstremitas
4. Monitor berat badan pasien setiap minggu
5. Monitor intake dan output cairan setiap 4 jam
6. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari jantung dengan waktu sekitar 5
menit
7. Jelaskan tentang masalah kesehatan / tindakan pada pasien dan
keluarga
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet rendah garam
9. Kolaborasi dengan dokter tentang :
a. Obat (diuretik)
b. Pemeriksaan penunjang

183
Rasional 1. Untuk melihat perkembangan kondisi pasien dan meminimalkan
terjadinya komplikasi yang berlanjut
2. Untuk mengetahui lokasi dan perluasan edema pada pasien
3. Untuk melihat adanya bengkak pada ekstremitas yang lain
4. Perubahan tiba-tiba dari dari berat badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan
5. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium /air dan penurunan keluaran urine
6. Untuk mengurangi edema dan membantu resusitasi jantung
sehingga suplai darah ke organ-organ penting mengalir secara
sempurna
7. Untuk memberikan pasien dan keluarga terkait penyakit yang
dialami pasien
8. Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung
dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
9.
a. Untuk Mengontrol edema dimana menghambat efek aldosteron
meningkatkan mengekskresi air dan menghemat kalium dan
digunakan jika natrium tidak seimbang
b. Untuk mengetahui keabnormalan elektolit dan cairan tubuh
Implementasi 1. Mengobservasi tanda-tanda vital pada jam 08.00 dan dilanjutkan
pada jam 12.00 setiap 4 jam sekali
2. Melakukan pengkajian lokasi edema dan terdapat pada kaki bagian
kanan dan kiri terdapat pitting edema dan luas edema kurang lebih
2 cm
3. Melakukan monitor pada edema tiap hari didapatkan pada hari rabu
edema lebih besar dibandingkan dengan hari kamis edema mulai
berkurang
4. Melakukan penimbangan BB pada awal pasien masuk dan untuk
selanjutnya
5. Melakukan pemantauan pada pasien berapa kali minum air putih
dan buang air ke kamar mandi berapa kali dalam kurun waktu jam
07.00 11.00, 12.00 16.00, 17.00 21.00, selanjutnya jam 22.00-
02.00
6. Menganjurkan dan mengajari pasien untuk mengangkat kaki selama

184
kurang lebih 5 menit pada jam 08.00, 10.00 dan 12.00 setiap 2 jam
sekali
7. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
mendasari tanda dan gejala serta tindakan yang harus dilakukan
baik dari tenaga medis maupun yang dilakukan keluarga dan pasien
8. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi pada ruang kemuning untuk
diet rendah garam serta mendiskusikan tentang penyakit yang
mendesak untuk dipertimbangkan lagi dietnya
9. Melakukan kolaborasi dengan tenaga medis untuk terapi selanjutnya
a. Terapi untuk penyakit dasar DM
b. Terapi untuk menurunkan bengkak (Antidiuretik dengan jenis
Furosemid)
c. Melakukan pemeriksaan penunjang seperti EKG, GD I dan GD
II, DL serial (Kolesterol, urea, CRE ERBA)

Dx Keperawatan Nyeri Akut


Tujuan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada
keluhan dan nyeri dapat berkurang
Indikator NOC : Pain Control
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Mengenali awal terjadinya
nyeri
2. Menggunakan teknik non
analgesik
3. Menggunakan analgesik
4. Melaporkan perubahan pada
gejala nyeri yang timbul
5. Melaporka nyeri terkontrol
Keterangan :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang-kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Intervensi NIC : Pain Management

185
1. Kaji tanda-tanda nyeri meliputi: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
2. Menjelaskan tentang nyeri (penyebab, akibat dan cara untuk
mengurangi nyeri) pada pasien dan keluarga
3. Amati respon non verbal
4. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman dan hindarkan stressor
nyeri
5. Ajarkan teknik untuk menurunkan nyeri:
- Dengan kompres hangat
- Teknik distraksi
- Massage/pemijatan
6. Kolaborasi dengan tim medik untuk penggunaan obat analgesik
Rasional 1. Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari terapi
yang diberikan
2. Membantu pasien dan keluarga mengetahui dan memahami tentang
nyeri
3. Membantu dalam mengidentifikasi nyeri melalui ekspresi
4. Meningkatkan kenyamanan pasien
5. Untuk mengurangi keluhan nyeri pasien
6. Untuk menurunkan keluhan nyeri yang dialami oleh pasien
Implementasi 1. Mengkaji tanda-tanda nyeri meliputi : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
2. Menjelaskan tentang nyeri (penyebab, akibat dan cara untuk
mengurangi nyeri) pada pasien dan keluarga
3. Mengamati respon non verbal
4. Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman dan hindarkan
stressor nyeri
5. Mengajarkan teknik untuk menurunkan nyeri:
- Dengan kompres hangat
- Teknik distraksi
- Massage/pemijatan
6. Berkolaborasi dengan tim medik untuk penggunaan obat analgesik

Dx Keperawatan Resiko ketidakseimbangan gula darahg


Tujuan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien =
1. Hasil lab menunjukkan penurunan kadar gula darah klien dalam

186
batas normal
2. Klien patuh terhadap diet yang direncanakan
Indikator NOC : Blood Glucose Level
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Glukosa Darah
NOC : Diabetes Self Management
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Menggunakan insulin sesuai
prosedur yang benar
2. Monitor tanda dan gejala komplikasi

3. Menggunakan catatan u tuk


memonitor kadar gula darah setiap
waktu
Keterangan Skala NOC
Skala Keterangan
1 Kadar glukosa yang sangat menyimpang dari batas
normal
2 Keluar dari batas normal
3 Penyimpangan kadar glukosa darah sedang
4 Penyimpangan kadar glukosa darah r ngan
5 Tidak terjadi penyimpangan kadar glukosa darah
(normal)
Intervensi NIC 1 : Hyperglycemic Management
1. Monitor kadar glukosa darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi ( polyuria, polidipsi, polifagia,
lemah, lateragi, malaise, penglihatan kabur, atau sakit kepala)
3. Berikan insulin sesuai resep
4. Berikan dan pertahankan cairan klien
5. Identifikasi penyebab hiperglikemi
6. Dorong pasien agar memonitor gula darah secara mandiri
7. Fasilitasi pasien untuk patuh pada diet yang ditetapkan dan
berolahraga.
NIC 2 : Nutrition Management

187
1. Monitor kandungan nutrisi dan kalori makanan klien
2. Menyarankan untuk menyediakan gula pengganti
3. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait jumlah dan jenis nutrisi yang tepat
bagi klien
Rasional NIC 1 : Hyperglycemic Management
1. Untuk mengetahui kondisi glukosa dalam darah apakah mengalami
peningkatan atau penurunan
2. Untuk meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat menangani
gejala tersebut
3. Insulin akan meningkat pada sel yang menyebabkan penurunan
gluconeogenesis
4. Untuk mencegah peningkatan lebih lanjut kadar glukosa darah dan
mengganti sodium pada ketoasidosis
5. Faktor yang banyak dapat muncul setiap saat dan memunculkan
penyakit
6. Agar pasien dapat mengontrol gula darah secara mandiri
7. Untuk menurunkan indeks glikemik dengan makanan tinggi serat
dan rendah lemak
NIC 2 : Nutrition Management
1. Menjaga agar pasien tidak kekurangan ataupun kelebihan kalori
yang dikonsumsi
2. Menurunkan resiko terjadinya peningkatan konsumsi gula berlebih
3. Untuk menentukan diet yang tepat, sehingga kebutuhan klien
tercukupi dan tidak berlebihan kalori.

188
Implementasi Hyperglycemic Management
1. Memonitor kadar glukosa darah dengan cara cek GD 1 dan GD 2.
Jarak antara GD1 dan GD 2 adalah 2 jam dalam sehari.
2. Memanatau kondisi pasien terkait dengan hipoglikemi dan
menanyakan pada pasien tentang keluhan yang dirasakan setiap 4
jam sekali(07.000, 11.00, 15.00 WIB). Jika terjadi hipoglikemia dan
mencari penyebabnya.
3. Menganjurkan pemakian insulin (pasien telah memilki insulin sendiri
dari poli penyakit dalam).
4. Menganjurkan passien dan memberitahu keluarga untuk minum air
putih agar hidrasi cukup.

Nutrition Management
1. Mematau makanan yang dikonsumsi pasien dan nafsu makan
(menanyakan ke pasien)
2. Menganjurkan pada pasiendan keluarga untuk mengkonsumsi susu
rendah gula untuk meghindari hipo/hierglikemi
3. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet DM yang
mendasari dan jenis jumlah makanan pada klien.

189
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA: Ny. MS NO.RM : 91XXX
JAM EVALUASI KONDISI PASIEN TTD
TANGGAL
27 Juni 2016 S : pasien berusia 60th perawatan hari pertama dengan dr.
Laporan Diah
malam Dx medis: DM, CKD, CHF
Dx Kep: Kelebihan volume cairan
B: riwayat DM 16 th, Ht 5 th,
A: keadaan umum lemah, kesdaran compos mentis, edema
ekstremitas atas dan bawah, pitting Edema, makan dan
minum setengah porsi, istirahat kurang.
TD: 180/60 mmHg
N: 100x/ menit
S: 35,6 C
RR: 20 x/ menit
R: lanjutkan intervensi
- IVFD Nacl 12 tpm
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Furosemid 40-20-0
- Per oral amilodiplin 1x 10 mg, captopril 3x12,4 mg

190
DISCHARGE PLANNING

Nama :Ny. Ms No. RM : 91xxx


Tanggal lahir : 60 tahun Pembiayaan : JKN
Agama : Islam Tanggal MRS : 27-06-2016
Alamat : Jl. Rahayu, Banaran Diagnosa MRS: DM,CKD,CHF
Pendidikan : - Tanggal KRS :
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Diagnosa KRS:
Tujuan pulang : Kondisi Paien Membaik
Transportasi pulang : Kendaraan Pribadi
Dukungan keluarga : Anak dan menantu
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : Asuransi JKN
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Aktivitas, pola makan
Pengobatan : Rawat Jalan
Rawat jalan ke : Poli Penyakit Dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Aktivitas, Pola Makan (Diit Hipertensi dan DM),
konsumsi obat teratur
Keterangan lain :
1. Edukasi cuci tangan dan pemakaian masker
2. Edukasi obat yang dibawa pulang
3. Edukasi untuk control ke poli
4. Edukasi untuk pola makan pasien

191
RESUME KEPERAWATAN

A. RINGKASAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. M No.MR : 91xxx
Tanggal lahir : 60 tahun R. Perawatan : Kemuning
Jenis kelamin : Perempuan Tgl MRS : 27-06-2016
Agama : Islam Tgl KRS : 01-07-2016
Pekerjaan : IRT Keadaan KRS : Membaik

B. RIWAYAT SINGKAT KEPERAWATAN


1. Masalah kesehatan pada awal / saat MRS :
Edema pada kaki sebelah kanan dan kiri

2. Tindakan keperawatan selama di rawat :


- IVFD NaCl 12 tpm, injeksi ranitidine , injeksi furosemide 40-20-0 , captopril 3x
12,5mg
P.O Amilodiplin 1x10mg,
- EKG, Pemeriksaan Lab Kimia Darah, Darah Lengkap, Kolesterol, Gula Darah, Urea,
CRE ERBA.
- Observasi intake dan output cairan, posisi klien semi fowler, menjelaskan tentang
penyakit yang dialami pasien dan kondisi pasien

3. Evaluasi / perkembangan pasien :


Kondisi pasien dari mrs sampai krs membaik, edema berkurang sampai tidak ada,
nyeri abdomen tidak ada

4. Masalah potensial setelah keluar dari Rumah Sakit :


Adanya kekambuhan ulang dari penyakit yang dialami oleh pasien

5. Nasehat / saran saat keluar dari Rumah Sakit :


- Aktivitas pasien selama di rumah : olahraga setiap hari

- Konsumsi obat secara teratur

- Kontrol ke poli penyakit dalam

192
NOTULENSI PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA
PASIEN Ny. M DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
PADA DIAGNOSA DM
(DI RUANG KEMUNING RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU)

Evaluasi : Perlu dilakukan pengkajian yang lebih rinci dan mendetail mengenai kondisi Ny.
M. Ketika dilakukan pengkajian sebelum ronde ditemukan pitting edema di tangan pasien,
tidak dicek gula darah dan tidak diberikan lantus oleh pihak rumah sakit. Pada saat
dilakukan pengkajian ronde keperawatan tidak ditemukan piting edema di tangan pasien,
pasien mengatakan sore hari setelah dilakukan pengkajian dilakukan pengcekan gula darah
sewaktu oleh perawat ruangan dan pasien membawa lantus dari rumah. Nyeri pada
abdomen analisa diagnosa keperawatan yang dirasakan pasien bukan berasal dari
penekanan paru melainkan dikarenakan tanda gejala dari penyakit maag yang dirasakan
oleh pasien yang ditandai dengan rasa sebah.
Rencana tindakan :
- Perlu dilakukan edukasi mengenai asupan nutrisi pasien supaya maagnya tidak
kambuh
- Membatasi aktivitas pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat
- Meninggi kaki pasien pada saat ditempat ditidur selama 5 menit supaya edema di kaki
berkurang

Disetujui oleh,
Kepala Ruang

(_________________________)
NIP.

193
Lampiran 4 Laporan Pre Conferen
PROPOSAL
PRE KONFERENSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Manajemen


Keperawatan Di Ruang Kemuning Dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

Oleh :
Kelompok 15 Kelas Kediri

Reky Sulistiono 126070218113055


Wenny Trisnaningtyas 126070218113027
Trirezika Dianingrum 126070218113026
Annastasia Diah Anggraini 126070218113009
Resti Riandani 126070218113010
Jayanti Indrayani 126070218113067
Putri Rohmad Utomo 126070218113063
Vina Sita Alfinia 126070218113042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

194
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pre conference adalah komunikasi antara karu/ manajer ruangan, katim (ketua tim)
dan perawat pelaksana setelah selesai operan/ timbang terima untuk rencana kegiatan pada
shift tersebut yang dipimpin oleh karu atau ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang
dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim
dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).Pre conference merupakan tahapan sebelum melakukan
konferensi yang akan dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang
akan dilakukan oleh setiap perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan
dalam pre konferensi para instruktur klinis harus sudah menyiapkan apa yang akan dibahas
dalam konferensi sehingga tidak banyak waktu yang terbuang.
Fase pre konferensi, esensinya adalah aktivitas kelompok kecil, yang didalamnya
terkandung unsur fasilitasi dari instruktur klinis. Kelompok kecil tersebut dalam
melaksanakan program pendidikan keperawatan harus benar-benar memperhatikan hal
yang akan dibahas pada fase pre konferensi. Pada saat instruktur klinis merencanakan fase
pre konferensi dengan kelompok kecil tentang suatu topik.

2. Tujuan

2.1 Tujuan Umum

1. Untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif


penyelesaian masalah,
2. Mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.2 Tujuan Khusus

2.2.1 Bagi Perawat

1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pada pasien


merencanakan asuhan dan merencakan evaluasi hasil

2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan

3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

195
2.2.2 Bagi Mahasiswa

1. Menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada setting klinik,

2. Menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik.

3. Menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik.

3. Syarat pelaksanaan Pre Conference :

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan

b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 20 menit

c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,


perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan

d. Terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

4. Metode

a. Prosedur pre konferensi

Dalam melakukan post konferensi secara sistematika berdasarkan standar


operasional prosedur yang telah ada masing-masing peran dalam satu struktur
organisasi manajemen ruangan memiliki tugas, diantaranya:
1. Kepala Ruang/Ketua Tim memberikan salam

2. Jelaskan tujuan konferens awal

3. Berikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana kegiatan pada shift
pagi.

4. Lakukan pembagian tugas kepada tim

5. Berikan kesempatan pada masing masing ketua tim untuk menjelaskan


pasien kelolaannya serta membagi tugas kepada anggota tim

6. Memberikan kesempatan kepada Tim untuk mempresentasikan kasus spesial


yang menjadi prioritas, meliputi :

- Identifikasi Klien : nama, umur, no register

- Diagnosa medis.

- Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang

- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.

196
- Rencana tindak lanjut

- Masalah yang di hadapi

7. Berikan kesempatan kepada Tim yang lain untuk mendiskusikan/ bertanya/


menanggapi, dan memberikan masukan.

8. Karu / Katim mencatat hasil diskusi anggota Tim.

9. Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah di lakukan.

10. Karu memberikan penekanan pada hal-hal yang perlu di perhatikan atau
membacakan SOP untuk pelaksanaan tindakan.

11. Tanyakan kesiapan anggota tim untuk melakukan kegiatan pelayanan


keperawatan.

12. Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan post konferensi

13. Mengucapkan salam

14. Mengucapkan selamat bekerja

197
4. Prosedur Pre Conference
Tanggal
No. Langkah-langkah 01-08-2016 02-08-2016 03-08- 2016
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kepala Ruang/Ketua Tim memberikan salam
2. Jelaskan tujuan konferens awal
3. Berikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana kegiatan pada
shift pagi.
4. Lakukan pembagian tugas kepada tim
5. Berikan kesempatan pada masing masing ketua tim untuk menjelaskan
pasien kelolaannya serta membagi tugas kepada anggota tim
6. Memberikan kesempatan kepada Tim untuk mempresentasikan kasus
spesial yang menjadi prioritas, meliputi :
Identifikasi Klien : nama, umur, no register
Diagnosa medis.
Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.
Rencana tindak lanjut
Masalah yang di hadapi
7. Berikan kesempatan kepada Tim yang lain untuk mendiskusikan/
bertanya/ menanggapi, dan memberikan masukan.
8. Karu / Katim mencatat hasil diskusi anggota Tim.
9. Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah di lakukan.

218
10 Karu memberikan penekanan pada hal-hal yang perlu di perhatikan atau
membacakan SOP untuk pelaksanaan tindakan.
11 Tanyakan kesiapan anggota tim untuk melakukan kegiatan pelayanan
keperawatan.
12 Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan post konferens
13 Mengucapkan salam
14 Mengucapkan selamat bekerja
TOTAL 14 14 14
Prosentase 100% 100% 100%

219
1. Pelaksanaan Pre Conference

PELAKSANAANPRE CONFERENCE
Waktu Kegiatan : (Setelah Operan)
Tempat : Nurse Station
Sasaran : Klien
Penanggung Jawab : Ketua Tim/PJ tim
Kegiatan:
1. Konferensi dihadiri oleh Karu, Katim dan PP dalam timnya masing-masing.
2. Penyampaian perkembangan dan permasalahan klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas per shift. Hal-
hal yang disampaikan oleh Katim meliputi :
a. Keadaan umum klien.
b. Keluhan klien.
c. Tanda-tanda vital dan kesadaran.
d. Hasil pemeriksaan laboraturium/diagnostik terbaru.
e. Masalah keperawatan.
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan terapi medis.
h. Rencana medis.
3. Katim mendiskusikan dan mengarahkan PP tentang masalah yang terkait
dengankeperawatan klien meliputi :
a. Keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti keterlambatan,
kesalahan pemberian makanan, kebisingan pengunjung lain,
ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infus.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan haluaran cairan (I/O)
d. Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain (pemakaian alat seperti EKG,
nebulizer, suction, bedside monitor, syringe pump, dan peralatan rawat
luka).
f. Ketepatan dokumentasi keperawatan.
4. Mengingatkan kembali standar prosedur (SOP) yang ditetapkan.
5. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan
kemajuan masing-masing PP.
6. Membantu PP menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.

220
2. Rencana Pelaksanaan Pre Conference
Waktu : 07.15 WIB (20 menit)
Hari/Tanggal : Senin-Sabtu / 25-30 Juli 2016
Tempat : Ruang Dahlia-Kemuning RSU Karsa Husada Batu
Sasaran : Klien
Penanggung Jawab : Ketua Tim
Peserta :
Karu
Katim
PP
3. ALAT BANTU
a. Sarana diskusi : buku, bolpoin
b. Status atau dokumentasi keperawatan pasien kelolaan
c. Materi-materi yang disampaikan secara lisan

221
Lampiran 5 Laporan Post Conferen
PROPOSAL
POST KONFERENSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Manajemen


Keperawatan Di Ruang Kemuning Dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

Oleh :
Kelompok 15 Kelas Kediri

1. Reky Sulistiono 126070218113055


2. Wenny Trisnaningtyas 126070218113027
3. Trirezika Dianingrum 126070218113026
4. Annastasia Diah Anggraini 126070218113009
5. Resti Riandani 126070218113010
6. Jayanti Indrayani 126070218113067
7. Putri Rohmad Utomo 126070218113063
8. Vina Sita Alfinia 126070218113042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

222
1. PENDAHULUAN
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Komunikasi adalah proses tukar-menukar pikiran, perasaan, pendapat,
dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerjasama. Beberapa
bentuk komunikasi di ruang MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional) yaitu
salah satunya adalah Konferensi. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah
melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat
pelaksana di ruang teratai RSU (Rumah Sakit Umum) Karsa Husada Batu.
konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar.
Post konferensi adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Konferensi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari.

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan
yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
pasien di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.

b. Tujuan Khusus
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah dibuat oleh ketua tim di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing tim di
ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari.
Itu. Rencana tindakan didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang
ditetapkan oleh ketua tim di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
d. Mengidentifikasi tugas perawat pelaksana untuk setiap klien yang menjadi
tanggung jawabnya.

3. MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa

223
a. Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep post konferensi manajemen
keperawatan dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan
pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen
bangsal.
b. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Profesional).
c. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen.

b. Bagi Ruangan Atau Institusi Rumah Sakit


Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau
pengembangan fungsi post konferensi dalam bagian manajemen ruangan guna
mempertahankan dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan
pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya dalam
mencapai pelayanan yang prima.

4. METODE
a. Prosedur Post Konferensi
Dalam melakukan post konferensi secara sistematika berdasarkan
standar operasional prosedur yang telah ada masing-masing peran dalam satu
struktur organisasi manajemen ruangan memiliki tugas, diantaranya:
a. Kepala ruang atau ketua tim membuka acara
b. Menjelaskan tujuan post konferensi akhir
c. Memberikan kesempatan pada masing-masing ketia tim untuk menjelaskan
tentang pasien kelolaannya
d. Memberikan kesempatan pada ketua tim untuk mempresentasikan kasus
special yang menjadi prioritas, meliputi:
a) Identifikasi klien; nama, usia, no.register
b) Diagnose medis
c) Diagnose keperawatandan data focus yang menunjang
d) Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya
e) Rencana tindak lanjut
f) Masalah yang dihadapi
e. Berikan kesempatan pada tim yag lain untuk mendiskusikan atau bertanya
atau menanggapi, memberikan masukan
f. Kepala ruang atau ketua tim mencatat hasil diskusi anggota tim
g. Kepala ruang memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan
h. Kepala ruang memberikan penekanan pada hal-hal yang perlu diperhatikan

224
i. Menanyakan kesiapan anggota tim untuk melakukan kegiatan pelayanan
keperawatan
j. Mengucapkan salam
k. Mengucapkan selamat bekerja dan terima kasih

b. Pelaksanaan Post Konferensi


Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan post
konferensi adalah sebagai berikut:
a. Post konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian
dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Post konferensi dihadiri oleh ketua tim dan perawat pelaksana dalam
timnya masing-masing
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh perawat yang
dinas sebelumnya. Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana
meliputi :
a) Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b) Keluhan klien
c) TTV dan kesadaran
d) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e) Masalah keperawatan
f) Rencana keperawatan hari ini.
g) Perubahan keadaan terapi medis.
h) Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:
a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
b) Ketepatan pemberian infuse.
c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f) Ketepatan dokumentasi.
e. Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
f. Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masingmasing perawatan asosiet.

225
g. Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan.

c. Syarat Post Konferensi


a. Post konferensi dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu
ditambahkan
d. Yang terlibat dalam post konferensi adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.

5. ALAT BANTU
d. Sarana diskusi: buku, pulpen
e. Status atau dokumentasi keperawatan pasien kelolaan
f. Materi-materi yang disampaikan secara lisan

226
6. PELAKSANAAN
Post konferensi akan dilaksanakan pada,
Hari : Senin - Saptu
Tanggal : 20 Juni 30 juli 2016
Waktu : 07.00 WIB Selesai
Tempat : Nurse Station Ruang Kemuning dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

227
Lampiran 6 Laporan Operan
PROPOSAL OPERAN/TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Manajemen
Keperawatan Di Ruang Kemuning Dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

Oleh :
Kelompok 15 Kelas Kediri

Reky Sulistiono 126070218113055


Wenny Trisnaningtyas 126070218113027
Trirezika Dianingrum 126070218113026
Annastasia Diah Anggraini 126070218113009
Resti Riandani 126070218113010
Jayanti Indrayani 126070218113067
Putri Rohmad Utomo 126070218113063
Vina Sita Alfinia 126070218113042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

228
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal
ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun
dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan
efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien. Timbang terima
merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara
tulisan dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan
lisan.

2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa mampu mengkomunikasikan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik, sehingga kesinambungan
informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan di ruang teratai dan dahlia RSU
Karsa Husada Batu.

2.2 Tujuan Khusus


a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus) di ruang teratai dan
dahlia RSU Karsa Husada Batu.
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien di ruang teratai dan dahlia RSU Karsa Husada Batu.

229
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh perawat yang
dinas berikutnya di Ruang Teratai dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu.
d. Menyusun rencana kerja untuk perawat yang dinas berikutnya di ruang teratai dan
dahlia RSU Karsa Husada Batu.
3. Manfaat
3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep timbang terima manajemen keperawatan
dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan atau teori
manajemen melalui fungsi manajemen bangsal.
b. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang menajemen
3.2 Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
3.3 Bagi Ruangan Atau Institusi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sarana dukungan, masukan atau pengembangan fungsi timbang
terima dalam bagian manajemen ruangan guna mempertahankan kualitas pelayanan
keperawatan di ruangan khususnya pelayanan rumah sakit pada umumnya dalam
mencapai pelayanan prima

4. METODE
4.1 Prosedur Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat
keadaan klien.

4.2 Pelaksanaan Timbang Terima


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan

230
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah keperawatan yang masih ada.
c. Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e. Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi
data.
9) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer.

5. Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal : 20 Juni-30 Juli 2016
Pukul : 07.00 dan 14.00 WIB
Pelaksana : Kelompok 15
Tempat : Ners Station Ruang Teratai dan Dahlia

231
6. Metode dan Media
Metode :
- Karu memimpin proses Timbang Terima
- Melakukan timbang terima antara Perawat Primer malam dengan Perawat primer
pagi dan Perawat primer pagi dengan Perawat Primer sore.
- Melaporkan status keadaan klien dari PP malam ke pagi dan PP pagi ke PP sore.
- Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
Media :
- Materi disampaikan secara lisan.
- Dokumentasi klien (status).
- Buku Timbang Terima
7. Instrumen
1. Status klien
2. Nursing kit.
3. Catatan timbang terima

232
Lampiran 7 Skor Ketergantungan
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 20 JUNI 2016 DI RUANG KEMUNING RSU
KARSA HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

233
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 20 JUNI 2016 DI RUANG DAHLIA RSU KARSA
HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

234
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 21 JUNI 2016 DI RUANG KEMUNING RSU
KARSA HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

235
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 21 JUNI 2016 DI RUANG DAHLIA RSU KARSA
HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

236
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 22 JUNI 2016 DI RUANG KEMUNING RSU
KARSA HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

237
KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN DERAJAT KETERGANTUNGAN PADA TANGGAL 22 JUNI 2016 DI RUANG DAHLIA RSU KARSA
HUSADA
Jumlah Klien perhari sesuai kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perawatan minimal (1-2 per 24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap shif
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil,
6. Perawatan luka sederhana
Perawatan Parsial (3-4 jam per 24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter intake output dicatat
5. Klien dengan pasang infus
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan Total
1. Segalanya diberikan bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam
3. Memerlukan NGT
4. Pengobatan IV perdrip
5. Pemakaian suction
6. Gelisah atau disorientasi
7. Perawatan luka komplek
Jumlah Total Pasien Perhari

238
Lampiran 8 Kuesioner
Instrumen Penilaian Kejadian Flebitis Menggunakan VIP Score
(Visual Infusion Flebitis Score)
Skor Hari Perawatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Parameter Skor Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

1 Jalur IV tampak sehat 0


2 Salah satu tanda-tanda berikut jelas : 1
o Sedikit nyeri dekat jalur IV atau
o Sedikit kemerahan dekat jalur IV
3 Dua dari tanda berikut : 2
o Nyeri pada jalur IV
o Kemerahan
o Pembengkakan
4 Semua tanda-tanda berikut jelas : 3
o Nyeri sepanjang kanul
o Kemerahan
o Pembengkakan
5 Semua tanda-tanda berikut jelas : 4
o Nyeri sepanjang kanul
o Kemerahan
o Pembengkakan
o Vena teraba keras
6 Semua tanda-tanda berikut jelas : 5

239
o Nyeri sepanjang kanul
o Kemerahan
o Pembengkakan
o Pireksia
TOTAL SKOR 5
Nama & paraf yang melakukan penilaian

Keterangan :
Skala Nyeri Intervensi
1. 0 = Tidak ada tanda 1. Observasi kanul
flebitis
2. 1- = Tahap awal flebitis 2. Resite kanul
2
3. 3- = Awal tromboflebitis 3. Resite kanul dan pertimbangkan
4 perawatan
4. 5 = Stadium lanjut 4. Memulai perawatan
tromboflebitis

240
NORTON SCALE
Skor Hari Perawatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Parameter Skor Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

1 Kondisi Fisik
o Baik 4
o Cukup baik 3
o Buruk 2
o Sangat buruk 1
2 Kondisi Mental
o Waspada 4
o Apatis 3
o Bingung 2
o Pingsan/Tidak Sadar 1
3 Kegiatan
o Dapat berpindah 4
o Berjalan dengan bantuan 3
o Terbatas kursi 2
o Terbatas I tempat tidur 1
4 Mobilitas
o Penuh 4
o Agak terbatas 3
o Sangat terbatas 2
o Sulit bergerak 1
5 Inkontinensia

241
o Tidak mengompol 4
o Kadang-kadang 3
o Biasanya yang keluar urine 2
o Biasanya yang keluar urine dan 1
kotoran
TOTAL SKOR 5
Nama & paraf yang melakukan penilaian

Interpretasi :
o Nilai maksimum 20
o Nilai minimum 5
o Pasien beresiko decubitus jika nilai <14

242
SKALA PERINGKAT KECEMASAN DIRI ZUNG SELF
No Pernyataan Tidak Kadang- Sebagian Hampir
pernah kadang waktu setiap
waktu
1 Saya merasa lebih gugup dan cemas dari 1 2 3 4
biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan sama 1 2 3 4
sekali
3 Saya mudah marah atau merasa panic 1 2 3 4
4 Saya merasa seperti jatuh terpisah dan 1 2 3 4
akan hancur berkeping-keping
5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik 4 3 2 1
saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi
6 Lengan dan kaki saya gemetar 1 2 3 4
7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher 1 2 3 4
dan nyeri punggung
8 Saya merasa lemah dan mudah lelah 1 2 3 4
9 Saya merasa tenang dan dapat duduk 4 3 2 1
diam dengan mudah
10 Saya merasakan jantung saya berdebar- 1 2 3 4
debar
11 Saya merasa pusing tujuh keliling 1 2 3 4
12 Saya telah pingsan atau merasa seperti 1 2 3 4
itu
13 Saya dapat bernafas dengan mudah 4 3 2 1
14 Saya merasa jari-jari tangan dan kaki 1 2 3 4
mati rasa dan kesemutan
15 Saya terganggu oleh nyeri lambung atau 1 2 3 4
gangguan pencernaan
16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4
17 Tangan saya biasanya kering dan hangat 4 3 2 1
18 Wajah saya terasa panas dan merah 1 2 3 4
merona
19 Saya mudah tertidur dan dapat istirahat 4 3 2 1
malam dengan baik
20 Saya mimpi buruk 1 2 3 4

243
Lampiran 9 Gambar

244
245
246
247

Anda mungkin juga menyukai