Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Transportasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari,
karena dengan transportasi seluruh kegiatan yang ada akan mudah dilakukan. Dengan
transportasi kita mudah dapat berpindah pindah tempat dengan sarana yang ada selain itu
kita dapat mengirim dan menerima barang dengan mudah. Bayangkan jika terdapat sebuah
daerah yang transportasinya tidak cukup memadai maka kita akan kesulitan untuk
melakukan kegiatan sehari hari. Transportasi juga memiiki andil dalam pertumbuhan
ekonomi karena dengan transportasi yang bagus dan lancar membuat pekerjaan yang akan
berjalan dengan lancar maka pertumbuhan ekonomipun akan meningkat.
Untuk menunjang itu semua perlu adanya fasilitas transportasi yang bagus juga,
salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas jalan yang mulus. Dengan kualitas jalan
yang bagus dan layak maka diperlukan perkerasan jalan yang bagus juga agar jalan yang
dilalui kendaraan tidak rusak sehingga kendaraan dapat melaju dengan nyaman. Dalam
menentukan perkerasan yang bagus maka kita harus merencanakan tebal perkerasannya
agar layak dilalui kendaraan.
Pengertian transportasi sendiri adalah perpindahan manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat yang lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Transportasi yang paling sering digunakan adalah transportasi
darat. Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi menggunakan jalan untuk
mengangkut penumpang atau barang, dan sebagai prasarananya yaitu jalan raya. Jalan raya
adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan yang lain.
Merawat dan memlihara jalan juga dianjurkan, salah satunya dengan cara
pengaliran air dalam pembangunan jalan raya. Karena air yang berkumpul di permukaan
jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna jalan raya, tetapi juga dapat
mengikis dan merusak struktur jalan raya.
Perkerasan jalan adalah bagian dari jalur lalu lintas, yang bila kita perhatikan
secara struktural pada penampang melinting jalan, merupakan penampang strukrur dalam
kedudukan yang paling sentral dalam suatu badan jalan. Lalu lintas langsung terkonsentrasi
pada bagian ini, dan boleh dikatakan merupakan urat nadi dari suatu konstruksi jalan.
Perkerasan jalan dalam kondisi baik maka arus lalu lintas akan berjalan dengan lancar,
demikian sebaliknya kalau perkerasan jalanrusak, lalu lintas akan sangat terganggu.
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
(subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas. Apapun jenis perkerasan lalu
lintas,dia harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa
angkutan manusia, atau jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan
untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan banngnya,
akan memberikan variasi beban sedang sampai berat, jenis kendaraan penumpang akan
memberikan pula sejumlah variasi beban ringan sampai sedang. Ini harus dapat didukung
oleh perkerasan jalan.
Daya dukung perkerasan jalan ini,akan menentukan kelas jalan yang bersangkutan,
misalnya jalan kelas I akan menerima beban yang lebihbesar,dari jalan kelas Il, sehingga
sudah barang tentu mutu bahan perkerasan jalan,akan disyaratkan berbeda sesuai dengan
kualifikasi pembebanannya.Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran
kekuatan dan sifat penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing
lapisan di bawahnya serta menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan
lapis pondasi bawah.
1. Jalur Rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu sistem jalan raya, yang
menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu jalur dari
jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.
2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut
mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi
lapis permukaan yang baru.
a. Kategori A
b. Kategori B dan
c. Kategori C
Survai lalu lintas kategori A dilakukan selama 72 jam, dengan 3x4 periodesebagai berikut:
periode 1 : jam 24.00 - 06.00
periode 2 :jam 06.00 - 12.00
periode3 :jam 12.00 - 18.00
periode 4 :jam 18.00 - 24.00
Survai lalu lintas kategori B dilakukan selama 36 jam, dengan 2x3 periode sebagai berikut:
periode 7 : jam 06.00 - 12.00
periode 2 : jam 12.00- 18.00
periode 3 : jam 18.00 - 24.00
Survai lalu lintas kategori C dilakukan selama 24 jam, dengan 2x2 periodesebagai berikut:
periode 7 : jam 06.00 - 12.00
periode 2 : jam 12.00 - 18.00
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base
course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
1. Tanah Dasar
Lapisan tanah setebal 50-100 cm di atas dimana akan diletakan lapisan pondasi
bawah dinamakan lapisan tanah dasar. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan
atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya.Pemadatan yang baik
diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air tersebut konstan
selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan pelengkapan drainase yang memenuhi
syarat.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat
sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari
macam tanah tertentu.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
Untuk sedapat mungkin mencegah timbulnya persoalan di atas maka tanah dasar
harus dikerjakan sesuai dengan "Peraturan Pelaksanaan PembangunanJalanRaya" edisi
terakhir.
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dari plastisitas indeks (PI) <
10%.
b. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relaif murah dibanding
dengan lapis perkerassan atasnya.
c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
d. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
e. Lapisan pertama agar perkerasan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan
kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh
cuaca, atau lemahnnya daya dukung tanah dasar menahan roda roda alat besar.
f. Lapisan untuk mencegah partikel partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda roda alat alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harussegera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Bermacam macam tipe tanah setempat (CBR 20%, PI 10%) yang relatif
lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagaibahan pondasi bawah. Campuran
campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat
dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
3. Lapis Pondasi
Lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
dinamkan lapis pondasi atas (base course). Fungsi lapis pondasi atas antara lain sebagai :
a. Bagian perkerassan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik
baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.Bermacam macam bahan alam / bahan
setempat (CBR 50%, PI 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain :
batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
4. Lapis Permukaan
Penyebaran gaya pada perkerasan lentur sampai ketanah dasar dantebal perkerasan
diberikan sampai dengan kondisi kemampuan tanah penerima beban atau tegangan
2. Teori Burmister.
Sudah menganggap perkerasan dan tanah dasar sebagai satukesatuan yang terdiri
dari banyak lapisan.Formula memberikan kondisi regangan dalam 3 dimensi :
Pada perkerasan lentur (Gambar 2.5),lapis permukaan bisa terdiri darilapis surface
course dan binder,lapis pondasi atas,lapis pondasi bawahdan tanah dasar. Karena masing
masing bahan mempunyai nilaikarakteristik sendirisendiri,misalnya nilai E (modulus
elastis), (angka Poisson), ketebalan berbeda,isotropis dan homogenitas bahan, danfriksi
yang mungkin tejadi pada masingmasing batas lapisan.Padakondisi lapangan dimana
muncul permukaan air,teoripenyebaranmengalami sedikit modifikasi,sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.6.
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang
menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah
jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar di bawah ini:
Tabel 2.1 Jumlah Lajur Berdasar Lebar Perkerasan
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur
rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini:
Angka Ekivalen (E) masing masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan)
ditentukan menurut rumus daftar di bawah ini :
4
E = ( Beban satu sumbu tunggal dalam Kg )
8160
4
E = 0,086 ( Beban satu sumbu ganda dalam Kg )
8160
4
E = 0,053 ( beban satu sumbu triple dalam Kg )
8160
Namun dalam perhitungan nanti rumus sumbu triple tidak digunakan, karena
sumbu kendaraan yang tercakup sampai pada kendaraan sumbu ganda.
3. Lalu Lintas Harian Rata rata dan Rumus rumus Lintas Ekivalen
a. Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan di tentukan pada awal umur
rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing
arah pada jalan dengan median.
b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LER = LET x FP
Faktor penyesuaian (FP) tersebut di atas ditentukan dengan Rumus:
FP = UR/10
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Yang
dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium.
Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan
dengan tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya. Dapat juga
mengukur langsung di lapangan (musim hujan/direndam). CBR lapangan biasanya
digunakan untuk perencanaan lapis tambahan (overlay). Jika dilakukan menurut Pengujian
Kepadatan Ringan (SKBI 3.3. 30.1987/UDC 624.131.43 (02) atau Pengujian Kepadatan
Berat (SKBI 3.3. 30.1987/UDC 624.131.53 (02) sesuai dengan kebutuhan. CBR
laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru. Sementara ini
dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada pengukuran nilai
CBR. Cara cara lain hanya digunakan bila telah disertai data data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate Bearing
Test atau R-value. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan,
ditentukan sebagai berikut:
Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya
dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan berat
dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagai berikut:
Catatan: Pada bagian bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau
tikungan tajam (jari jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa rawa FR
ditambah dengan 1,0.
Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER), menurut daftar di bawah ini:
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan: Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT / jalan murah atau jalan darurat
maka IP dapat diambil 1,0.
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada awal
umur rencana, menurut daftar VI di bawah ini:
*) Alat pengukur roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang
pada kendaraan standar Datsun 1500 station wagon, dengan kecepatan kendaraan 32
km per jam.
ADHITIANA SHAPUTERA 114130081 kelas 3D
Tugas Perkerasan Jalan Page 16
Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer
melalui kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakang kendaraan, yang
selanjutnya dipindahkan kepada counter melalui "flexible drive.
Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu
belakang dan body kendaraan. Alat pengukur roughness type lain dapat digunakan
dengan mengkalibrasikan hasil yang diperoleh terhadap roughometer NAASRA.
Gambar 2.13 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 3,0
.
Catatan : Kuat tekan stabilitas tanah dengan semen diperiksa pada hari ke-7. Kuat tekan
stabilitas tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke-21.
Ada banyak cara dalam menentukan tebal perkerasan, dan hampir tiap Negara
mempunyai cara tersendiri. Di Indonesia metode yang digunakan untuk me-nentukan tebal
perkerasan lentur adalah metode Bina Marga yang bersumber dari AASHTO 1972 dan
dimodifikasi sesuai denagan kondisi jalan di Indonesia.
Langkah langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina
Marga adalah :
LEP = Aj x Ej x Cj x (1+i)n
LEP + LEA
LET =
2
LER = LET X FP
UR
Dimana : FP= faktor Penyesuaian dan FP=
2
Dimana :
Gt = fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat pelayanan
dari IP = IPo sampai IP = IPt dengan kehilangan tingkat pelayanan dari
IPo sampai IP = 1,5.
Wt18 = beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu tunggal
18000 pon yang telah diperhitungkan ter-hadap faktor regional.
(Sumber : Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)
ITP = a1.D1+a2.D2+a3.D3
Dimana :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan .
2.7.Metoda AASHTO93
Salah satu metoda perencanaan untuk tebal perkerasan jalan yang sering
digunakan adalah metoda AASHTO93. Metoda ini sudah dipakai secara umum di seluruh
dunia untuk perencanaan serta di adopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara.
Metoda AASHTO93 ini padadasarnya adalah metoda perencanaan yang didasarkan pada
metoda empiris. Parameter yangdibutuhkan pada perencanaan menggunakan metoda
AASHTO93 ini antara lain adalah :
a. Structural Number (SN)
b. Lalu lintas
c. Reliability
d. Faktor lingkungan
e. Serviceablity
Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan lapisan, koefisien relatif
lapisan (layercoefficients), dan koefisien drainase (drainage coefficients). Persamaan 1
untuk Structural Numberadalah sebagai berikut :
Prosedur perencanaan untuk parameter lalu lintas didasarkan pada kumulatif beban
gandarstandar ekivalen (Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA). Perhitungan untuk
CESA inididasarkan pada konversi lalu lintas yang lewat terhadap beban gandar standar
8.16 kN dan mempertimbangkan umur rencana, volume lalu lintas, faktor distribusi lajur,
serta faktor bangkitan lalu lintas (growth factor).
Pengaplikasian dari konsep reliability ini diberikan juga dalam parameter standar
deviasi yang mempresentasikan kondisikondisi lokal dari ruas jalan yang direncanakan
serta tipe perkerasan antara lain perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku. Secara garis
besar pengaplikasian darikonsep reliability adalah sebagai berikut:
a. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan klasifikasi dari ruas jalan
yang akandirencanakan. Klasifikasi ini mencakup apakah jalan tersebut adalah jalan
dalam kota(urban) atau jalan antar kota (rural).
b. Tentukan tingkat reliability yang dibutuhkan dengan menggunakan tabel yang ada
padametoda perencanaan AASHTO93. Semakin tinggi tingkat reliability yang
dipilih, maka akansemakin tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.
c. Satu nilai standar deviasi (So) harus dipilih. Nilai ini mewakili dari kondisikondisi
lokal yangada. Berdasarkan data dari jalan percobaan AASHTO ditentukan nilai So
sebesar 0.25 untukrigid dan 0.35 untuk flexible pavement. Hal ini berhubungan
dengan total standar deviasisebesar 0.35 dan 0.45 untuk lalu lintas untuk jenis
perkerasan rigid dan flexible.
3 Faktor Lingkungan
a. Untuk perkerasan yang baru dibuka (open traffic) nilai serviceability ini
diberikan sebesar4.0 4.2. Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan
sebagai nilai initial serviceability(Po).
b. Untuk perkerasan yang harus dilakukan perbaikan pelayanannya, nilai
serviceability inidiberikan sebesar 2.0. Nilai ini dalam terminologi perkerasan
diberikan sebagai nilaiterminal serviceability (Pt).
c. Untuk perkerasan yang sudah rusak dan tidak bisa dilewati, maka nilai
serviceability iniakan diberikan sebesar 1.5. Nilai ini diberikan dalam
terminologi failure serviceability (Pf).
5 Persamaan AASHTO93
Dari hasil percobaan jalan AASHO untuk berbagai macam variasi kondisi dan
jenis perkerasan,maka disusunlah metoda perencanaan AASHO yang kemudian berubah
menjadi AASHTO. Dasarperencanaan dari metoda AASHTO baik AASHTO72,
AASHTO86, maupun metoda terbaru saatsekarang yaitu AASHTO93 adalah persamaan 2
seperti yang diberikan dibawah ini:
Dimana:
W18 = Kumulatif beban gandar standar selama umur perencanaan (CESA).
ZR = Standard Normal Deviate.
So = Combined standard error dari prediksi lalu lintas dan kinerja.
SN = Structural Number.
Po = Initial serviceability.
Pt = Terminal serviceability.
Pf = Failure serviceability.
Mr = Modulus resilien (psi)
a. Tentukan lalu lintas rencana yang akan diakomodasi di dalam perencanaan tebal
perkerasan. Lalu lintas rencana ini jumlahnya tergantung dari komposisi lalu lintas,
volume lalu lintas yang lewat, beban aktual yang lewat, serta faktor bangkitan lalu
lintas serta jumlah lajur yang direncanakan. Semua parameter tersebut akan
dikonversikan menjadi kumulatif beban gandar standar ekivalen (Cumulative
Equivalent Standard Axle, CESA).
b. Hitung CBR dari tanah dasar yang mewakili untuk ruas jalan ini. CBR representatif
dari suatu ruas jalan yang direncanakan ini tergantung dari klasifikasi jalan yang
direncanakan.Pengambilan dari data CBR untuk perencanaan jalan biasanya diambil
pada jarak 100meter. Untuk satu ruas jalan yang panjang biasanya dibagi atas
segmen segmen yangmempunyai nilai CBR yang relatif sama. Dari nilai CBR
representatif ini kemudian diprediksimodulus elastisitas tanah dasar dengan
mengambil persamaan sebagai berikut:
Dimana :
Dimana :
ai = Koefisien layer masingmasing lapisan.
Di = Tebal masing-masing lapisan.
SNi = Structural Number masing-masing lapisan.
3.1.1 Jarak
Rumus :
d = (X X )2 + ( )2
1. d1
= (X X1 )2 + (1 )2
= (X1 X2 )2 + (2 1 )2
= (X3 X )2 + ( 3 )2
Data :
Titik KOORDINAT
X (ABSIS) Y (ORDINAT) jarak (m)
(m) (m)
A 708833 9235713
, m
P1 709145 9235873
, m
dA-dB
, Km
1
1 = tan ( )
1
1.
1
1 = tan ( )
1
709145 708833
1 = tan ( )
9235873 9235713)
= ,
2.
2 1
12 = tan ( )
2 1
709366 709145
1 = tan ( )
9235681 9235873
= , + = ,
3.
3
2 = tan ( )
3
709570 709366
2 = tan ( )
9235713 9235681
= ,
Rekapitulasi Data :
KOORDINAT
Titik X (ABSIS) X (ABSIS) AZIMUTH / ()
(m) (m)
A 708833 9235713
,
P1 709145 9235873
,
Rumus :
A-B = I I
1. 1 =I I
= , ,
= ,
2. 2 =I I
= , ,
= ,
Rekapitulasi Data :
P1 S S
P2 SCS
3.2.2 DATA
Vr = 50 KM/Jam
B = 3.5 m
b = 1,5 m
en =3%
em = 10 %
R = 80 m
f maks = 0,159
R min
2
R min = ( )
127 ( + )
502
R min = ( )
127 (0,1 + 0,159)
R min = 76,004 m= 80
D dan D max
1432,394)
D = ( )
1432,394)
D = ( )
80
D = 17,905
181913,53 ( + )
Dmax = ( )
2
181913,53 (0,1 + 0,159)
Dmax = ( )
502
Dmax = 18,846
Nilai e
2
2
e = ( 2 )+( )
0,1
e = ( 17,9052 )
18,8462
2 0,1
+( 17,905 )
18,846
Diketahui :
3 = 68,133
Vr = 50 Km/h
en =3%
emax = 10 %
R = 80 m
R min = 76,004 m
D max = 18,846
D =17,905
s = 0.5 x
s = 0.5 x 68,133
s = 34,066
Menghitung Nilai ( Ls )
Ls =
90
34,066 3,14 80
Ls =
90
Ls = 95,081
Menghitung Nilai ( P )
2
=( ) (1 cos )
6
95,0812
=( ) 80 (1 cos 34,066)
6 80
= 5,154
Menghitung Nilai ( K )
3
= ( ) (sin )
40 2
95,0813
= 95,081 ( )
40 802
80 (sin 34,066)
= 46,913
= 2
Ts = (Rc + P) x tan(0,5 1 ) + K
Ts = 104,492 m
Rc + P
Es = ( )
cos (0.5 x )
80 + 5,154
Es = ( ) 80
cos (0.5 x 68,133)
Es = 22,842m
1 +
1. Vr 50 km/jam
2. P1 68,133 derajat
3. DA-P1 350,633 meter
4. en 3 %
5. em 10 %
6. fmax 0,159
7. R 80 meter
8. Ls 95,081 meter
9. Ltot 190,162 meter
10. s 34,066 meter
12. K 46,913 meter
Diketahui :
2 = 49,624
Vr = 50 Km/Jam
fmax = 0,159
en =3%
emax = 10 %
R = 80 m
R min = 76,004
D max = 18,336
D =17,905
3
50 50 0,1
= [0.022 x (80 0,4)]- [2.727 x ( 0,4 )]
= 27,587 m
p 2.
=( )
360
49,624 2.14,928
=( ) 3,14 80
360
= 27,587
= + 2
= 27,587 + 2 41,667
= 110,921
Menhitung Nilai P
2
=( ) (1 cos )
6
41,6672
=( ) 80 (1 cos 14,928)
6 80
= 0,897
Menhitung Nilai K
3
= ( ) (sin )
40 2
41,6673
= 41,667 ( ) 80 (sin 14,928)
40 802
= 20,776
Menhitung Nilai Xs
Ls 2
Xs = Ls x (1 )
40 x R c 2
41,6672
Xs = 41,667 x (1 )
40 x 802
Xs = 41,660 m
Ls 2
Ys = ( )
6 x Rc
41,6672
Ys = ( )
6 x 80
Ys = 3,617 m
Menhitung Nilai Ts
Ts = (Rc + P) x tan(0,5 2 ) + K
Ts = 58,150 m
Menghitung Nilai Es
Rc + P
Es = ( )
cos(0.5 x )
80 + 0,897
Es = ( ) 80
cos (0.5 x 49,624)
Es = 9,197 m
1. Vr 50 km/jam
2. dP1-P2 292,754 derajat
3. P2 49,624 meter
5. en 3 %
6. em 10 %
7. fmax 0,159
8. R 800 meter
9 Ls 41,667 meter
10. Lc 27,587 meter
11. Ltot 110,921 meter
12. s 14,928
13. K 20,776 meter
14. P 0,897 meter
15. Xs 41,660 meter
16. Ys 3,617 meter
17. Es 9,197 meter
18. Ts 58,150 meter
Lengkung P1 ( S S )
3 13
=
ADHITIANA SHAPUTERA 114130081 kelas 3D
Tugas Perkerasan Jalan Page 41
3
=
13
3 95,081
=
13
= 21,941
1 = + ()
1 = + () = 246,171 + (21,941)
= 268,112
2 = + (2)
2 = + (2) = 246,171 + (2 21,941)
= 290,053
3 = (2)
3 = (2) = 436,3333 (2 21,941)
= 392,451
4 = ()
4 = + () = 436,333 ( 21,941)
= 414,392
Lengkung P2 ( S C - S )
1 = + ()
1 = + () = 566,445 + (9,615)
= 576,06
2 = + (2)
2 = + (2) = 566,445 + (2 9,615)
= 585,675
3 = (2)
3 = (2) = 677,366 (2 9,615)
= 658,136
4 = ()
4 = () = 677,366 (9,615)
= 667,751
Vr : 50 Km/h
JH : 250 Km/h
A 0 + 000 78,00
B 0 + 825 81,97
Elevation P1 Elevation A
g1 = ( )
(STA P1 ) (ST A)
80,07 78,00
g1 = ( )
500 0,00
= , ()
Elevation P2 Elevation P1
g2 = ( )
(STA P2 ) (STA P1 )
77,45 80,07
g2 = ( )
700 500
Elevation B Elevation P2
g3 = ( )
(STA B) (STA P2 )
81,97 77,45
g3 = ( )
825 700
= , ()
Menghitung Selisih Kelandaian
Rumus : Aa-b = (gb ga)
A1 =
A1 = 0,013 (0,004)
A1 = 0,009 (Cekung)
A2 =
A2 = 0,036 (0,013)
A2 = 0,049 (Cembung)
g LAl
No. Titik Keterangan
(%) (%)
1 A
0,004
2 PV1 0,009 Cekung
0,013
3 PV2 0,048 Cembung
0,035
4 B
LAl Vr L Ev
No. Titik
(%) (Km/Jam) (m) (m)
1 PV1 -0,009 50 0,057 0,0006
2 PV2 0,048 50 0,308 0,0018
ELEVASI